Anda di halaman 1dari 10

LIMBAH PABRIK TAHU

Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh orang
Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan.
Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair
dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa
organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak
negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk,
dan menurunkan estetika lingkungan sekitar.

Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses pengolahan
limbah cair. Ketidakinginan pemilik pabrik tahu untuk mengolah limbah cairnya disebabkan
karena kompleks dan tidak efisiennya proses pengolahan limbah, ditambah lagi menghasilkan
nilai tambah. Padahal, limbah cair pabrik tahu memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang
memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses an-aerobik. Pada umumnya, biogas
mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti
minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik
pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan
pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu.

Bahan baku yaitu dari limbah tahu cair menjadi Biogas

Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar
protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai.
Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses,
pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang
dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai, sedangkan bahan
pencemarnya kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan
baku kedelai dan COD 130 g/kg bahan baku kedelai (EMDI & BAPEDAL, 1994).

Industri pembuatan tahu dan tempe harus berhati-hati dalam program kebersihan pabrik
dan pemeliharaan peralatan yang baik karena secara langsung hal tersebut dapat mengurangi
kandungan bahan protein dan organik yang terbawa dalam limbah cair.

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara nbiologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dengan segala modifikasinya.

Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu
maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair.
Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan
untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang
langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau
tempe dihasilkan limbah sebanyak 3000 5000 Liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal
dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu. Limbah cair yang
dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika,
kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk
tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang
merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan
berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan
mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari
sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit
lainnya.

Dalam proses pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat dan
limbah cair. Limbah padat atau yang sering kita sebut ampas tahu dapat diolah kembali menjadi
oncom atau dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, seperti ayam, bebek, sapi, kambing dan
sebagainya.

Pengolahan limbah yang berwujud zat cair biasanya melalui berbagai proses di antaranya,
limbah cair yang dihasilkan akan ditampung didalam dua septictank, septictank yang berukuran
lebih besar daripada septictank yang satunya. Kemudian disalurkan ke sebuah drum besar yang
ditanam di dalam tanah, setelah air terkumpul akan keluar dengan sendirinya dan limbah yang
lain akan mengendap yang kemudian akan dibuang langsung ke lingkungan dengan
meninggalkan bau busuk. Sedangkan air yang keluar dari drum akan ditampung lagi di
penampungan seperti kolam kecil yang nantinya akan menghasilkan endapan yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk dan berupa air yang dibuang langsung ke sungai tanpa dengan
bahaya yang cukup besar.

Limbah industri tahu yang berupa cair dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan bio-gas.
Bio-gas sendiri adalah gas pembusukan bahan organik oleh bakteri dalam kondisi anaerob. Gas
bio tersebut campuran dari berbagai gas antara lain: CH4 (54-70%), CO2(27-45%), O2(1-4%),
N2(0,5-3%), CO(1%) dan H2S. Campuran gas ini mudah terbakar bila kandungan CH4
(Methana) melebihi 50%. Air limbah industri tahu ini mempunyai kandungan Methana (CH4)
lebih dari 50% sehingga

Bio gas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari,
misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec,
suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain. Sedangkan
manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan)
tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang
sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga
layak di buang ke sungai. Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan
energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
(minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya
dalam jangka waktu yang lebih lama lagi (Rudi Prasetyo, 2008).
Penanganan limbah tahu dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan tahu yang lebih baik dan sedikit menghasilkan limbah, dengan penerapan produksi
bersih (cleaner production). Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan upaya penanganan
pencemar secara preventif. Produksi Bersih didefinisikan sebagai: Strategi pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap
kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (Kebijakan
Nasional Produksi Bersih, KLH 2003).

Kegiatan Produksi Bersih dimulai dari strategi 5R yaitu berpikir ulang (re-think) untuk
pencegahan (elimination) pengurangan (reduce), pakai ulang (reuse), daur ulang (recycle) dan
pungut ulang (recovery) limbah. Dengan demikian maka pendekatan Produksi Bersih akan
meningkatkan efisiensi produksi dan jasa, mengurangi timbulan limbah, mengurangi biaya
produksi atau biaya operasi, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja

Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) menjadi sebuah tatanan yang memiliki keterkaitan
antara proses satu dengan lainnya. Pengelohan Limbah terpadu saat ini cenderung mengarah
pada sebuah pengolahan yang bisa menghasilkan sebuah benefit finansial yang menguntungkan
untuk semua pihak. Prinsip terpadu dalam pengolahan limbah diterapkan dalam sebuah siklus
ekologi industri. Konsep ini berawal dari sistem biologi yang dikenal dengan sebuah ekosistem
yang didalamnya terdapat sebuah rantai makanan bagi spesies yang ada di dalamnya.

Upaya penerapan produksi bersih (cleaner production) dengan cara penataan proses
produksi yang baik dari mulai tempat proses pencucian, penempatan peralatan yang tepat,
penggunaan air yang bersih sehingga limbah padat maupun limbah cair berkurang merupakan
salah satu dari upaya pengelolaan limbah yang mengacu pada prinsip 3R yaitu Reduce (upaya
pengurangan). Selain itu, upaya Reduce yang lainnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan
mikroalga dapat mengatasi limbah pabrik tahu. Teknologi pembiakan Chlorella sp. dapat
dikembangkan sehingga secara terus-menerus dapat mengubah limbah cair tahu menjadi
biomassa. Dengan memanfaatkan mikroalga Chlorella sp. Ini dapat juga menurunkan nilai
kandungan BOD dan COD dari limbah cair pabrik tahu yang dihasilkan.

Upaya Reuse (penggunaan kembali) dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah padat
ampas tahu sebagai pakan ternak. Keberadaan ampas tahu di tanah air cukup melimpah, murah
dan mudah didapat. Produk sampingan pabrik tahu ini apabila telah mengalami fermentasi dapat
meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ayam pedaging. Produk sampingan
pabrik ampas tahu ini telah digunakan sebagai pakan babi, sapi bahkan ayam pedaging. Namun
karena kandungan air dan serat kasarnya yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan
belum memberikan hasil yang baik. Guna mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada
ampas tahu maka dilakukan fermentasi. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan ampas tahu
sebagai pakan ternak ini menunjukkan pertumbuhan yang positif pada ternak.

Reclye (mendaur ulang kembali) adalah upaya yang ketiga yang dapat dilakukan dalam
pengelolaan limbah yang mengacu pada prinsip 3R. Upaya- upaya yang dapat dilakukan adalah
mendaur ulang ampas tahu ini menjadi kecap ampas tahu, oncom, pupuk cair, dan bahan bakar
biogas. Limbah cair pembuatan tahu bisa disulap menjadi pupuk organik cair yang kaya manfaat.
Selain harganya murah hasil pertaniannya juga bisa lebih baik. Sebagai pengganti pupuk urea,
pupuk cair dari limbah tahu sangat dibutuhkan tanaman.

Jika ditinjau dari segi ekonomi dan penggunaan energi, pemanfaatan limbah pabrik
pembuatan tahu ini dapat memberikan keuntungan yang cukup banyak. Bio gas sangat
bermanfaat dalam berbagai hal seperti sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu,
penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong
besi), dan lain-lain. Dan secara tidak langsung bio gas berperan dalam penghematan sumber
energi yang ada di bumi ini. Walaupun harga pembuatan IPAL biogas cukup mahal tetapi dengan
keutungan yang diperoleh secara terus - menerus dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pemanfaatan biogas ini karena harga bahan bakar minyak sekarang ini semakin
meningkat. Pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk juga dapat memberikan keutungan bagi
para penggunanya karena selain mengurangi penggunaan pupuk kimia (urea), hal ini juga dapat
memberikan tambahan pendapatan bagi para produsen pupuk cair dari limbah tahu tersebut.
Harga pupuk cair dari limbah tahu ini biasanya dijual Rp 4.000 per liter.

Pemanfaatan ampas tahu sebagai kecap ampas tahu, pakan ternak, dan oncom juga dapat
menghasilkan pendapatan bagi para produsennya. Karena dengan teknologi yang sederhana, hal
tersebut dapat dilakukan oleh semua orang. Dari segi biaya yang diperlukan untuk pengelolaan
limbah tahu ini tidak memerlukan biaya yang besar, karena biaya langsung seperti bahan baku
dan tenaga kerja sudah tersedia dan tidak perlu mengeluarkan biaya lagi. Sedangkan biaya tak
langsung seperti biaya overhead tidak terlalu besar.

Produksi bersih merangkum semua konsep pencegahan. Konsep pencegahan yang paling
awal yaitu minimisasi limbah (waste minimization), pencegahan pencemaran (pollution
prevention) dan pengurangan pemakaian bahan beracun yang dihasilkan oleh industri tahu yang
kesemuanya terfokus pada kata kunci dampak lingkungan, limbah berbahaya, bahan-bahan
beracun dan pencemaran. Konsep pencegahan yang baru yaitu berdasarkan sasaran pada
pengurangan dampak lingkungan melalui siklus daur hidup produk (life cycle analysis), dengan
fokus pada desain produk ramah lingkungan (design for environment) atau pada pendekatan baru
berdasarkan nilai tambah yaitu eco-efficiency. Eco-efficiency dan Produksi Bersih merupakan
konsep yang saling melengkapi. Eco-efficiency lebih ditujukan pada strategi bisnis efisien yang
memberikan dampak positif bagi lingkungan sedangkan Produksi Bersih pada sisi operasional
atau produksi dengan pencegahan dan pengurangan timbulan limbah yang berdampak positif
pada peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Dengan pengelolaan yang baik dari segala sesuatu yang dihasilkan oleh industri
pembuatan tahu ini, otomatis akan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut dan lebih
ramah lingkungan. Selain itu, pengelolaan secara waste to product ini dapat mengefisiensikan
biaya yang harus dikeluarkan, materi yang digunakan, dan energi untuk membuat produk baru
dari bahan baku limbah.
Aliran Sungai yang sudah tercemar akibat dari proses pembuangan Limbah Pabrik Tahu dan
menimbulkan bau yang sangat menyengat. Selain itu biota seperti ikan yang ada di dalam air
tersebut sudah berkurang dikarenakan banyak yang mati.
Salah satu saluran pembuangan Limbah Pabrik Tahu yang langsung dialirkan ke dalam aliran
sungai.

Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2). Oksigen (O2),
hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas
tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan
(Herlambang, 2002)
Dampak Limbah Industri Tahu

Herlambang (2002) menuliskan dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan


organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik. Turunnya kualitas air
perairan akibat meningkatnya kandungan bahan organik. Aktivitas organisme dapat memecah
molekul organik yang kompleks menjadi molekul organik yang sederhana. Bahan anorganik
seperti ion fosfat dan nitrat dapat dipakai sebagai makanan oleh tumbuhan yang melakukan
fotosintesis. Selama proses metabolisme oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan
organik dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil
proses fotosintesis dan oleh reaerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi beban organik terlalu
tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa
amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut
sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap
keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.
(Kaswinarni, 2007)

Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan
mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman
penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh
manusia. Bila dibiarkan, air limbah akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan
berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah ini merembes
ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan
akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus
dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan
yang tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai