Gagal Jantung Kronik
Gagal Jantung Kronik
4. Penyekat
Kecuali kontraindikasi, penyekat harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %. Penyekat
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup
(PERKI, 2015; Ghanie A, 2014)..
5. Antagonis Aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil
harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi 35 % dan gagal
jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia
dan gangguan fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan
rumah sakit karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan
hidup.
Tabel . Dosis Obat yang dipakai pada gagal jantung (ESC Guidelines
for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure 2012).
6. Ivabradine
Pemberiannya harus dipertimbangkan untuk menurunkan risiko hospitalisasi
pada pasien dengan EF 35%, laju nadi 70 x/menit, dan dengan gejala yang
persisten ( NYHA II-IV), walaupun sudah mendapat terapi optimal penyekat
beta, ACEI dan MRA.
Pemberiannya dapat dipertimbangkan untuk menurunkan risiko hospitalisasi
pada pasien dengan irama sinus, EF35% dan laju nadi 70 x/menit, yang
intoleran terhadap penyekat beta, tetapi pasien harus mendapat ACEI (ARB)
dan MRA (PERKI, 2015).
8. Digoksin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan
untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti
penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi
ejeksi ventrikel kiri 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi
gejala, menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung,tetapi tidak mempunyai efek terhadap angka kelangsungan hidup.
Indikasi:
Fibrilasi atrial
Dengan irama ventrikular saat istrahat > 80 x/menit atau saat aktifitas> 110 -
120 x/menit
Irama sinus
Fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %
Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II-IV NYHA)
Dosis optimalACEI dan/atau ARB, penyekat dan antagonis aldosteron jika
ada indikasi (PERKI, 2015).
9. Terapi Lain
Sekitar separuh dari pasien dengan gagal jantung kronik dengan gejala yang
tidak terlalu berat meninggal secara tiba-tiba dan kebanyakannya disebabkan oleh
aritmia ventrikel. Obat-obatan yang telah disebutkan diatas tidak
menurunkan resiko terjadinya kematian mendadak karena aritmia
ventrikel, beberapa obat golongan anti-aritmia juga tidak menurunkan resiko ini
(malahan ada yang meningkatkan resiko kematian). Maka, Pemasangan
implantable cardioverter-defibrillator (ICD) memainkan peranan yang
penting dalam mengurangkan resiko kematian akibat arimia ventrikel (Ghanie A,
2014).
ICD juga diindikasikan untuk dipasangkan pada pasien dengan dilated
cardiomiopathy yang iskemik dan non-iskemik dan penurunan ejection fraction
kurang dari 35% meskipun tanpa adanya aritmia ventrikel (Ghanie A, 2014).
Pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif primer terutama
pada kelompok dengan resiko tinggi.
a. Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor resiko
jantung koroner
b. Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark
ulangan
c. Pengobatan hipertensi yang agresif
d. Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup
e. Memerlukan pembahasan khusus
f. Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eleminasi penyebab yang
mendasari, selain modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik
menjadi gagal jantung (Ghanie A, 2014).
KOMPLIKASI
Komplikasi dapat berupa :
a. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani.
Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis
untuk pengobatan.
b. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat
terjadi kerusakan pada katup jantung.
c. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang
menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat
menyebabkab jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat
berfungsi dengan baik.
d. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal
jantung daripada di jantung yang normal, maka semakin besar
kemungkinan Anda akan mengembangkan pembekuan darah, yang
dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
Prognosis
Prognosis gagal jantung kronik menjadi buruk jika tidak terdapat etiologi
yang dapat dikoreksi. Tingkat mortalitas 5 tahun setelah diagnosis berkisar antara
45% hingga 60% dengan laki-laki mempunyai prognosis yang lebih buruk dari
wanita. Pasien dengan gejala yang berat (NYHA kelas III atau IV) mempunyai 1-
year survival rate setinggi 40%. Mortalitas paling banyak disebabkan oleh gagal
jantung refractory (gejala gagal jantung yang berat saat istirahat meskipun telah
diberikan terapi maksimal), tetapi banyak pasien mati secara tiba-tiba
yang mungkin diakibatkan oleh aritmia ventrikel.
Sumber:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2015. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi pertama. Centra Coumminications.
McMurray JJ V, Adamopoulos S, Anker SD, et al. ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012: The Task
Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure
2012 of the European Society of Cardiology. Developed in collaboration with
the Heart. Eur Heart J [Internet] 2013;32:e1641 e61. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22611136.
Ghanie A. 2014. Gagal Jantung Kronik Dalam Buku Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: InternaPublishing.