Pendahuluan
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan definisi lain dari
integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan
nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan
kebenaran dari tindakan seseorang (Dimas, 2011)
Integritas menurut Khalid Yaakub (1982) merupakan proses
menyatupadukan secara budaya dan sosial kelompok-kelompok sosial yang
berbeda-beda kepada satu unit yang mempunyai identiti yang umum dan
tersendiri. Sedangkan menurut Mohd Salleh Lebar (1998), integrasi yang diterima
atau yang biasa dikehendaki ramai adalah satu proses yang coba menyatupadukan
masyarakat majmuk atau pelbagai kaum dan mewujudkan pula pembentukkan
kebudayaan kebangsaan atau nasional yang tersendiri dikalangan mereka. Dari
pernyataan diatas kita dapat mengambil garis besar tentang pengertian integritas
yaitu suatu proses menyatupadukan. Frase Etika Ipteks jika diuraikan, Ipteks
merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Sedangkan
pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah Ethos, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan
erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos
dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. (Putri, 2013)
Dengan demikian Integritas dan Aspek Etika Ipteks dapat kita artikan
sebagai proses menyatupadukan secara budaya dan sosial kelompok-kelompok
sosial yang berbeda-beda kepada satu unit yang mempunyai identiti yang umum
dan dalam lingkup prinsip-prinsip moral dalam penggunaan ilmu,teknologi dan
seni.
PEMBAHASAN
A. Integritas IPTEKS Dalam Dunia Segitiga
Telah diketahui bahwa integritas adalah menyatupadukan atau menyatukan
Sehingga Integritas Ipteks Dalam Dunia Segitiga memiliki maksud menyatukan
atau menyatupadukan Ilmu, teknologi dan seni dalam dunia segitiga dan
merupakan salah satu kerangka ilmu yang menghasilkan berbagai sikap yang
membentuk jati diri atau hakikat dari manusia itu sendiri.
Segitiga yang tiap sudutnya menyimpan berbagai sikap memiliki saling
ketergantungan dengan sudut sudut yang lainnya. Seperti intelektual yang jelas
membutuhkan moralitas dalam hubungan emosional antar sesama, dan tidak lupa
rasa dari tiap insane itu sendiri adalah sensibilitas. Dari ketiga sudut segitiga ini
tidak hanya berdiri dengan sendirinya akan tetapi juga memiliki beberapa segitiga
lain yang ditiap sudutnya terdapat ilmu yang menjelaskan kenapa moralitas
dibutuhkan ataukah intelektualitas mesti ada? Etika, filsafat, dan estetika.
Ataukah tekhnologi, sains, dan seni. Kualitas seni maupun ilmu akan dapat
memiliki kemajuan yang baik dengan bantuan tekhnologi. (Lubber, 2013)
Gambar diatas adalah gambar dunia segitiga yang terdiri dari Imam, Ihsan,
Insan. Yang termasuk imam yaitu; Moralitas, Intelektuakitas, dan sensibilitas.
Yang termasuk ihsan yaitu; Etika, Filsafat, dan Estetika. Dan, yang termasuk
dalam insan yaitu; Teknologi, Sains, dan Seni.
Jika kita mencermati gambar tersebut, keberadaan insan manusia
berhubungan dengan erat dengan ihsan dan imam. Kata ihsan berkaitan dengan
keikhlasan berbuat atau berkarya oleh karena kita sebagai manusia merasa
didalam pengawasan yang maha kuasa pencipta alam semesta ini. Jadi hal ini
merupakan kesadaran batin yang terekspresi dengan sendirinya oleh karena kita
sebagai insane sadar dan faham makna keberadaan diri kita sendiri yang
diamanahkan mengelola dan memelihara alam semesta ini. Pengalaman ini dapat
diwujudkan dengan selalu belajar baik formal ataupun non formalatau melalui
jalur filsafat, etika maupun estetika.
