Subardi
Jurusan Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta
Jl. Babarsari, Catur Tunggal Depok, Sleman, Yogyakarta 55281,
Telp. (0274) 485390, 486986 Faks. (0274) 487249
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan partikel chromium
terhadap kekerasan alumina yang mengandung 20% berat silica. Komposit matrik
alumina keramik (Al2O3) yang mengandung 20 % berat silica (SiO2) diperkuat dengan
0, 3, 6, 9, 12 dan 15 % volume partikel chromium (Cr) telah dibuat dengan metode
pressureless sintering. Masing-masing komposisi di-mixing dengan proses basah
(dengan alkohol) selama 5 jam, dikeringkan selama 24 jam pada temperatur kamar
dan dilanjutkan dengan mixing kering selama 5 jam. Pembuatan spesimen berbentuk
silindris (diameter d = 15 mm; tebal t = 5 mm) dilakukan dengan uniaxial-pressing
pada tekanan 120 MPa. Sintering dilakukan di lingkungan argon dengan laju
pemanasan 3oC/menit sampai 800oC dan ditahan selama 30 menit, kemudian dinaikkan
dengan laju pemanasan 5oC/menit hingga temperatur 1450oC dan ditahan selama 60
menit. Pendinginan dilakukan di dalam furnace dengan cara mematikan power ke-
furnace. Kondisi komposist mengalami tegangan radial tarik sedangkan tegangan
tangensial tekan. Pengujian kekerasan Vickers dengan beban 153,2 N menunjukkan
penurunan kekerasan bahan dari 892 MPa (tanpa penguat Cr) menjadi 329 MPa
(komposit dengan 15 % volume Cr). Porositas pada permukaan keramik komposit
Al2O3 - SiO2 /12% Vol Cr pada suhu 1450 masih cukup besar.
Jari-jari kritis partikel dapat dihitung Pada komposit matrik keramik yang
dengan persamaan (Davidge dan Green, 1968). diperkuat dengan partikel berbentuk bulat yang
terdistribusi di dalam matrik keramik, perlu
dipertimbangkan tegangan radial ( σ rrad) dan
..........(1) tegangan tangensial ( tan) pada matrik. Tegangan
yang terjadi dipengaruhi oleh penambahan
partikel ke dalam matrik keramik (penambahan
fraksi volum partikel) yang dapat dihitung dengan
Dimana : persamaan berikut (Chawla,1993).
= jari-jari kritis partikel (m)
γs = energi permukaan matrik (J/m2);
Ph = hydrostatic pressure pada interface ................... (3)
matrik dan partikel (MPa);
υ = Poisson’s ratio; Ph ⎛ 1 R 3 ⎞
= modulus elastisitas (MPa); σ tan = − ⎜⎜ + V p ⎟⎟ ..................(4)
1 − Vp ⎝ 2 a 3
⎠
Subscipt, m = matrik;
p = partikel. (α m − α p )∆T
Ph
⎡ 0,5(1 + υ m ) + (1 − 2υ m )V p 1 − 2υ p ⎤
Termal stress merupakan faktor yang ⎢ + ⎥ ..(5)
perlu diperhatikan karena sifat getas yang dimiliki ⎣⎢ E m (1 − V p ) E p ⎦⎥
oleh bahan keramik. Thermal stress pada kom-
posit keramik dapat disebabkan oleh beberapa Dimana
faktor antara lain : gradien suhu saat pendinginan = tegangan radial matrik (MPa);
cepat, sifat anisotropis bahan dan α fasa kedua
σ rad
tan
= tegangan tangensial matrik (MPa);
jauh lebih besar dari matrik keramik. Jika ada = jari-jari partikel (ìm);
sebuah partikel bulat pada sebuah infinite
Re la t iv e d e n s it y ( % )
= fraksi volume partikel; 93
600
400
200
0
0 3 6 9 12 15 18
Fraksi volum Cr (%)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.C., Leaver, K.D., Rawlings, R.D., Alexander, J.M., 1990, Material Secience, Chapman
and Hall, 2-1 Boundary Row, London SE1 8HN, UK.
Borsoum, M., 1997, Fundamentals of Ceramics, Mc Graw-Hill Companies, New York.
Becher, P.F and Warwick, W.H., 1993, Factors Influencing The Thermal Shock Behavior of
Ceramics, Nato ASI Series; Series E: Thermal Shock and Thermal Fatique Behaviour of
Advanced Ceramic, vol. 241.
Bassin, M.G., Brodsky, S.M., and Wolkoff, H., 1979, Statics and strenght of Materials, Third
Edition, Greeg Division Mc Graww-Hill Book Company.
Chawla, K.K., 1993, Ceramic Matrix Composites, University Press, Cambridge, Great Britain.
Davidge, R.W. dan Green,T.J., 1968, The Strength of Two-Phase Ceramic/Glass Material, Journal
of Material Science 3, 629-634.
Ekstrom,T., 1992, Alumina Ceramics with Particle Inclusions, Journal of the European Ceramic
Society 11(1993) 487-496.
Fahmi, H., 2004, Thermal Shock Resistance Komposit Matrik Alumina (mengandung 20 % berat
SiO2) yang diperkuat Partikel Chromium, Tesis Magister Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik UGM, Yogyakarta.
Guichard, J.L., Tillement. O, Mocellin. A., 1997, Preparation and Characterization of Alumina-Iron
Cermets by hot-Pressing of Nano Composite Powder, Journal of Materials Science 32,
4513-4521.
German, R.M., 1984, Powder Metallurgy Science, Metal Powder Industries Federation, New
Jersey.
Green, D.J., 1998, An Introduction to the Mechanical Properties of Ceramics, Cambridge University
Press.
Indra, A., 2003, Pengaruh Penambahan Partikel Nickel terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Alumina
yang mengandung 20% berat silika, Tesis Magister Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
UGM, Yogyakarta.
Kondo, H., Sekino, T., Choa and Niihara, K.,1999, Mechanical Properties of 3Y-ZrO2/ Ni
Composite Prepared by Reductive Sintering, Publications of the Ceramics Society of Japan
vol. 2, 419-422.
Kingery, W.D., Bowen, H.K., Uhlmann, D.R., 1975, Introduction to Ceramics, A Wiley Interscience
Publication Jonh Wiley and Sons, New York.
Agus Hariyanto
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura
email : agus_haryanto @ums.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh fraksi volume core terhadap
peningkatan kekuatan Impak komposit sandwich serat ramie bermatrix Polyester
dengan core sekam padi. Mekanisme perpatahan diamati dengan photo makro.
Bahan utama penelitian adalah serat ramie, resin unsaturated polyester 157 BQTN,
sekam padi. Hardener yang digunakan adalah MEKPO dengan konsentrasi 1%.
Komposit dibuat dengan metode cetak tekan (press mold). Komposit sandwich
tersusun terdiri dari dua skin (lamina komposit) dengan core ditengahnya. Lamina
komposit sebagai skin terdiri dari serat ramie acak. Fraksi volume serat komposit
sebagai skin adalah 40%. Core yang digunakan sekam padi dengan resin Urea
Formaldehide (UF181) dengan hardener HU12 sebesar 1 %, dengan fraksi volume
sekam padi 30 %, 40 %, dan 50 %. Spesimen dan prosedur pengujian impak charpy
mengacu pada standart ASTM D 5942. Penampang patahan dilakukan foto makro
untuk mengidentifikasi pola kegagalannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penambahan fraksi volume core menurunkan energi serap dan kekuatan impak
secara signifikan komposit sandwich. Seiring dengan peningkatan fraksi volume
core juga menurunkan energi serap dan kekuatan impak secara signifikan pula..
Mekanisme patahan diawali oleh kegagalan komposit skin bagian tarik, core gagal
geser, dan diakhiri oleh kegagalan skin sisi tekan. Pada bagian daerah batas core
dan komposit skin menunjukkan adanya kegagalan delaminasi.
Kata Kunci: komposit sandwich, kekuatan impak, energi serap, mekanisme patahan.
METODE PENELITIAN
Bahan utama penelitian adalah serat ramie
acak dengan density 1,6 gr/cm3, core sekam
padi dengan density 0,85 gr/cm3., unsaturated
poliester type 157 BQTN, hardener MEKPO Gambar 2. Pemasangan Spesimen
dengan kadar 1%, dan adhesive epoxy resin Uji Impak (Flat wise Impact)
dan epoxy hardener dengan rasio 1:1 dengan
density 0,5 ml/cm2. Serat ramie yang digunakan Persamaan yang digunakan dalam per-
tanpa perlakuan. Pembuatan komposit hitungan sesuai standar ASTM D 5942 – 96
sandwich dilakukan dengan metode press mold. sandwich sebagai berikut:
Fraksi volume serat acak komposit (skin) diten-
tukan 40%, yang dikontrol dengan ketebalan W = GxR(cosb-cosa) (1)
komposit sandwich saat pencetakan. W W
Komposit sandwich tersusun dari dua a cU = × 10 3 = (2)
h×b h×b
lamina komposit (skin) dengan core sekam padi
di bagian tengahnya. Lamina komposit (skin)
tersusun dari serat ramie acak. Serat ramie yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan tanpa perlakuan. Core sekam padi
dibuat dengan dengan resin Urea Formaldehide Tabel 1. Energi Serap Uji Komposit
(UF181)Spesimen
dengan hardener HU12 sebesar 1 %, Sandwich.
dengan fraksi volume sekam padi 30 %, 40 %,
dan 50 %. Fraksi Volume Energi Serap
Span =L Komposit Lsandwich
Total yang sudah dicetak (%) W(Joule)
dipotong-potong menjadi spesimen uji.Pengujian
dilakukan dengan flat impact method. 30 22.7
Pendulum
Spesimen dan metode pengujiannya mengacu 40 19.2
pada standar ASTM D 5942. Penampang
Support 50 18.3
patahan spesimen uji dilakukan foto makro.
25 22,7
Energi Serap (Joule)
20 19,2
18,3
15
10
0
30 40 50
Fraksi Volume (%)
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian tersebut
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Efek penambahan fraksi volume core
menurunkan energi serap dan kekuatan
gagal tarik
impak secara signifikan pada komposit
delaminasi skin
pada skin β sandwich.
dan core pada
ikatan interfacial 2. Mekanisme patahan akibat beban impak
diawali oleh kegagalan komposit skin
Gambar 7. Permukaan Patah Komposit bagian tarik, core gagal geser, dan diakhiri
Sandwich, Core Sekam Padi oleh kegagalan skin sisi tekan. Pada bagian
pada Vf = 50% daerah batas core dan komposit skin
menunjukkan adanya kegagalan delaminasi
Kegagalan impak komposit sandwich pada ikatan interfacial..
core sekam padi pada Vf =30%, Vf =40%, dan
Vf =50% dapat dilihat dalam gambar 5, 6, dan
7. Kegagalan ini umumnya diawali dengan NOTASI PERSAMAAN
retakan pada komposit skin yang menderita W = Energi patah/serap (J)
tegangan tarik. Kemudian, beban impak tersebut G = Berat pendulum (N)
αacU didistribusikan pada core sehingga menyebabkan R = Jarak pendulum ke pusat rotasi ( m )
core mengalami kegagalan. Skin yang semula = Sudut pendulum setelah menabrak
menderita beban tekan akhirnya mengalami benda uji (° )
kegagalan seiring dengan gagalnya core. = Sudut pendulum tanpa benda uji ( ° )
Dari spesimen uji mengalami kegagalan = Kekuatan impak ( J /mm2 )
tekan pada komposit skin atas, patah geser core h = Tebal specimen ( mm )
dan kegagalan tekan pada kedua skin. Meka- b = Lebar specimen ( mm )
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001,Technical data Sheet ,PT Justus Sakti Raya Corporation, Jakarta.
Anonim, www.diabgroup.com, DIAB manufactures and markets products and services based
on advanced polymer and composite technologies, Head OfficeDIAB AB Box 201S-
312 22 LAHOLM Sweden.
Eichorn, S.J., Zafeiropoulus, C.A.B.N., Ansel, L.Y.M.M.P., Entwistle, K.M., Escamilla, P.J.H.F.G.C.,
Groom,L, Hill, M.H.C., Rials, T.G. and Wild, P.M., 2001, Review Current International
Febrianto, B. dan Diharjo, K., 2004, Kekuatan Bending Dan Impak Komposit Hibrid Sandwich
Kombinasi Serat Karung Goni Dan Serat Gelas Polyester Dengan Core Kayu Sengon
Laut, Skripsi, UNS, Surakarta.
Gaedke, M, 2001, Impact Behavior and Residual Strength of Sandwich Structual Elements
Under Static and Fatique Loading, American Institute of Aeronautics and
Astronautics, Germany.
Hara, et-all, 1986, “Utilization of Agrowastes for Buildinng Materials”, International Research
and Development Cooperation Division, AIST, MITI, Japan.
Hillger, 2003, Inspection of CFRP and GFRP Sandwich Components, Wilhelm Raabe Weg 13,
D-3 8110 Braunschweig.
