Anda di halaman 1dari 20

MEMAHAMI KONSEP PEMBIAYAAN SYARIAH

YANG MELIPUTI PEMBIAYAAN SYARIAH DAN


TEKNIK ATAU KEBIJAKAN PEMBIAYAAN SYARIAH

OLEH :

KELOMPOK III

Reza Mulyani (140603098)


Cut Nadia Siska (140603092)
Nidya Aliska (140603095)
Sariati (140603085)
Yulis Marlinda (140603093)

DOSEN PEMBIMBING : MARWIYANTI, S.E, M.M

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM AR-RANIRY

BANDA ACEH

2016

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW. beserta segenap keluarga dan sahabatnya serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami
selama belajar dan juga teman-teman yang telah berpatisipasi aktif dalam penyusunan
makalah ini, sehingga makalah yang berjudul Memahami Konsep Pembiayaan Syariah
yang meliputi Pembiayaan Syariah dan Teknik atau Kebijakan Syariah dapat
diselesaikan.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
materi maupun cara penulisan mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 6 April 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1


B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian Pembiayaan Syariah.............................................................3


B. Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah.............................................................3
C. Teknik dan Kebijakan Pembiayaan Syariah.........................................10

BAB III PENUTUP............................................................................................16

A. Kesimpulan..........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dua fungsi utama dari perbankan adalah pengumpulan dana dan penyaluran dana.
Penyaluran dana yang terdapat di bank konvensional dengan yang terdapat di bank syariah
mempunyai perbedaan yang esensial, baik dalam hal nama, akad, maupun transaksinya.
Dalam perbankan konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan nama kredit sedangkan
diperbankan syariah adalah pembiayaan.

Berbeda dengan pengertian kredit yang mengharuskan debitur mengembalikan pinjaman


dengan pemberian bunga kepada bank, maka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
pengembalian pinjaman dengan bagi hasil berdasarkan kesepakatan antara bank dan debitur.
Misalnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk membeli barang, sedangkan
yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapat jasa. Prinsip bagi hasil digunakan
untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.

Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan
diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank.
Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya
usaha bank .

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik
sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pembiayaan Syariah ?
2. Apa saja jenis-jenis dari Pembiayaan Syariah ?
3. Bagaimana teknik dan kebijakan Pembiayaan Syariah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pembiayaan Syariah.

1
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Pembiayaan Syariah.
3. Untuk mengetahui teknik dan kebijakan Pembiayaan Syariah.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiayaan Syariah

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan
oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas
berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.1

Menurut M. SyafiI Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit.

Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan :


Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

B. Jenis Jenis Pembiayaan Syariah


a. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Segi Kegunaan
1. Pembiayaan investasi

Pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk
pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:2

1. Pendirian proyek baru


2. Rehabilitasi
3. Modernisasi
4. Ekspansi
5. Relokasi proyek yang sudah ada

Secara umum, pembiayaan investasi ini ditujukan untuk penderian perusahaan atau proyek
baru maupun proyek pengembangan, modernisasi mesin dan peralatan, pembelian alat

1 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005), hal. 304.

2 Adiwarman Karim, Bank Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGafindo
Persada, 2013), hlm 237.

3
angkutan yang digunakan untuk kelancaran usaha, serta perluasan usaha. Pembiayaan
investasi umumnya diberikan dalam nominal besar, serta jangka panjang dan jangka
menengah.3

Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:4

1. Untuk pengadaan barang-barang modal


2. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah
3. Berjangka waktu menengah dan panjang

Mengingat pembiayaan investasi memerlukan jangka yang cukup panjang, untuk


memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan penyusunan proyeksi neraca dan rugi
laba (projected balance sheet and projected income statement) selam jangka waktu
pembiayaan. Dari perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba (earning power) dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (solvency).

Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau maka untuk pembiayaan
investasi bank syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini, bank
memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan
penyertaannya dan pemilik perusahaan akan mengambil alih kembali, baik dengan
menggunakan surplus cash flow yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang
berasal dari setoran pemegang saham yang ada maupun dengan mengundang pemegang
saham baru.

Kebutuhan pembiayaan investasi dapat dipenuhi dengan berbagai cara, antara lain: 5

Bagi hasil : mudharabah, musyarakah;


Jual beli : murabahah, istishna; dan
Sewa : ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik.

Skema lain yang digunakan oleh bank syariah adalah al-ijarah al-muntahia bit-tamlik, yaitu
menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan. Sumber perusahaan

3 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 114.

4 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hlm 167.

5Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hlm
125.

4
untuk pembayaran sewa ini adalah amortisiasi atas barang modal yang bersangkutan, surplus,
dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.

2. Pembiayaan Modal Kerja


Secara umum, yang dimaksud dengan Pembiayaan Modal Kerja (PMK) syariah
adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Pembiayaan modal kerja ini diberikan dalam jangka pendek yaitu selama-lamanya
satu tahun. Kebutuhan yang dapat dibiayai dengan menggunakan pembiayaan modal kerja
antara lain kebutuhan bahan baku, biaya upah, pembelian barang-barang dagangan, dan
kebutuhan dana lain yang sifatnya hanya digunakan selama satu tahun, serta kebutuhan dana
yang diperlukan untuk menutup piutang perusahaan.
Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash), piutang
dagang (receivable), dan persediaan (inventory), yang umumnya terdiri atas persediaan bahan
baku (raw material). Persediaan barang dalam proses (work in process), dan persediaan
barang jadi (finished goods), oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu
atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan piutang (receivable
fnancing), dan pembiayaan persediaan (inventory financing).
Bank Syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja denagn
menjalin hubungan partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang
dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib).

1. Pembiayaan lkuiditas (Cash Fiancing)


Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul
akibat terjadinya ketidaksesuaian antara cash inflow dan cash outflow pada perusahaan
nasabah.
Bank syariah dapat menyediakan fasilitas dalam bentuk Qardh timbal balik atau yang
disebut compensating balance. Melalui fasilitas, nasabah harus membuka rekening giro dan
bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah mengalami situasi mismatched,
nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia sehinnga menjadi negatif sampai
maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan
meminta imbalan apapun kecuali atas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.6

2. Pembiayaan piutang (Receivable Financing)

6 Antonio Muhammad Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,.......... hlm 162-163.

5
Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya dengan
kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melibihi kapasitas modal kerja yang
dimilikinya.
a) Pembiayaan piutang
Pembiayaan piutang hanya dapat dilakukan dalam bentuk Qardh di mana tidak
boleh meminta imbalan kecuali biaya administrasi.
b) Anjak piutang
Bank dapat memberikan fasilitas pengambilalihan piutang, yaitu yang disebut
hiwalah.

3. Pembiayaan persediaan (Inventory Financing)


Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual beli (al
bai) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari suplier secara tunai)
barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada nasabah
pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati
bersama antara bank dan nasabah. Ada beberapa skema jual beli yang dipergunakan untuk
meng-approach kebutuhan tersebut, yaitu sebagai berikut:
a) Bai al-Murabahah
Pembiayaan ini dapat diberikan kepada nasabah yang hanya membutuhkan dana
untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu, biaya proses
produksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya produksi serta biaya-
biaya lainnya, dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai dengan lamanya
perputaran modal kerja tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku
sampai terjualnya hasil produksi dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai.
b) Bai al-Istishna
Bila nasabah juaga membutuhkan pembiayaan untuk proses produksi sampai
menghasilkan barang jadi, bank dapat meberikan fasilitas bai al-istishna. Melalui
fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang disepakati
kedua belah pihak (biasanya sebesar biaya produksi ditambah keuntungan bagi
produsen, tetapi lebih rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran dimuka
secara bertahap, sesuai dengan tahap-tahap proses produksi.
c) Bai as-Salam
Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti produksi pertanian,
bank dapat memberikan fasilitas bai as-salam. Melalui fasilitas ini, bank
melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan pembayaran dimuka secara
sekaligus dan nasabah berkewajiban men-deliver barang tersebut pada tanggal

6
yang disepakati dalam kontrak. Pada waktu yang bersamaan, bank dapat mencari
pembeli atas produk tersebut. Kombinasi ini dsebut salam paralel.

4. Pembiayaan modal kerja perdagangan


a) Perdagangan umum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan dengan target pembeli
siapa saja yang datang membeli barang-barang yang telah di sediakan ditempat
penjual, baik pedagang eceran (retailer), maupun pedagang besar (whole seller).
Pada umumnya, perputaran modal kerja (working capital turnover) perdagangan
semacam ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus mempertahankan sejumlah
persediaan yang cukup karena barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah
persediaan yang ada atau lebih dikuasai penjual.
b) Perdagangan berdasarkan pesanan
Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau diselesaikan ditempat penjual,
yaitu perdagangan antarkota, perdagangan antarpulau, atau perdagangan
antarnegara. Pembeli terlebuh dahulu memesan barang-barang yang dibutuhkan
kepada penjual berdasarkan contoh barang atau daftar barang serta harga yang
ditawarkan. Biasanya, pembeli hanya akan membayar apabila barang-barang
yang dipesan telah diterimanya. Hal ini untuk menghindari kemungkinan resiko
akibat ketidakmampuan penjual memenuhi pesanan atau ketidaksesuaian jumlah
dan kualitas barang yang dikirimkan dengan spesifikasi yang dimaksud dalam
surat penawaran atau pemesanan.

Kebutuhan pembiayaan modal kerja dapat dipenuhi dengan berbagai cara, antara lain:
Bgi hasil : mudharabah, musyarakah;
Jual beli : murabahah, salam.

b. Jenis Pembiayaan Syariah dilihat dari Tujuan


1. Pembiayaan Konsumtif

Secara umum, konsumsi adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan baik barang
maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Dengan demikian yang dimaksud
dengan pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar
usaha dan umumnya bersifat perorangan.

7
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi
dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti makanan, minuman,
pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan pengobatan.
Adapun kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun
secara kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa makanan
dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun
berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya.

2. Pembiayaan Produktif

Pembiayaan Produktif, bertujuan untuk memungkinkan penerima pembiayaan


dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa pembiayaan tersebut tidak mungkin dapat
diwujudkan. Pembiayaan Produktif, dapat dibagi menjadi 2:

a. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaan dalam


menjalankan bisnis/usahanya. Jangka waktu pembiayaan ini biasanya 1 sd 3 tahun.
Pembiayaan modal kerja dapat menggunakan skim murabahah, musyarakah ataupun
mudharabah. Murabahah apabila pembiayaan modal kerja digunakan untuk pembelian
sesuatu yang bersifat kebendaan, misal pembelian alat-alat telekomunikasi untuk
memenuhi kontrak pengadaan dari bouwheer (perlu dicatat bahwa alat-alat
telekomunikasi tersebut bukan termasuk investasi karena tidak akan menjadi aset
perusahaan melainkan akan dijual kepada bouwheer/pemberi kerja). Skim musyarakah
digunakan pada kasus pembiayaan yang tidak khusus untuk pembelian barang namun
juga untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaan yang bersifat non kebendaan,
misal: pembayaran gaji pegawai, biaya lain yang langsung berhubungan dengan bisnis
perusahaan.

Modal kerja juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Modal kerja perusahaan

8
Modal kerja perusahaan digunakan untuk modal kerja perusahaan yang tidak terbatas
untuk proyek/kontrak tertentu. Bisa berupa modal kerja dengan sistem Pembiayaan
Rekening Koran (istilah untuk bank konvensional) atau Pembiayaan Dana Berputar
dimana bagi hasil yang dibayarkan didasarkan atas rata-rata outstanding nasabah per
bulannya.

2. Modal kerja untuk proyek tertentu

Biasanya untuk membiayai proyek yang diperoleh perusahaan. Dapat disetting


menggunakan sistem plafon, pencairan dilakukan setiap ada proyek yang diperoleh.
Kewajiban nasabah hanya sebatas jumlah yang dicairkan saja.

b. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pembelian aset perusahaan, misalnya

pembelian mesin untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi, pembelian alat-
alat berat untuk para kontraktor tambang, pembelian kapal untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang pelayaran/angkutan laut, dll.

3. Pembiayaan Perdagangan

Pembiayaan ini digunakan untuk perdagangan, biasanya digunakan untuk membeli


barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan
tersebut.

c. Jenis Pembiayaan Syariah dilihat dari Jangka Waktu

9
1. Short Term (Pembiayaan Jangka Pendek), yaitu suatu bentuk pembiayaan yang
berjangka waktu maksimum 1 (satu) tahun.
2. Intermediate Term (Pembiayaan Jangka Waktu Menengah) adalah suatu bentuk
pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari satu tahun sampai tiga tahun.
3. Long Term (Pembiayaan Jangka Panjang), yaitu suatu bentuk pembiayaan yang
berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
4. Demand Loan atau Call Loan adalah suatu bentuk pembiayaan yang setiap waktu
dapat diminta kembali.
d. Jenis Pembiayaan Syariah dilihat dari segi Jaminan
1. Pembiayaan Dengan Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan dengan suatu
jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud
atau jaminan orang.
2. Pembiayaan Tanpa Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang atau
orang tertentu. Pembiayaan ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta
loyalitas atau nama baik calon peminjam selama ini.

C. Teknik dan Kebijakan Pembiayaan Syariah


a. Ketentun Kebijakan Pembiayaan Di Bank Syariah
1. Kebijakan umum pembiayaan di Bank Syariah
Untuk pemilihan/penentuan sektor-sektor sebagaimana diuraikan berikut,
seyogyanya ditetapkan secara bersama oleh Dewan Komisaris, Direksi serta Dewan
Pengawas Syariah, baik mengenai jenis maupun besarannya (nilai rupiahnya) sehingga atas
pilihan-pilihan yang akan ditentukan diharapkan dapat memenuhi aspek syari disamping
aspek ekonomisnya. Sektor-sektor pembiayaan yang dimaksud adalah :
Jenis pembiayaan, meliputi :
a. Pembiayaan mudharabah
b. Pembiayaan musyarakah
c. Murabahab
d. Salam
e. Istishna
f. Ijarah

10
2. Pengambil keputusan pembiayaan7
Dalam realisasi suatu pembiayaan secara inherent terdapat risiko yang melekat,
yakni pembiayaan bermasalah hingga kondisi terburuknya menjadi macet. Guna
menghindari risiko demikian, kiranya dalam setiap pengambilan keputusan suatu
permohonan pembiayaan, baik di Kantor Pusat maupun Kantor-kantor
Cabang/Cabang Pembantu, dapat dihasilkan keputusan yang Obyektif. Keputusan
hanya dapat diperoleh jika prosesnya melibatkan suatu tim pemutus (Komite
Pembiayaan), berapapun besar plafon/limit pembiayaan yang dinilai/diputus.

b. Penyusunan Rencana Pembiayaan


Beberapa pendekatan yang dapat ditempuh dalam perencanaan pembiayaan :
1. Pendekatan perencanaan pembiayaan berdasarkan sumber dana yang dapat
dikumpulkan oleh bank secara rasionil.
Sebagai kegiatan pokok suatu bank yaitu di satu pihak mengumpulkan dan
kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pembiayaan. Oleh karena itu
kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan ke masyarakat akan sangat
tergantung dari sumber-sumber dana yang dapat dikuasainya.
Masalah perencanaan pembiayaan melalui pendekatan sumber antara lain :
Berapa volume dana yang dapat dikumpulkan
Berapa volume dana yang dapat disalurkan
Dari mana sumber-sumber dana tersebut.

Secara skematis sumber dana dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Sumber Dana Untuk Perencanaan Pembiayaan


Ekstern Intern
Pemilik Utang Cadangan Intensif
Donasi pemilik Giro Cadangan Umum Penjualan fixed
asset yg tak
terpakai
Saham biasa Deposito Cadangan Khusus Likuidasi barang
jaminan

7 http://rahayusnailydea.blogspot.co.id/2013/10/kebijakan-dan-teknik-pembiayaan-
bank_9.html?m=1

11
Saham preferen Travellers Ckeck Cadangan Debitur Penagihan
Debius debitur debius
Dll Tabungan Laba ditahan Dll
Giro Bank lain Dll
Sektor Jaminan
Kreditur Umum
Dll
2. Pendekatan perencanaan pembiayaan berdasarkan kemampuan pasar untuk
menyerap penawaran dana dalam bentuk pembiayaan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pembiayaan
berdasarkan pendekatan pasar adalah :
Corak pemasarannya (market profile), baik ditinjau dari Economic Environment
yang dapat diketahui dari berbagai indikator ekonomi, juga ditinjau dari Cultural
Environment maupun Regulatory Environment.
Corak persaingan (competition profile), berapa banyak volume pembiayaan yang
telah dipasarkan ke masyarakat dan berapa besar masing-masing bank pesaing
merebut market share. Financial product apa saja yang dijual dan
bagaimana pricing-nya.
Corak nasabah (customer profile), apakah perusahaan milik pemerintah, atau
swasta, atau dari kelompok pengusaha ekonomi lemah. Pemahaman atas corak
nasabah ini akan sangat bermanfaat dalam menerapkan sasaran pemasaran yang
akan dilakukan.
Corak produk (product profile) yang telah dan akan dipasarkan. Berapa prosen
jenis pembiayaan itu dapat disediakan dibanding dengan seluruh jenis pembiayaan
perbankan, dan seberapa besar daya serap pasar (yang dibutuhkan nasabah).
Pemahaman terhadap corak produk ini akan bermanfaat dalam product
development untuk menciptakan diversifikasi jenis-jenis pembiayaan yang
dipasarkan agar lebih dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan para nasabahnya.

3. Pendekatan perencanaan pembiayaan berdasarkan anggaran bank


Pola pikir yang dipakai pada pendekatan ini adalah berangkat dari pengertian
anggaran ini sendiri, yaitu suatu rencana kerja yang dimanifestasikan dalam bentuk
kesatuan mata uang.
c. Kelayakan Pemberian Pembiayaan

12
Pemberian pembiayaan mengandung risiko bagi perusahaan yang berupa
kerugian yang harus diderita apabila debitur tidak membayar kewajibannya. Oleh
karena itu penjualan kredit, terutama yang berjumlah besar hanya dapat dilakukan
pada pihak yang bonafid.
Dalam pemberian pembiayaan dalam sebuah usaha/bisnis, tentu tidak terlepas dari
prinsip 5C + S untuk menilai usaha/bisnis tersebut layak dibiayai atau tidak8. Prinsip
5C +S yang dimaksud adalah :
1. Character, yaitu watak/sifat penerima pembiayaan.
2. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pembiayaan yang diambil.
3. Capital, yaitu besarnya modal yang diperlukan.
4. Condition, yaitu keadaan usaha yang dijalankan.
5. Collateral, yaitu jaminan yang dimiliki nasabah pembiayaan dan telah diberikan
kepada bank.
6. Syariah, Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan
dibiayaai benar- benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa
DSN Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah.

d. Proses Administrasi Pembiayaan


Portofolio pembiayaan (financing) merupakan bagian terbesar dari aktiva bank,
karena pembiayaaan merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan. Dengan
demikian maka pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli yang merupakan
instrumen pembiayaan perbankan syariah merupakan sumber pendapatan yang
dominan.
Unsur-unsur administrasi pembiayaan
Administrasi dari portofolio pembiayaan dapat dibagi menurut tujuan dari fungsi
manajemen secara umum, yaitu perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian.
Perencanaan meliputi pertimbangan risiko dan pendapatan, serta alokasi pembiayaan.
Pengorganisasian menyangkut pengaturan pelaksanaan rencana pencapaian tujuan

8 Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen operasional Bank Syariah, ( Cirebon :
STAIN Press , 2009) hal. 68

13
melalui penentuan kebijakan dan proses, termasuk pengadaan fungsi-fungsi
pendukung dan kegiatan penyajian (realisasi) pembiayaan melalui struktur organisasi.
Pengendalian menyangkut proses keputusan, pemantauan, pembinaan dan
pengawasan pembiayaan.