Adapun kata iman, ini adalah konsepsi jiwa yang abstrak dan terpatri
secara mendalam pada diri manusia namun dapat terpancar tak terhingga dan
tanpa batas kekuatan. Keberadaannya yang bahkan dapat melalui batas-batas yang
kongkrit sekalipun. Manusia yang memiliki nilai iman, maka intelektualitas,
sensibilitas dan moralitasnya akan bersinergi satu sama lain bagai satu bangunan
yang tidak sempurna jika salah satu diantara ketiganya tidak ada.
Berdasarkan keyakinan tentang kesatupaduan kebenaran, kebaikan dan
keindahan dalam diri manusia, maka secara individu melalui metode induktifita
mencoba menggunakan tiga pendapat untuk ilmu pengetahuan, tekhnologi dan
seni sehingga terbentuk kesatuan pendapat yang disebut IPTEKS.
Ipteks (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) dalam beberapa pandangan
1. Al-Fatabi sebagai seorang cendikiawan islam pada masa keemasan islam
menyampaikan bahwa; ilmu yang sebenarnya bagaikan batang tubuh
penegetahuan yang terorganisir dengan baik dan sebagai disiplin ilmu akan
memiliki tujuan, premis dasar dan obyek kajian serta metode ilmiah
tertentu
2. Frederick ferre (1988) mengemukakan tentang pengertian teknologi.
Menurutnya teknologi adalah kecerdasan pengalaman praktis dari
pengetahuan tentang ketertiban alam dan manusia yang diwujudkan dalam
bentuk dunia kebendaan dan atau dunia kecerdasan.
3. Hamka berpendapat bahwa seni yang setinggi-setingginya adalah ketika
telah berkumpul didalamnya kebenaran, keadilan dan keindahan yang
direkat oleh cinta yang kudus.
Dari ketiga komponen diatas pemahaman tentang integritas dan IPTEKS
yang utuh tidak lain adalah suatu konsepsi multi dimensi yang didalamnya
memiliki nilai-nilai kebenaran (Ilmu pengetahuan), kebaikan (teknologi), dan
keindahan (seni). Seni adalah muara dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ketiganya saling membantu dan bersinergi satu dengan yang lain
dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
B. Aspek Etika Ilmu, Teknologi dan Seni
Melihat dunia secara dewasa ini dengan kemajuan peradaban manusia.
IPTEKS sepertinya ditarik dalam rimba dilema. Penetapan ambang batas bahaya
bagi suatu produk tekhnologi mencerminkan sekelumit kesadaran akan
keterbatasan para ilmuan maupun tekhnologiawan betapa mereka sebetulnya tidak
berkuasa penuh atas hasil ciptaan mereka.
Pendapat sementara suatu pihak mngenai adanya kecenderungan
meningkatnya kkekalahan manusia kdi belakang musibah-musibah industry
tekhnologi yang sering terjadi, sehingga harusnya lebih mendorong lagi akan
perlunya pengawasan, baik secara eksternal maupun internal dalam penetapan
hasil-hasil IPTEKS. Sebab semakin canggih suatu penemuan ilmiahdan
tekhnologi, maka semakin pula peluang penemuan tersebut dengan kesalahan.
Selanjutnya, berkaitan dengan pembatas etika atas ilmu pengetahuan, tekhnologi
dan seni, maka perlu jelas bagi kita bahwa yang dibatasi secara etis ialah cara
memperoleh, cara pengujian dan cara penggunaan IPTEKS pada saat
penerapannya dengan pihak lain.
Para ilmuan professional dari berbagai disiplin IPTEKS, pada dasarnya
sepakat bahwa disetiap cabang ilmmu, teknologi dan seni diperlikan seperangkat
norma yang akan digunakan sebagai garis pembatas bagi pemberlakuan IPTEKS
di lingkungan masyarakat. Hingga ada yang mengharapkan agar norma-norma itu
epenuhnya merupakan tanggung jawab para ahli IPTEKS dan bebas dari pengaruh
lembaga pemerintah. (Lubber, 2013)
Etika IPTEKS merupakan hal yang penting, karena dengan adanya etika
ipteks pengaruh-pengaruh negative dari ipteks dapat dibatasi. Yang paling penting
adalah etika yang menyangkut hidup mati orang banyak, masa depan,hak-hak
manusia dan lingkungan hidup.
Seperti yang kita ketahui hasil-hasil dari pengembangan ipteks, selain
memiliki sisi positif juga memiliki sisi negative. Dan untuk meredam sisi negative
tersebut dibutuhkan usaha. (Putri, 2013)
Maka jelas kiranya betapa pentingnya etika IPTEKS unruk membatasi
pengaruh negatif IPTEKS terhadap manusia. Yang paling urjen adalah etika
menyangkut hidup mati orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan
lingkungan hidup.dan etika akan lebih sempurna bila didukung oleh agama,
moralitas, social, hokum dan pendidikan. Usaha-usaha untuk meredam pengaruh
negatif IPTEKS antara lain adalah;
1. Rehumanisasi
Mengembalikan martabat manusia dalam perkembangan ipteks modern yang
sangat cepat dengan berbagai cara. Kecepatan perkembangan ipteks sebaiknya
disesuaikan dengan kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan.
Perkembangan nilai-nilai agama, etika, hokum, dan kebijakan lebih lambat
dari perkembangan ipteks, maka masalah in harus mendapat perhatian khusus.
Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik lahi maupun
batin sehingga pembangunan dan pengembangan ipteks selalu harus selalu
mengarah pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan manusia seutuhnya
antara lahiriah dan batiniah. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju
kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju
rehumanisasi oleh karenanya semua fihak harus mengambil bagian dan
berkontribusi positif didalamnya.
2. Kemampuan memilih
Dengan makin bayaknya kebolehjadian yang diakibatkan oleh ipteks, maka
timbul kesukaran dalam memilih, meskipun pilihan relatif lebih sedikit
daripada kebolehjadian. Pendidikan pada umumnyadiarahkan pada
caraproduksi bukan pada cara konsumsi. Terkikisnya nilai-nilai menyebabkan
menurunnya perbedaan antara yang mungkin dengan yang terjadi, bahkan
mana yang benar dan mana yang salah sudah sangat susah dibedakan. Segala
yang teknis yang akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring oleh
nilai-nilai kemanusiaan artinya prinsip dasar yang esensi dari suatu hal maah
terabaikan. Etika yang didukung oleh aspek moal keagamaan, social dan aspek-
aspek yang terkait seharusnya menentukan apa yang mungkin dteliti dan
dikembangkan, kemudian tidak dilakukan jika tidak manusiawi, tidak adil,
tidak bermoral dan lain-lain.
3. Arah perkembangan kemajuan
Anomali yang ditimbulkan oleh perkemangan ipteks sekarang, akan
mengakibatkan banyak ahli yang mempertanyakan apakah tepat cara-cara
yang dipakai menuju kesejahteraan kuantitatif dan kemajuan material manusa.
Beberapa ahli mengkonstalasi bahwa penyediaan kebutuhan material yang
berlebihanpun tidak akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan, bahkan
sebaliknya akan menimbulkan dekomposisi lingkungan, dehumanisasi dan
ketegangan-ketegangan dalam interrelasi unsur-unsur dalam ekosistem,
termasuk diantara sesame manusia.
4. Revitalisasi
Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang
berkelanjutan. Pembangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru dimasa
depan, sehingga diperlukan persiapan-persiapn yang menyeluruh. Usaha-
usaha revitalisasi akan banyak dipengaruhi baik secara positif dan secara
negative oleh factor-faktor dalam maupn luar negeri.
PENUTUP
Integritas Ipteks Dalam Dunia Segitiga memiliki maksud menyatukan atau
menyatupadukan Ilmu, teknologi dan seni dalam dunia segitiga dan merupakan
salah satu kerangka ilmu yang menghasilkan berbagai sikap yang membentuk jati
diri atau hakikat dari manusia itu sendiri. Adapun Usaha-usaha untuk meredam
pengaruh negatif IPTEKS antara lain adalah Rahumanisasi, Kemampuan memilih,
Arah perkembangan kemajuan, dan Revitalisasi
DAFTAR PUSTAKA