Anda di halaman 1dari 13

1.

Teori Puskesmas

Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).

Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004).

Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah
gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: (1)
Lingkungan sehat, (2) Perilaku sehat, (3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, (4)
Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Depkes RI, 2004).
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat (Depkes RI, 2004).

Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan
selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya,
agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan


yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga
dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta


lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa
diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula
aspek lingkungan dari yang bersangkutan (Depkes RI, 2004).

Fungsi
Adapun fungsi dari puskesmas ialah :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan


lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan
dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan
jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).

2. Diagnosis Holistik

Holistik yakni memandang manusia sebagai mahkluk biopsikososial pada


ekosistemnya. Manusia terdiri dari komponen organ, nutrisi, kejiwaan dan
perilaku.

Diagnosa holistik adalah tata cara diagnosa yang memperhatikan


berbagai aspek yang dimungkinkan menyebabkan penyakit pada pasien yang
bersangkutan.
Diagnosis Holistik : kegiatan untuk mengidentifikasikan dan menentukan
dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta kegawatan yang diperoleh dari
keluhan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan penilaian internal
dan eksternal dalam kehidupan pasien dan keluarganya.

Holistik merupakan salah satu konsep yang meliputi dimensi personal,


fisik, psikologi, sosial, dan spiritual dalam penanggulangan dan pencegahan
penyakit. Dalam pendekatan holistik, dipercayai bahwa kesehatan seseorang
tidak hanya bergantung pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada tubuh
seseorang, tetapi juga terkait dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual,
dan lingkungan.

Pendekatan holistik tidak hanya mengobati gejala tetapi juga mencari


penyebab dari gejala. Pendekatan holistik untuk pengobatan pasien telah
dikemukakan oleh Percival di dalam bukunya pada tahun 1803.

Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara


holistik(menyeluruh). Selain individu sebagai objek kasus, juga terkait dengan
aspek fisik(biologis), psikologis, sosial, dan kultural serta lingkungan. Masalah
kesehatan individu merupakan suatu komponen dari sistem pemeliharaan
kesehatan dari individu yang bersangkutan, individu sebagai bagian dari
keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi aspek biomedis,
psikologis, aspek pengetahuan , sikap dan perilaku, aspek sosial dan
lingkungan(Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2004)

Tujuan Diagnostik holistik :

1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat


2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah

Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan


terapi, tujuannya yakni

1. Menentukan kedalaman letak penyakit


2. Menentukan kekuatan serangan pathogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interfal kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi
ASPETRI Jateng 2011)

Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :

1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi


(penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan sarinagn (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial

Diagnosis holistik terdiri dari :

1. Keluhan utama, ketakutan, harapan, dan persepsi kesehatan


2. Diagnosis klinis dan diagnosis diferensial
3. Perilaku dan persepsi kesehatan (faktor confounding/risiko internal)
4. Masalah ekonomi dan psikososial keluarga, faktor lingkungan dan pekerjaan
(faktor determinan/ faktor resiko eksternal)
5. Derajat fungsi sosial.

Semua praktisi kesehatan sebaiknya menggunakan pendekatan holistik


dalam menangani pasien. Mengenali seseorang secara utuh dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit dapat merupakan kunci bagi dokter
untuk mendiagnosis penyakit dengan tepat. Pasien cenderung lebih puas jika
dokter menggunakan pendekatan holistik, dan merasa bahwa dokter
mempunyai lebih banyak waktu untuk mereka dan permasalahan mereka.

3. Jelaskan Triad Epidmiologi


4. Jelaskan Konsep Mandala of Health

The mandala of health (hancock & perkins 1985) menyempurnakan


bagaimana pola konsep terjadinya penyakit terhadap individu-individu.
Adapun penjelasan untuk pola konsep mandala of helath :
Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD,
harapan, ketakutan)
Human biology: risiko genetik dan herediter pasien
Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-ekonomi
yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan pasien
Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan
permintaan mengenai kesehatan publik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
Culture: norma dan budaya

Berdasarkan pola dan penjelasan diatas Mandala of Health (a model of


human ecosystem) dapat disimpulkan bahwa :