Rahmarestia, dkk., 2006. “Analisis Penggunaan Sumber Energi Biomassa di Bidang Pertanian”
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, litbang, deptan, Jakarta.
Wahyanto, B. dan Diharjo, K., 2004, Karakterisasi Uji Bending Dan Impak Komposit Sandwich
GRFP Dengan Core Kayu Sengon Laut, Skripsi, UNS, Surakarta.
Yanuar, D, 2002, Pengaruh Berat Serat Chooped Strand Terhadap Kekuatan Bending, Impak dan
Tarik Komposit GFRP, UNS, Surakarta.
Ratna Kartikasari
Jurusan Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta
Jl. Babarsari No.1 Depok, Sleman, Yogyakarta Telp. (0274) 485390
kartikafajar@yahoo.com
ABSTRAK
Paduan Fe-Al-C merupakan paduan baru kandidat pengganti stainless steel
konvensional, dimana unsur Al berperan menggantikan unsur mahal (Cr) pada stain-
less steel konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tempe-
ratur temper terhadap sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Fe-1,26Al-1,05C.
Bahan baku peleburan terdiri dari: scrap baja Mn rendah, Al murni dan Fe-C. Peleburan
menggunakan dapur induksi frekwensi tinggi kapasitas 50 kg dengan alloying di dalam
ladle. Austenitisasi sampai temperatur 900oC dilanjutkan dengan quenching dalam
media air. Proses temper dilakukan pada temperatur 250oC, 300oC, 350oC, 400oC
dan 450oC. Pengujian yang dilakukan adalah foto struktur mikro, pengujian tarik,
pengujian kekerasan dan pengujian korosi dalam media 3,5% NaCl dengan metoda
kehilangan berat. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan bahwa paduan Fe-
1,26Al-1,05C as cast mempunyai struktur ferit dan perlit, kecenderungan pembentukan
struktur ferit terjadi dengan semakin tinggi temperatur temper. Kekuatan tarik
maksimum terjadi setelah hardening yaitu sebesar 82,7kg/mm2 dengan regangan
tertinggi sebesar 47,2% setelah temper 450oC. Kekerasan tertinggi sebebesar 287,1
VHN terjadi setelah hardening. Hasil pengujian korosi menunjukkan bahwa laju korosi
paduan 1,26Al-1,05C as cast akan menurun dengan semakin tinggi temperatur temper.
TINJUAN PUSTAKA
Untuk mengetahui pengaruh penambahan
unsur dalam paduan biner terhadap fasa γ yang
dihasilkan, dapat mengacu pada daftar periodik
unsur-unsur (Leslie, 1983). unsur-unsur yang
berperanan sebagai pembentuk struktur ferit
disebut sebagai Cr equivalent dan unsur-unsur
yang berperanan sebagai pembentuk struktur Gambar 1. Diagram Kesetimbangan
austenit disebut sebagai Ni equivalent (Honey- Fe-Cr (Leslie, 1983)
d. Temper 350oC
e. Temper 400oC
a. Hardening
Ferit
FeritFerit
Perlit
Ferit
Ferit
Ferit
Perlit
Perlit
Perlit
Perlit
Perlit
Perlit
50 50
m
50
50
50 f. Temper 450oC
50
50
m
mm
m
mm
Gambar 5. Pengaruh Temperatur Temper
o
b. Temper 250 C terhadap Struktur Mikro Paduan
Fe-1,26Al-1,05C
Temper 450°C
4. Analisis Hasil Uji Ketahanan Korosi Kurang baik 50-200 1-5 1000-5000 150-500 50-200
Paduan Fe-1,26Al-1,05C Tidak 200 + 5+ 5000 + 500 + 200 +
dianjurkan
KESIMPULAN
1. Struktur paduan Fe-1,26Al-1,05C as cast
terdiri dari ferit dan perlit yang terdistribusi
merata dan dalam jumlah kecil struktur
dendrit. Semakin tinggi temperatur temper
struktur berubah menjadi lebih feritik.
2. Kekuatan tarik paduan Fe-1,26Al-1,05C as
cast sebesar 72,41 kg/mm2 dengan re-
gangan sebesar 33,8%. Kekuatan tarik
maksimal terjadi setelah hardening dan akan
Gambar 9. Pengaruh Temperatur Temper menurun dengan semakin tinggi temperatur
terhadap Ketahanan Korosi Paduan temper.