Tahap-tahap pelaksanaan administrasi pembiayaan :


1. Setiap permohonan harus diadministrasikan dengan baik (file identifikasi
nasabah) sesuai dengan jenis produk.
2. Database nasabah sekurang-kurangnya mencakup data identitas,
pekerjaan/bidang usaha, jumlah penghasilan, rekening yang dimiliki, aktivitas
transaksi normal dan tujuan pembukaan rekening.
3. Semua dokumen harus terjaga kerahasiaannya.
4. Pejabat penghimpun dana membuat laporan kepada direksi dalam rangka
pemantauan rekening nasabah.

Syarat administratif :
1. Surat permohonan tertulis, dengan dilampiri proposal yang memuat (antara lain)
gambaran umum usaha, rencana atau prospek usaha, rincian dan rencana
penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana dan jangka waktu penggunaan dana.
2. Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian usaha, surat izin umum
perusahaan dan tanda daftar perusahaan.
3. Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan laba rugi, data persediaan terakhir,
data penjualan, dan fotocopy rekening bank.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam administrasi pembiayaan di Bank Syariah


adalah :
1. Penerimaan keputusan, baik dari Kanpus/Kanwil atau Kantor Cabang yang
bersangkutan.
2. Penerusan kepada nasabah pemohon meliputi :
a. Macam keputusan, ditolak atau disetujui.
b. Penyampaian kepada nasabah, atas permohonan yang dotolak, keputusan ini
diberitahukan kepada pemohonnya. Sedangkan bagi nasabah yang
permohonannya disetujui, maka tahap selanjutnya dibuatkan surat
persetujuan yang memuat berbagai persyaratan dan klausa.

14
3. Penandatanganan akad, apabila atas surat persetujuan tersebut nasabah pemohon
menyanggupinya, maka pemohon melakukan penandatanganan akad di hadapan
pejabat/petugas bank.

e. Pengamanan Pembiayaan
Langkah pengamanan yang dilakukan bank syariah untuk mengendalikan
terjadinya pembiayaan bermasalah dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sebelum realisasi pembiayaan
Dalam tahapan ini berdasarkan persetujuan nasabah diatas, bank melakukan
penutupan asuransi atau pengikatan agunan (jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru
pembiayaan dapat dicairkan.
2. Setelah realisasi pembiayaan
Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode permohonan yang
selanjutnya merupakan awal pemeliharaan atau pemantauan pembiayaan. Dalam
tahap awal pencairan, dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam
permohonan/persetujuan bank, dan jangan sampai bocor dalam arti lari ke hal-hal
diluar kesepakatan. Selanjutnya, bank melakukan pembinaan dan kontrol atas
aktivitas bisnis nasabah.9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

9http://rahayusnailydea.blogspot.co.id/2013/10/kebijakan-dan-teknik-pembiayaan-
bank_9.html?m=1. Diunggah pada tanggal 6 April 2016 PKL 17.00 WIB

15
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam melakukan pembiayaan
maka bank syariah memerlukan analisis pembiayaan agar bank syariah memperoleh
keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya. Namun
realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi
pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan
pembiayaan supaya memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di bidang
peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan sehingga tujuan daripada adanya
pembiayaan bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005.

Adiwarman Karim, Bank Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2013.

Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.

16
Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen operasional Bank Syariah,
Cirebon : STAIN Press , 2009.

http://rahayusnailydea.blogspot.co.id/2013/10/kebijakan-dan-teknik-
pembiayaan-bank_9.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai