Tugas Farmasi
Tugas Farmasi
BAB I
PENDAHULUAN
bakteri yang dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah
makhluk hidup (Schwartz, dkk, 2000). Antibiotik adalah zat yang dihasilkan
Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal
terhadap antibiotik. Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang
tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin. Untungnya, para ilmuwan terus-
baru.
Antara tahun 1950 1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum
membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak ada lagi penemuan baru
mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin
dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya
akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat
yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang
antibiotik intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius.
Antibiotik kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep
dihasilkan jamur Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu
penisilin dikenal dan diketahui dapat diproduksi oleh berbaga jamur. Namun
4
1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan
sampai saat ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk
melawan infeksi.
usaha penemuan dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari
antifungal, anti mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti
virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis. Pada dekade ini problem
sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah
penyakit infeksi. Obat antibiotic tidak selalu dalam keadaan bebas, ada yang
dibatasi hanya untuk infeksi bakteri yang peka terhadapnya. Selain toksik,
kuman gram positif dan gram negative. Obat ini merupakan antibiotic yang
paling aman karena mencret dan alergi jarang ditemukan. Dimana ia bekerja
dengan merusak sintesis protein dalam sel kuman, seperti halnya keluarga
tetra-siklin dan klorampenikol. Namun, dengan harga dua kali lipat dari
Difteri adalah suatu penyakit infeksi yang sangat menular dan bahaya,
cara penularan penyakit ini melalui percikan ludah penderita baik secara
(Suryanah, 1996).
Hingga saat ini perkembangan kasus defteri di Jatim belum dapat
dihentikan, dengan jumlah kasus pada 2011 sebanyak 304 dan 20 di antaranya
meninggal dunia. Pada 2012 terdapat 954 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 37 orang, sedangkan jumlah kasus per 16 Mei 2013 sebanyak 261
untuk terapi berbagai penyakit yang salah satunya yaitu difteri. Untuk
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Eritromisin.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui rumus kimia dari Eritromisin
2. Mengetahui farmakologi dasar Eritromisin
3. Mengetaui kegunaan klinis dari Eritrommisin sebagai terapi Difteri
1.3 Manfaat
8
BAB II
FARMASI-FARMAKOLOGI
ini berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml.
Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini
tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup
stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis.
Larutan netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan menurun
potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada suhu 5 biasanya
halus karena asam lambung dapat merusak obat, garam eritromisisn (contoh
2.3 Farmakodinamik
oral adalah 1 jam, waktu mencapai puncak adalah 4 jam, dan lama kerjanya
penyembuhan sakit.
2. Penyakit Legionnaire Eritromisin merupakan obat yang dianjurkan
Dosis oral ialah 4 kali 0,5-1 g sehari atau secara intravena 1-4 g sehari.
3. Infeksi Klamidia Eritromisin merupakan alternatif tetrasiklin untuk
pada infeksi akut maupun pada carrier state. Perlu dicatat bahwa
penyakit pada infeksi akut dan komplikasinya. Dalam hal ini yang
penting antitoksin.
5. Infeksi streptokokus Faringitis, scarlet fever dan erisipelas oleh Str.
juga dapat diobati secara memuaskan dengan dosis 4 kali sehari 250-
500 mg.
6. Infeksi stapilokokus Eritromisin merupakan alternatif penisilin untuk
atau luka ialah 4 kali 500 mg sehar yang diberikan selama 7-10 hari
per oral.
7. Infeksi Campylobacter Gastroenteritis oleh Campylobacter jejuni
dapat diobati dengan eritromisin per oral 4 kali 250 mg sehari. Dewasa
ini.
8. Tetanus Eritromisin per oral 4 kali 500 mg sehari selama 10 hari dapat
pada wanita hamil yang alergi tehadap penisilin. Dosis yang diberikan
ialah 4 kali 500 mg sehari yang diberika selama 5 hari per oral. Angka
jam kemudian.
12. Pertusis Bila diberikan pada awal infeksi, eritromisin dapat
mempercepat penyembuhan.
2.3.2 Kontra Indikasi
1. Pasien yang hipersensitif terhadap eritromisin dan komponen lain
dalam obat.
2. Pasien yang diketahui menderita penyakit liver.
3. Kontraindikasi jika digunakan bersamaan dengan turunan ergot,
2. 4 Farmakokinetik
Obat ini mempunyai waktu paruh yang singkat dan efek pengikatan
obat ini diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua
dalam larutan air untuk mencegah flebitis atau rasa terbakar pada
450.
4. Ekskresi Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam
bentuk aktif dalam empedu, feses, dan sebagian kecil melalui urin.
ginjal bekan kontra indikasi pemberian eritromisin (Kee J.L dan Hayes
E.R, 1996).
2.5 Toksisitas
eseloat. Reaksi ini timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulianya terapi.
untuk mendapatkan tempat reseptor (Kee J.L dan Hayes E.R, 1996).
16
BAB III
PEMBAHASAN
yang besar. Atibiotik penting yang termasuk golongan ini dan telah banyak diketahui
Eritromisin adalah salah satu antibiotik golongan makrolida yang tidak larut dalam
air, sehingga dibuat dalam sediaan suspensi. Untuk membuat suspensi stabil dalam
yaitu dengan penambahan suspending agent salah satunya adalah Pulvis Gummi
mempengaruhi sintesa asam nukleat. Pada pemakaian per oral Eritromisin cepat
dalam cairan tubuh dan akan dicapai kadar terapi yang efektif dari Eritromisin dalam
positif. Penyakit ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk
penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri ini,
antara hidung dan faring/tenggorokan) dan laring. Selain menyerang tonsil, faring,
atau laring, adakalanya kuman ini menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-
kembali di beberapa provinsi di Indonesia. Jawa Timur termasuk salah satu daerah
tahun 2009 dengan 2 kasus menjadi 6 kasus pada tahun 2010. Kontak orang dengan
diphteriae tetapi yang tidak memiliki gejala-gejala penyakit dan merupakan sumber
digunakan untuk terapi difteri dan diharapkan dapat menekan angka kejadian difteri.
19
BAB IV
KESIMPULAN
digunakan sebagai terapi penyakit Difteri karena sangat efektif untuk mengatasi
DAFTAR PUSTAKA
2. Kee, J.L dan Hayes, E.R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Perawatan
Cetakan I. Buku Kedokteran ECG. Jakarta. Hal. 335-336.
6. Schwartz; Shires; Specer. 2000. Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor :
G. Tom Shires dkk. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
11. Dinas Kesehatan Kota Periaman. 2015. Penyakit Difteri di Kota Periaman.
http://dinkes.pariamankota.go.id/berita-149-apa-itu-penyakit-difteri.html di
akses 17 Juni 2015.
14. LAKIP JATIM. 2013. Penangan Difteri perlu ada Kerjasama Masyarakat.
http://www.jatimprov.go.id/site/wagub-penanganan-difteri-perlu-ada-