Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN 2

PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT

TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa dapat mengetahui cara pemberian obat pada hewan percobaan


dengan baik dan benar dengan cara intra muscular, intra peritoneal, sub kutan dan
per oral.

DASAR TEORI

Abrobsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam


darah. Bergantungpada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran
cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. (Farmakologi
dan Terapi edisi revisi 5, 2008)

Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier
absorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua
membran sel epitel saluran cerna , yang seperti halnya semua membran sel
ditubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian , agar dapat melintasi
membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah
terlebih dulu larut dalam air). (Farmakologi dan Terapi edisi revisi 5, 2008).

Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang


kedokteran atau biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai
model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu,
antara lain persyaratan genetis atau keturunan dan lingkungan yang memadai
dalam pengelolaannya, disamping factor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.
(Tjay,T.H dan Rahardja,K, 2002).

Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula
diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah
berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil)
serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan
atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan
penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang
memegangnya. (Katzug, B.G, 1989).

Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal
(dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular,
subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-
beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri,
intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung
masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara
pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui
kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas
farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan
akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan.
( Siswandono dan Soekardjo, B., 1995).

Pada literature dijelaskan bahwa onset paling cepat adalah intraperitonial,


intramuscular, subkutan, peroral. Hal ini terjadi karena :

Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat


langsung masuk ke dalam pembuluh darah.

Intramuscular mengandung lapisan lemak yang cukup kecil sehingga obat


akan terhalang oleh lemak sebelum terabasorbsi.

Subkutan mengandung lemak yang cukup banyak.

Peroral disini obat akan mengalami rute yang panjang untuk mencapai
reseptor karena melalui saluran cerna yang memiliki banyak factor penghambat
seperti protein plasma.
Dan durasi paling cepat adalah peroral, intraperitonial, intramuscular, subkutan.
Hal ini terjadi karena :

Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang
dan banyak factor penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin
sedikit dan efek obat lebih cepat.

Intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah sehingga


efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena
obat di metabolisme serempak sehingga durasinya agak cepat.

Intramuscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak sehingga obat


akan konstan dan lebih tahan lama.

Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga durasi


lebih lama disbanding intramuscular.

Mencit ( Mus musculus ) merupakan hewan laboratorium yang paling luas


dan paling banyak digunakan untuk praktikum. Mencit merupakan anggota dari
Muridae ( tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-
rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya
menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut
lemari. Hewan ini diduga sebagaimamalia terbanyak kedua di dunia,
setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang
dibuat oleh manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih
sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan (laboratorium)
dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga
dikembangkan sebagai hewan peliharaan (Amori, 1996).

Pemberian obat pada hewan uji dapat diberikan secara per oral, subkutan,
intramuscular, intravena,dan intraperitonial. Secara per oral dapat dilakukan
dengan mencampurkan dengan makanan, bisa juga dengan menggunakan jarum
khusus berukuran khusus 20 dan panjang 5 cm untuk memasukkan obat langsung
pada bagian esophagus hewan uji. jarum ini ujungnya bult dan berlubang ke
samping. Rute sebkutan paling mudah dilakukan pada mencit. Obat-obat dapat
diberikan kepda mencit dengan jarum yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-
24 gauge. Obat bisa disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung atau di daerah
perut. Kekurangan rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga dapat
disuntikkan. Rute pemberian obat secara intramuscular lebih
sulit dikarenakan otot mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha
bagian belakang dengan jarum panjang 0,5-1,0 cm dan ukuran 24 gauge. Suntikan
tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Cara interperitonial
hampir sama dengan cara intramuscular, yaitusuntikan dilakukan di daerah
abdomen di antara cartilage xiphoidea dan symphisis pubis (Siswandono, 1995)

Factor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan


adalah faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan meliputi variasi biologic (usia dan jenis kelamin)
pada usia hewan semakin muda maka semakin cepat reaksi yang ditimbulkan, ras
dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh dan luas permukaan
tubuh. Factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi suplai
oksigen, pemeliharaan lingkungan fisologik (keadaan kandang,suasana asing atau
baru, pengalaman hewan dalam pemberian obat, keadaan rangan tempat hidup
seperti sush, kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),
pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk
percobaan (Adnan, 2013).
CARA PERCOBAAN

ALAT : BAHAN : Hewan Uji :

a. Spuit 1 CC a. Diazepam Mencit atau tikus


b. Jarum berujung tumpul b. Alkohol Swap
c. Tisu c. Aqua (WFI)
d. Sarung tangan
e. Masker

CARA KERJA :

Tiap Kelas dibagi menjadi 3 kelompok

Masing - masing kelompok mendapat 3 mencit atau tikus

Berturut - turut kelompok I, II, III mengerjakan percobaan Oral, Sub Kutan, Dan
Intra Peritoneal

Mencit atau tikus ditimbang dan diperhitungkan volume obat yang akan diberikan

Obat diberikan pada hewan uji dengan cara pemberian sesuai masing-masing
kelompok
1. Oral, melalui mulut dengan jarum ujung tumpul
2. Sub kutan, masukkan sampai dibawah kulit pada tengkuk hewan uji dengan
jarum injeksi
3. Intra Peritoneal, suntikkan ke dalam rongga perut. Hati-Hati jangan sampai
masuk ke dalam usus

Anda mungkin juga menyukai