Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
sejumlah alat-alat yang tepat sehingga didapatkan hasil perawatan yang maksimal.
ekstraoral maupun intraoral dalam jangka waktu perawatan yang panjang, oleh sebab
itu para peneliti berusaha untuk menemukan alat yang terbaik, aman dan nyaman
bagi pasien. Alat intraoral yang digunakan dalam perawatan ortodonti meliputi
kawat, band dan braket. Material dari alat intraoral ini beragam antara lain plastik,
yang berguna menghantarkan gaya tertentu pada gigi. Penggunaan braket logam pada
perawatan ortodonti telah dilakukan sejak awal tahun 1900 dan umumnya logam
yang digunakan adalah logam mulia seperti emas dengan alasan sifatnya yang tahan
lama dan anggapan bahwa pemakaian logam mulia menunjukkan status sosial yang
lebih tinggi. Akan tetapi proses pembentukan emas sebagai alat untuk perawatan
ortodonti tidaklah mudah, sehingga para peneliti mulai mencari material lain yang
lebih mudah dibentuk, tahan lama dan nyaman untuk perawatan ortodonti. Pada
tahun 1929, stainless steel pertama kali digunakan untuk menggantikan emas. 2
Stainless steel ( SS) pertama sekali ditemukan pada tahun 1913 oleh ahli
metalurgi Inggris bernama Harry Brearly. Penemuan ini awalnya tidak sengaja
menambahkan kromium pada baja rendah karbon dan menyebabkan baja tersebut
menjadi tahan karat. Penelitian terhadap stainless steel terus berkembang dan tahun
1930-an mulai diproduksi. Stainless steel dalam metalurgi adalah alloy besi dengan
permukaan logam stainless steel. Unsur lain selain besi, karbon dan kromium yaitu
menghasilkan variasi sifat mekanis dari beberapa produk stainless steel yang
Steel didefinisikan sebagai alloy yang terbentuk dari besi dan karbon dengan
konsentrasi antara 0.5 % - 2 %. Stainless steel adalah suatu steel yang mengandung
lebih dari 11 % kromium, biasanya diantara 11,5% - 27%, dan bisa juga mengandung
contohnya industri, peralatan rumah tangga, medis dan alat kedokteran gigi, salah
satunya bidang ortodonti. Sebelum stainless steel ditemukan, bahan dasar kawat,
ligatur dan braket ortodonti terbuat dari emas 14-18 karat. Emas memiliki ketahanan
korosi yang tinggi tetapi harganya sangat mahal. Stainless steel mulai digunakan
dalam bidang ortodonti pada tahun 1933, ketika Archi Brusse menjelaskan mengenai
ortodontis karena memiliki kombinasi sifat mekanis yang baik, tahan korosi dan
harga ekonomis. Stainless steel digunakan dalam bidang ortodonti sebagai bahan
dasar braket, kawat. molar tube, band. Pegas dan lain-lain. Komposisi dan
steel dan diklasifikasikan oleh American Iron and Steel Institute (AISI). 17
pendinginan, sehingga austenit lebih stabil walaupun pada suhu kamar. Austenit
Tipe AISI 304 L SS dan 303 banyak digunakan sebagai bahan dasar braket
Mangan, Silikon dan karbon 0,003 %. AISI 303 adalah tipe austenitik stainless
resistensi terhadap korosi intergranular. Tipe AISI 302 dengan komposisi 17-19
% kromium, 8-10 % Nikel dan 0,08 % karbon biasanya digunakan untuk kawat
ortodonti.
Alloy ini adalah tipe AISI 400 dengan sifat ketahanan korosi yang cukup baik
perubahan fase ke keadaan padat, maka logam ini tidak mengeras dengan
Sama halnya dengan jenis Ferritik Stainless Steel , jenis Martensitik juga
dikategorikan tipe AISI 400. Akan tetapi sifat Martensitik berbeda dengan tipe
treatment) sehingga memiliki sifat kekerasan yang baik tetapi ketahanan korosi
sifat-sifat martensitik dan austenitik yaitu lebih kuat dan ketahanan korosi yang
baik. Kekuatan (tensile strength) yang tinggi disebabkan oleh proses heat
treatment yang menghasilkan presipitat (endapan) salah satu atau lebih Copper,
ke dalam alloy Stainless Steel. Alloy ini digunakan bila diperlukan kombinasi
Hardening Stainless Steel yang paling dikenal adalah untuk kepala pemukul
stik golf.
ferritik. Kombinasi dari kedua tipe tersebut menghasilkan kekuatan dua kali
lipat lebih baik daripada austenitik dan tidak mudah fraktur dibandingkan
dengan ferritik stainless steel. Selain itu, sifat tahan korosi dalam mulut
tinggi 18-30 %, Molybdenum yang tinggi 0,1-4,5 % dan Nikel lebih rendah
1,3- 6%, tembaga dan besi. Nitrogen ditambahkan untuk menambah kekuatan
dan tahan korosi. Tipe 2304 dan 2205 Duplex stainless steel digunakan
sebagai bahan dasar braket ortodonti dan indikasi untuk pasien yang alergi
nikel. Penelitian Plat dkk melaporkan bahwa 2205 Duplex stainless steel lebih
ortodonti.
Stainless steel 18-8 merupakan tipe stainless steel yang paling resisten
terhadap korosi, ini merupakan efek passivity dari kromium yang membentuk suatu
oxyda layer (oxide film) yang sangat tipis dan transparan tetapi kuat dan kedap air.
Lapisan ini bisa berbentuk Cr 2O3 atau FeCr2O3 yang mencegah terjadinya tarnish
korosi
disebut weld-decay.
Menurut Philips ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada stainless steel,
yaitu: 1
1. Korosi
dipanaskan antara 400 C sampai 9000C, temperatur yang pasti tergantung dari
kandungan karbonnya.
atau logam serupa pada permukaan. Sebagai contoh, jika stainless steel tidak
dimanipulasi secara hati-hati dengan tang dari besi karbon, maka ada kernungkinan
beberapa baja dari tang akan tertanam dalam stainless steel tersebut. Atau jika
pesawat dari stainless steel digrinding dengan bur baja karbon, beberapa baja dari
menyebabkan korosi.
2.Kompatibiliti
yang sangat baik pada rongga mulut akan tetapi berdasarkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Eliades dkk terjadi pelepasan ion bebas dari stainless steel selama
temperatur, kualitas dan kuantitas saliva, pH saliva, plak, jumlah protein pada
saliva, sifat fisika dan kimia makanan maupun minuman, kondisi kesehatan umum
maupun mulut, kadar klorida pada saliva dan frekuensi makan. Kondisi di atas
pelepasan logam. Bila pelepasan ion terjadi dengan cepat maka braket akan korosi
7
yaitu disintegrasi logam yang menyebabkan kerusakan pada braket tersebut
karena adanya akumulasi makanan pada area interproksimal sedangkan pada area
lain dialiri saliva normal, sehingga posisi braket stainless steel di dalam mulut
pasien turut berperan terhadap terjadinya korosi pada braket tersebut. Secara
mengganggu jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Pasien yang menjalani
perawatan ortodonti cekat lebih sulit menjaga oral hygiene dengan metode
konvensional, kemampuan self cleansing oleh saliva juga akan berkurang. Hal-hal
ini dapat memacu timbulnya lesi karies, yang dapat terjadi sekitar 1 bulan, tanpa
dihubungkan dengan kontrol plak mekanis. Keasaman saliva dapat berubah yang
disebabkan oleh akumulasi plak dalam mulut dan kecepatan aliran saliva sehingga
Saliva yang disebut juga cairan mulut adalah suatu cairan yang dikeluarkan
kelenjar ludah di dalam rongga mulut. Saliva merupakan sekresi campuran yang
kelenjar pada palatum lunak dan pada permukaan dalam bibir dan pipi. Saliva
buatan mengandung komponen yang sama dengan saliva asli, tetapi tidak
mengandung enzim. Saliva buatan dapat dibuat dengan berbagai macam metode
Fusayama, terdiri dari : NaCl (400mg/L), KCl (400mg/L), CaCl 2.H2O(795 mg/L),
mg/L).
logam pada braket dengan saliva sehingga terjadi kerusakan secara elektrokimia
pada braket.4 Pada daerah yang kurang terpoles dengan baik, yaitu daerah anoda
terjadi reaksi oksidasi, yaitu pelepasan ion elektron ke saliva yang menyebabkan
Mo M+ + e-
katoda akan mengambil elektron bebas di saliva yang diproduksi oleh anoda.
M+ + e- M0
2H+ + 2e- H2
2H2O + O2 + 4e- 3(OH)- 6
yang telah dipoles. Tidak ada tanda yang jelas yang bisa menandai kapan mulai
lepasnya ion-ion logam, tetapi bila proses tarnish tidak dihambat maka akan terjadi
logam secara mekanis dan berlangsung secara cepat akibat reaksi logam dengan
linkungannya. Bila penyebab tarnish tidak dihilangkan maka warna logam akan
adalah:
Stainless steel bersifat menyalurkan panas dan listrik, sehingga terjadi mobilitas
meninggalkan braket sehingga pada permukaan braket terbentuk ion positif yabg
labil dan bersifat anoda. Elektron yang terlepas akan menghasilkan energi panas
dan listrik, sedangkan ion positif akan bersenyawa dengan ion lain. Kejadian
seperti di atas sering terjadi pada area braket yang rusak atau kasar, karena tidak
penyebab korosi yang paling umum, tetapi biasanya korosi tidak disadari oleh
18
ortodontis sebelum braket mengalami kerusakan yang parah.
Produk korosi utama dari stainless steel adalah besi, krom dan nikel. Walau
ketiga elemen tersebut semuanya memiliki potensi efek samping, nikel dan krom
menimbulkan efek alergi, toksis atau karsinogenik. Interpretasi atas temuan tersebut
sebab dan akibat belum dibuktikan pada manusia. Selain itu tidak mungkin bahwa
pola yang sama berlaku pada aplikasi aloi dalam ortodonti dan ortopedi. 13
Pada umumnya larutan nikel (0,05 mol/L) dan kobal (0,01 mol/L)
Ion nikel dapat mempengaruhi kemotaksis leukosit melalui perubahan bentuk, sambil
menstimulasi neutrofil untuk menjadi asferis dan bergerak lebih lambat, serta
menghambat aktifitas kontraktil yang bergantung pada ion kalsium dengan men-
pada konsentrasi 2,5 sampai 50 ppm. Konsentrasi nikel dalam kisaran tersebut
dilepaskan dari aloi dental dan diperlihatkan mengaktifkan monosit dan sel-sel
endotel serta menekan atau mendukung pelepasan molekul adhesi interseluler oleh
sel endotel. Yang terakhir ini bergantung pada konsentrasi nikel. Sebagian besar
alergen dan mutagen yang telah diakui. Nikel dapat menstimulasi hipoksia melalui
up-regulasi Cap43, suatu gen yang mengatur hipoksia. Rute berbeda yang mengarah
ke kesimpulan yang sama telah dikemukakan dimana stres oksidatif yang disebabkan
oleh pemaparan terhadap logam dan khususnya nikel diperantarai oleh induksi laktat
melibatkan reaksi O2- dengan logam kelumit oksidatif dan pembentukan O2, yang
dan OH-. Hipotesis tambahan bagi stres oksidatif melibatkan induksi pembentukan
asetaldehid oleh nikel, sementara bukti atas aksi oksidatif diilustrasikan oleh
nontoksik merangsang kerusakan basis DNA yang bersifat spesifik-daerah dan single
strand scission. Keterlibatan faktor transkripsi NF-kB dan AP-1 telah ditetapkan
pengikatan kedua faktor tersebut ke sekuens DNA mereka. Kerusakan DNA akibat
Ni juga dapat timbul secara tidak langsung melalui penghambatan enzim, seperti 8-
Korosi merupakan kerusakan yang terjadi pada suatu material akibat reaksi
oksidasi dan reduksi (redoks). Ketika specimen logam murni (disebut elektroda)
ion specimen, maka ion logam akan cenderung larut ke dalam medium dan
permukaan logam yang hilang ionnya akan memulai proses redeposisi untuk
mempertahankan sifat logam tersebut, transfer ion logam ke medium cairan disebut
Tingkat korosi logam dipengaruhi oleh komposisi material serta reaksi kimia dari
(Faccioni.dkk,2004;Eliades.dkk,2002)
dkk, 2006).
Terdapat beberapa jenis proses korosi yang dapat terjadi pada braket logam
terkait dengan waktu pemakaian dan lingkungan rongga mulut yang antara lain :
Pada kondisi normal, braket logam stainless steel diselubungi lapisan oksida
Akan tetapi, pada beberapa kasus lapisan tersebut rusak akibat ekspos braket
terhadap klorida. Umumnya korosi ini terjadi hampir di semua tingkat logam tetapi
dalam tingkat yang berbeda dan dapat tidak terdeteksi hingga mengenai sebagian
besar logam (Oh KT dkk, 2005; House dkk, 2008, Eliades dkk.2003)
Pada tingkat mikroskopis, braket ortodonti dapat memiliki banyak pit dan celah.
Korosi ini dapat terjadi pada pesawat lepasan bila kawat atau komponen sekrup
oleh bakteri dan biofilm permukaan antara kawat dan akrilik, sehingga
Dalam ortodonti, korosi galvanik dapat timbul bila dua logam yang berbeda
disatukan dalam pembuatan braket atau posted archwire. Dalam kasus pesawat lepas,
kedua logam juga dapat berperan dalam korosi galvanik, namun situasi tersebut
diperparah oleh adanya bagian sambungan yang disolder. Hal ini karena bagian
beban, kedua logam mengalami proses cold welding dari tekanan pada pertemuan
antara keduanya. Aplikasi kontinu tekanan demikian pada pertemuan tersebut akan
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat X-Ray Fluoresence (XRF) tipe
EDX-1300. Uji XRF bertujuan menentukan jenis dan presentase komponen unsur-
serta penentuan konsentrasi elemen yang ada pada sampel padat, bubuk ataupun cair.
sinar-x.31
Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu
material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini dipilih
untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada
penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber
eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan
Keunggulan dari metode ini adalah sampel yang dianalisis tidak perlu
dirusak, memiliki akurasi yang tinggi, dapat menentukan unsur dalam material tanpa
adanya standar, serta dapat menentukan kandungan mineral dalam bahan biologik
Atomik adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk mendeteksi jejak logam
didasarkan pada pengukuran intensitas emisi pada panjang gelombang yang khas
untuk setiap unsur. Bahan yang akan dianalisis untuk alat ICP ini harus berwujud
- Preparasi Sampel
- Nebulisasi
- Desolvasi/ Volatisasi
- Atomisasi
- Eksitasi/ Emisi
Atom memperoleh energi dari tumbukan dan memancarkan cahaya dari panjang
- Deteksi/ Pemisahan
Braket ortodonti dapat terbuat dari bahan logam maupun non logam. Salah
satu logam yang dipakai untuk pembuatan braket adalah stainless steel. Braket
dengan bahan stainless steel merupakan braket yang terbanyak digunakan di klinik
mempunyai kekuatan tinggi. Stainless steel merupakan logam campuran dari besi
mangan, silikon dan karbon yang kadarnya kurang dari 0,1 Nikel berfungsi
perdebatan, karena di satu sisi nikel diketahui memberikan reaksi alergi yang lebih
banyak selama perawatan ortodonti dibandingkan dengan ion logam lainnya dan di
Selama perawatan ortodonti cekat, braket selalu berada dalam rongga mulut
sehingga terjadi interaksi braket dengan lingkungannya. Salah satu kriteria yang
harus dipenuhi oleh braket ortodonti adalah memiliki biokompabilitas yang baik dan
daya tahan yang tinggi terhadap korosi. Produk utama hasil proses korosi yang paling
merugikan bagi tubuh adalah ion nikel. Pelepasan ion nikel pada braket dipengaruhi
oleh komposisi kandungan logam, metode pembuatan serta lingkungan dalam mulut.
mengganggu jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Pasien yang menjalani
perawatan ortodonti cekat lebih sulit menjaga oral hygiene dengan metode
konvensional, kemampuan self cleansing oleh saliva juga akan berkurang. Hal-hal
ini dapat memacu timbulnya lesi karies, yang dapat terjadi sekitar 1 bulan, tanpa
dihubungkan dengan kontrol plak mekanis. Keasaman saliva dapat berubah yang
saliva buatan.
pH 5 dan pH 6,8.