Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BAHAN KONSTRUKSI ALAT PROSES DAN KOROSI

BAHAN KONSTRUKSI NON LOGAM DARI SINTETIS (SEMEN)

Disusun oleh:

Adi Sintoyo 13.14.007


Ardi Riyanto 13.14.029
Waelmi Artiana P 13.14.035
Atria F. P. Hutabarat 13.14.041
M. Afif Prasetio 13.14.052

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyusun Makalah
Bahan Konstruksi Non Logam dari Sintetis (Semen). Makalah ini dibuat untuk
memahami materi tersebut, sehingga kita dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami menyampaikan terima kasih kepada
Faidliyah Nilna Minah, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Bahan
Konstruksi Alat Proses dan Korosi, dan semua pihak yang telah meluangkan waktunya
serta turut berperan dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga jasa yang demikian
besar ini, mendapat balasan yang seimbang dari Allah yang Maha Esa.
Makalah yang kami buat ini masih banyak kesalahan dan kekurangan karena kami
masih dalam tahap pembelajaran, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
bagi pembaca demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, September 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengatar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................................... 4
2.1. Definisi Semen............................................................................................. 4
2.2. Susunan Kimia Semen................................................................................. 5
2.3. Sifat-sifat Semen.......................................................................................... 5
2.4. Jenis-jenis Semen......................................................................................... 8
2.5. Proses Pembuatan Semen............................................................................. 10
2.6. Dampak Industri Semen Terhadap Lingkungan........................................... 11
2.7. Aplikasi Semen............................................................................................ 16
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

Di alam ini terdapat banyak sekali material bumi yang bisa dimanfaatkan
menjadi bahan jadi melalui proses kimia salah satunya bahan non logam sintetis.
Pengolahan bahan-bahan sintetis lebih murah dibandingkan dengan bahan yang didapatkan dari
pertambangan. Pabrik pengolahan bahan-bahan sintetis bisa ditempatkan di mana saja dan tidak
harus berdekatan dengan bahan asal yang akan diperolehnya. Sehingga dalam perencanaannya
pun tidak terlalu sulit dibanding pabrik yang harus mengolah bahan-bahan yang berasal dari
tambang.
1. Plastik
Plastik merupakan bahan yang sangat penting dalam dunia permesinan dan industri modern.
Pengolahannya biasanya dikerjakan pada proses pangan dan tekanan. Komponen utama
plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling
pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan
membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-
sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika
teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar.Sifat-
sifat plastik pada umumnya adalah sebagai berikut.
a. Tahan korosi oleh atmosfer ataupun oleh beberapa zat kimia.
b. Berat jenisnya cukup rendah, sebagian mengapung dalam air, tetapi umumnya lebih berat.
c. Beberapa cukup ulet dan kuat, tetapi kekuatannya di bawah logam. Akan tetapi karena
berat jenis plastik lebih rendah, didapatkan perbandingan yang menarik antara kekuatan
dan berat.
Plastik dapat digolongkan berdasarkan:
Termoplastik merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi dengan
proses pemanasan ulang.
- Polietilen tereftalat
Jenis plastik ini dipakai untuk botol plastik yang transparan dan tembus pandang
seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,
obat, maupun kosmetik dan sejenisnya.
- High Density polyethylene
Plastik jenis ini digunakan sebagai Plastik kemasan makanan dan obat yang tidak
tembus pandang. Plastik jenis ini digunakan untuk botol kosmetik, obat,
minuman, tutup plastik. Plastik HDPE biasanya sifatnya keras, tidak terlalu lentur.
- Polypropylene

