Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN OMSK


DI POLI THT RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh:
Nita Prawitasari

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
A. ANATOMI TELINGA
Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani. Telinga
luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus)
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga
bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat
= Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh
kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah
mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan
mencegah infeksi.

Gambar 1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal Telinga
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : Membran timpani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )
Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval
window),tingkap bundar (round window) dan promontorium.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (Membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai
satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo.
Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang
menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam
4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak
lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-
depan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria
yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat
dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara.
maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat
daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam
telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane
tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.
Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka
dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan
tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah
bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani
berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membrane vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,
dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

B. FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

C. DEFINISI OMSK
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai
gangguan pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan istilah sehari-hari
congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang
berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun
mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut.
Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake /
terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri.

D. ETIOLOGI
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari Otitis
Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor
penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya
tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh
perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya
kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat
kuman gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas
aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan
kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah
menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang
menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang
tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

E. KLASIFIKASI
Otitis media dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : Otitis media akut, Otitis media
kronis, Otitis media sekretori.
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan
transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah
nanah dalam telinga tengah (Brunner and Suddart : 2000).

F. PATOFISIOLOGI
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada
menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman
gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang
menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan
pembentukan jaringan parut (Brunner and Suddart, 2000).
Otitis media akut dengan perforasi membran tympani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan bila proses infeksi kurang dari 2 bulan
disebut otitis media supuratif sub akut, beberapa faktor yan menyebabkan OMA menjadi
OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang), letak higiene buruk. (Soepardi, Arsyad,,
2005)
OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat
menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu
gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke
dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media atelektasis.

G. MANIFESTASI KLINIS
a. Perforasi pada marginal atau pada titik atau sentral yaitu perforasi yang terletak di pers
flaksida pada membran timpany.
b. Abses / fistel netro-aurikuler (belakang telinga)
c. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga
tengah.
d. Adanya sekret berbentuk nanah dan berbau khas.
e. Telinga Berair (Otorrhoe)
f. Gangguan Pendengaran
g. Otalgia (Nyeri Kepala)
h. Vertigo

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Audiometri
b. Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.
c. Pemeriksaan radiologi
d. Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai
diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.
Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih
kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang
normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom Proyeksi
radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah:
e. Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan
pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah
Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada
OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang
dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah
Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung,
sinus parasanal, adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah
pneumokokus, streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini
agak berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal
dari luar yang masuk melalui perforasi tadi (Ballenger JJ, 1997).

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. IdentitasPasien
Nama : Ny . N
JenisKelamin : Perempuan
Usia : 62 Tahun
Alamat : Sukabumi
Agama : Islam
DxMedis : OMSK
2. KeluhanUtama
Klien mengeluh keluar cairan dari telinga kanan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan bahwa telinga kanan nya keluar cairan. Klien juga merasa bahwa
pendengarannya berkurang.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan mengetahui dirinya mengalami penyakit otitis media sejak 1 tahun
lalu namun dibiarkan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit sama dengan klien
6. Riwayat Psikososisal Spiritual
Psikologi : Klien menerima penyakitnya sebagai cobaan hidup, klien awalnya merasa
takut memiliki penyakit ini sehingga membiarkannya selama bertahun tahun. Namun
pada akhirnya klien dapat terbuka terhadap keluarga dan keluarga membawa pasien ke
rumah sakit
Sosial :Hubungan klien dengan keluarga cukup baik, namun dalam mengeluarkan suatu
perasaan atau keadaan sakit , pasien kurang terbuka kepada keluarga sehingga sering
memendam masalah atau mengenai keberadaan sakit pasien.
Spiritual : Klien mempercayai bahwa penyakitnya adalah cobaan hidup dan pemberian
terbaik dari Allah SWT. Pola ibadah klien tidak terganggu meskipun klien sakit. Pola
ibadah selalu dilakukan seperti shalat 5 waktu dan berdoa kepada Allah SWT.
7. Riwayat ADL
N Data Sebelum Sakit Saat Sakit
o
1. Pola nutrisi
a. Makan
Frekunsi 2-3x / hari 1porsi 2-3x/hari satu porsi
Jenis makanan Nasi , lauk pauk kadang Nasi, lauk pauk
memakan sayur kadang sayur, dan lauk pauk
tidak

Pantangan
Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
Keluhan
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Pola minum
Jumlah
Jenis
6-8 gelas/ hari (2000 5-6gelas/hari (1500
ml/hari) ml/hari)
Air putih Air putih
Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x/hari 1x /hari

Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan


Lembek keras Lembek
Konsistensi
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Keluhan

b. BAK
4-5x/hari 4-5x/hari
Frekwensi
Kuning Jerih Kuning Jerih
Warna
Pola istirahat dan
tidur 6-7 jam/hari 4 5 jam ( tidak nyenyak)
Kualitas
Kuantitas
Aktivitas Klien mampu melakukan Klien mampu melakukan
aktivitas secara mandiri segalanya secara andiri
Pola kebersihan
Mandi 2x / sehari Seka 1x sehari

Mencuci rambut Tidak menentu Tidak menentu


2x / sehari 1x / sehari
Sikat gigi
Mengganti pakaian 2x / sehari 1x sehari

Gunting kuku Seminggu sekali (bila Seminggu sekali (bila


panjang) panjang)

8. Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN TELINGA

KANAN KIRI

Bentuk telinga luar Normal Normal

Daun telinga Normotia Normotia

Preaurikuler NT tragus (-) NT tragus (-)

Oedem (-) Oedem (-)

Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Fistula (-) Fistula (-)

LIANG TELINGA KANAN KIRI

Lapang/ sempit Sempit Lapang

Warna epidermis Tidak hiperemis Tidak hiperemis

Sekret (+), mukoid, warna putih, berbau (-)

Serumen (-) (-)

Kelainan lain (-) (-)


Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Tes Penala
512 Hz
KANAN KIRI
Rinne Negatif Positif

Weber Lateralisasi Tidak lateralisasi


9.
Schwabach Memanjang Sesuai pemeriksa

Pemeriksaan Penunjang
Pasien sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan CT Scan dan Rontgen namun untuk
hasilnya tidak terkaji.

10. Analisis Data


DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Klien mengeluh Infeksi OMSK Gangguan
keluar cairan dari telinga . persepsi
Infeksi bakteri ke telinga bagian
DO: pendengaran
sensori b.d
tengah
menurun, tes rinne telinga
infeksi di
kanan negatif, tes weber Peningkatan produksi cairan
telinga tengah
lateralisasi ke kanan, tes serosa
schwabach memanjang ke
Akumulasi cairan mukus dan
kanan
serosa

Hantaran suara yang diterima


menurun

Gangguan persepsi sensori

11. Diagnosa Keperawatan


Gangguan persepsi sensori b.d infeksi di telinga tengah

12. Rencana Asuhan Keperawatan


DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
HASIL
Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Diagnosa dini
persepsi sensori tindakan tanda awal terhadap keadaan
b.d infeksi di keperawatan ,nyeri kehilangan telinga atau terhadap
telinga tengah dapat berkurang pendengaran yang masalah-masalah
dengan kriteria : lanjut. pendengaran rusak
Klien akan 2. Ajarkan klien
secara permanen
mengalami untuk 2. Keefektifan alat
peningkatan menggunakan dan pendengaran
persepsi sensori merawat alat tergantung pada tipe
pendengaran pendengaran gangguan/ketulian,
sampai pada dengan tepat pemakaian serta
3. Instruksikan klien
tingkat fungsional. perawatannya yang
untuk
tepat.
menggunakan 3. Apabila penyebab
teknik-teknik yang pokok ketulian tidak
aman sehingga progresif, maka
dapat mencegah pendengaran yang
terjadinya ketulian tersisa senstif
lebih jauh. terhadap trauma dan
4. Instruksikan klien
infeksi sehingga harus
untuk
dilindungi.
menghabiskan 4. Penghentian terapi
seluruh dosis antibiotika sebelum
antibiotik yang waktunya dapat
diresepkan menyebabkan
organisme sisa
berkembang biak
sehingga infeksi akan
berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998, Otitis Media Chronic, http://www.healthcentral.com
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,Hidung ,Tenggorok Kepala & Leher.Edisi VII. Penerbit
FK-UI, Jakarta 2012
Boies, dkk. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6, Jakarta: EGC. 1997
Fung, K., 2004, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com
Mansjoer, Arif. dkk. (2001). Kapita Selwkta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Tarwoto, Aryani. Ratna, Wartonah. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai