Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada Bab ini kami akan membahas apakah ada kesenjangan antara

teori dengan kasus yang dikelola pada Pada Tn.S dengan Guillain barre

syndrome. Asuhan keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Intervensi keperawatan, Implementasi dan Evaluasi dilakukan

pada tanggal 3 - 5 Agustus 2016 Di Intensif Care Unit Rumah Sakit Umum

Daerah Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan

dengan mengumpulkan data-data dari klien yang akurat sehingga akan

diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari

pengumpulan data, validasi data, dan identifikasi pola masalah (Hidayat,

2008).

Proses pengkajian yaitu melakukan pengumpulan riwayat

kesehatan, melakukan pengkajian kesehatan, wawancara dengan klien, dan

orang terdekat klien, (Smeltzer, 2004).

Guillain Barre Syndrome adalah suatu kelainan sistem

saraf akut dan difus yang biasanya timbul setelah suatu infeksi

atau diakibatkan oleh autoimun,di mana proses imunologis

tersebut langsung mengenai radiks spinalis dan saraf perifer, dan

kadang-kadang juga saraf kranialis. Saraf yang diserang bukan

hanya yang mempersarafi otot, tetapi bisa juga indera peraba

sehingga penderita mengalami baal atau mati rasa. Fase awal

31
dimulai dengan munculnya tanda tanda kelemahan dan

biasanya tampak secara lengkap dalam 2 3 minggu. (Japardi,

2002).

Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot

ekstremitas tipe lower motor neurone dari otot-otot ekstremitas,

badan dan kadang-kadang juga muka. Pada sebagian besar

penderita, kelumpuhan dimulai dari kedua ekstremitas bawah

kemudian menyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak

atas dan saraf kranialis. (Smeltzer, 2002).

Pengkajian keperawatan menurut Japardi, 2002 Gejala awal

Guillain barre syndrome adalah adanya kelemahan dan paralysis

secara simetris yang biasanya dimulai dari ekstremitas bawah

dan selanjutnya berkembang dengan cepat ke arah atas,

hilangnya kontrol motorik halus tangan.

Sekitar 25% pasien GBS akan mengalami berbagai kesulitan

antara lain pada : sistem pernafasan ditandai dengan sesak nafas bahkan

henti nafas, penurunan kemampuan menelan dan batuk. Pasien biasanya

akan diberi bantuan alat ventilator untuk membantu pernafasan dalam

kondisi tersebut di atas (Anonim, 2006).

Gejala awal biasanya kelemahan atau rasa kesemutan pada kaki,

rasa seperti ditusuk-tusuk jarum di ujung jari kaki atau tangan atau mati

rasa di bagian tubuh tersebut. Rasa itu dapat menjalar ke bagian tubuh atas

tubuh. Pada beberapa kasus bisa menjadi lumpuh, Hal ini bisa

menyebabkan kematian. Pasien kadang membutuhkan alat respirator untuk

bernapas. Gejala biasanya memburuk setelah beberapa minggu, kemudian

stabil. (Anonim, 2006).


32
Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang

dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik. Kegagalan

pernafasan ini disebabkan oleh paralisis diafragma dan

kelumpuhan otot-otot pernafasan, yang dijumpai pada 10-33

persen penderita.

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada Tn.S dengan

Guillain barre syndrome pada tanggal 3-5 Agustus 2016, didapatkan data

bahwa:

1. Kaki klien tidak bisa begerak/lemah serta

menyebar ke badan mulai 2 minggu yang lalu.


2. Terjadi kelemahan pada ekstremitas atas dan

bawah.
3. Keluhan utama klien sesak nafas
4. Keluarga mengatakan sebelumnya klien sering

mengalami baal dan kesemutan.

Menurut analisa penulis ada keterkaitan antara teori

dengan kasus yang penulis ambil dimana menurt teori

pasien dengan guillain barre syndrome gejala awal adalah

terjadi kelemahan pada bagian ekstremitas bawah yang

kemudian menyebar ke bagian ekstremitas atas, selain itu

gbs adalah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf

tepi, dimana fungsi saraf tepi antara lain adalah fungsi

sensoris, fungs motorik, dan fungsi otonomik. Pada kasus

yang dialami Tn. S menurut analisa penulis telah terjadi

komplikasi dari guillain barre syndrome yaitu kegagalan

33
bernafas akibat dari kelumpuhan otot otot pernafasan

karena terjadi kerusakan fungsi saraf tepi

34
2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis Keperawatan adalah sebuah label singkat menggambarka

n kondisi klien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini berupa masalah-

masalah actual atau potensial (Wilkinson, 2006)..

Dalam teori, diagnosa yang dapat muncul pada klien dengan

Guillain barre syndrome yaitu: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas,

Ketidakefektifan pola nafas, hambatan mobilitas fisik, Gangguan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh, Resiko jatuh, dan ansietas.

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada Tn.S dengan

Guillain barre syndrome pada tanggal 2-4 Agustus 2016, didapatkan

diagnosa keperawatan:

1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas


2. Disfungsi respon penyapihan ventilator
3. Hambatan mobilitas fisik
Ketiga diagosa tersebut penulis ambil berdasarkan

data pengkajian yang penulis dapatkan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada Tn. S, Dimana penulis

mengambil diagnosa keperawatan Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas sebagai prioritas.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan suatu

keadaan ketika sesorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata

atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan

untuk batuk secara efektif (Lynda juall, Carpenito 2006).

35
3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah ketegori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan

dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut, (Potter

dan Perry, 2005).

Menurut NOC (Nursing Outcome Classification) dalam buku asuhan

keperawatan berdasarkan diagnosa medis nanda nic-noc 2015

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Diharapkan Respiratory status:

Ventilation. Respiratory status: Airway patency. dengan kriteria hasil:

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada

cianosis dan dyspneu (Mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukan jalan napas yang paten

(klien tidak merasa tercekk, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam

rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Mampu mengidentifikasi

dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas. intervensi atau

NIC yang akan dilakukan yaitu secara ONEC (Observation, Nursing

intervensi, Education, Colaboration) yaitu:

1.Monitor tanda- tandavital Klien

2.Kaji bersihan jalan napas apakah terdapat sumbatan

3.Lakukan Vibrasi dada perlahan

4.Lakukan suction

5.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

36
4. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan

(Potter dan Perry, 2005).

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada Tn.S dengan Guillain barre

syndrome pada tanggal 3-4 Agustus 2016 Implementasi keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah:

1.Memonitor tanda- tandavital Klien

2.Mengkaji bersihan jalan napas apakah terdapat sumbatan

3.Melakukan Vibrasi dada perlahan

4.Melakukan suction

37
5. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien

terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian,

(Potter dan Perry, 2005). Tanggal 3 sampai 5 Agustus 2016 dilakukan

evaluasi dengan metode SOAP (Subjektif, Objektiv, Assesment, Planning).

Setelah melakukan implementasi, kami melakukan evaluasi

keperawatan kepada klien selama tiga hari dan evaluasi yang ada dalam

teori menyebutkan bahwa evaluasi yang diharapkan untuk diagnosa

Ketidakefetifan bersihan jalan nafas adalah Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada cianosis dan dyspneu

(Mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak

ada pursed lips). Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa

tercekk, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak

ada suara nafas abnormal). Mampu mengidentifikasi dan mencegah

faktor yang dapat menghambat jalan nafas (Aplikasi Nanda Nic-Noc

2015)

38
Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada Tn.S dengan

Guillain barre syndrome pada tanggal 3-5 Agustus 2016. Evaluasi

di dapatkan data:

Subyektif:-Obyektif: Airway paten. Assesment: Masala

h bersihan jalan napas teratasi Planning: Pertahankan

intervensi:

1.Monitor tanda- tandavital Klien

2.Kaji bersihan jalan napas apakah terdapat sumbatan

3.Lakukan Vibrasi dada perlahan

4.Lakukan suction

5.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

39
40
41

Anda mungkin juga menyukai