4
Plastik jenis PP merupakan jenis terbaik yang bisa dimanfaatkan sebagai kemasan
makanan/minuman Khususnya untuk botol minuman bayi.
Termoset merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi.
Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya. Contoh: resin
epoksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida.
Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert,
tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan
bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam
plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas.
2. Kaca
Kaca adalah amorf (non kristalin) material padat yang bening dan transparan
(tembus pandang), biasanya rapuh. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari berbagai
oksida an-organik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari dekomposisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya. Kaca
memiliki sifat-sifat yang khas yaitu antara lain transparan, keras, mudah pecah, tidak
memiliki bentu khusus. Dan tahan terhadap semua asam kecuali HF. Kaca dibagi menjadi 2
jenis yaitu:
- Jenis Kaca Soda (soda glass) adalah jenis kaca termurah karena sifatnya mudah
pecah dan peka terhadap perubahan-perubahan panas mendadak.
- Jenis kaca boro silikat (boroslicate glass) adalah kaca yang memiliki daya tahan
yang lebih kuat dan lebih besar terhadap perubahan-perubahan panas mendadak.
3. Karet Sintetis
Karet sintetik pertama dibuat di Jerman disaat Perang Dunia I, yaitu polidimetil
butadiena (karet metil). Produksi karet ini terhenti saat PD I selesai. Komersialisasi
karet sintetik dilakukan dalam tahun 1926, juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet
buna dibuat dengan cara polimerisasi butadiena dengan menggunakan natrium
sebagai pencepat (accelerator). Sejak saat itu produksi karet sintetik berkembang
pesat, dan dewasa ini karet sintetik memenuhi sebanyak dua pertiga daripada
kebutuhan karet dunia. Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam 2 (dua)
kelompok utama, yaitu:
Karet Untuk Kegunaan Umum
- Karet Stirena Butadiena

5
karet sintetik yang paling populer, merupakan kopolimer acak dari butadiena
dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara
polimerisasi emulsi
- Karet Polibutadiena (Butadiene Rubber/BR)
Dibuat dengan cara polimerisasi emulsi dan larutan, Polimerisasi larutan
menghasilkan karet karet BR yang stereo regular, untuk keperluan pembuatan
ban yang lebih tahan terhadap abrasi jalan raya, lebih lentur dan resilien
dibanding karet alam.
- Karet Isobutilena-Isoprena (Isobutylene-Isoprena Rubber/IIR)
Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan Isoprena merupakan
karet yang tidak tahan terhadap minyak dan api, tidak berkutub (nonpolar) tapi
sangat tahan terhadap beberapa pelarut polar seperti ester fosfat.
Karet Untuk Kegunaan Khusus
- Karet Akrilonitril Butadiena (NBR)
Disebut juga dengan karet nitril, seperti karet stirena butadena, diproduksi
dengan cara polimerisasi emulsi. Karet nitril terdiri dari kopolimer butadiena
dan akrilonitril. Jenis karet nitril tergantung kepada kandungan akrilonitril (25
s/d 50%), gugus akrilonitril (AcN) menyebabkan karet ini berkutub serta tahan
terhadap bahan yang tidak berkutub seperti minyak bumi/minyak mineral, dan
gugus akrilonitril pada sisi tulang belakang molekul karet ini menghalangi
terjadinya penghabluran atau penguatan sendiri.
- Karet Polikloroprena (CR)
Polikloroprena terdiri dari 88-92 persen gugus-gugus trans-1,4-kloro-2-
butenilena,7-12 persen cis-1,4 dan penambahan 1,2 yaitu 1,5 persen dan
penambahan 3,4,1 persen.