Manusia terdiri atas 3 bagian meliputi fisik, jiwa, dan pikiran


Kesehatan pada diri individu dipengaruhi oleh kebiasaan personal,
lingkungan fisik, unsur biologis manusia, serta lingkungan psiko-sosio-
ekonomi. Di mana masing2 faktor terkait satu sama lain.
Kebiasaan personal dan kondisi psiko-sosio-ekonomi mempengaruhi
lifestyle
Kebiasaan personal dan unsur biologis manusia mempengaruhi sick care
system
Kondisi psiko-sosio-ekonomi dan lingkungan fisik mempengarui kerja
seseorang
Unsur biologis manusia dan lingkungan fisik mempengaruhi human made
environment

5. Konsep Blum
Beranjak dari konsep diatas, Blum (1974) menambahkan konsep lain yang
dinamakan The environment of Health model menyatakan bahwa ada 4 faktor
yang dapat mempengaruhi kesehatan individu yaitu : lingkungan, gaya hidup,
human biology, dan system pelayanan kesehatan.

6. Level of prevention

Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum
kejadian, dengan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan
merupakan komponen yang paling penting dari berbagai aspek kebijakan public.

pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public Health Partnership,
2006).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis
penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai
tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.

Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :
1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)

2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)

3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)

4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit
dikenal dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan Clark dalam
bukunya Preventive Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga
tingkatan dalam proses pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan
utama tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Fase sebelum sakit

2) Fase selama proses sakit

7. Penatalaksanaan keluhan dengan menggunakan pendekatan Kedokteran keluarga


IdentitasPasien
Nama : Tn. Anto
Umur : 29 Tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Ojek
KeluhanUtama : Mata Merah
Riwayat Penyakit Sekarang : -
Riwayat Penyakit Dahulu :-
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Kebiasaan : Menonton TV, berjalan-jalan di sekitar rumah, bermain
dengan anak.
Riwayat Olahraga : Tidakpernaholahraga
Riwayat PsikoSosioEkonomi : - Pasienbekerja sebagai tukang ojek
Riwayat Gizi : Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali.
Pasien
Biasanya makan dengan nasi, sayur, tahu-tempe,
ayam, kadang makan buah-buahan.
Pemeriksaan Fisik : - Tanda Vital
1. Tekanan Darah : 110/70
2. Nadi : 90x/menit
3. Nafas : 28x/menit
4. Suhu : 38C
- Status Antopometri
1. BB : 65 kg
2. TB : 170 cm
3. BMI : 22,5
Penatalaksanaan : - Non Mendikamentosa
- Mendikamentosa
PenatalaksanaanKomprehensif :
Promotif :
- Cuci tangan dengan sabun sesaat setelah menyentuh mata
- Obati secara teratur
- Hindari daerah yang terlalu terang dan berdebu
Preventif :
- Mencegah penularan ke anggota keluarga yang lain, dengan meminimalisir
kontak dengan mata.
Kuratif :
- Teraturdalam mengkonsumsi obat yang telah didapat.
Rehabilitatif :
- Dianjurkanuntuktetapaktifsesuaikemampuantanpaterganggudengansakit yang
diderita

8. Konsep Pelayanan Kedokteran keluarga!

a. holistic

Mencakup seluruh tubuh jasmani dan rohani pasien (whole body system), nutrisi

Tidak hanya organ oriented

Patient and Family oriented

Memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial pada ekosistemnya.

b. Komprehensif

Tidak hanya kuratif saja, tapi pencegahan dan pemulihan

Health promotion
Spesific protection

Early diagnosis and Prompt treatment

Disability limitation

Penatalaksanaan tidak hanya patient oriented, tapi juga family oriented dan
community oriented

c. terpadu

Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah di dapat


Bekerja sama dengan pasien, keluarga, dokter spesialis atau tenaga kesehatan lain

d. Berkesinambungan

Tidak sesaat, ada follow upnya dan perencanaan manajemen pasien

9. Hubungan kebiasaan nonton tv dan diagnosis pemicu!

Aspek klinis : Konjungtivitis bakterial akut

Aspek internal : kebiasaan menonton tv

Aspek Klinis: Masalah medis, diagnosis kerja berdasarkan gejala dan tanda

Aspek risiko internal : seperti pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian, usia, gender

Menonton tv > mata kering > konjungtivitis non infeksi > terpapar debu ( tukang
ojek )

>.konjungtivitis bakterial
10. Apgar Keluarga

Anda mungkin juga menyukai