OLEH :
KELOMPOK III
BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW. beserta segenap keluarga dan sahabatnya serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami
selama belajar dan juga teman-teman yang telah berpatisipasi aktif dalam penyusunan
makalah ini, sehingga makalah yang berjudul Memahami Konsep Pembiayaan Syariah
yang meliputi Pembiayaan Syariah dan Teknik atau Kebijakan Syariah dapat
diselesaikan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
materi maupun cara penulisan mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Kesimpulan..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan
diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank.
Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya
usaha bank .
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik
sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pembiayaan Syariah ?
2. Apa saja jenis-jenis dari Pembiayaan Syariah ?
3. Bagaimana teknik dan kebijakan Pembiayaan Syariah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pembiayaan Syariah.
1
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Pembiayaan Syariah.
3. Untuk mengetahui teknik dan kebijakan Pembiayaan Syariah.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan
oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas
berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.1
Menurut M. SyafiI Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit.
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk
pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:2
Secara umum, pembiayaan investasi ini ditujukan untuk penderian perusahaan atau proyek
baru maupun proyek pengembangan, modernisasi mesin dan peralatan, pembelian alat
1 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005), hal. 304.
2 Adiwarman Karim, Bank Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGafindo
Persada, 2013), hlm 237.
3
angkutan yang digunakan untuk kelancaran usaha, serta perluasan usaha. Pembiayaan
investasi umumnya diberikan dalam nominal besar, serta jangka panjang dan jangka
menengah.3
Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau maka untuk pembiayaan
investasi bank syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini, bank
memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan
penyertaannya dan pemilik perusahaan akan mengambil alih kembali, baik dengan
menggunakan surplus cash flow yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang
berasal dari setoran pemegang saham yang ada maupun dengan mengundang pemegang
saham baru.
Kebutuhan pembiayaan investasi dapat dipenuhi dengan berbagai cara, antara lain: 5
Skema lain yang digunakan oleh bank syariah adalah al-ijarah al-muntahia bit-tamlik, yaitu
menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan. Sumber perusahaan
3 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 114.
4 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hlm 167.
5Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hlm
125.
4
untuk pembayaran sewa ini adalah amortisiasi atas barang modal yang bersangkutan, surplus,
dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.
6 Antonio Muhammad Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,.......... hlm 162-163.
5
Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya dengan
kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melibihi kapasitas modal kerja yang
dimilikinya.
a) Pembiayaan piutang
Pembiayaan piutang hanya dapat dilakukan dalam bentuk Qardh di mana tidak
boleh meminta imbalan kecuali biaya administrasi.
b) Anjak piutang
Bank dapat memberikan fasilitas pengambilalihan piutang, yaitu yang disebut
hiwalah.
6
yang disepakati dalam kontrak. Pada waktu yang bersamaan, bank dapat mencari
pembeli atas produk tersebut. Kombinasi ini dsebut salam paralel.
Kebutuhan pembiayaan modal kerja dapat dipenuhi dengan berbagai cara, antara lain:
Bgi hasil : mudharabah, musyarakah;
Jual beli : murabahah, salam.
Secara umum, konsumsi adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan baik barang
maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Dengan demikian yang dimaksud
dengan pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar
usaha dan umumnya bersifat perorangan.
7
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi
dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti makanan, minuman,
pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan pengobatan.
Adapun kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun
secara kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa makanan
dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun
berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya.
2. Pembiayaan Produktif
8
Modal kerja perusahaan digunakan untuk modal kerja perusahaan yang tidak terbatas
untuk proyek/kontrak tertentu. Bisa berupa modal kerja dengan sistem Pembiayaan
Rekening Koran (istilah untuk bank konvensional) atau Pembiayaan Dana Berputar
dimana bagi hasil yang dibayarkan didasarkan atas rata-rata outstanding nasabah per
bulannya.
b. Pembiayaan Investasi
pembelian mesin untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi, pembelian alat-
alat berat untuk para kontraktor tambang, pembelian kapal untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang pelayaran/angkutan laut, dll.
3. Pembiayaan Perdagangan
9
1. Short Term (Pembiayaan Jangka Pendek), yaitu suatu bentuk pembiayaan yang
berjangka waktu maksimum 1 (satu) tahun.
2. Intermediate Term (Pembiayaan Jangka Waktu Menengah) adalah suatu bentuk
pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari satu tahun sampai tiga tahun.
3. Long Term (Pembiayaan Jangka Panjang), yaitu suatu bentuk pembiayaan yang
berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
4. Demand Loan atau Call Loan adalah suatu bentuk pembiayaan yang setiap waktu
dapat diminta kembali.
d. Jenis Pembiayaan Syariah dilihat dari segi Jaminan
1. Pembiayaan Dengan Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan dengan suatu
jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud
atau jaminan orang.
2. Pembiayaan Tanpa Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang atau
orang tertentu. Pembiayaan ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta
loyalitas atau nama baik calon peminjam selama ini.
10
2. Pengambil keputusan pembiayaan7
Dalam realisasi suatu pembiayaan secara inherent terdapat risiko yang melekat,
yakni pembiayaan bermasalah hingga kondisi terburuknya menjadi macet. Guna
menghindari risiko demikian, kiranya dalam setiap pengambilan keputusan suatu
permohonan pembiayaan, baik di Kantor Pusat maupun Kantor-kantor
Cabang/Cabang Pembantu, dapat dihasilkan keputusan yang Obyektif. Keputusan
hanya dapat diperoleh jika prosesnya melibatkan suatu tim pemutus (Komite
Pembiayaan), berapapun besar plafon/limit pembiayaan yang dinilai/diputus.
Secara skematis sumber dana dapat dilihat pada tabel berikut ini :
7 http://rahayusnailydea.blogspot.co.id/2013/10/kebijakan-dan-teknik-pembiayaan-
bank_9.html?m=1
11
Saham preferen Travellers Ckeck Cadangan Debitur Penagihan
Debius debitur debius
Dll Tabungan Laba ditahan Dll
Giro Bank lain Dll
Sektor Jaminan
Kreditur Umum
Dll
2. Pendekatan perencanaan pembiayaan berdasarkan kemampuan pasar untuk
menyerap penawaran dana dalam bentuk pembiayaan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pembiayaan
berdasarkan pendekatan pasar adalah :
Corak pemasarannya (market profile), baik ditinjau dari Economic Environment
yang dapat diketahui dari berbagai indikator ekonomi, juga ditinjau dari Cultural
Environment maupun Regulatory Environment.
Corak persaingan (competition profile), berapa banyak volume pembiayaan yang
telah dipasarkan ke masyarakat dan berapa besar masing-masing bank pesaing
merebut market share. Financial product apa saja yang dijual dan
bagaimana pricing-nya.
Corak nasabah (customer profile), apakah perusahaan milik pemerintah, atau
swasta, atau dari kelompok pengusaha ekonomi lemah. Pemahaman atas corak
nasabah ini akan sangat bermanfaat dalam menerapkan sasaran pemasaran yang
akan dilakukan.
Corak produk (product profile) yang telah dan akan dipasarkan. Berapa prosen
jenis pembiayaan itu dapat disediakan dibanding dengan seluruh jenis pembiayaan
perbankan, dan seberapa besar daya serap pasar (yang dibutuhkan nasabah).
Pemahaman terhadap corak produk ini akan bermanfaat dalam product
development untuk menciptakan diversifikasi jenis-jenis pembiayaan yang
dipasarkan agar lebih dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan para nasabahnya.
12
Pemberian pembiayaan mengandung risiko bagi perusahaan yang berupa
kerugian yang harus diderita apabila debitur tidak membayar kewajibannya. Oleh
karena itu penjualan kredit, terutama yang berjumlah besar hanya dapat dilakukan
pada pihak yang bonafid.
Dalam pemberian pembiayaan dalam sebuah usaha/bisnis, tentu tidak terlepas dari
prinsip 5C + S untuk menilai usaha/bisnis tersebut layak dibiayai atau tidak8. Prinsip
5C +S yang dimaksud adalah :
1. Character, yaitu watak/sifat penerima pembiayaan.
2. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pembiayaan yang diambil.
3. Capital, yaitu besarnya modal yang diperlukan.
4. Condition, yaitu keadaan usaha yang dijalankan.
5. Collateral, yaitu jaminan yang dimiliki nasabah pembiayaan dan telah diberikan
kepada bank.
6. Syariah, Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan
dibiayaai benar- benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa
DSN Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah.
8 Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen operasional Bank Syariah, ( Cirebon :
STAIN Press , 2009) hal. 68
13
melalui penentuan kebijakan dan proses, termasuk pengadaan fungsi-fungsi
pendukung dan kegiatan penyajian (realisasi) pembiayaan melalui struktur organisasi.
Pengendalian menyangkut proses keputusan, pemantauan, pembinaan dan
pengawasan pembiayaan.
Syarat administratif :
1. Surat permohonan tertulis, dengan dilampiri proposal yang memuat (antara lain)
gambaran umum usaha, rencana atau prospek usaha, rincian dan rencana
penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana dan jangka waktu penggunaan dana.
2. Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian usaha, surat izin umum
perusahaan dan tanda daftar perusahaan.
3. Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan laba rugi, data persediaan terakhir,
data penjualan, dan fotocopy rekening bank.
14
3. Penandatanganan akad, apabila atas surat persetujuan tersebut nasabah pemohon
menyanggupinya, maka pemohon melakukan penandatanganan akad di hadapan
pejabat/petugas bank.
e. Pengamanan Pembiayaan
Langkah pengamanan yang dilakukan bank syariah untuk mengendalikan
terjadinya pembiayaan bermasalah dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sebelum realisasi pembiayaan
Dalam tahapan ini berdasarkan persetujuan nasabah diatas, bank melakukan
penutupan asuransi atau pengikatan agunan (jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru
pembiayaan dapat dicairkan.
2. Setelah realisasi pembiayaan
Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode permohonan yang
selanjutnya merupakan awal pemeliharaan atau pemantauan pembiayaan. Dalam
tahap awal pencairan, dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam
permohonan/persetujuan bank, dan jangan sampai bocor dalam arti lari ke hal-hal
diluar kesepakatan. Selanjutnya, bank melakukan pembinaan dan kontrol atas
aktivitas bisnis nasabah.9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9http://rahayusnailydea.blogspot.co.id/2013/10/kebijakan-dan-teknik-pembiayaan-
bank_9.html?m=1. Diunggah pada tanggal 6 April 2016 PKL 17.00 WIB
15
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam melakukan pembiayaan
maka bank syariah memerlukan analisis pembiayaan agar bank syariah memperoleh
keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya. Namun
realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi
pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan
pembiayaan supaya memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di bidang
peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan sehingga tujuan daripada adanya
pembiayaan bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, Bank Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2013.
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.
16
Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen operasional Bank Syariah,
Cirebon : STAIN Press , 2009.
http://rahayusnailydea.blogspot.co.id/2013/10/kebijakan-dan-teknik-
pembiayaan-bank_9.html?m=1
17