6
- Elastomer Uretana
Uretana dihasilkan dengan mereaksikan bahan-bahan yang mengandung
hidroksil dengan bahagian yang bersentuhan dengan bahan organik
isosianat.
Sifat Karet Buatan (Sintetis)
- Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna.
- Memiliki plastisitas baik, sehingga mudah diolah.
- Mempunyai daya aus tinggi
- Tidak mudah panas (low heat build up)
4. Keramik
Keramik adalah bahan yang diproduksi dari tanah liat dan bahan sejenis lain meliputi
semen, bahan periuk belanga, tembikar, kaca, porselen, dan silika. Sifat keramik
antara lain merupakan bahan yang keras, tahan terhadap reaksi kimia, namun rapuh
dan mudah pecah pada perubahan temperatur yang mendadak. Proses pembentukan
keramik dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Die pressing
Pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga mebentuk bubuk, lalu dicampur
dengan pengikat (binder) organic, kemudian dimasukkan kedalam cetakan dan
ditekan hingga mencapai bentuk padat yang cukup kuat.
b. Extrusion Molding
Pembentukan keramik pada metode ini melalui lobang cetakan. Metode ini biasa
digunakan untuk membuat pipa saluran, pipa reaktor, atau material lain yang
memiliki suhu normal untuk penampang lintang tetap.
c. Bahan pencampur
Bahan penguat selalu digunakan kaolin, bahan ini merupakan bahan baku utama
dalam pembuatan keramik, berfungsi untuk mengontrol tentang pembahasan dan
distorsi selama pembakaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1. Definisi Semen
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan perekat.
Semen adalah suatu bahan yang mempunyai sifat adhesif dan kohesif yang mampu
melekatkan fragmen-fragmen mineral menjadi suatu kesatuan massa yang padat. Semen
yang digunakan untuk bahan beton adalah semen portland atau semen portland pozolan
yang berupa semen hidrolik sebagai perekat bahan susun beton. Semen merupakan
senyawa/zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H (Kalsium Silikat Hidrat)
yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahan-bahan padat lainnya,
membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras.
Witney dan Washa (1954) dalam Fatimah (1989) menyatakan bahwa semen terdiri
atas mineral penyusun C3S, C2S, C3A, dan C4AF, disamping adanya MgO dan CaO
bebas. Dengan C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, dan F = Fe2O3. Apabila semen dicampur
dengan air maka terbentuk massa koloidal tipis yang plastis. Plastisitas semakin lama,
semakin hilang menjadi massa yang kaku dan semakin lama semakin keras.
Dalam pengertian umum, semen adalah suatu binder, suatu zat yang
dapatmenetapkan dan mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain.
Abu vulkanis dan batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur yang
dibakar sebagai agen pengikat untuk memperoleh suatu pengikat hidrolik yang
selanjutnya disebut sebagai cementum. Semen yang digunakan dalam konstruksi
digolongkan kedalam semen hidrolik dan semen non-hidrolik.
Semakin baik mutu semen, maka semakin lama mengeras atau membatunya jika
dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus:
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (% CaO + % MgO)
Angka hodrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijagasecara teliti
untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.

8
2.2. Susunan Kimia Semen
Semen dibuat dari serbuk mineral kristalin yang komposisi utamanya disebut
mayor oksida, terdiri dari: kalsium atau batu kapur (CaCO 3), aluminium oksida (Al2O3),
pasir silikat (SiO2), dan bijih besi (FeO 2) serta senyawa-senyawa lain yang jumlahnya
hanya beberapa persen dari jumlah semen yaitu minor oksida yang terdiri dari : MgO,
SO3, K2O, NaO2.
Empat unsur yang paling penting dalam semen adalah:
1. Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO3
Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen terutama sebelum mencapai 15 hari.
2. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen sebelum mencapai umur 14 hari.
Unsur C2S ini juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia (chemical attack)
dan juga mengurangi besar susutan pengeringan.
3. Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen sesudah 24 jam.
4. Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.FeO2
Kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton.
2.3. Sifat-sifat Semen
1. Sifat Fisika

a. Pengikatan dan Pengerasan ( Setting Time dan Hardening ).

Mekanisme terjadinya setting dan hardening yaitu ketika terjadi pencampuran


dengan air, maka akan terjadi air dengan C3 A membentuk 3CaO.Al2O3.3H2O
yang bersifat kaku dan berbentuk gel. Maka untuk mengatur pengikatan perlu
ditambahkan gypsum dan bereaksi dengan 3CaO.Al2O3.3H2O, membentuk lapisan
etteringete yang akan membungkus permukaan senyawa tersebut.
Namun karena ada peristiwa osmosis lapisan etteringete akan pecah dan reaksi
hidarsi C3A akan terjadi lagi, namun akan segera terbentuk lapisan etteringete
kembali yang akan membungkus 3CaO.Al2O3.3H2O kembali sampai gypsum
habis. Proses ini akhirnya menghasilkan perpanjangan setting time. Peristiwa
diatas mengakibatkan reaksi hidarsi tertahan, periode ini disebut Dormant
Periode yang terjadi selama 1-2 jam, dan selama itu pasta masih dalam keadaan

9
plastis dan mudah dibentuk, periode ini berakhir dengan pecahnya coating dan
reaksi hidrasi terjadi kembali dan initial set mulai terjadi.
Selama periode ini beberapa jam, reaksi dari 3CaO.SiO2 terjadi dan menghasilkan
CSH (3CaO.SiO2) semen dan akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik
kontak yang menghasilkan kekakuan. Pada tahap berikutnya terjadi pengikatan
konsentrasi CSH yang akan menghalangi mobilitas partikel partikel semen
yang akhirnya pasta menjadi kaku dan final setting tercapai, lalu proses
pengerasan mulai terjadi.
b. Ketahanan Terhadap Sulfat dan asam

Beton atau mortar dari Portland semen dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh
asam dari sekitarnya, yang umumnya serangan asam tersebut yaitu dengan
merubah kontruksi-kontruksi yang tidak larut dalam air. Misalnya, HCl merubah
C4AF menjadi FeCl2.Serangan asam tersebut terjadi karena CO2 bereaksi dengan
Ca(OH)2 dari semen yang terhidrasi membentuk kalsium karbonat yang tidak larut
dalam air. Pembentukan kalsium karbonat, sebenarnya tidak menimbulkan
kerusakan pada beton tetapi proses berikutnya yaitu CO 2 dalam air akan bereaksi
dengan kalsium karbonat yang larut dalam air.
Reaksi :
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaCO3 + CO2 + H2O Ca (HCO3)2
Berbagai macam sulfat umumnya dapat menyerang beton ataupun mortar. Sulfat
bereaksi dengan (Ca(OH)2 dan kalsium aluminat hidrat, dan reaksi yang terjadi
dapat mengahsilkan pengembangan volume sehingga akan terjadi keretakan pada
beton.
Reaksi yang terjadi :
2(CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.2SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
2(CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.2SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
Ca(OH) 2 + MgSO4 + 2 H2O Ca SO4. 2H2O + Mg(OH)2
3CaO.Al2 O3.6H2 O + 3(Ca SO4. 2H2O) + 2H2O 3CaO.Al2 O3.3Ca
SO4. 2H2O

10
c. Kehalusan

Kehalusan dapat mewakili sifat-sifat fisika lainnya terutama terhadap kekuatan,


bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah pula kekuatan,
mempercepat reaksi hidarsi begitu pula waktu pengikatannya semakin singkat.
d. Kuat Tekan ( Compressive Strength )

Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi mortar ataupun beton. Kuat
tekan dimaksud sebagai kemampuan suatu material untuk menahan suatu beban
tekan. Kuat tekan dipengaruhi oleh komposisi mineral utama. C2S memberikan
kontribusi yang besar pada perkembangan kuat tekan awal, sedangkan C 2S
memberikan kekuatan semen pada umur yang lebih lama. C 3A mempengaruhi
kuat tekan sampai pada umur 28 hari dan selanjutnya pada umur berikutnya
pengaruh ini semakin kecil.
e. Panas Hidrasi

Panas hidrasi yaitu panas yang dihasilkan selama semen mengalami reaksi hidarsi.
Reaksi hidarsi atau reaksi hidrolisis sendiri adalah reaksi yang terjadi ketika
mineral-mineral yang terkandung didalam temperature, jumlah air yang
digunakan dan bahan-bahan lain yang ditambahkan. Hasil reaksi hidrasi,
tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50% Dari jumlah
senyawa yang dihasilkan.
2. Sifat Kimia

a. Lime saturated Factor (LSF)

Batasan agar semen yang dihasilkan tidak tercampur dengan bahan-bahan alami
lainnya.
b. Magnesium oksida (MgO)

Pada umumnya semua standard semen membatasi kandungan MgO dalam semen
Portland, karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion pada semen
setelah jangka waktu lebih daripada setahun, berdasarkan persamaan reaksi sbb :
Mg O + H2O Mg (OH)2
Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O
Menjadi magnesium hidroksida yang mempunyai volume yang lebih besar.

11
12
c. SO3

Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur/memperbaiki sifat setting


time (pengikatan) dari mortar (sebagai retarder) dan juga untuk kuat tekan. Karena
kalau pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada sifat
expansive dan dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai sumber utama SO3
yang sering banyak digunakan adalah gypsum.
d. Hilang Pijar (Loss On Ignition)

Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk mencegah


adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam pemijaran Kristal mineral-
mineral tersebut pada umumnya dapat mengalami metamorfosa dalam waktu
beberapa tahun, dimana metamorfosa tersebut dapat menimbulkan kerusakan.
e. Residu tak larut

Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah dicampurnya semen dengan bahan-bahan alami lain yang tidak dapat
dibatasi dari persyaratan fisika mortar.
f. Alkali (Na2O dan K2O)

Kandungan alkali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton maupun
pada mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat reaktif terhadap
alkali. Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif terhadap alkali,
maka kandungan alkali dalam semen tidak menimbulkan kerugian apapun. Oleh
karena itu tidak semua standard mensyaratkannya.
g. Mineral compound (C3S, C2S, C3A , C4AF)

Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral compound
tersebut, karena pengukurannya membutuhkan peralatan mikroskopik yang
mahal. Mineral compound tersebut dapat di estimasi melalui perhitungan dngan
rumus, meskipun perhitungan tidak teliti. Tetapi ada standard yang mensyaratkan
mineral compound ini untuk jenis-jenis semen tertentu. misalnya ASTM untuk
standard semen type IV dan type V.
Salah satu mineral yang penting yaitu C 3A, adanya kandungan C3A dalam semen
pada dasarnya adalah untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan beton.

13
Tetapi karena C3A bereaksi terhadap sulfat, maka untuk pemakaian di daerah yang
mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi antara C3A dengan sulfat dapat
menimbulkan korosi pada beton.
2.4. Jenis-jenis Semen
a. Semen Abu atau semen Portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 tipe, yaitu tipe I sampai tipe V.

Berdasarkan prosentase kandungan penyusunnya, semen Portland terdiri dari 5 tipe


yaitu :
a. Semen Portland tipe I
Adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker yang
kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan bahan
tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat. Fungsi
semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.
Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% 0, 10 % dan
dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat,
perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.
Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
55% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF); 2,8% MgO; 2,9% (SO3);
1,0% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas CaO.
b. Semen Portland tipe II

Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan


khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal, dan dapat digunakan
untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat dan lain-lain.
Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton
massa yang memerlukan ketahanan sulfat (Pada lokasi tanah dan air yang
mengandung sulfat antara 0, 10 0, 20 %) dan panas hidrasi sedang, misalnya
bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton
massa untuk dam-dam dan landasan jembatan. Komposisi senyawa yang terdapat
pada tipe ini adalah:
51% (C3S); 24% (C2S); 6% (C3A); 11% (C4AF); 2,9% MgO; 2,5% (SO3);
0,8% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas CaO.
14
c. Semen Portland tipe III

Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa (tebal) yang memerlukan
ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, misal bangunan dipinggir laut,
bangunan bekas tanah rawa, saluran irigasi , dam-dam. Fungsi semen portland
type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan
awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk
pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan
dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
57% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF); 3,0% MgO; 3,1% (SO3);
0,9% hilang dalam pembakaran, dan 1,3% bebas CaO.
d. Semen Portland tipe IV

Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan tinggi pada
fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misal untuk pembuatan jalan beton,
bangunan-bangunan bertingkat, bangunan-bangunan dalam air. Fungsi Semen
Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah
dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan
memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I.
Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi
besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses
curing merupakan faktor kritis.
Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
28% (C3S); 49% (C2S); 4% (C3A); 12% (C4AF); 1,8% MgO; 1,9% (SO3);
0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO.
e. Semen Portland tipe V

Dipakai untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,
terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir. Komposisi senyawa yang
terdapat pada tipe ini adalah:
38% (C3S); 43% (C2S); 4% (C3A); 9% (C4AF); 1,9% MgO; 1,8% (SO3); 0,9%
hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO.
f. Semen Putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

15
g. Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di
lepas pantai.

h. Mixed & Fly Ash Cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silica, aluminium oksida, besi oksida dan
oksida lainnya dalam variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran
untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
2.5. Proses Pembuatan Semen
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
1. Proses basah
Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar
(bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi
BBM.
2. Proses kering
Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending kemudiandibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
- Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
- Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
- Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah
jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
- Proses pendinginan terak.
- Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan
cement mill.

16
Proses Produksi Semen

Gambar 2.1. Proses Produksi Semen

Secara garis besar proses produksi semen melalui 6 tahap, yaitu:


1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah
Semen yang paling umum yaitu semen portland memerlukan empat komponen bahan
kimia yang utama untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai. Bahan tersebut
adalah kapur (batu kapur), silika (pasir silika), alumina (tanah liat), dan besi oksida
(bijih besi). Gipsum dalam jumlah yang sedikit ditambahkan selama penghalusan
untuk memperlambat pengerasan.
2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah
Semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur sebelum
memasuki proses pembakaran.
3. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah
4. Pembakaran
Tahap paling rumit dalam produksi semen portland adalah proses pembakaran,
dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk
mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker. Proses ini dilakukan di
dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa padat (batubara),
cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara adalah bahan bakar yang paling
umum dipergunakan karena pertimbangan biaya.

17
5. Penggilingan hasil pembakaran
Proses selanjutnya adalah penghalusan klinker dengan tambahan sedikit gipsum,
kurang dari 4%, untuk dihasilkan semen portland tipe 1. Jenis semen lain dihasilkan
dengan penambahan bahan aditif posolon atau batu kapur di dalam penghalusan
semen.
6. Pendinginan dan pengepakan
Reaksi-reaksi yang terjadi
Reaksi alite dengan air :
2Ca3OSiO4 + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
Reaksi ini relatif cepat, menyebabkan penetapan dan perkembangan
penguatan pada beberapa minggu pertama.
Reaksi dari belite :
2Ca2SiO4 + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
Reaksi ini relatif lambat, dan berperan untuk meningkatkan penguatan
setelah satu minggu. Hidrasi trikalsium aluminat dikontrol oleh penambahan
kalsium sulfat, yang dengan seketika menjadi cairan pada saat penambahan
air. Pertama-tama, etringit dibentuk dengan cepat, menyebabkan hidrasi yang
lambat.
Ca3(AlO3)2 + 3CaSO4 + 32H2O Ca6(AlO3)2(SO4)3.32H2O
Sesudah itu etringit bereaksi secara lambat dengan trikalsium aluminat
lebih lanjut untuk membentuk monosulfat.
Ca6(AlO3)2(SO4)3.32H2O + Ca3(AlO3)2 + 4H2O 3Ca4(AlO3)2(SO4).12H2O
Reaksi ini akan sempurna setelah 1-2 hari. Kalsium aluminoferit bereaksi
secara lambat karena adanya hidrasi besi oksida.
2Ca2AlFeO5 + CaSO4 + 16H2O Ca4(AlO3)2(SO4).12H2O + Ca(OH)2 + 2Fe(OH)3
2.6. Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan
Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses produksi,
industri semen menyebabkan dampak lingkungan sebagai berikut :
1. Lahan

Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat. Perubahan tata-
guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta pembangunan
fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya. Hal ini akan
menyebabkan keimbangan lingkungan setempat.
2. Air

Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air
dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi
dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan banjir pada
musim hujan.

18
Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu
lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu berkurang,
sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau
dan banjir pada musim hujan karena tanah tidak mampu lagi menyerap air.
3. Udara

Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses
pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik
dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya. Debu yang secara visual
terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu menimbulkan
pencemaran udara serius. Suhu udara di sekitar pabrik naik. Gas yang dihasilkan
oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO 2, SO2
dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon dan belerang.
2.7. Aplikasi Semen
Penggunaan berbagai macam semen untuk bahan pengikat batu, kerikil dan bahan
bahan lain telah dipraktekkan sejak dahulu kala. Namun hal itu kini sudah
dikembangkan dengan teknologi beton. Hadirnya teknologi ini disesuaikandengan
perkembangan zaman, dari generasi ke generasi beton sangat diminati dalam hal
pembangunan seperti dapat kita lihat di kota kota besar dan lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://tatangw.blogspot.com/2010/06/semen.html

20

Anda mungkin juga menyukai