Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN TEORI

1 Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

2.1.1 Definisi Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis mnagement, yang

berarti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Arwani (2006)

manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang

berubah (Arwani, 2006).

Manajemen merupakan suatau pendekatan yang dinamis dan pro aktif

dalam menjalankan suatu kegiatan dalam organisasi. Manajemen mencakup

kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staff,

sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,

1999 dikutip dari Nursalam, 2015).

2.1.2 Pengertian Keperawatan

Menurut Sudiharto (2007), keperawatan adalah suatu bentuk

pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam bentuk

biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,

keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan. Hal ini didukung oleh pengertian profesi keperawatan

menurut ICN yang diartikan sebagai bagian dari

sistem kesehatan, mencakup promosi kesehatan, pencegahan

penyakit, dan perhatian pada masalah psikis, penyakit mental, dan

kecacatan manusia pada semua umur pada pelayanan kesehatan dan alur

komunitas lainnya (Marteau, 2003). Tak hanya itu, Virginia Henderson (dalam

Dwidiyanti, 1998) juga mendukung pengertian profesi keperawatan ini, yang

diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat

maupun sakit untuk mencapai keadaan sehat atau sembuh dari penyakit,

sehingga ia mempunyai kekuatan, keinginan dan pengetahuan.

2.1.3 Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses perubahan atau

transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan

pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan

pengendalian mutu keperawatan. (Depkes RI, 2001).

Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Gillies, 2005 dikutip dari Kholid Rosyid, 2013).

Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan

berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian


(organizing), pengaturan staff (staffing), kepemimpinan (leading), dan

pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi

departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.

2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem

terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan

berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu

sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol

dan mekanisme umpan balik.

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,

personal, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan

adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi

sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk

melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan

keperawatan, pengembangan staf dan riset. (Nursalam, 2007).

Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan

termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja

perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik

berupa laporan finansial, audit keperawatan, surveI kendali mutu dan

penampilan kerja perawat.

Sedangkan menurut Henry Fayol mengungkapkan ada lima fungsi

manajemen yang meliputi: Planning, Organization, Command, Coordination,


dan Control. Konsep Fayol tersebut dimodifikasi oleh Luther Gullick (Marquis

& Huston, 2000) dalam bentuk tujuh aktivitas manajemen yang meliputi:

Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan

Budgeting. Marquis dan Huston merangkum konsep yang dikemukakan oleh

Fayol dan Gullick dengan mengungkapkan bahwa proses manajemen

keperawatan terdiri dari planning, organizing, staffing, directing, dan

controlling yang membentuk suatu sklus proses manajemen seperti yang

tersaji dalam skema dibawah ini:

PROSES MANAJEMEN

Plannin Organizi Staffin Directi Controlling


g ng g ng

Sumber: Gillies, D. A., (1994), Nursing management : A system

approach,

Third edition, Philadelphia: WB. Saunders Company.

Proses manajemen keperawatan dapat juga dilihat dari pendekatan

sistem, yaitu sebagai sistem terbuka dimana masing-masing komponen

saling berhubungan dan berinteraksi serta dipengaruhi oleh lingkungan.

Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen utama
yaitu input, process, output, control dan mekanisme umpan balik (Feed

back).

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personil,

peralatan dan fasilitas. Process dalam manajemen keperawatan adalah

kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai

keperawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk

melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah kualitas dari

asuhan pelayanan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

Control yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk

budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat,

prosedur standar dan akreditasi. Mekanisme umpan balik (Feed back) berupa

laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan

kerja perawat.

2.1.5 Fungsi Manajemen Keperawatan

Ditjen Bina Upaya Kesehatan (2011) menyebutkan fungsi manajemen

dalam pelayanan dan asuhan keperawatan mencakup: pengumpulan data,

perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengawasan.

Sebagai indikator bahwa manajemen terlaksana dengan baik adalah kualitas

pelayanan meningkat, adanya pengembangan staf dan riset terapan untuk

menghasilkan tehnologi keperawatan.


Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi manajemen yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan adalah

sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu

fungsi manajemen yang memegang peranan penting dalam menjamin

tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam penyusunan rencana yang

baik, butuh dana dan informasi yang akurat dari penelitian dan

pembuktian lapangan.

Proses perencanaan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:

a. Mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik.

Setelah ciri-ciri itu diketahui lalu diusahakan agar rencana yang

dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut.


b. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian

pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan.


c. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang

harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.

Perencanaan pelayanan keperawatan adalah fungsi dasar dari

manajemen yang merupakan tugas utama dari semua manajer

keperawatan dan merupakan proses yang sistematis berdasarkan teori

teori manajemen.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian yaitu menggerakkan sumber daya manusia dan

suber daya yang dimiliki institusi untuk mencapai tujuan organisasi.


Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi

yang sesuai dengan tujuan organisasi sumber daya-sumber daya yang

dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian

dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar manjadi

kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah

manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang

dibutuhkan untuk melaksakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi

tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan

tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan,

bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokan, siapa yang

bertanggungjawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana

keputusan harus diambil.

Pengorganisasian manajemen keperawatan adalah

pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan organisasi yang meliputi supervisi, koordinasi dengan unit kerja

lain baik secara vertikal maupun horizontal.(Depkes RI, 2001).

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan

yang mengikat pada bawahan agar bersedia mengerti dan

menyumbangkan tenaganuya secara efektif serta efesian dalam

pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan

ini bersifat sangat komplek karena di samping menyangkut manusia


juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu

sendiri.

4. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk

mengetahui apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah

disusun sebelumnya, dalam artian pengawasan membandingkan

antara kenyataan dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan mengadakan

koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari

rencana yang telah disusun.

Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk

mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

secara berkesinambungan. (Depkes RI,2001).

2.1.6 Prinsip Prinsip Manajemen

Prinsip prinsip manajemen menurut Arwani (2006) adalah:

a. Division of work / pembagian pekerjaan


b. Authority and responsibility/kewenangan dan tanggung jawab
c. Dicipline/disiplin
d. Unity of command/kesatuan komando
e. Unity of direction/kesatuan arah
f. Sub ordination of individual to generate interest/kepentingan

individu tunduk pada kepentingan umum


g. Renumeration of personal/penghasilan pegawai
h. Centralization/sentralisasi
i. Scalar of hierarchy/jenjang hirarki
j. Order/ketertiban
k. Stability of tenure of personal/stabilitas jabatan pegawai
l. Equity/keadilan
m. Inisiative/prakarsa
n. Esprit de Corps/kesetiakawanan korps.

Seperti juga prinsip-prinsip manajemen secara umum, prinsip-prinsip

yang mendasari manajemen keperawatan adalah:

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan,

karena melalui fungsi perencanaan pimpinan/ pengelola

keperawatan dapat menurunkan risiko terhadap pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah yang tidak efektif dan tidak

efisien.

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan

waktu yang efektif. Manajer/ pengelola keperawatan yang

menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram

dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu

dan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan

keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi

dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan

pengambilan keputusan yang tepat diberbagai tingkat manajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan

fokus perhatian manajer/ pengelola keperawatan dengan

mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini.

Kepuasan pasien merupakan point utama dari tujuan

keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian

dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi pelayanan untuk

mencapai tujuan.

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen

keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,

koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana.

7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk

memperlihatkan penampilan kinerja yang baik.

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan

memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian

diantara pegawai.

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya

persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang

lebih tinggi ataupun upaya manajer keperawatan untuk

meningkatkan pengetahuan karyawan.

10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang

meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah

dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip

melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan

standar dan memperbaiki kekurangan yang ditemukan.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para administrator dan

manajer keperawatan seyogianya bekerja bersama-sama dalam


perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen

lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.7 Prinsip-prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan

Menurut Nursalam (2007), prinsip-prinsip manajemen keperawatan

adalah :

1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena

melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko

pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan

terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan

waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu

akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan

melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan

keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi

dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan

pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.


4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan

fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa

yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien

merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.


5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian

dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai

tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen

keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,

koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah

diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk

memperlihatkan penampilan kerja yang baik.


8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang

efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman

dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian

diantara pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya

persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih

tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan

karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang

meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,

pemberian instruksi dan menetapkan prinsip prinsip melalui

penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar

dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan

administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perenacanaan dan

pengorganisasian serta fungsi - fungsi manajemen lainnya untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.8 Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang

melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan

kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan

memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya

perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang

memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan

yang terdapat didalamnya (Nursalam, 2015).

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan

yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan

perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:

1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan.


2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan

oleh perawat.
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil hasil keperawatan.
Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para

manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen

keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.

Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen

keperawatan terdiri dari :


a. Manajemen operasional

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang

keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu :

1. Manajemen puncak
2. Manajemen menengah
3. Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen

berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu

dimiliki oleh orang- orang tersebut agar penatalaksanaannya

berhasil. Faktor faktor tersebut adalah :

1. Kemampuan menerapkan pengetahuan


2. Ketrampilan kepemimpinan
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses

keperawatan yang menggunakan konsep konsep manajemen

didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian atau evaluasi.

2.2 Model Asuhan Keperawatan

2.2.1 MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)

2.2.1.1 Pengertian

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem

(struktur,proses, dan nilai nilai) yang memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk

menopang pemberian asuhan tersebut Sitorus (2006)

2.2.1.2 Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatn

Profesional (MAKP)

Marquis & Huston (2009) mengidentifikasikan 8 model pemberian

asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit

adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Setiap perubahan akan


berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur

utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan

yaitu:

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi


2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.

2.2.2 MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)

2.2.2.1 Pengertian

MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) adalah suatu sistem

(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan,

yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2007).

2.2.2.2 MPKP Sebagai Pelayanan Prima Keperawatan

Menurut Nursalam (2007), MPKP dikembangkan dalam beberapa jenis

sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:

1. Model praktek Keperawatan Profesional III


Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional

dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan

berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan

penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.


2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan

spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di


ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan

melakukan penelitian keperawatan.


3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode

pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.

Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode

keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.


4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan

yang akan menuju profesional I.

2.2.2.3 Jenis-Jenis MPKP

Menurut Nursalam (2007), jenis-jenis MPKP adalah :

1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang

pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya dari D3

keperawatan.
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional

MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:

a. MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3 Keperawatan,

tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim) mempunyai

pendidikan minimal S1 Keperawatan.


b. MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan

mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenanga

spesialis Keperawatan jiwa.


c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners

Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa

dan dokter keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.

2.2.2.4 Bagan Struktural MPKP

Bagan 2.1
Bagan Struktural MPKP

Konsultan

Tim medis Kepala ruanagn keperawatan

Ketua tim PP Ketua tim PP Ketua tim PP

Perawat

asosiasi Perawat asosiasi Perawat asosiasi

Perawat

asosiasi Perawat asosiasi Perawat asosiasi

Perawat

asosiasi Perawat asosiasi Perawat asosiasi


Keteranagan :

: Garis Koordinasi

: Garis Perintah

(Arwani 2006)
2.2.2.5 Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP

1. Peran Kepala Ruangan (Karu) :


a. Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan

ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi :

menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya serta

mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat

yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan

memberikan motivasi kepada pasien tentang kegunaan obat.


b. Memimpin sharing pagi.
c. Memimpin operan pagi.
d. Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh

Ka.Tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu.


e. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik,

meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan

penunjang (hasil Lab), dll.


f. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan

kebutuhan.
g. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di

area tanggung jawabnya.


h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
2. Ketua Tim (KATIM) :

Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien

oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya.


a. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang

dikoordinirnya pada saat Pre Confrence.


b. Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk

setiap pasiennya.
c. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

rencana yang telah dibuat PP.


d. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien

dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence.

3.Penanggung Jawab Shift (PJ Shift) :

Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam

dan hari libur.

1. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.


2. Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
3. Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang

telah dibuat PP.


4. Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan.
5. Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.
6. Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) :

Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien

yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow

up) perkembangan pasien.

a. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh

PA.

b. Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

2.2.3 Model Modular


2.2.3.1 Pengertian Model Modular

Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional

(terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai

pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Metode ini diperlukan

perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan

kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan

kekurangan metode ini sampai dengan gabungan antara metode tim dan

metode perawatan primer (Arwani, 2006)

Menurut Arwani (2006) metode keperawatan moduler adalah suatu

variasi dari metode keperawatan primer. Metode ini merupakan gabungan

antara metode tim dengan metode primer. Metode ini sama dengan metode

tim karena baik perawat profesional maupun non-profesional bekerja

bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan

seorang perawat profesional. Di samping itu, dikatakan memiliki kesamaan

dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat

bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam

perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.

Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan

metode keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat

memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12

orang. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang

dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai.


Sekalipun di dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung

jawab yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat

profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non-

profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim dalam

keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat

digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua

tim. Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas

dengan mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan berperan

sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator.

2.2.3.1 Keuntungan dan Kelebihan Model Modular

1. Keuntungan Model Modular :

a. Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic

dengan pertanggung jawaban yang jelas.


b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui

rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.


d. Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-

beda dengan aman dan efektif.


f. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
g. Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan

atau diterapkan.
b. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
c. Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima

asuhan keperawatan.
d. Lebih mencerminkan otonomi.
e. Menurunkan dana perawat.
2. Kekurangan Model Modular :

a. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas

rutin yang sederhana terlewatkan.


b. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat

penanggung jawab pasien bertugas.


c. Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
d. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/

kedokteran.
b. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
c. Masalah komunikasi.

2.2.4 Model Perawatan Primer (Primary Nursing)

2.2.4.1 Pengertian Model Primer

Model primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan

dilakukan oleh perawat primer yang bertanggungjawab selama 24 jam terus

menerus terhadap beberapa pasien, selama pasien dirawat dampai pasien

pulang. Ketika perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan

asuhan sesuai rencana (Gilies, 2009).


2.2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Primer

Kelebihan model ini adalah menjamin asuhan berkualitas dan holistik,

kinerja fungsi, kepuasan klien dan keluarga tinggi, pelayanan bersifat

holistik, konsisten dan kontinyu serta akuntabilitas perawat primer tinggi.

1. Keuntungan :

a. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau

diterapkan.
b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
b. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan

keperawatan .

2. Kerugian :

a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional


b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain

2.2.5 Metode Perawatan TIM

2.2.5.1 Pengertian

Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan

keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam

beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat

professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana

terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. (Arwani,

2006)

Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan

seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan


anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan

keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian

dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim

bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan

rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan

dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali

melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim)

guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan

keperawatan.

2.2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Tim

1. Kelebihan :

a. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.


b. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty

dipertanggung jawabkan.
c. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan

lain.
d. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan

professional.

2. Kekurangan :

a. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.


b. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,

karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.


c. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,

dibandingkan dengan anggota tim.


2.2.6 Model Perawatan Fungsional

2.2.6.1 Pengertian

Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dimana fungsi

keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya

seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat,

perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-

tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini di distribusikan berdasarkan tingkat

kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu Kepala

Ruang terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut,


selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan

tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab

langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang

bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien

(Arwani, 2006).

2.2.6.2 Kelebihan dan kekurangan Model Fungsional

1. Kelebihan :

a. Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.


b. Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga

keperawatan professional.
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan

selalu berulang-ulang dikerjakan.

2. Kerugian :

a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.


b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
b. Pelayanan tidak professional.
c. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

Anda mungkin juga menyukai