Fe-1,26Al-1,05C 3. Nilai kekerasan paduan Fe-1,26Al-1,05C
as cast sebesar 219,5VHN. Nilai kekerasan
Perhitungan laju korosi dilakukan dengan tertinggi terjadi setelah hardening dan akan
metoda kehilangan berat. Paduan Fe-1,26Al- semakin menurun dengan semakin tinggi
1,05C as cast mempunyai laju korosi sebesar temperatur temper.
0,431 mm/th termasuk katagori baik 4. Laju korosi tertinggi terjadi pada paduan Fe-
berdasarkan Tabel 1 (tabel MPY) (Fontana, 1,26Al-1,05C as cast yaitu 0,431 mm/th
1987). Laju korosi akan semakin menurun dan semakin menurun dengan semakin tinggi
dengan heat treatment dan mencapai nilai temperatur temper. Secara keseluruhan laji
minimal pada temper 450oC dengan laju korosi korosi termasuk katagori baik.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosentase komposisi kimia, fasa
penyusun struktur mikro, kekerasan dan harga impact spesimen raw material maupun
hasil perlakuan panas dengan variasi pendinginan dari komponen pegas daun,. Material
uji yang digunakan adalah pegas daun L300 dengan pengujian yang dilakukan meliputi
uji komposisi kimia, impact, struktur mikro dan kekerasan dengan variasi quenching
air garam, quenching air quenching oli dan annealing. Dari hasil uji komposisi kimia
pegas daun termasuk baja karbon sedang (C = 0,300 %). Hasil struktur mikro spesimen
raw material didapatkan fasa ferit, perlit halus dan bainit, quenching air garam
didapatkan fasa martensit halus dan merata, quenching air didapatkan fasa martensit
kasar dan endapan karbida pada batas butir, quenching oli didapatkan sedikit fasa
martensit dan banyak endapan karbida pada batas butir serta austenit sisa, annealing
didapatkan fasa perlit dan ferit. Hasil uji kekerasan di-dapatkan harga kekerasan
rata-rata tertinggi pada spesimen quenching air garam sebesar 598,75 VHN. Hasil
pengujian impact harga ketangguhan rata-rata tertinggi (paling liat) adalah spesimen
annealing sebesar 0,278 J/mm2.
Kata Kunci: pegas daun, raw material, anil, quench (air, air garam, dan oli)
KESIMPULAN
Berdasarkan data penelitian dan analisa
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian komposisi kimia pegas
Gambar 8. Histogram Perbandingan Harga daun termasuk baja karbon sedang (C =
Impact Rata-rata 0,300 %) dengan unsur penyusun utama
adalah besi (Fe) = 97,07 %; silikon (Si) =
Dari hasil pengujian impact didapatkan 1,292 % dan mangan (Mn) = 0,735 %.
harga ketangguhan rata-rata tertinggi (paling liat) 2. Dari hasil pengamatan struktur mikro
pada spesimen annealing sebesar 0,278 J/mm2 spesimen raw material didapatkan fasa ferit,
dan berturut-turut menuju posisi terendah yaitu : perlit halus dan bainit, quenching air garam
spesimen raw material sebesar 0,193 J/mm2, didapatkan fasa martensit halus dan merata,
spesimen quenching oli sebesar 0,075 J/mm2, quenching air didapatkan fasa martensit
spesimen quenching air sebesar 0,04 J/mm2 dan kasar dan endapan karbida pada batas butir,
terendah (paling getas) spesimen quenching air quenching oli didapatkan sedikit fasa
garam sebesar 0,028 J/mm2. Spesimen annea- martensit dan banyak endapan karbida pada
ling merupakan spesimen yang paling liat hal ini batas butir serta austenit sisa, annealing
disebabkan pendinginan dengan laju yang paling didapatkan fasa perlit dan ferit.
lambat akan membentuk butiran kristal logam 3. Dari hasil pengujian kekerasan didapatkan
bulat-bulat dengan jarak yang berjauhan sehingga harga kekerasan rata-rata tertinggi pada spe-
ikatan antar butir lemah dan memudahkan simen quenching air garam sebesar 598,75
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, G., 2003, Tugas Akhir : Pengaruh proses quenching dan annealing terhadap struktur
mikro dan kekerasan sprocket Toyota Kijang, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Cahyono, A., 2003, Tugas Akhir : Penelitian Mengenai Peningkatan Kualitas Kekerasan Poros
Propeller dengan Perlakuan Panas Quenching, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dewa Utama, C., 2004, Tugas Akhir : Proses Quenching pada Stainless Steel Seri 304 Produk
di Pasaran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Setiyawan, A., 2003, Tugas Akhir : Penelitian Mengenai Pengaruh Proses Quenching Terhadap
Sifat Fisis dan Mekanis Sudu Blower Dinamo Ampere pada Mobil Diesel, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Surdia, T.; Saito, S., 1999, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta
Subroto
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
JL. A. Yani Pabelan-Kartasura Tromol Pos 1 Telp. (0271) 715448 Surakarta.
ABSTRAK
Untuk mendapatkan pembakaran yang optimal pada motor bensin dipengaruhi
banyak hal antara lain:perbandingan udara-bahan bakar, homegen campuran,
waktu penyalaan, besarnya tegangan koil, jarak elektrode busi dan lain-lain. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengaruh penggunaan
koil standart dengan koil racing terhadap unjuk kerja pada motor bensin. Pengujian
unjuk kerja motor bensin dilakukan menggunakan dynamometer hidraulik, dengan
cara membebenani gaya pengeremen pada putaran tertentu. Torsi dihitung
berdasarkan gaya pengeremanyang terjadi dikalikan dengan panjang lengan pada
dynamometer, selanjutnya torsi diketahui daya dapat dihitung. Pengukuran konsumsi
bahan bakar dapat diketahui pada gelas ukur waktu pengujian berlangsung. Motor
bensin dengan koil standart diuji unjuk kerjanya digunakan sebagai pembanding,
kemudian dilanjutkan pengujian unjuk kerja dua koil racing. Penelitian menghasilkan
kesimpulan penggunanan jenis koil berpengaruh terhadap unjuk kerja pada motor
bensin. Penggunaan Koil Racing menghasilkan unjuk kerja yang lebih baik yaitu
daya, dan torsi lebih besar dengan konsumsi bahan bakar yang lebih kecil.
Jalannya Penelitian
Sebelum mesin dioperasikan, perlu ada-
Persiapan pengujian nya pemeriksaan bahan bakar pada tangki bahan
( pemasangan benda uji pada alat uji ) bakar, suplai air yang mengalir pada
dynamometer. Melakukan pemasangan koil
pada sistim pengapian dimulai dari koil standart
Pemasangan Koil dimulai dari Koil Standart Pabrikan,
dilanjutkan Koil Racing Merek KITACO K2R dan Koil pabrikan, koil Racing merek KITACO K2R
Racing Merek BOSCH pada sistim pengapian dan merek BOSCH secara bergantian.
Setelah pemeriksaan selesai kemudian
mesin dioperasikan untuk pemanasan awal pada
putaran 1000-3000 rpm selama 2-3 menit. Ke-
Penggunaan Penggunaan Penggunaan mudian naikkan putaran menjadi 4000 rpm
Koil Koil Racing Koil Racing
Standart KITACO BOSCH setelah beberapa saat mulai melakukan pengam-
bilan data, catat torsi yang dihasilkan pada
dynamometer dan waktu konsumsi bahan bakar
per 4 cc perlakuan ini diulang sebanyak tiga kali.
Uji Prestasi Mesin disertai Pengambilan data Hal yang sama akan diperlakukan untuk putaran
mesin 6000 dan 8000rpm. Setelah pengambilan
data selesai turunkan putaran mesin dan matikan,
Analisa dan kemudian pada sistim pengapiannya diganti
pembahasan
menggunakan Koil merek KITACO, tahapan
dan perlakuan dalam pengambilan data sama
dengan penelitian yang sebelumnya dan akan
Kesimpulan
diulang kembali pada pengambilan data
terhadap koil merek BOSCH.
Stop
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.67 5.33
5 Standart
dipasaran atau populasinya dapat kita temui 4 3.63 4.87
KITACO
3.33
dipasaran atau dalam kehidupan sehari-hari yaitu 3
2.87
BOSCH
2
sebagai berikut: 1
1. Mesin yang digunakan adalah mesin sepeda 0
2000 4000 6000 8000
motor Honda Astrea Grand
Putaran Mesin (rpm)
2. Koil yang digunakan ada tiga jenis yaitu Koil
standart keluaran pabrikan, Koil Racing merek
KITACO K2R dan Koil Racing merek Gambar 2. Hubungan antara Torsi dengan
BOSCH. Putaran Mesin
9
8 7.895
Gambar 4. Hubungan antara KBBS dengan
D aya mesin (HP)
120
7 7.098
Standart
Putaran Mesin
109.359 6 5.238 6.073
KB B S (gr/hp jam)
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar. W, Koichi, 1997, Motor Diesel Putaran Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta.
Sunarta, Nakula, Furuhama, Shoichi, 1995, Motor Bakar Serbaguna, Pradya Paramita, Jakarta.
Setyawan (2000), Peningkatan Unjuk Kerja Mesin Bensin 4 Langkah dengan Penggunaan
Busi Splitfire SF 392D Dan Kabel Busi Hurricane, Fakultas Teknik Univesitas
Muhammadiyah Surakarta
Prasetia (2005), Pengaruh Jarak Kerenggangan Elektroda Busi Terhadap Efesiensi Pemakaian
Bahan Bakar Pada Mesin Sepeda Motor Suzuki Shoguna, Fakultas Teknik Univesitas
Muhammadiyah Surakarta
Agus Yulianto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UMS
Jl. A. Yani Pabelan – Kartosuro, Tromol Pos 1 Telp. (0271) 715448 Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pembuatan sambungan
pipa(pipe fitting) dari besi cor putih dilakukan untuk dapat mengetahui kualitas
dengan cara melakukan pengujian material setelah melalui proses heat treatment
dengan cara proses annealing di antaranya pengujian : struktur mikro, kekerasan
dan tarik. Dari produk pengecoran tersebut akan dibagi menjadi dua spesimen benda
uji, yaitu satu (sambungan pipa) untuk proses annealing laboratorium dengan uji
struktur mikro, uji kekerasan serta uji tarik dan satu (coran poros) untuk proses
annealing pabrik dengan uji tarik. Dari pengujian pengujian struktur mikro terdapat
fasa perlit dan sementit. Pengujian kekerasan diperoleh harga kekerasan rata-rata
untuk daerah tengah 325 kg/mm2 dan daerah gigi 351 kg/mm2. Dari hasil uji tarik
diperoleh harga rata-rata kekuatan tarik untuk spesimen annealing pabrik, yaitu
194,86 N/mm2. Sedangkan spesimen annealing laboratorium harga rata-rata
kekuatan tariknya adalah 158,85 N/mm2.
800
Temperatur (oC)
1000 B (970 oC) o
C (950 C)
600
800 778 oC
E (660 oC)
Temperatur (oC)
D (760 oC)
600 400
Harga Harga
Jarak
D kekerasan kekerasan
No. dari tepi
(mm) (HBN) rata-rata
(mm)
kg/mm2 (kg/mm2)
1 acak 0,84 329
325
Gambar 5. Struktur Mikro Sambungan Pipa 2 acak 0,85 321
T untuk Daerah Gigi Pembesaran 200 x
Tabel 2. Hasil Pengujian Kekerasan
Sambungan Pipa T untuk Daerah Gigi
Harga Harga
Jarak
D kekerasan kekerasan
No. dari tepi
(mm) (HBN) rata-rata
Perlit (mm)
kg/mm2 (kg/mm2)
Sementit
1 acak 0,82 345
2 acak 0,81 354 351
Gambar 6. Struktur Mikro Sambungan Pipa 3 acak 0,81 354
T untuk Daerah Gigi Pembesaran 500 x
329
321 dengan metode Brinell pada besi cor putih
(kg/mm2)
320
HBN
DAFTAR PUSTAKA
Martojo, W ; T. Joenoes, A., 2000, Peningkatan Kekuatan Mekanik dari Besi Cor Nodular
Melalui Paduan dan Proses Perlakuan Panas Austempering, ITB, Bandung
Santoso, A.J., 2003, Pengaruh Proses Annealing Terhadap Perubahan Struktur Mikro dan
Kekerasan Sprocket Toyota Kijang, UMS, Surakarta
Supardi, E., 1999, Pengujian Logam, Cetakan ke-2, PT. Angkasa, Bandung
Surdia, T; Chijiwa, K., 2000, Teknik Pengecoran Logam, Cetakan ke-8, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta
Tri Murtopo, 2002 Pengaruh Proses Perlakuan Panas Pada Baja Tahan Karat Produksi
Pengecoran Logam di Klaten, UMS, Surakarta
Van Vlack, L. H., 1992, Ilmu dan Teknologi Bahan, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta