Klasifikasi otot
Lurik atau seran-lintang (otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos) bergantung
pada ada tidaknya pita terang gelap bergantian atau garis-garis, jika otot dilihat secara
mikroskopik
Volunter (otot rangka) atau involunter (otot polos dan jantung) bergantung pada apakah
otot tersebut disarafi oleh sistem somatik dan berada di bawah kontrol kesadaran atau
disarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak berada di bawah kontrol kesadaran
Satu sel otot rangka adalah serat otot, relatif besar, memanjang, dan berbentuk silindris,
dengan ikuran garis tengah dari 10-100 mikrometer dan panjang hingga 750.000
mikrometer atau 7,5 cm.
Terdiri atas sejumlah serat otot yang sejajar satu sama lain dan disatukan jaringan ikat
Serat-serat otot terbentuk dari fusi mioblas (mio : otot; blas : pembentuk). Adanya
mitokondria sebagai penghasil energi
Serat otot rangka tampak lurik karena susunan internal yang sangat tertata
Miofibril : struktur silindris intrasel dengan garis tengah 1 mikrometer dan terbentang di
seluruh serat otot
Setiap miofibril terdiri atas susunan teratur elemen-elemen sitoskeleton filamen tebal dan
tipis yang tertata rapi
Filamen tebal : protein miosin
Filamen tipis : protein aktin
Otot keseluruhan (suatu organ) - serat otot (sebuah sel) - miofibril (struktur intrasel
khusus) - filamen tebal dan tipis (elemen sitoskeleton) - miosin dan aktin (molekul
protein)
Pita A dan I
Sebuah miofibril memperlihatkan pita gelap (A) dan pita terang (I) bergantian
Pita pada semua miofibril tersusun sejajar satu sama lain yang menghasilkan gambaran
lurik otot
Tumpukan filamen tebal dan tipis secara bergantian berperan menghasilkan gambaran
pita A dan I
Pita A : tumpukan filamen tebal + filamen tipis yang tumpang tindih di kedua ujung
filamen tebal
Batas luar suatu pita A : kedua ujung filamen tebal dalam suatu tumpukan
Zona H : daerah yang lebih terang tepat di tengah pita A, tempat yang tidak dicapai
filamen tipis. Hanya bagian tengah filamen tebal yang ditemukan
Garis M : sistem protein penunjang menahan filamen tebal vertikal di dalam setiap
tumpukan
Pita I : tumpukan filamen tipis yang tidak terdapat filamen tebal
Garis Z : garis vertikal di setiap pita I
Sarkomer : daerah yang dibatasi oleh dua garis Z
Titin : untai tunggal protein raksasa yang sangat elastik berjalan di kedua arah dari garis
M, sepanjang filamen tebal ke garis Z
Sarkomer merupakan unit fungsional serat otot yang dapat berkontraksi. Selama
pertumbuhan, otot bertambah panjang dengan menambahkan sarkomer baru di ujung
miofibril
Jembatan silang
Terbentang dari masing-masing filamen tebal menuju filamen tipis dimana kedua filamen
saling bertumpang tindih
Secara tiga dimensi, filamen tipis tersusun secara heksagonal di sekitar filamen tebal.
Jembatan silang menonjol dari filamen tebal ke enam arah menuju filamen tipis. Filamen
tipis dikelilingi oleh tiga filamen tebal
Molekul miosin : terdiri atas dua subunit identik, masing-masing berbentuk seperti stik
golf. Setiap stik golf terdiri atas pilinan protein berupa ekor, dengan dua bagian globular
menonjol di satu ujung. Masing-masing ekor bertemu di tengah filamen tebal dan kepala
globular menonjol keluar. Kepala globular ini yang membentuk jembatan silang. Kepala
globular terdiri atas 2 tempat : tempat mengikat aktin, dan tempat miosin ATPase
(pengurai ATP)
Aktin : protein struktural utama, berbentuk bulat. Setiap molekul aktin membentuk rantai
panjang, terdiri atas 2 pilinan rantai panjang. Setiap molekul aktin memiliki suatu tempat
pengikatan khusus untuk melekatnya jembatan silang miosin
Tripomiosin : protein mirip benang yang terbentang dari ujung ke ujung di samping alur
spiral aktin. Menutupi bagian aktin yang berikatan dengan jembatan silang, menghambat
interaksi yang menghasilkan kontraksi otot
Troponin : kompleks protein yang terbuat dari 3 unit polipeptida, satu berikatan dengan
tropomiosin, satu berikatan dengan aktin, dan yang ketiga dapat berikatan dengan Ca2+
Filamen tipis terdiri atas pilinan ganda protein aktin yang diikuti oleh benang tipis
tropomiosin yang ditempeli oleh troponin sebagai regulatorik terjadinya kontraksi otot.
Mencegah kontraksi : ketika troponin tidak terikat dengan Ca2+, troponin menstabilkan
tropomiosin menutupi tempat pengikatan jembatan silang di aktin
Setiap terjadi kontraksi-relaksasi otot, yang mengalami perubahan panjang hanya pita I,
dan zona H yang menyebabkan sarkomer tampak memanjang/memendek. Pita A tidak
mengalami perubahan lebar
Kayuhan bertenaga
Ketika miosin dan aktin berkontak di jembatan silang, jembatan mengalami perubahan
bentuk, menekuk ke dalam seolah-olah memiliki engsel. Jembatan silang menarik masuk
filamen tipis ke arah dalam (tengah sarkomer) sewaktu berkontraksi
Permukaan tubulus T juga terdapat 4 subunit dengan pola yang persis seperti foot protein
sakus lateralis
Reseptor tubulus T ini disebut juga reseptor dehidropidin (dihambat oleh obat
dehidropidin)
Reseptor ini adalah sensor bergerbang voltase
Ketika potensial aksi mengalir di tubulus T, maka reseptor dehidropidin akan aktif,
memicu separuh bagian saluran pelepasan Ca2+ terbuka (foot protein atau reseptor
rianodin)
Membukanya reseptor rianodin ini menyebabkan separuh bagiannya lagi ikut membuka
gerbang Ca2+
Ca2+ selanjutnya digunakan dalam melakukan jembatan silang
ATP ditangkap oleh ATPase miosin dan diuraikan menjadi ADP dan Pi berenergi tinggi
di jembatan silang miosin dan tetap disimpan di jembatan silang sebelum berikatan
dengan molekul aktin
Terjadi eksitasi : Ca2+ berikatan dengan troponin, menarik tropomiosin menjauhi dari
posisinya, membuka tempat berikatannya molekul aktin dengan jembatan silang miosin
Terjadi kontraksi : jembatan silang miosin berikatan dengan molekul aktin sehingga
jembatan silang menekuk untuk menghasilkan dorongan yang kuat menarik filamen tipis
ke tengah sarkomer (memendekkan zona H dan sarkomer). Dorongan kuat ini berasal
dari ADP dan Pi yang sebelumnya disimpan dalam jembatan silang
Jika otot tidak menerima potensial aksi (tidak terangsang), maka tidak terjadi
pembebasan Ca2+ sehingga tropomiosin tetap pada posisinya mentupi bagian molekul
aktin yang berikatan dengan jembatan silang miosin. Sehingga ADP dan Pi yang ada
dibebaskan untuk kemudian energi ini digunakan oleh pompa Ca2+ATPase
membersihkan Ca2+ masuk ke dalam sakus lateralis
Setelah terjadi dorongan (kayuhan bertenaga) dari jembatan silang, jembatan silang
miosin akan tetap melekat dengan aktin. Sementara ADP dan Pi dibebaskan dari
jembatan miosin dan siap menerima ATP lainnya. ATP yang sudah ditangkap oleh
ATPase miosin menyebabkan jembatan silang miosin kembali ke posisi semula (tidak
menekuk)
Rigor mortis
Kaku mayat, yakni ketika ATP tidak lagi dihasilkan oleh tubuh, meskipun Ca2+
meningkat influksnya. Menyebabkan aktin dapat berikatan dengan jembatan silang
miosin tanpa ATP yang diuraikan, sehingga jembatan silang akan tetap terjadi antara
molekul aktin dan miosin yang menyebabkan terjadinya kaku otot
Relaksasi
Pompa Ca2+ATPase retikulum sarkoplasma mengangkut Ca2+ sitosol untuk
memasukannya kembali ke dalam sakus lateralis retikulum sarkolasma ketika potensial
aksi serat otot terhenti. Hilangnya Ca2+ sitosol akan menyebabkan troponin dan
tropomiosin bergeser kembali ke posisi semula menutupi bagian aktin yang berikatan
dengan jembatan silang miosin. Serat otot (filamen aktin) kembali melemas
Aktivitas kontraksi jauh lebih lama daripada aktivitas listrik yang memicunya
Periode laten : penundaan waktu beberapa mdetik antara eksitasi dan kontraksi
Waktu kontraksi : waktu dari kontraksi awal hingga tegangan puncak (50 mdet)
Waktu relaksasi : waktu antara tegangan puncak sampai relaksasi sempurna, yaitu
penyerapan kembali Ca2+ dan filamen kembali ke posisi semula (50 mdet atau lebih)
Waktu potensial aksi : 1-2 mdet
Aktivitas kontraksi jauh lebih lama dibandingkan potensial aksi yang memacunya yakni
kurang lebih 1:100
Penguraian ATP oleh ATPase miosin yang menghasilkan ADP akan memperbanyak
produksi kreatin dan ATP lewat reaksi di atas
Otot yang beristirahat mengandung kreatin fosfat lima kali lebih banyak daripada ATP.
Oleh karenanya, kreatin fosfat berfungsi sebagai pemasok ATP utama bagi otot
Menghasilkan lebih banyak ATP dari penguraian asam piruvat menjadi asetil koA
(dekarboksilasi oksidatif) dan masuk ke dalam siklus kreb, hingga akhirnya elektron
ditranspor menjadi bentuk energi melalui fosforilasi oksidatif (bersih : 36 ATP). Proses
pembentukan ATP berlangsung relatif lebih lama, dan membutuhkan oksigen (aerob).
Oksigen didapat dari protein serat otot, mioglobin yang membantu pemindahan oksigen
dari darah ke dalam otot
Glikolisis
Menghasilkan lebih sedikit ATP dibanding fosforilasi oksidatif, yakni hanya 2 ATP
setiap penguraian 1 molekul glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat. Namun, ATP ini
dihasilkan dalam waktu yang lebih cepat dan tidak membutuhkan oksigen, sehingga
bekerja baik secara aerob maupun anaerob.
Terdapat 3 jenis serat otot rangka, berdasarkan perbedaan dalam hidrolisis dan sintesis
ATP
Dua faktor utama yang dapat diubah-ubah untuk menghasilkan variasi tegangan otot utuh
:
1. Jumlah serat otot yang berkontraksi di dalam satu otot
2. Tegangan yang dihasilkan oleh masing-masing serat yang berkontraksi
Setiap otot disarafi oleh sejumlah neuron motorik berbeda. Neuron motorik membentuk
cabang-cabang dengan setiap terminal akson mensarafi satu serat otot. Satu neuron
motorik mensarafi sejumlah serat otot, tetapi serat otot hanya disarafi oleh satu neuron
motorik. Neuron motorik bersama dengan serat-serat otot yang dipersarafinya dinamakan
unit motorik
Setiap otot terdiri dari sejumlah unit motorik yang bercampur. Untuk kontraksi lemah,
hanya satu atau beberapa unit motorik yang diaktifkan. Untuk kontraksi yang lebih kuat,
lebih banyak unit motorik yang direkrut (rekrutmen unit motorik)
Jumlah serat otot per unit motorik dan jumlah unit motorik per satu otot mempengaruhi
tegangan yang dihasilkan.
Selama aktivitas daya tahan ringan atau sedang (olahraga aerobik), unit-unit motorik
yang paling resisten terhadap kelelahan direkrut pertama kali. Baru kemudian serat-serat
yang mudah lelah.
Kontraksi isotonik konsentrik : otot memendek sementara. Beban dan kecepatan untuk
pemendekan berbanding terbalik.
Kontraksi isotonik eksentrik : otot memanjang karena diregangkan oleh suatu gaya
eksternal selagi kontraksi. Beban dan kecepatan untuk pemanjangan berbanding lurus.
Contoh : gerakan mengangkat beban dengan tangan yang menimbulkan gerakan fleksi
(menekuk) merupakan kontraksi isotonik konsentrik dimana semakin berat beban,
semakin lama pemendekan terjadi. Sementara ketika beban tersebut diturunkan ke lantai
(misalnya) maka akan terjadi kontraksi isotonik eksentrik, dimana pemanjangan semakin
cepat terjadi jika bebannya makin berat.
Sistem tuas
Otot rangka melekat ke tulang melewati sendi, membentuk sistem tuas. Sistem tuas tubuh
dibentuk oleh otot rangka, tulang dan sendi. Titik sumbu tuas sebagai titik penyokong
dinamakan fulkrum.
Tulang : tuas
Sendi : fulkrum
Otot rangka : gaya untuk menggerakan tuas (tulang)
Lengan daya : jarak antara fulkrum sendi dengan gaya ke atas otot rangka (kurang lebih 5
cm siku-insersi bisep)
Lengan beban : jarak antara fulkrum sendi dengan gaya ke bawah beban (kurang lebih 35
cm siku-beban)
Misalkan beban yang harus diangkat sebesar 5 kg, maka dibutuhkan gaya ke atas sebesar
7 kali lipatnya, yakni 35 kg oleh insersi bisep. Keseimbangan mekanisnya : panjang
lengan daya x gaya angkat otot sama dengan panjang lengan beban x gaya ke bawah
beban
Otot rangka bekerja pada keadaan yang kurang menguntungkan karena otot harus
menghasilkan gaya jauh lebih besar daripada beban seharusnya, sehingga otot rangka
mudah mengalami kelelahan setelah mengangkat beban.
Sistem tuas ini memungkinkan otot memindahkan beban lebih cepat dan lebih jauh
daripada tanpa sistem tuas tersebut.
Terdiri atas kumpulan serat otot khusus di dalam suatu lapisan jaringan ikat perimysium,
yang disebut serat intrafusal. Letaknya sejajar dengan serat otot lainnya yang tidak
diselubungi kapsul perimysium (serat ekstrafusal).
Kedua ujung serat intrafusal : kontraktil (bermiofibril), tempat melekatnya ujung akson
neuron motorik gama.
Neuron eferen serat intrafusal : neuron motorik gama
Neuron eferen serat ekstrafusal : neuron motorik alfa
Refleks Regang
Otot utuh diregangkan secara pasif - serat intrafusal gelendong otot ikut teregang -
reseptor sensorik serat intrafusal mengirim informasi teregangnya gelendong otot ke
medula spinalis - keluaran neuron motorik alfa mengirim impuls menuju serat ekstrafusal
untuk berkontraksi (respon refleks)
Contoh : knee jerk reflex. Otot ekstensor lutut adalah kuadriseps femoris dan melekat
tepat di bawah lutut ke tibia melalui tendon patela. Ketukan pada tendon patela dengan
palu karet, akan secara pasif meregangkan otot kuadriseps, mengaktifkan reseptor
gelendongnya. Refleks regang menimbulkan kontraksi otot ekstensor sehingga lutut
menjadi lurus dan tungkai bawah terangkat.
Tujuan utama refleks regang pada sendi lutut yakni ketika lutut menekuk karena adanya
tarikan gaya gravitasi yang memungkinkan
seseorang jatuh, maka menekuknya lutut akan menyebabkan otot kuadrisep femoris
menegang, begitu pula gelendong ototnya sehingga dikirimlah impuls saraf aferen
menuju medula spinalis dan keluarannya berupa neuron motorik alfa sehingga lutut
kembali lurus dan yang bersangkutan tetap tegak.
Koaktivasi neuron motorik gama (menuju gelendong otot) bersama dengan neuron
motorik alfa (menuju otot utuh) dari otak melalui serat descendens mempertahankan
sensitivitas serat gelendong terhadap peregangan berbagai panjang otot.
Filamen tebal miosin : lebih panjang daripada yang ada di otot rangka. Dihubungkan oleh
2 ujung filamen tipis yang mengarah ke badan padat
Filamen tipis aktin : mengandung tropomiosin, tetapi tidak mengandung protein
regulatorik, troponin. Melekat langsung pada badan padat
Filamen ukuran sedang (intermediet) : tidak secara langsung ikut berkontraksi, bagian
rangka sitoskeleton yang menunjang bentuk sel
Tidak membentuk struktur spesifik, miofibril seperti otot rangka, memiliki badan padat :
protein yang sama dengan konstituen garis Z. Badan padat terletak di seluruh sel otot
polos serta melekat ke permukaan internal membran plasma. Ditahan oleh filamen
intermediet
Berjalan sedikit diagonal dari sisi ke sisi di dalam sel otot polos
Filamen aktin melekat ke badan padat
Otot rangka : 2 filamen tipis untuk setiap filamen tebal
Otot polos : 10-15 filamen tipis untuk setiap filamen tebal
Sel otot polos diaktifkan oleh fosforilasi miosin yang dependen Ca2+
Filamen tipis tidak mengandung troponin, dan tropomiosin yang ada tidak menghambat
tempat pengikatan jembatan silang aktin
Pada kepala molekul miosin, terdapat rantai ringan.
Kepala globular miosin hanya akan berikatan dengan molekul aktin ketika rantai ringan
miosin mengalami fosforilasi (memiliki satu gugus fosfat dari ATP yang melekat).
Sel otot polos tidak memiliki tubulus T dan retikulum sarkoplasma kurang berkembang.
Ca2+ diperoleh dari penurunan gradien konsentrasi CES, dan simpanan yang sedikit dari
retikulum sarkoplasma.
Ca2+ yang berasal dari CES melewati saluran membran permukaan, reseptor
dehidropiridin mengakibatkan terbukanya kanal sakus lateralis mensekresikan sedikit
Ca2+ tambahan.
Tidak membutuhkan mekanisme tubulus T
Otot polos digolongkan dalam 2 kategori, yaitu otot polos multiunit dan unit tunggal
Aktivitas miogenik adalah aktivitas kontraktil independen-saraf yang dimulai oleh otot
itu sendiri. Sel pemicu dapat terangsang dengan sendirinya untuk memulai potensial aksi
tetapi tidak dapat berkontraksi. Potensial aksi dihantarkan melalui taut celah dari sel
pemicu kepada sel nonopemicu untuk dapat berkontraksi dalam suatu sinsitium.
Pada otot polos, neurotransmitter berdifusi ke banyak reseptor spesifik di sel-sel di bawah
terminal. Karena itu, berbeda dengan hubungan diskret satu lawan satu di motor endplate,
suatu sel otot polos dapat dipengaruhi oleh lebih dari satu jenis neurotransmitter, dan
setiap terminal otonom dapat mempengaruhi lebih dari satu sel otot polos.
Otot polos meskipun diregangkan jauh-jauh, masih dapat berkontraksi dengan tegangan
yang kuat. Ketika diregangkan, otot polos dapat menyesuaikan dengan panjangnya yang
baru (respons relaksasi stress)
Otot polos membutuhkan nutrien dan oksigen untuk menunjang proses kontraktil.
Memanfaatkannya untuk menghasilkan ATP baik melalui defosforilasi oksidatif atau jika
pasokan oksigen berkurang, melalui glikolisis anaerob.
Otot Jantung
Yang khas dari otot jantung adalah adanya discus intercalaris berupa anyaman
penghubung antar serat otot jantung, dan potensial aksi otot jantung berlangsung lebih
lama
Serat otot jantung dihubungkan oleh diskus interkalaris dan membentuk sinsitum
fungsional. Masing-masing serat otot saling menyatu, mengalami pertemuan di diskus
interkalaris, membentuk taut celah (daerah yang memungkinkan potensial aksi menyebar
dari satu sel ke sel sekitar membentuk sinsitium fungsional) dan desmosom (daerah yang
berfungsi sebagai "paku" perekat dan secara mekanis menyatukan sel).
Otoritmitas : jantung berkontraksi, berdenyut, secara ritmis karena adanya potensial aksi
yang dihasilkan sendiri
Potensial pemicu disebabkan karena adanya interaksi kompleks ionik yang berbeda,
yakni penurunan arus K+ keluar disertai oleh arus Na+ masuk yang konstan, dan
peningkatan arus Ca2+ yang masuk
Anatomi
Tulang
Scapula
Clavicula
Sternum
Humerus
Radius
Ulna
Ossa carpi
Ossa metacarpi
Phalanges
Articulatio
Sternoclavicularis
Acromioclavicularis
Humeri
Cubiti
Radiocarpalis
Mediocarpalis
Carpometacarpalis
Metacarpophalangea
Interphalangea
Carpometacarpalis pollicis
Musculus pectoralis
Pectoralis major
Pectoralis minor
Subclavius
Serratus anterior
Otot brakial
3 fleksor (biceps brachii, brachialis, coracobrachialis)
1 ekstensor (triceps brachii)
Otot antebrakial
Kelompok muscular extensor dan flexor
Otot-otot fleksor
C D2 P3
Flexor carpi radialis
Flexor digitorum superficialis
Flexor digitorum profundus
Flexor pollicis longus
Pronator teres
Palmaris longus
Otot-otot ekstensor
C3 D2 P3 BI
Extensor carpi radialis longus
Extensor carpi radialis brevis
Extensor carpi ulnaris
Extensor digitorum
Extensor digiti minimi
Extensor pollicis brevis
Extensor pollicis longus
Abductor pollicis longus
Brachioradialis
Extensor indicis
Otot flexor dibagi atas
Kelompok superfisial (pronator teres, carpi radialis, palmaris longus, flexor carpi ulnaris,
flexor digitorum superficialis)
Kelompok profunda (flexor digitorum profunda, flexor pollicis longus, pronator
quadratus)
Extrimitas Superior
Regio bahu : penghub.ekstremetas atas dgn batang tubuh (clavicula, scapula)
Regio cubiti : pertemuan radius, ulna, humeri
Ulna : gerakan pronasi-supinasi
Regio carpalis : carpi, metacarpi, phalanges
Ossa carpi
Lateral ke medial
Baris proximal : scaphoideum, lunatum, triquetrum, pisiforme
Baris distal : trapezium, trapezoideum, capitatum, hamatum
Histologi
Jaringan otot terdiri atas sel-sel memanjang yang disebut serat otot. Setiap sel tersebut
terdiri atas sitoplasma (sarkoplasma) dan membran plasma (sarkolema). Setiap
sarkoplasma mengandung banyak miofibril
Otot rangka
Sel multinukleus silindirs panjang, inti-inti di perifer
Memiliki banyak inti karena penyatuan mioblas selama masa perkembangan embrionik
Setiap serat otot mengandung banyak miofibril. Setiap miofibril banyak mengandung
miofilamen yang dibentuk oleh aktin (filamen tipis) dan miosin (filamen tebal)
Invaginasi sarkolema ke dalam masing-masing serat otot membentuk tubulus T
Setiap sarkomer dikelilingi retikulum sarkoplasma dan mitokondria
Susunan filamen tebal dan tipis membentuk pola cross-striation yakni berupa stria I
terang dan stria A gelap
Gelendong otot
Reseptor regang yang terletak sejajar dengan serat otot rangka. Dikelilingi oleh kapsul
berupa jaringan ikat perimisium. Serat otot khusus di dalam gelendong yang dikelilingi
kapsul disebut serat intrafusal, berbeda dengan serat otot rangka pada umumnya
(ekstrafusal) yang terletak di luar kapsul gelendong. Berhubungan dengan serat saraf
aferen (sensorik)
Fungsinya mendeteksi perubahan panjang serat otot. Mengirimkan impuls saraf aferen
menuju medulla spinalis untuk menghasilkan refleks regang, sehingga otot yang teregang
memendek.
Otot jantung
Serat otot jantung memperlihatkan cross-striation serupa dengan otot rangka
Serat otot mengalami percabangan
Satu atau dua nukleus (binukleus) di tengah
Serat otot lebih pendek dari serat otot rangka
Diskus interkalaris : ujung serat otot jantung yang berdekatan membentuk complexus
juntionalis end to end
Diskus interkalaris terdapat nexus (gap junction) : komunikasi ionik dan kontinuitas
antara serat otot jantung yang berdekatan
Tubulus T terletak di linea Z, lebih besar daripada otot rangka
Sistem saraf otonom mempersarafi jantung
Otot polos
Ditemukan di organ berongga dan pembuluh darah
Mengandung filamen aktin dan miosin tanpa cross-sriation
Serat berbentuk fusiformis dan mengandung satu nukleus
Filamen aktin dan miosin tidak memperlihatkan susunan teratur dan tidak terdapat serat
melintang
Aktin dan miosin berkontraksi dan memperpendek otot dengan mekanisme pergeseran
yang mirip dengan otot rangka
Nexus menggabungkan otot dan memungkinkan komunikasi ionik di antara semua serat
Diatur oleh sistem saraf otonom, hormon, dan peregangan
Neuromuskular junction
Potensial aksi neuron motorik merambat dari SSP menuju otot rangka sepanjang akson
bermielin (serat eferen). Pada saat mendekati otot, akson membentuk banyak cabang
terminal dan kehilangan selubung mielinnya. Masing-masing terminal akson akan
membentuk taut khusus (taut neuromuskular) dengan serat otot penyusun otot
keseluruhan
Prosesnya :
Potensial aksi neuron motorik merambat ke terminal akson (terminal button)
Potensial aksi terminal akson, pembukaan gerbang Ca2+, Ca2+ masuk ke terminal button
Ca2+ memicu pelepasan asetilkolin (eksositosis)
Asetilkolin dilepas di ruang antara neuron dan serat otot berikatan dengan reseptor
spesifik di motor endplate membran serat otot
Pengikatan ach oleh reseptor, Na+ masuk ke dalam sel otot dalam jumlah besar daripada
K+ keluar sel (potensial endplate)
Na+ masuk ke dalam sel, memicu potensial aksi merambat ke seluruh serat otot
Asetilkolin diuraikan asetilkolinesterase di membran motor endplate dan mengakhiri
respons sel otot