TUJUAN PERCOBAAN
DASAR TEORI
Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier
absorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua
membran sel epitel saluran cerna , yang seperti halnya semua membran sel
ditubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian , agar dapat melintasi
membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah
terlebih dulu larut dalam air). (Farmakologi dan Terapi edisi revisi 5, 2008).
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula
diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah
berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil)
serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan
atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan
penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang
memegangnya. (Katzug, B.G, 1989).
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal
(dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular,
subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-
beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri,
intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung
masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara
pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui
kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas
farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan
akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan.
( Siswandono dan Soekardjo, B., 1995).
Peroral disini obat akan mengalami rute yang panjang untuk mencapai
reseptor karena melalui saluran cerna yang memiliki banyak factor penghambat
seperti protein plasma.
Dan durasi paling cepat adalah peroral, intraperitonial, intramuscular, subkutan.
Hal ini terjadi karena :
Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang
dan banyak factor penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin
sedikit dan efek obat lebih cepat.
Pemberian obat pada hewan uji dapat diberikan secara per oral, subkutan,
intramuscular, intravena,dan intraperitonial. Secara per oral dapat dilakukan
dengan mencampurkan dengan makanan, bisa juga dengan menggunakan jarum
khusus berukuran khusus 20 dan panjang 5 cm untuk memasukkan obat langsung
pada bagian esophagus hewan uji. jarum ini ujungnya bult dan berlubang ke
samping. Rute sebkutan paling mudah dilakukan pada mencit. Obat-obat dapat
diberikan kepda mencit dengan jarum yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-
24 gauge. Obat bisa disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung atau di daerah
perut. Kekurangan rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga dapat
disuntikkan. Rute pemberian obat secara intramuscular lebih
sulit dikarenakan otot mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha
bagian belakang dengan jarum panjang 0,5-1,0 cm dan ukuran 24 gauge. Suntikan
tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Cara interperitonial
hampir sama dengan cara intramuscular, yaitusuntikan dilakukan di daerah
abdomen di antara cartilage xiphoidea dan symphisis pubis (Siswandono, 1995)
CARA KERJA :
Berturut - turut kelompok I, II, III mengerjakan percobaan Oral, Sub Kutan, Dan
Intra Peritoneal
Mencit atau tikus ditimbang dan diperhitungkan volume obat yang akan diberikan
Obat diberikan pada hewan uji dengan cara pemberian sesuai masing-masing
kelompok
1. Oral, melalui mulut dengan jarum ujung tumpul
2. Sub kutan, masukkan sampai dibawah kulit pada tengkuk hewan uji dengan
jarum injeksi
3. Intra Peritoneal, suntikkan ke dalam rongga perut. Hati-Hati jangan sampai
masuk ke dalam usus