Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH EVIDANCE BASED PRACTICE (EBP)


APAKAH SENAM LANSIA BISA UNTUK MENURUNKAN
TEKANAN DARAH (HIPERTENSI)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Gerontik

Disusun Oleh:
RIFAATUL MAHMUDAH (12345)

(TIM)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita,

yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya

untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk

menghidupi dirinya(Ineko, 2012). Meningkatnya angka harapan hidup (AHH) di

Indonesia akan diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut. Hal ini

bisa dilihat dari data pada tahun 1971 jumlah lansia di Indonesia 5,3 juta (4,48%)

dengan AHH 45,7 tahun, tahun 1990 jumlah lansia 12,7 juta (6,56%) dengan AHH

59,8 tahun, tahun 2010 jumlah lansia 28,8 juta (11,34%) dengan AHH 71,7 tahun

(Achir, 2010). Pada tahun 2020 diperkirakan akan menempati urutan keenam

terbanyak di dunia setelah Brazil, Meksiko dan Negara Eropa (Pudjiastuti dan

Utomo, 2003).

Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang

semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.

Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun

2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun.

Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia

menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang

atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten

dari waktu ke waktu.

Secara individu ketika usia mencapai 55 tahun, maka proses penuaan secara

alamiah akan terjadi, hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,
ekonomi dan psikologi. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke

industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit

tidak menular/degeneratif (Nugroho, 2000). Salah satu penyakit degeneratif pada

lansia adalah penyakit kardiovaskular, misalnya : hipertensi (Achir, 2010). Hasil

Survey kesehatan RI tahun 1995 menunjukkan bahwa 83 per 1000 penduduk

menderita hipertensi (Depkes, 1999). Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut

karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung dan PJK.

Agar terhindar dari komplikasi hipertensi salah satu pencegahannya yaitu dengan

olah raga secara teratur, latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan

isotonik atau dinamik), salah satunya yaitu dengan senam lansia.

Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan adalah membantu penderita

hipertensi untuk mempertahankan tekanan darah pada tingkat normal dan

meningkatkan kualitas kesehatanya secara maksimal dengan cara memberi intervensi

asuhan keperawatan, sehingga dapat terjadi perbaikan kesehatan. Dalam mengatasi

hipertensi dapat dilakukan pengobatan farmakologis, pengobatan ini bersifat jangka

panjang. Obat-obatan hipertensi berupa diuretik, betabloker, ACE inhibitor,

angiotensin II receptor blocker, antagonis kalsium, vasodilator (Rusdi dan Nurlaena

Isnawati, 2009). Sedangkan menurut (Ritu Jain, 2011). Beberapa jenis terapi

alternatif (terapi nonfarmakologis) meliputi: 1) Akupresur (akupuntur tanpa jarum),

2) Pengobatan herbal dari cina, 3) Terapi jus, 4) Terapi herbal, 5) Pijat, 6) Yoga, 7)

Aromaterapi, 8) Pernafasan dan relaksasi, 9) Pengobatan pada pikiran dan tubuh;

biofeedback meditasi, hypnosis.

B. Tujuan
Untuk menganalisis hasil penelitian yang telah dilakukan dan melakukan

telaahan terhadap beberapa penelitian yang terkait terhadap efektifitas senam

lansia untuk menurunkan hipertensi. Disamping itu hasil akhir literatur

review ini bisa digunakan sebagai alternatif pilihan dalam melakukan

intervensi keperawatan untuk menurunkan tekanan darah pada lansia.

C. Manfaat

1. Praktik keperawatan

Memberikan informasi mengenai hasil litetratur riview dari manfaat senam lansia

yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, sehingga dapat menurunan

tekanan darah sehingga bagi pelayanan kesehatan dapat menjadi perantara untuk

mengadakan olahraga/senam bagi para lansia atau pra lansia agar terhindar dari

berbagai penyakit kardiovaskuler.

2. Pendidikan keperawatan

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada institusi

pendidikan akan pentingnya olahraga/senam yang dapat mencegah

berbagai penyakit, terutama penyakit kardiovaskuler yang masih tinggi

angka prevalensinya.

3. Penelitian keperawatan

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam terhadap berbagai

penyakit pada lansia, misalnya; DM, asma, dan masalah-masalah lain yang biasa

diderita lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Model Dan Konsep Teori Menurut Callista Roy

Model konseptual yang diungkapkan oleh Sr. Callista Roy pada tahun 1979, yang

disebut juga dengan Teori Keperawatan Model Adaptasi merupakan filosofi yang

menyebutkan tentang bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan dengan

cara mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif. Individu


atau manusia holistic adaptive sistem yang selalu beradaptasi secara menyeluruh

(Mubarak, 2005). Menurut Callista Roy, dikutip Athoenk (2010). Model Konsep

keperawatan ada Empat elemen yang penting yaitu: manusia, lingkungan, kesehatan

dan keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan

keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada

konsep adaptasi.

1. Manusia

Menurut Callista Roy dikutip Athoenk (2010), model adaptasi adalah bagaimana

individu mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan

perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif. Konsep mayor yang

membangun kerangka konseptual model adaptasi Roy yaitu, sistem, derajat

adaptasi, problem adaptasi, stimulus fokal, stimulus konstektual, stimulus

residual, regulator, kognator, model efektor adaptif, respon adaptif, fisiologis,

konsep diri, penampilan peran dan interdependensi. Salah satu konseptual

model adaptasi yang dialami oleh Lansia yaitu problem adaptasi, yakni

kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan

kebutuhan. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.

Manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang

dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai

sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem.

Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit

fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa

tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan

istilah input, proses kontrol dan umpan balik serta output (Athoenk,2010).
a. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan

menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri

individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang

berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini

adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili

dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-

usaha yang biasanya dilakukan.

b. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme

koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem

kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam

hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

c. Output pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah hasil dari input

dan proses kontrol yang memberikan umpan balik sebagai hasil adaptasi.

2. Lingkungan

Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu semua

keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta

tingkah laku individu dan kelompok.

3. Kesehatan

Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang digabungkan

dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan,

hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan memimpin

4. Keperawatan

Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan dari

proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik fokal,
konstektual maupun residual. Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai

peningkatan respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah

pendekatan yang merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal,

konstektual dan residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat

diubah dan perawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi

rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan

respon sekunder yang tidak efektif pada rangsang yang sama pada keadaan

tertentu. Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan

memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.Upaya pelayanan

keperawatan yang dapat dilakukan menurut Callista Roy adalah:

a. Upaya meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku

adaptif

b. Intervensi keperawatan ditujukan untuk menekan stressor dan

meningkatkan mekanisme adaptasi.

B. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan darah

Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional

individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada

tingkatan latihan fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik

akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskular, yaitu peningkatan curah

jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang

aktif. Peningkatan curah jantung dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan

denyut jantung (Hartono & Boestan, 1992).

Pada manula sedentary (tidak latihan), kapasitas fungsional masih bisa

ditingkatkan dengan latihan fisik yang teratur. Olahraga teratur akan menurunkan

tekanan darah sistolik, menurunkan kadar katekolamin di sirkulasi, menurunkan


kadar kolesterol dan lemak darah, meningkatkan kadar HDL lipoprotein,

memperbaiki sirkulasi koroner dan meningkatkan rasa percaya diri (Hartono &

Boestan, 1992).

Menurut Robert Hoffman dan Thomas R. Collingwood dalam Human Kinetic

The Information Leader in Physical Activity and Health dengan judul Reduce Stress

Trough Exercise, olahraga pada lansia dapat menjadi sarana untuk mengurangi stres

yang efektif dengan cara : (1) latihan dapat berfungsi sebagai sebuah cara

melepaskan ketegangan dan kecemasan, (2) latihan dapat menjadi metode relaksasi.

Olahraga teratur dapat menjadi pengalih perhatian dari hari-hari stres dan dapat

memberikan efek penenang melalui gerakan fisik alami, (3) latihan dapat

meningkatkan energi dan toleransi kelelahan, (4) latihan dapat membantu dalam

menjaga elastisitas otot dan meminimalkan efek pemendekan otot karena tidak

bergerak, (5) latihan dapat meningkatkan kontrol fisiologis. Dengan mengikuti

program latihan teratur, tubuh bisa lebih terkontrol dan membantu untuk

menormalkan detak jantung, tekanan darah, dan ketegangan otot, (6) berolahraga

secara teratur meningkatkan kesejahteraan emosional. Penelitian telah menunjukkan

bahwa harga diri dan kepercayaan diri yang meningkat memiliki tingkat stres lebih

sedikit. Individu yang berolahraga secara teratur tampil lebih santai dan tidak mudah

cemas dan depresi. Satu studi menemukan bahwa olahraga secara signifikan lebih

efektif daripada obat penenang untuk mengurangi kecemasan yang berhubungan

dengan stres berkepanjangan.

Senam lansia yang dipilih adalah berupa senam kebugaran untuk lansia dengan

tipe low impact exercise. Faktor-faktor seperti mobilitas terbatas dan nyeri dapat

membuat perbedaan dalam jenis latihan pada lansia. Senam dengan tipe low

impact exercise memungkinkan untuk mengurangi ketegangan pada tubuh sementara


masih menyediakan sarana tetap aktif secara fisik. Berolahraga dalam air, baik

berenang atau melakukan aerobik air, adalah pilihan yang baik, seperti bentuk-

bentuk lembut yoga, pilates, tai chi, peregangan, dan latihan beban ringan. Banyak

latihan dapat dimodifikasi untuk mengakomodasi kebutuhan low impact

(Winderlich, 2012).

Low impact exercise adalah jenis latihan yang melibatkan setidaknya satu kaki di

tanah setiap saat. Low impact exercise berupa latihan aerobik yang dilakukan untuk

jangka waktu lebih lama dan bekerja untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskular

lansia. Low impact exercise meminimalkan risiko cedera di bagian bawah tubuh. Ini

adalah pilihan yang aman yang dapat meningkatkan kepadatan tulang bagi individu

yang mungkin memiliki atau berisiko untuk osteoporosis atau patah tulang

(Hitchcock, 2011).

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

dengan latihan olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama

fungsi jantung. Jantung yang merupakan salah satu organ vital tubuh sudah

seharusnya dijaga kesehatannya. Kerusakan pada jantung akan mempengaruhi semua

sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak

tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat menyebabkan

penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu cara untuk menjaga

kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah

dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah

melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga

dengan melakukan senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit

jantung terutama hipertensi.

C. Hasil Literatur Review Penurunan Tekanan Darah


Berbagai penelitian yang dilakukan untuk membuktikan keefektifan senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah, antara lain penelitian yang dilakukan oleh :

1. Ilkafah, Udi Susatia, Bambang Priyadi (2004). Key Word: Exercise (Elderly

Gymnastic), Hypertension and Elderly. Googlesholar.com

Melihat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah. Design yang

digunakan adalah Analitik Observasional dengan pendekatan Cohort Study.

Responden dalam penelitian ini sebanyak 15 orang, penelitian ini dilakukan

selama 8 minggu, dimana responden mengikuti senam 2 kali/minggu. Observasi

dan pengukuran tekanan darah dilakukan setiap sebelum dan sesudah senam.

Hasil penelitian: menggunakan uji t-test pada tingkat kepercayaan 0,05 dan db =

14, didapatkan nilai t hitung untuk sistolik = 7,555 dan nilai t hitung diastolik =

8,191. Nilai kedua t hitung > t tabel (2,145). Jadi hasil t-hitung mempunyai beda

yang signifikan dengan t-tabel, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dari hal

ini dapat disimpulkan bahwa senam lansia berpengaruh dalam penurunan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi ringan-sedang.

Intervensi: Melakukan latihan fisik (Senam Lansia) terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi ringan-sedang, Dimana responden

mengikuti senam 2 kali/minggu, senamnya terdiri dari pemanasan, inti, dan

pendinginan. Observasi dan pengukuran tekanan darah dilakukan setiap sebelum

dan sesudah senam.

2. Astari, Putu Dyah, Putu Gede Adiatmika, Rai Dewi Damayanthi Pande (2012).

Key Word: Breathing exercises, gymnastics in the elderly, elderly, hypertension.

Googlesholar.com
Melihat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah. Design yang

digunakan eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest, penelitian

ini dilakukan pada lansia sebanyak 24 orang.

Hasil penelitian : perbedaan tekanan darah sistolik pre test dan post test dilakukan

dengan menggunakan non parametrik test Wilcoxon. hasil perhitungan stastistik

nilai p = 0,000 berarti terdapat perbedaan antara hasil pre test dan post test. Nilai

p < 0,05 yang berarti perbedaan tersebut signifikan. Analisis perbedaan tekanan

darah diastolik pre test dan post test dilakukan dengan menggunakan non

parametrik test Wilcoxon. Hasil perhitungan stastistik nilai p = 0,000 berarti

terdapat perbedaan antara hasil pre test dan post test. Nilai p < 0,05 yang berarti

perbedaan tersebut signifikan.

Intervensi diberikan sebanyak 6 kali, pada pertemuan pertama sebagai pretest

pertemuan keenam sebagai posttest. Dengan melakukan senam lansia yang dapat

menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah akan terjadi secara

signifikan dan menjadi normal apabila senam (exercise) dilakukan secara teratur

(continue).

3. I Made Widastra, Putu Dyah Astari, I Ketut Labir (2006). Key Word: Senam

Lansia, Hipertensi. Googlesholar.com

Melihat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi

di Banjar Kaja Sesetan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pre-

eksperimental dengan rancangan one-group pretest-posttest design, yang

memungkinkan untuk membandingakan hasil intervensi yang diberikan. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh lansia pada kelompok senam lansia di banjar

Kaja Sesetan Denpasar Selatan yang berjumlah 55 orang. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan cara Non Probability Sampling dengan teknik


Purposive Sampling. Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan lembar pengkajian. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur

tekanan darah adalah spygmomanometer pegas dan stetoskop.

Hasil penelitian: Perbedaan perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan setelah

diberikan senam lansia terdapat penurunan rata-rata tekanan darah sistolik

sebanyak 21,67 mmHg dari 149,17 mmHg menjadi 127,50 mmHg dengan nilai p

= 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata tekanan

darah sistolik setelah dilakukan senam lansia. Pada tekanan darah diastolik

sebelum dan setelah diberikan latihan nafas dalam dan senam lansia terdapat

penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebanyak 12,50 mmHg dari 91,25

mmHg menjadi 78,75 mmHg dengan nilai p = 0,000. Hal ini mengindikasikan

bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata tekanan darah diastolik setelah dilakukan

latihan nafas dalam dan senam lansia.

Intervensi: senam lansia dapat menurunkan tekanan darah, maka para lansia yang

cenderung memiliki tekanan darah tinggi diharapkan dapat mengaplikasikan

senam lansia. Senam lansia cukup mudah dan efisien untuk dilakukan.

Melakukan senam lansia dapat dilakukan tiga kali seminggu.


Tabel 1. 2 Hasil Review Jurnal

No Penulis & Latar belakang Design Populasi & Instrument Intervensi Hasil Kekuatan &
Negara Sampel Kelemahan
1 Astari, Putu Provinsi Bali Penelitian ini Populasi Instrumen yang Intervensi Hasil perhitungan Kekuatan :
Dyah., DR.dr.I merupakan merupakan dalam dipakai pada diberikan Dengan latihan
stastistik nilai p =
Putu Gede peringkat ke Design yang penelitian ini penelitian ini adalah sebanyak 6 kali, nafas dalam dan
0,000 berarti
Adiatmika, empat dari lima digunakan adalah dengan pada pertemuan senam lansia
(2012) provinsi yang eksperimental seluruh menggunakan lembar pertama sebagai terdapat cukup mudah
Indonesia; memiliki jumlah dengan lansia pada pengkajian. Adapun pretest pertemuan dan efisien.
perbedaan antara
Program Studi lansia terbanyak rancangan one kelompok alat yang digunakan keenam sebagai yang dapat
hasil pre test dan
Ilmu di group pretest- senam lansia untuk mengukur posttest. Analisa dilakukan
Keperawatan, Indonesia yaitu posttest, di banjar tekanan darah adalah perbedaan post test. Nilai p < tiga kali seminggu
Fakultas sekitar 8,77 Kaja Sesetan spygnomanometer tekanan darah dapat menurunkan
0,05 yang berarti
Kedokteran, persen. Denpasar pegas dan stetoskop. sistolik pre test hipertensi.
perbedaan
Universitas Diperkirakan pada Selatan Sebelum alat-alat dan post test Kelemahan :
Udayana tahun 2015 akan yang tersebut digunakan, dilakukan dengan tersebut Tidak diketahu
Denpasar. mengalami berjumlah 55 alat tersebut akan menggunakan durasi waktu yang
signifikan.
peningkatan orang. dikalibrasi terlebih non parametrik efesien dalam
Analisis
hampir dua kali dahulu agar data test Wilcoxon. melakukan senam
lipat dibandingkan yang perbedaan lansia
pada tahun 2011 didapatkan valid dan
tekanan darah
menjadi reliable.
diastolik pre test
lebih dari 432 Prosedur Pengumpulan
ribu orang atau Data dan Analisis dan post test
11,4 persen Data
dilakukan dengan
dari jumlah Dari sampel yang
menggunakan non
penduduk terpilih sebanyak
Tingginya angka 24 orang, sebelumnya parametrik test
kejadian hipertensi Peneliti melakukan
Wilcoxon. Hasil
pada lansia pendekatan dengan
perhitungan
menuntut peran kader, dan para lansia
tenaga yang ada di Banjar stastistik nilai p =
kesehatan untuk Kaja Sesetan
0,000 berarti
melakukan Denpasar
terdapat
pencegahan dan serta menyampaikan
upaya promosi maksud dan tujuan perbedaan antara
kesehatan. Ada penelitian kepada
hasil pre test dan
beberapa para lansia untuk
cara pencegahan kesediaannya secara post test. Nilai p <
yang dapat sukarela menjadi
0,05 yang berarti
dilakukan oleh responden dalam
perbedaan
lansia agar penelitian, kemudian
terhindar dari memberikan informed tersebut
penyakit hipertensi consent untuk
signifikan.
dengan semboyan disetujui. Peneliti
Sehat yaitu kemudian akan
Seimbangkan gizi, melakukan
Enyahkan rokok, wawancara dengan
Hindari subjek penelitian
stres, Awasi dengan
tekanan darah, menggunakan daftar
dan Teratur pengkajian. Peneliti
berolahraga. melakukan pengkajian
dan pengukuran
tekanan darah pada
lansia di Banjar Kaja
Sesetan Denpasar 10
menit sebelum latihan
nafas dalam dan senam
lansia dan 30 menit
setelah dilakukan
senam lansia. Pada
pertemuan pertama
sebagai pretest,
pertemuan keenam
sebagai posttest.
Semua data yang
sudah didapat
dikelompokkan yaitu
data demografi, hasil
pengukuran tekanan
darah sebelum dan
sesudah latihan nafas
dalam dan senam
lansia. Selanjutnya
data di tabulasikan,
data
di masukkan dalam
tabel frekuensi
distribusi
dan diinterpretasikan.
Pada penelitian ini
dilakukan uji
beda untuk
mengetahui pengaruh
senam
lansia terhadap lansia
dengan hipertensi
dengan tingkat
kemaknaan/kesalahan
5
persen (0,05).
Sebelum dilakukan
uji beda,
dilakukan uji
normalitas data untuk
mengetahui
kenormalitasan data
dengan uji
Saphiro Wilk karena
jumlah sampel kurang
dari 50

2 Ilkafah,Udi Latihan fisik Dalam Populasi Intrument dengan Intervensi yang Hasil penelitian Kekuatan :
Susatia, adalah segala penelitian ini dalam melakukan observasi dilakukan dalam dengan Dengan
Bambang upaya peneliti penelitian dalam kegiatan senan penelitian ini menggunakan uji penelitian ini
Priyadi, (2004). yang dilaksanakan menggunakan ini adalah lansia dengan dengan senam t-test pada dapat
Indonesia; untuk desain seluruh lansia Hipertensi Ringan lansia yang tingkat memberikan
Rektorat meningkatkan Analitik yang aktif Sedang di dilakukan di dilakukan kepercayaan 0,05 implikasi besar
UNIBRAW kebugaran jasmani Observasional mengikuti Rektorat sebelum dan dan db = 14, terhadap asuhan
Malang. Science dan kondisi fisik dengan senam lansia Unibraw Malang, sesudah didapatkan keperawatan
Study Program lansia. pendekatan di rektorat Dimana pelaksanaan nilai t hitung lansia dengan
of Brawijaya Kebugaran Cohort Study. Unibraw responden mengikuti senam selama 8 untuk sistolik = hipertensi
University. jasmani adalah Malang. senam 2 kali/minggu, minggu. 7,555 dan nilai khususnya dalam
suatu aspek fisik Dengan senamnya terdiri dari t hitung diastolik upaya mencegah
dari kebugaran riwayat pemanasan, inti, dan = 8,191. Nilai komplikasi lebih
menyeluruh Upaya hipertensi pendinginan. kedua t lanjut dari
penanggulangan masih dalam Observasi dan hitung > t tabel hipertensi
hipertensi (salah rentang pengukuran (2,145). Jadi
satunya adalah antara 6 tekanan darah hasil t hitung Kelemahan:
latihan fisik bulan sampai dilakukan setiap mempunyai beda Dalam penelitian
yang teratur) 1 tahun dan sebelum dan yang signifikan ini hanya
perlu dilakukan responden sesudah senam. dan dengan ttabel, penangganan
agar tidak berjenis tidak ada responden yang berarti H pada hipertensi
terjadi komplikasi kelamin yang 1 diterima dan Ho pada tingkatan
lebih lanjut. Oleh wanita. mempunyai BMI ditolak. sedang dan
karena dibawah normal. Dari hal ini dapat ringan.
itu peneliti disimpulkan Tidak diketahui
tertarik untuk bahwa senam durasi waktu
melakukan lansia yang efesien
penelitian tentang berpengaruh dalam
pengaruh latihan dalam penurunan melakukan
fisik tekanan darah senam lansia
(senam lansia) pada lansia
dalam penurunan dengan hipertensi
tekanan ringan sedang.
darah pada lansia
yang menderita
hipertensi

3 Espen F. Bakke, Diawalin melalui Design yang Populasi Melakukan Dengan Tidak ada yang Kekuatan :
Jonny Hisdal, pengamatan pada digunakan dalam pemeriksaan denyut melakukan signifikan Dalam hasil
Andries J. orang melakukan eksperimental penelitian ini jantung (HR) diperoleh pemeriksaan perbedaan antara penelitian ini
Kroese, Jrgen J. aktivitas olahraga dengan 11 pasien dari durasi setiap untuk Pasien kelompok pasien dapat
Jrgensen terhadap terjadinya rancangan one berpartisipasi, interval RR dari sinyal dengan PAD PAD dan dua Memberikan
and Einar peningkatan group pretest- 6 perempuan ECG. Finger arteri akan kontrol kelompok pedoman untuk
Stranden. (2006). tekanan darah posttest, dan lima laki- Tekanan terus menerus menunjukkan dalam pengobatan pada
Norwegia dengan laki. diakuisisi oleh alat darah yang peningkatan MAP pasien PAD yang
membandingkan perekam tekanan berbeda respon atau di tingkat lebih baik.
pada lansia yang photoplethysmographic tekanan untuk kemiringan di Kelemahan:
melakukan (Finometer; FMS kontrol yang mana MAP Dari hasil
aktivitas olahraga Finapres Medical sehat selama meningkat selama penelitian tidak
yang dimana Systems BV, dan latihan isometrik. latihan isometrik. ada perbedaan
melihat kejadian pemeriksaan Konsekuensinya signifikan antara
adanya selanjutnya melalui adalah bahwa tiga kelompok
peningkatan pengukur dari lengan kedua pasien PAD dalam
tekanan darah dari kiri. Perawatan diambil dan kontrol orang peningkatan total
respon latihan untuk menyesuaikan tua, dibandingkan atau tingkat
isometrik pada lengan sehingga jari dengan anak kemiringan untuk
populasi lansia dan yang diukur adalah muda kontrol, HR. Juga tidak
remaja. pada tingkat jantung. mencapai nilai SP ada perbedaan
lebih tinggi yang signifikan
selama latihan antara kelompok
isometrik karena pasien PAD dan
lebih tinggi nilai- dua kelompok
nilai dasar SP. kontrol di TPR,
SV, CO, BBV
atau ASBP, baik
dalam tingkat
kemiringan atau
total meningkat
selama latihan

4 Almiro Mendes Penyebab utama Dalam Populasi Instrumen dalam Intervensi yang Dengan Kekuataan :
da Costa Neto, kematian di penelitian ini dalam Penelitian ini dengan digunakan untuk Latihan aerobik Dengan aktivitas
Carliane Maria masyarakat Palpiri, menggunakan penelitian ini mengupayakan meningkatkan yang teratur dan Fisik untuk
de Arajo Brazil penyebab desain adalah perbaikan kualitas dengan sederhana dapat pengguna dengan
Souza , Evaldo utamanya adalah kualitatif kelompok kesehatan primer melakukan peningkatan kadar gerakan atau
Penjualan Leal, CVAs dan infark usia, bagi melalui: protap dari aktivitas fisik HDL-C. latihan keterampilan
Maria de Arajo miokard. dengan penderita monitoring sampai dalam perbaikan adalah motorik yang
Erinelda munculnya dengan dengan evaluasi kualitas hidup paling efektif bagi terbatas, yang
Souza,Michell program yang penyakit melalui latihan mereka yang mengambil bagian
Lucilane dos dijalankan oleh kronis, orang senam aerobik awalnya tinggi dalam pendidikan
Santos Holanda, Agen Community tua, dan untuk tingkat tingkat jasmani dan
dan Yluska dengan orang-dengan pengurangan MBI TC dan terapi fisio-dan
Myrna Meneses menggunakan riwayat tekanan darah rendah. pekerjaan, juga di
Brando e program kesehatan penyakit pada lansia bawah bimbingan
Mendes. (2006). keluarga, dengan jantung. Strategi
Brazil sistem kesehatan Kesehatan
primer dengan Keluarga.
mengarahkan dan Meskipun data
mengkoordinasikan kuantitatif tidak
sistem, untuk dapat tersedia,
memprioritaskan diharapkan
kegiatan di tingkat dengan
masyarakat, meningkatkan
dengan aktivitas fisik,
dilakukannya penurunan
perawatan penyakit akan
kesehatan dirumah. diamati
Kelemahan:
Upaya sosial yang
belum diperluas
pada
masyarakat dalam
rangka
mendorong
aktivitas fisik
dalam masyarakat
untuk upaya
penanggulangan
permasalahan
penyakit kronis.

5 Jean-Paul Proses penurunan Penelitian ini Populasi Intrumen dalam Intervensi dalam Hasil dari Kekuatan :
Schmid, Markus tekanan darah pada menggunakan dalam penelitian ini penelitian ini penelitian: yang Pengobatan Asb-
Noveanu, Cyrill tubuh yang dapat desain penelitian ini menggunakan lembar menggunakan dilakukan dengan blocker
Morger, di berikan dalam eksperimental adalah metode rebreathing gas protokol yang padanya direkomendasikan
Raymond suatu bentuk 30 laki-laki: menggunakan gas dilakukan prosesperendaman oleh pedoman saat
Gaillet, perubahan yang 10 pasien fotoakustik inframerah melalui melalui ini pada pasien
MauroCapoferri, signifikan pada ke dengan CHF analyzer (Innocor, peninjauan peningkatan dengan CHF dan
Matthias sirkulasi darah stabil, 10 Innovision A / S, dengan indeks jantung CAD, dan
Anderegg, Hugo yang diikuti oleh pasien dengan Odense, Denmark). Itu menggunakan sebesar 19% pada memungkinkan
Waras. (2006). adanya CAD dan 10 pasien bernafas etika komite. kontrol, sebesar untuk optimal
Swiss peningkatan kontrol sehat campuran gas yang Yang dilakukan 21% pada pasien komparabilitas
tekanan volume mengandung dua di kolam renang dengan CAD dan langkah-langkah
pada pembuluh fisiologis. dari Fasilitas sebesar 16% pada hemodinamik,
darah. Sehingga physiotherapeutic pasien dengan kita hanya
berkurang di Rumah Sakit CHF. Meskipun termasuk pasien
peningkatan pada Universitas Bern, beberapa pasien yang
fungsi ventrikel Bern, Swiss. dengan CHF menggunakan
kiri, karena adanya Suhu air adalah menunjukkan pengobatan b-
pergeseran volume 32 C adecrease dari blocker
yang hidrostatik stroke volume Kelemahan :
diinduksi yang selama Studi ini telah
memungkinkan perendaman, dan diefektifkan
terjadinya proses peningkatan dalam pengaturan
cepat kelelahan indeks jantung ruangan yang
sehingga pada (sebesar 87% terkontrol, dan di
mekanisme pada subyek air thermoneutral.
kardiovaskular sehat, dengan Oleh karena itu
menyebabkan 77% di pasien hasilnya tidak bisa
dekompensasi dengan CAD dan diterjemahkan ke
jantung. sebesar 53% pada dalam kegiatan di
pasien dengan kondisi
CHF). V O2 lingkungan yang
aktivitas renang berbeda.
adalah 9,7 (3,3)
ml / kg / menit
pada pasien
dengan CHF, 12,4
(3,5) ml / kg /
menit pada pasien
dengan CAD dan
13,9 (4) ml/kg/
menit.
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil literatur riview bertujuan untuk mengetahui apakah latihan senam

lansia dapat menurunkan tekanan darah yang merupakan sumber pengobatan

nonfarmakologi yang efektif pada lansia yang mengalami hipertensi. Oleh karena itu,

perlu mengetahui dari beberapa efek samping, instrumen dan intervensi yang digunakan

dalam penurunan tekanan darah (hipertensi) pada lansia, adalah sebagai berikut:

A. Efek dari penelitian

Penelitian terhadap pengaruh latihan fisik (senam lansia) terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hal ini dapat berpengaruh pada nilai tekanan darah

setelah latihan fisik (senam). Ini juga tergantung dari gaya hidup lansia itu sendiri.

Penelitian terhadap pengaruh latihan fisik (senam lansia) terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hal ini dapat berpengaruh pada nilai tekanan darah

setelah latihan fisik (senam). Ini juga tergantung dari gaya hidup lansia itu sendiri.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung

jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung

dan peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah sistolik maupun tekanan darah

diastolik meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Tekanan darah sistolik

meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan tekanan darah

diastolik meningkat sampai umur 50-60 tahun, dan kemudian cenderung menetap
atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan

adanya kekakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan (compliance) arteri, dan

ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.

B. Instrumen yang digunakan

Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh

latihan fisik (senam lansia) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian menggunakan: 1) Menggunakan

lembar pengkajian yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah

spygnomanometer pegas dan stetoskop. Serta melakukan wawancara dengan subjek

penelitian dengan menggunakan daftar pengkajian pengukuran tekanan darah pada

lansia 10 menit sebelum latihan nafas dalam dan senam lansia dan 30 menit setelah

dilakukan senam lansia, 2) Menggunakan pengukuran pada

responden yang mengikuti senam 2 kali/minggu, yang terdiri dari pemanasan, inti,

dan pendinginan. Observasi dan pengukuran tekanan darah dilakukan setiap

sebelum dan sesudah senam, dengan melakukan pengkajian pada karakteristik

responden (usia, lama terkena hipertensi, penyakit yang pernah atau masih diderita

saat ini, jenis dan frekuensi olahraga dan kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan

dirumah, 3) Intrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar dengan

menggunakan metode rebreathing gas fotoakustik inframerah analyzer (Innocor,

Innovision A/S, Odense, Denmark). Pada pasien yang bernafas menggunakan

campuran gas yang mengandung dua fisiologis, 4) Intrumen dalam penelitian ini

menggunakan lembar metode rebreathing gas menggunakan gas fotoakustik

inframerah analyzer (Innocor, Innovision A/S, Odense, Denmark). Pada pasien yang

bernafas menggunakan udara yang fisiologis, 4) Instrumen dalam Penelitian ini


dengan mengupayakan perbaikan kualitas kesehatan primer melalui: protap dari

monotoring sampai dengan evaluasi.

C. Intervensi yang digunakan

Latihan fisik seperti senam yang teratur juga membantu mencegah keadaan-

keadaan atau penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) (Once, 2011).

Senam dapat meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.

Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia adalah senam. Senam lansia

sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga kesehatan tubuh mereka masa

kehamilan. Pengaturan pernafasan meningkatkan pengeluaran karbon dioksida, hasil

proses metabolisme tubuh (Potter & Perry, 2005). Pernafasan yang pelan, dalam,

dan teratur dapat meningkatkan aktivitas parasimpatis. Peningkatan aktivitas

parasimpatis dapat menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, yang

nantinya juga bisa menurunkan tekanan darah. Selain kegiatan senam lansia, latihan

nafas dalam juga dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan lansia. Tujuan utama

pengaturan pernafasan adalah untuk menyuplai kebutuhan oksigen yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh, misalnya saat latihan fisik, infeksi.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

dengan intervensi yang untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi dengan melalui senam lansia secara teratur dapat meningkatkan fungsi

tubuh terutama fungsi jantung. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung

adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah dilakukan adalah

senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah melancarkan peredaran

darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan melakukan senam

secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama hipertensi.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prevalensi hipertensi pada lanjut usia lebih tinggi dibanding dengan

penderita yang lebih muda. Sebagia besar merupakan hipertensi primer dan

hipertensi sistolik terisolasi. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia, pada

prinsipnya tidak berbeda dengan hipertensi pada umumnya; yaitu terdiri dari

modifikasi pola hidup dan bila diperlukan dilanjutkan dengan pemberian

obat-obat antihipertensi. Dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang

mudah dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya

adalah melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah.


Sehingga dengan melakukan senam secara teratur dapat meminimalkan

terjadinya penyakit jantung terutama hipertensi.

B. Rekomendasi

1. Pelayanan keperawatan

Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat puskesmas atau perawat

komunitas diharapkan mampu dalam mensosialisasikan, mengaplikasikan

serta mendorong para lansia untuk selalu aktif dalam kegiatan senam yang

biasanya diajarkan oleh perawat baik dipuskesmas ataupun posyandu

lansia sehingga diharapkan bisa meningkatkan harapan hidup lansia

2. Pendidikan keperawatan

Dengan mengetahui pengaruh efektifitas senam lansia terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi maka perawat

diharapkan dapat memberikan dan menyarankan intervensi non

farmakologis latihan nafas dan senam lansia sebanyak 3 kali seminggu

dalam meminimalkan risiko terjadinya komplikasi hipertensi.

3. Penelitian keperawatan

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam terhadap

berbagai penyakit pada lansia, misalnya; DM, asma, dan masalah-masalah

lain yang biasa diderita lansia.

C. Lesson Learned
Senam lansia sebagai upaya peningkatan kesehatan lansia yang dapat

digunakan sebagai upaya pencegahan awal, dimana dari beberapa hasil riset

telah membuktikan bahwa dengan melakukan senam lansia merupakan upaya

pencegahan dan penaggulangan penyakit pada lansia dapat dilakukan melalui

senam lansia. Aplikasikan senam lansia sangat bermanfaat, karena dengan

dilaksanakan senam lansia selain dapat menurunkan angka kesakitan seperti

hipertensi, jantung, depresi dan resiko terjadinya kontraktur tulang. Senam

lansia dapat di implementasikan dan disosialisasikan dengan adanya program

yang dilakukan dimasyarakat oleh pihak puskesmas, perawat komunitas dan

posyandu lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Almiro Mendes da Costa Neto, Carliane Maria de Arajo Souza , Evaldo Penjualan Leal,
Maria de Arajo Erinelda Souza,Michell Lucilane dos Santos Holanda, dan
Yluska Myrna Meneses Brandoe Mendes. (2006). Physical activity and
prevention/control of arterial hypertension in primary healthcare (Ateno
Primria Sade, APS).
diakses Tanggal 9 Juni 2014. Pukul 10.45 WIB

Astari, P. D., (2012). Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia engan
hipertensi pada kelompok senam lansia di Banjar Kaja Sesetan Denpasar
Selatan, http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/download/6132/4623.

Bakke, E., Hisdal, J., Kroese, A., Jrgensen, J., & Stranden, E. (2007). Blood
pressure response to isometric exercise in patients with peripheral
atherosclerotic disease. Clinical Physiology And Functional Imaging, 27(2),
109-115.

Darmojo& Boedhi, R. 2006. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,
FKUI, Jakarta
Ikafah. (2004). Pengaruh latihan fisik (senam lansia) terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi ringan-sedang di Rektorat Unibraw
Malang, http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp-content/uploads/jurnalsurya/noIV/0.
ISSN : : 1979-9128

Jean-Paul Schmid, Markus Noveanu, Cyrill Morger, Raymond Gaillet,


MauroCapoferri, Matthias Anderegg, Hugo Waras. (2007). Influence of
water immersion, water gymnastics and swimming on cardiac output in
patients with heart failure.
diakses tanggal 8 Juni 2014 pukul 21.15 WIB.

Kappagoda, T., & Amsterdam, E. (2012). Exercise and heart failure in the elderly.
Heart Failure Reviews, 17(4-5), 635-662. doi:10.1007/s10741-011-9297-4

Nugroho, Wahyudi, 2000. Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo Fisioterapi pada Lansia,Jakarta: EGC,
2003.

Rossow, L., Fahs, C., Sherk, V., Seo, D., Bemben, D., & Bemben, M. (2011). The
effect of acute blood-flow-restricted resistance exercise on postexercise
blood pressure. Clinical Physiology And Functional Imaging, 31(6), 429-
434. doi:10.1111/j.1475-097X.2011.01038.x\

Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani Untuk Lansia. Olahraga , 147-160

Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan
Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga
Undip.

Anda mungkin juga menyukai