Tugas EBP Revisi Senam Lansia Dengan Hipertensi
Tugas EBP Revisi Senam Lansia Dengan Hipertensi
Disusun Oleh:
RIFAATUL MAHMUDAH (12345)
(TIM)
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita,
yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk
Indonesia akan diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut. Hal ini
bisa dilihat dari data pada tahun 1971 jumlah lansia di Indonesia 5,3 juta (4,48%)
dengan AHH 45,7 tahun, tahun 1990 jumlah lansia 12,7 juta (6,56%) dengan AHH
59,8 tahun, tahun 2010 jumlah lansia 28,8 juta (11,34%) dengan AHH 71,7 tahun
(Achir, 2010). Pada tahun 2020 diperkirakan akan menempati urutan keenam
terbanyak di dunia setelah Brazil, Meksiko dan Negara Eropa (Pudjiastuti dan
Utomo, 2003).
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun
2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun.
Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia
menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang
atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten
Secara individu ketika usia mencapai 55 tahun, maka proses penuaan secara
alamiah akan terjadi, hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,
ekonomi dan psikologi. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke
industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit
menderita hipertensi (Depkes, 1999). Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut
karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung dan PJK.
Agar terhindar dari komplikasi hipertensi salah satu pencegahannya yaitu dengan
olah raga secara teratur, latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan
Isnawati, 2009). Sedangkan menurut (Ritu Jain, 2011). Beberapa jenis terapi
2) Pengobatan herbal dari cina, 3) Terapi jus, 4) Terapi herbal, 5) Pijat, 6) Yoga, 7)
B. Tujuan
Untuk menganalisis hasil penelitian yang telah dilakukan dan melakukan
C. Manfaat
1. Praktik keperawatan
Memberikan informasi mengenai hasil litetratur riview dari manfaat senam lansia
tekanan darah sehingga bagi pelayanan kesehatan dapat menjadi perantara untuk
mengadakan olahraga/senam bagi para lansia atau pra lansia agar terhindar dari
2. Pendidikan keperawatan
angka prevalensinya.
3. Penelitian keperawatan
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam terhadap berbagai
penyakit pada lansia, misalnya; DM, asma, dan masalah-masalah lain yang biasa
diderita lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI
Model konseptual yang diungkapkan oleh Sr. Callista Roy pada tahun 1979, yang
disebut juga dengan Teori Keperawatan Model Adaptasi merupakan filosofi yang
(Mubarak, 2005). Menurut Callista Roy, dikutip Athoenk (2010). Model Konsep
keperawatan ada Empat elemen yang penting yaitu: manusia, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan
keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada
konsep adaptasi.
1. Manusia
Menurut Callista Roy dikutip Athoenk (2010), model adaptasi adalah bagaimana
model adaptasi yang dialami oleh Lansia yaitu problem adaptasi, yakni
kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan
Manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang
Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
istilah input, proses kontrol dan umpan balik serta output (Athoenk,2010).
a. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan
individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang
c. Output pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah hasil dari input
dan proses kontrol yang memberikan umpan balik sebagai hasil adaptasi.
2. Lingkungan
keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta
3. Kesehatan
4. Keperawatan
proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik fokal,
konstektual maupun residual. Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai
peningkatan respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah
konstektual dan residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat
respon sekunder yang tidak efektif pada rangsang yang sama pada keadaan
adaptif
individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada
tingkatan latihan fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik
akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskular, yaitu peningkatan curah
jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang
aktif. Peningkatan curah jantung dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan
ditingkatkan dengan latihan fisik yang teratur. Olahraga teratur akan menurunkan
memperbaiki sirkulasi koroner dan meningkatkan rasa percaya diri (Hartono &
Boestan, 1992).
The Information Leader in Physical Activity and Health dengan judul Reduce Stress
Trough Exercise, olahraga pada lansia dapat menjadi sarana untuk mengurangi stres
yang efektif dengan cara : (1) latihan dapat berfungsi sebagai sebuah cara
melepaskan ketegangan dan kecemasan, (2) latihan dapat menjadi metode relaksasi.
Olahraga teratur dapat menjadi pengalih perhatian dari hari-hari stres dan dapat
memberikan efek penenang melalui gerakan fisik alami, (3) latihan dapat
meningkatkan energi dan toleransi kelelahan, (4) latihan dapat membantu dalam
menjaga elastisitas otot dan meminimalkan efek pemendekan otot karena tidak
program latihan teratur, tubuh bisa lebih terkontrol dan membantu untuk
menormalkan detak jantung, tekanan darah, dan ketegangan otot, (6) berolahraga
bahwa harga diri dan kepercayaan diri yang meningkat memiliki tingkat stres lebih
sedikit. Individu yang berolahraga secara teratur tampil lebih santai dan tidak mudah
cemas dan depresi. Satu studi menemukan bahwa olahraga secara signifikan lebih
Senam lansia yang dipilih adalah berupa senam kebugaran untuk lansia dengan
tipe low impact exercise. Faktor-faktor seperti mobilitas terbatas dan nyeri dapat
membuat perbedaan dalam jenis latihan pada lansia. Senam dengan tipe low
berenang atau melakukan aerobik air, adalah pilihan yang baik, seperti bentuk-
bentuk lembut yoga, pilates, tai chi, peregangan, dan latihan beban ringan. Banyak
(Winderlich, 2012).
Low impact exercise adalah jenis latihan yang melibatkan setidaknya satu kaki di
tanah setiap saat. Low impact exercise berupa latihan aerobik yang dilakukan untuk
jangka waktu lebih lama dan bekerja untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskular
lansia. Low impact exercise meminimalkan risiko cedera di bagian bawah tubuh. Ini
adalah pilihan yang aman yang dapat meningkatkan kepadatan tulang bagi individu
yang mungkin memiliki atau berisiko untuk osteoporosis atau patah tulang
(Hitchcock, 2011).
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan latihan olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama
fungsi jantung. Jantung yang merupakan salah satu organ vital tubuh sudah
sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak
tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat menyebabkan
penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu cara untuk menjaga
kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah
terhadap penurunan tekanan darah, antara lain penelitian yang dilakukan oleh :
1. Ilkafah, Udi Susatia, Bambang Priyadi (2004). Key Word: Exercise (Elderly
Melihat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah. Design yang
dan pengukuran tekanan darah dilakukan setiap sebelum dan sesudah senam.
Hasil penelitian: menggunakan uji t-test pada tingkat kepercayaan 0,05 dan db =
14, didapatkan nilai t hitung untuk sistolik = 7,555 dan nilai t hitung diastolik =
8,191. Nilai kedua t hitung > t tabel (2,145). Jadi hasil t-hitung mempunyai beda
yang signifikan dengan t-tabel, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dari hal
ini dapat disimpulkan bahwa senam lansia berpengaruh dalam penurunan tekanan
2. Astari, Putu Dyah, Putu Gede Adiatmika, Rai Dewi Damayanthi Pande (2012).
Googlesholar.com
Melihat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah. Design yang
Hasil penelitian : perbedaan tekanan darah sistolik pre test dan post test dilakukan
nilai p = 0,000 berarti terdapat perbedaan antara hasil pre test dan post test. Nilai
p < 0,05 yang berarti perbedaan tersebut signifikan. Analisis perbedaan tekanan
darah diastolik pre test dan post test dilakukan dengan menggunakan non
terdapat perbedaan antara hasil pre test dan post test. Nilai p < 0,05 yang berarti
pertemuan keenam sebagai posttest. Dengan melakukan senam lansia yang dapat
signifikan dan menjadi normal apabila senam (exercise) dilakukan secara teratur
(continue).
3. I Made Widastra, Putu Dyah Astari, I Ketut Labir (2006). Key Word: Senam
Melihat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia pada kelompok senam lansia di banjar
Hasil penelitian: Perbedaan perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan setelah
sebanyak 21,67 mmHg dari 149,17 mmHg menjadi 127,50 mmHg dengan nilai p
= 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata tekanan
darah sistolik setelah dilakukan senam lansia. Pada tekanan darah diastolik
sebelum dan setelah diberikan latihan nafas dalam dan senam lansia terdapat
penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebanyak 12,50 mmHg dari 91,25
mmHg menjadi 78,75 mmHg dengan nilai p = 0,000. Hal ini mengindikasikan
bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata tekanan darah diastolik setelah dilakukan
Intervensi: senam lansia dapat menurunkan tekanan darah, maka para lansia yang
senam lansia. Senam lansia cukup mudah dan efisien untuk dilakukan.
No Penulis & Latar belakang Design Populasi & Instrument Intervensi Hasil Kekuatan &
Negara Sampel Kelemahan
1 Astari, Putu Provinsi Bali Penelitian ini Populasi Instrumen yang Intervensi Hasil perhitungan Kekuatan :
Dyah., DR.dr.I merupakan merupakan dalam dipakai pada diberikan Dengan latihan
stastistik nilai p =
Putu Gede peringkat ke Design yang penelitian ini penelitian ini adalah sebanyak 6 kali, nafas dalam dan
0,000 berarti
Adiatmika, empat dari lima digunakan adalah dengan pada pertemuan senam lansia
(2012) provinsi yang eksperimental seluruh menggunakan lembar pertama sebagai terdapat cukup mudah
Indonesia; memiliki jumlah dengan lansia pada pengkajian. Adapun pretest pertemuan dan efisien.
perbedaan antara
Program Studi lansia terbanyak rancangan one kelompok alat yang digunakan keenam sebagai yang dapat
hasil pre test dan
Ilmu di group pretest- senam lansia untuk mengukur posttest. Analisa dilakukan
Keperawatan, Indonesia yaitu posttest, di banjar tekanan darah adalah perbedaan post test. Nilai p < tiga kali seminggu
Fakultas sekitar 8,77 Kaja Sesetan spygnomanometer tekanan darah dapat menurunkan
0,05 yang berarti
Kedokteran, persen. Denpasar pegas dan stetoskop. sistolik pre test hipertensi.
perbedaan
Universitas Diperkirakan pada Selatan Sebelum alat-alat dan post test Kelemahan :
Udayana tahun 2015 akan yang tersebut digunakan, dilakukan dengan tersebut Tidak diketahu
Denpasar. mengalami berjumlah 55 alat tersebut akan menggunakan durasi waktu yang
signifikan.
peningkatan orang. dikalibrasi terlebih non parametrik efesien dalam
Analisis
hampir dua kali dahulu agar data test Wilcoxon. melakukan senam
lipat dibandingkan yang perbedaan lansia
pada tahun 2011 didapatkan valid dan
tekanan darah
menjadi reliable.
diastolik pre test
lebih dari 432 Prosedur Pengumpulan
ribu orang atau Data dan Analisis dan post test
11,4 persen Data
dilakukan dengan
dari jumlah Dari sampel yang
menggunakan non
penduduk terpilih sebanyak
Tingginya angka 24 orang, sebelumnya parametrik test
kejadian hipertensi Peneliti melakukan
Wilcoxon. Hasil
pada lansia pendekatan dengan
perhitungan
menuntut peran kader, dan para lansia
tenaga yang ada di Banjar stastistik nilai p =
kesehatan untuk Kaja Sesetan
0,000 berarti
melakukan Denpasar
terdapat
pencegahan dan serta menyampaikan
upaya promosi maksud dan tujuan perbedaan antara
kesehatan. Ada penelitian kepada
hasil pre test dan
beberapa para lansia untuk
cara pencegahan kesediaannya secara post test. Nilai p <
yang dapat sukarela menjadi
0,05 yang berarti
dilakukan oleh responden dalam
perbedaan
lansia agar penelitian, kemudian
terhindar dari memberikan informed tersebut
penyakit hipertensi consent untuk
signifikan.
dengan semboyan disetujui. Peneliti
Sehat yaitu kemudian akan
Seimbangkan gizi, melakukan
Enyahkan rokok, wawancara dengan
Hindari subjek penelitian
stres, Awasi dengan
tekanan darah, menggunakan daftar
dan Teratur pengkajian. Peneliti
berolahraga. melakukan pengkajian
dan pengukuran
tekanan darah pada
lansia di Banjar Kaja
Sesetan Denpasar 10
menit sebelum latihan
nafas dalam dan senam
lansia dan 30 menit
setelah dilakukan
senam lansia. Pada
pertemuan pertama
sebagai pretest,
pertemuan keenam
sebagai posttest.
Semua data yang
sudah didapat
dikelompokkan yaitu
data demografi, hasil
pengukuran tekanan
darah sebelum dan
sesudah latihan nafas
dalam dan senam
lansia. Selanjutnya
data di tabulasikan,
data
di masukkan dalam
tabel frekuensi
distribusi
dan diinterpretasikan.
Pada penelitian ini
dilakukan uji
beda untuk
mengetahui pengaruh
senam
lansia terhadap lansia
dengan hipertensi
dengan tingkat
kemaknaan/kesalahan
5
persen (0,05).
Sebelum dilakukan
uji beda,
dilakukan uji
normalitas data untuk
mengetahui
kenormalitasan data
dengan uji
Saphiro Wilk karena
jumlah sampel kurang
dari 50
2 Ilkafah,Udi Latihan fisik Dalam Populasi Intrument dengan Intervensi yang Hasil penelitian Kekuatan :
Susatia, adalah segala penelitian ini dalam melakukan observasi dilakukan dalam dengan Dengan
Bambang upaya peneliti penelitian dalam kegiatan senan penelitian ini menggunakan uji penelitian ini
Priyadi, (2004). yang dilaksanakan menggunakan ini adalah lansia dengan dengan senam t-test pada dapat
Indonesia; untuk desain seluruh lansia Hipertensi Ringan lansia yang tingkat memberikan
Rektorat meningkatkan Analitik yang aktif Sedang di dilakukan di dilakukan kepercayaan 0,05 implikasi besar
UNIBRAW kebugaran jasmani Observasional mengikuti Rektorat sebelum dan dan db = 14, terhadap asuhan
Malang. Science dan kondisi fisik dengan senam lansia Unibraw Malang, sesudah didapatkan keperawatan
Study Program lansia. pendekatan di rektorat Dimana pelaksanaan nilai t hitung lansia dengan
of Brawijaya Kebugaran Cohort Study. Unibraw responden mengikuti senam selama 8 untuk sistolik = hipertensi
University. jasmani adalah Malang. senam 2 kali/minggu, minggu. 7,555 dan nilai khususnya dalam
suatu aspek fisik Dengan senamnya terdiri dari t hitung diastolik upaya mencegah
dari kebugaran riwayat pemanasan, inti, dan = 8,191. Nilai komplikasi lebih
menyeluruh Upaya hipertensi pendinginan. kedua t lanjut dari
penanggulangan masih dalam Observasi dan hitung > t tabel hipertensi
hipertensi (salah rentang pengukuran (2,145). Jadi
satunya adalah antara 6 tekanan darah hasil t hitung Kelemahan:
latihan fisik bulan sampai dilakukan setiap mempunyai beda Dalam penelitian
yang teratur) 1 tahun dan sebelum dan yang signifikan ini hanya
perlu dilakukan responden sesudah senam. dan dengan ttabel, penangganan
agar tidak berjenis tidak ada responden yang berarti H pada hipertensi
terjadi komplikasi kelamin yang 1 diterima dan Ho pada tingkatan
lebih lanjut. Oleh wanita. mempunyai BMI ditolak. sedang dan
karena dibawah normal. Dari hal ini dapat ringan.
itu peneliti disimpulkan Tidak diketahui
tertarik untuk bahwa senam durasi waktu
melakukan lansia yang efesien
penelitian tentang berpengaruh dalam
pengaruh latihan dalam penurunan melakukan
fisik tekanan darah senam lansia
(senam lansia) pada lansia
dalam penurunan dengan hipertensi
tekanan ringan sedang.
darah pada lansia
yang menderita
hipertensi
3 Espen F. Bakke, Diawalin melalui Design yang Populasi Melakukan Dengan Tidak ada yang Kekuatan :
Jonny Hisdal, pengamatan pada digunakan dalam pemeriksaan denyut melakukan signifikan Dalam hasil
Andries J. orang melakukan eksperimental penelitian ini jantung (HR) diperoleh pemeriksaan perbedaan antara penelitian ini
Kroese, Jrgen J. aktivitas olahraga dengan 11 pasien dari durasi setiap untuk Pasien kelompok pasien dapat
Jrgensen terhadap terjadinya rancangan one berpartisipasi, interval RR dari sinyal dengan PAD PAD dan dua Memberikan
and Einar peningkatan group pretest- 6 perempuan ECG. Finger arteri akan kontrol kelompok pedoman untuk
Stranden. (2006). tekanan darah posttest, dan lima laki- Tekanan terus menerus menunjukkan dalam pengobatan pada
Norwegia dengan laki. diakuisisi oleh alat darah yang peningkatan MAP pasien PAD yang
membandingkan perekam tekanan berbeda respon atau di tingkat lebih baik.
pada lansia yang photoplethysmographic tekanan untuk kemiringan di Kelemahan:
melakukan (Finometer; FMS kontrol yang mana MAP Dari hasil
aktivitas olahraga Finapres Medical sehat selama meningkat selama penelitian tidak
yang dimana Systems BV, dan latihan isometrik. latihan isometrik. ada perbedaan
melihat kejadian pemeriksaan Konsekuensinya signifikan antara
adanya selanjutnya melalui adalah bahwa tiga kelompok
peningkatan pengukur dari lengan kedua pasien PAD dalam
tekanan darah dari kiri. Perawatan diambil dan kontrol orang peningkatan total
respon latihan untuk menyesuaikan tua, dibandingkan atau tingkat
isometrik pada lengan sehingga jari dengan anak kemiringan untuk
populasi lansia dan yang diukur adalah muda kontrol, HR. Juga tidak
remaja. pada tingkat jantung. mencapai nilai SP ada perbedaan
lebih tinggi yang signifikan
selama latihan antara kelompok
isometrik karena pasien PAD dan
lebih tinggi nilai- dua kelompok
nilai dasar SP. kontrol di TPR,
SV, CO, BBV
atau ASBP, baik
dalam tingkat
kemiringan atau
total meningkat
selama latihan
4 Almiro Mendes Penyebab utama Dalam Populasi Instrumen dalam Intervensi yang Dengan Kekuataan :
da Costa Neto, kematian di penelitian ini dalam Penelitian ini dengan digunakan untuk Latihan aerobik Dengan aktivitas
Carliane Maria masyarakat Palpiri, menggunakan penelitian ini mengupayakan meningkatkan yang teratur dan Fisik untuk
de Arajo Brazil penyebab desain adalah perbaikan kualitas dengan sederhana dapat pengguna dengan
Souza , Evaldo utamanya adalah kualitatif kelompok kesehatan primer melakukan peningkatan kadar gerakan atau
Penjualan Leal, CVAs dan infark usia, bagi melalui: protap dari aktivitas fisik HDL-C. latihan keterampilan
Maria de Arajo miokard. dengan penderita monitoring sampai dalam perbaikan adalah motorik yang
Erinelda munculnya dengan dengan evaluasi kualitas hidup paling efektif bagi terbatas, yang
Souza,Michell program yang penyakit melalui latihan mereka yang mengambil bagian
Lucilane dos dijalankan oleh kronis, orang senam aerobik awalnya tinggi dalam pendidikan
Santos Holanda, Agen Community tua, dan untuk tingkat tingkat jasmani dan
dan Yluska dengan orang-dengan pengurangan MBI TC dan terapi fisio-dan
Myrna Meneses menggunakan riwayat tekanan darah rendah. pekerjaan, juga di
Brando e program kesehatan penyakit pada lansia bawah bimbingan
Mendes. (2006). keluarga, dengan jantung. Strategi
Brazil sistem kesehatan Kesehatan
primer dengan Keluarga.
mengarahkan dan Meskipun data
mengkoordinasikan kuantitatif tidak
sistem, untuk dapat tersedia,
memprioritaskan diharapkan
kegiatan di tingkat dengan
masyarakat, meningkatkan
dengan aktivitas fisik,
dilakukannya penurunan
perawatan penyakit akan
kesehatan dirumah. diamati
Kelemahan:
Upaya sosial yang
belum diperluas
pada
masyarakat dalam
rangka
mendorong
aktivitas fisik
dalam masyarakat
untuk upaya
penanggulangan
permasalahan
penyakit kronis.
5 Jean-Paul Proses penurunan Penelitian ini Populasi Intrumen dalam Intervensi dalam Hasil dari Kekuatan :
Schmid, Markus tekanan darah pada menggunakan dalam penelitian ini penelitian ini penelitian: yang Pengobatan Asb-
Noveanu, Cyrill tubuh yang dapat desain penelitian ini menggunakan lembar menggunakan dilakukan dengan blocker
Morger, di berikan dalam eksperimental adalah metode rebreathing gas protokol yang padanya direkomendasikan
Raymond suatu bentuk 30 laki-laki: menggunakan gas dilakukan prosesperendaman oleh pedoman saat
Gaillet, perubahan yang 10 pasien fotoakustik inframerah melalui melalui ini pada pasien
MauroCapoferri, signifikan pada ke dengan CHF analyzer (Innocor, peninjauan peningkatan dengan CHF dan
Matthias sirkulasi darah stabil, 10 Innovision A / S, dengan indeks jantung CAD, dan
Anderegg, Hugo yang diikuti oleh pasien dengan Odense, Denmark). Itu menggunakan sebesar 19% pada memungkinkan
Waras. (2006). adanya CAD dan 10 pasien bernafas etika komite. kontrol, sebesar untuk optimal
Swiss peningkatan kontrol sehat campuran gas yang Yang dilakukan 21% pada pasien komparabilitas
tekanan volume mengandung dua di kolam renang dengan CAD dan langkah-langkah
pada pembuluh fisiologis. dari Fasilitas sebesar 16% pada hemodinamik,
darah. Sehingga physiotherapeutic pasien dengan kita hanya
berkurang di Rumah Sakit CHF. Meskipun termasuk pasien
peningkatan pada Universitas Bern, beberapa pasien yang
fungsi ventrikel Bern, Swiss. dengan CHF menggunakan
kiri, karena adanya Suhu air adalah menunjukkan pengobatan b-
pergeseran volume 32 C adecrease dari blocker
yang hidrostatik stroke volume Kelemahan :
diinduksi yang selama Studi ini telah
memungkinkan perendaman, dan diefektifkan
terjadinya proses peningkatan dalam pengaturan
cepat kelelahan indeks jantung ruangan yang
sehingga pada (sebesar 87% terkontrol, dan di
mekanisme pada subyek air thermoneutral.
kardiovaskular sehat, dengan Oleh karena itu
menyebabkan 77% di pasien hasilnya tidak bisa
dekompensasi dengan CAD dan diterjemahkan ke
jantung. sebesar 53% pada dalam kegiatan di
pasien dengan kondisi
CHF). V O2 lingkungan yang
aktivitas renang berbeda.
adalah 9,7 (3,3)
ml / kg / menit
pada pasien
dengan CHF, 12,4
(3,5) ml / kg /
menit pada pasien
dengan CAD dan
13,9 (4) ml/kg/
menit.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil literatur riview bertujuan untuk mengetahui apakah latihan senam
nonfarmakologi yang efektif pada lansia yang mengalami hipertensi. Oleh karena itu,
perlu mengetahui dari beberapa efek samping, instrumen dan intervensi yang digunakan
dalam penurunan tekanan darah (hipertensi) pada lansia, adalah sebagai berikut:
tekanan darah pada lansia dengan hal ini dapat berpengaruh pada nilai tekanan darah
setelah latihan fisik (senam). Ini juga tergantung dari gaya hidup lansia itu sendiri.
tekanan darah pada lansia dengan hal ini dapat berpengaruh pada nilai tekanan darah
setelah latihan fisik (senam). Ini juga tergantung dari gaya hidup lansia itu sendiri.
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
dan peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah sistolik maupun tekanan darah
meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan tekanan darah
diastolik meningkat sampai umur 50-60 tahun, dan kemudian cenderung menetap
atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan
adanya kekakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan (compliance) arteri, dan
latihan fisik (senam lansia) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Instrumen
lansia 10 menit sebelum latihan nafas dalam dan senam lansia dan 30 menit setelah
responden yang mengikuti senam 2 kali/minggu, yang terdiri dari pemanasan, inti,
responden (usia, lama terkena hipertensi, penyakit yang pernah atau masih diderita
saat ini, jenis dan frekuensi olahraga dan kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan
campuran gas yang mengandung dua fisiologis, 4) Intrumen dalam penelitian ini
inframerah analyzer (Innocor, Innovision A/S, Odense, Denmark). Pada pasien yang
Latihan fisik seperti senam yang teratur juga membantu mencegah keadaan-
keadaan atau penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) (Once, 2011).
Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia adalah senam. Senam lansia
sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga kesehatan tubuh mereka masa
proses metabolisme tubuh (Potter & Perry, 2005). Pernafasan yang pelan, dalam,
parasimpatis dapat menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, yang
nantinya juga bisa menurunkan tekanan darah. Selain kegiatan senam lansia, latihan
nafas dalam juga dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan lansia. Tujuan utama
pengaturan pernafasan adalah untuk menyuplai kebutuhan oksigen yang cukup untuk
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan intervensi yang untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi dengan melalui senam lansia secara teratur dapat meningkatkan fungsi
tubuh terutama fungsi jantung. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung
adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah dilakukan adalah
darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan melakukan senam
PENUTUP
A. Kesimpulan
penderita yang lebih muda. Sebagia besar merupakan hipertensi primer dan
prinsipnya tidak berbeda dengan hipertensi pada umumnya; yaitu terdiri dari
B. Rekomendasi
1. Pelayanan keperawatan
serta mendorong para lansia untuk selalu aktif dalam kegiatan senam yang
2. Pendidikan keperawatan
3. Penelitian keperawatan
C. Lesson Learned
Senam lansia sebagai upaya peningkatan kesehatan lansia yang dapat
digunakan sebagai upaya pencegahan awal, dimana dari beberapa hasil riset
posyandu lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Almiro Mendes da Costa Neto, Carliane Maria de Arajo Souza , Evaldo Penjualan Leal,
Maria de Arajo Erinelda Souza,Michell Lucilane dos Santos Holanda, dan
Yluska Myrna Meneses Brandoe Mendes. (2006). Physical activity and
prevention/control of arterial hypertension in primary healthcare (Ateno
Primria Sade, APS).
diakses Tanggal 9 Juni 2014. Pukul 10.45 WIB
Astari, P. D., (2012). Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia engan
hipertensi pada kelompok senam lansia di Banjar Kaja Sesetan Denpasar
Selatan, http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/download/6132/4623.
Bakke, E., Hisdal, J., Kroese, A., Jrgensen, J., & Stranden, E. (2007). Blood
pressure response to isometric exercise in patients with peripheral
atherosclerotic disease. Clinical Physiology And Functional Imaging, 27(2),
109-115.
Darmojo& Boedhi, R. 2006. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,
FKUI, Jakarta
Ikafah. (2004). Pengaruh latihan fisik (senam lansia) terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi ringan-sedang di Rektorat Unibraw
Malang, http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp-content/uploads/jurnalsurya/noIV/0.
ISSN : : 1979-9128
Kappagoda, T., & Amsterdam, E. (2012). Exercise and heart failure in the elderly.
Heart Failure Reviews, 17(4-5), 635-662. doi:10.1007/s10741-011-9297-4
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo Fisioterapi pada Lansia,Jakarta: EGC,
2003.
Rossow, L., Fahs, C., Sherk, V., Seo, D., Bemben, D., & Bemben, M. (2011). The
effect of acute blood-flow-restricted resistance exercise on postexercise
blood pressure. Clinical Physiology And Functional Imaging, 31(6), 429-
434. doi:10.1111/j.1475-097X.2011.01038.x\
Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan
Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga
Undip.