Anda di halaman 1dari 9

Perubahan Nutrisi Pada Pasien Kritis.

Rangkaian kejadian yang terjadi pada kondisi "injury" bisa mempengaruhi berbagai sistem organ
tubuh, dan dapat berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Kecepatan katabolisme protein melebihi kecepatan sintesis protein, sehingga menimbulkan


imbang nitrogen negatif. Massa otot berkurang dan pada organ-organ vital terjadi degradasi
protein. Cepatnya proteolisis yang terjadi di otot menyebabkan asam amino (khususnya alanin
dan glutamin) bergeser dari perifer ke viseral untuk keperluan glukoneogenesis. Alanin adalah
asam amino utama yang digunakan untuk glukoneogenesis hepatik. Glutamin merupakan sumber
energi yang terpilih untuk sel-sel saluran cerna, sel-sel imun, dan sel-sel yang terlibat dalam
perbaikan jaringan. Glutamin juga berperan sebagai bahan untuk glukoneogenesis di ginjal dan
sintesis anti oksidan, gluthathione, di hepar. Asaam amino rantai seperti isoleusin, leusin, dan
valin juga merupakan bahan-bahan oksidatif yang penting selama sakit kritis.

Selama berlangsungnya kondisi stress, produksi glukosa endogen meningkat. Kondisi ini
merupakan efek dari meningkatnya hormon-hormon "counter-regulatory" dan sitokin yang
menstimulasi glikogenolisis dan glukoneogenesis. Substrat utama untuk glukoneogenesis adalah
gliserol (dari jaringan adiposa), alanin (dari otot rangka), dan laktat (dari jaringan perifer dan otot
rangka) (hal ini menjelaskan penurunan berat badan dari pasien kritis). Respons ini diyakini bisa
mencukupi kebutuhan glukosa dari organ tubuh seperti otak, leukosit, dan sel-sel yang terlibat
dalam reparasi jaringan.

Hiperglikemia bisa terjadi pada kondisi dimana kadar insulin dalam darah normal maupun
meningkat. resistensi insulin ini merupakan gambaran yang umum ditemukan pada kondisi
stress. Kadar glukagon pada penderita sepsis meningkat dengan nyata.

Lipolisis dipercepat dengan adanya mobilisasi gliserol dan asam lemak bebas, dan ditemukan
juga peningkatan oksidasi asam lemak.

Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi sakit kritis dan adalah :

1. Meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan protein dengan cara
menghindari kondisi starvasi.
2. Mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem otot, dan otot-otot
pernafasan.
3. Memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik dengan menggunakan
substrat khusus.
Kebutuhan energi :

Sekalipun kebutuhan energi sebesar 20-25 kkl/kgBB/hari direkomendasikan untuk pasien-pasien


sakit kritis, sejumlah data menunjukkan bahwa pemberian kalori yang lebih rendah (tidak
melebihi 25 kkl/kgBB/hari) lebih aman untuk pasien-pasien sakit kritis.

Pada pasien anak yang sakit kritis, kebutuhan kalorinya berubah seiring dengan kondisi
klinisnya. Disamping beratnya penyakit dan derajat stress, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pengeluaran energi antara lain menangis, pengambilan darah, terapi fisik, dan pengisapan pipa
endotrakeal.

Kebutuhan energi dapat dipenuhi melalui jalur enteral (nasogastrik, atau nasojejunal atau melalui
gastrostomi atau jejunostomi) atau jalur parenteral (vena perifer atau vena sentral).

Kebutuhan Protein :

Kebutuhan protein pada pasien sakit kritis dewasa kurang lebih 1,5 g/kgBB/hari. Kebutuhan bisa
meningkat sampai 2 g/kgBB/hari pada pasien trauma, luka bakar berat dan cedera kepala. Pada
pasien yang menjalani CRRT (Continuous renal replacement therapy), kebutuhan protein bahkan
bisa dinaikkan sampai 2,5 g/kgBB/hari. Jumlah nitrogen yang hilang bervariasi sesuai dengan
kondisi klinis dan selaras denga jumlah energi yang dikeluarkan berikut beratnya stress.

Kebutuhan protein pada pasien PICU bervariasi menurut usia dan kondisi klinis. Kebutuhan
protein/asam amino pada pemberian nutrisi parenteral untuk bayi cukup bulan adalah 2,5-3
g/kgBB/hari. Pada anak-anak yang lebih tua, kebutuhan asam aminonya 2-2,5 g/kgBB/hari, dan
pada pasien kritis remaja, kebutuhan proteinnya adalah 1,5-2 g/kgBB/hari. Kebutuhan asam
amino/protein yang lebih tinggi dibutuhkan pada pasien trauma dan pasien yang menjalani terapi
CRRT untuk menggantikan asam amino yang hilang melalui filter hemodialisa.
Nutrisi Enteral di Intensive Care Unit (ICU)

Sangat umum bagi pasien Intensive Care Unit (ICU) untuk membutuhkan sokongan nutrisi
karena sebagian pasien telah mengalami suatu periode sakit dengan asupan nutrisi yang buruk
dan terjadi penurunan berat badan. Pada hampir semua pasien yang sakit kritis, dijumpai
anoreksia atau ketidakmampuan makan karena kesadaran yang terganggu, sedasi, ataupun karena
intubasi jalan nafas bagian atas. Tujuan sokongan nutrisi bagi pasien sakit kritis (The American
Society for Parenteral and Enteral Nutrition) adalah :
1. Menyediakan sokongan nutrisi yang konsisten dengan kondisi medis pasien dan ketersediaan
rute pemberian nutrien.
2. Mencegah dan mengatasi defisiensi makro dan mikronutrien.
3. Menyediakan dosis nutrien yang sesuai dengan metabolism yang telah ada.
4. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan teknik pemberian nutrisi.
5. Meningkatkan outcome pasien; mengurangi morbiditas, mortalitas dan waktu penyembuhan.

Sokongan nutrisi bagi pasien sakit kritis dapat secara enteral maupun parenteral. Masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga penentuannya harus melihat dan
mempertimbangkan semua aspek yang ada kasus per kasus. Selain itu jumlah, perhitungan
kalori, jenis nutrisi, serta saat pemberian juga mempengaruhi keadaan pasien secara keseluruhan.

DEFINISI
1. Nutrisi Enteral
Pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi
diberikan melalui tube ke dalam lambung (Gastric tube/G-tube, Nasogastric Tube/NGT) atau
duodenum, atau jejunum. Dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin. Dosis
nutrisi enteral biasanya berkisar antara 14-18 kkal/ kgbb/ hari atau 60-70% dari tujuan yang
hendak dicapai
2. Nutrisi Parenteral
Nutrisi total atau tambahan melalui rute vena pada pasien yang tidak dapat mengkonsumsi
kebutuhan nutrisi sehari-hari melalui rute enteral.

NUTRISI ENTERAL
Indikasi
Pasien dengan malnutrisi berat yang akan menjalani pembedahan saluran cerna bagian bawah.
Pasien dengan malnutrisi sedang-berat yang akan menjalani prosedur mayor elektif saluran
cerna bagian atas.
Asupan makanan yang diperkirakan tidak adekuat selama >5-7 hari pada pasien malnutrisi, >7-
9 hari pada pasien yang tidak malnutrisi.

Kontraindikasi Absolut
Pasien yang diperbolehkan untuk asupan oral non-restriksi dalam waktu <7 hari
Obstruksi usus
Pankreatitis akut berat
Perdarahan masif pada saluran cerna bagian atas
Muntah atau diare berat
Instabilitas hemodinamik
Ileus paralitik

Kontraindikasi Relatif
Edema dinding usus yang signifikan
Fistula high output (>800 mL/hari)
Infus nutrisi pada proksimal anastomosis saluran cerna yang baru.

Keuntungan
Peningkatan berat badan dan retensi nitrogen yang lebih baik
Mengurangi frekuensi steatosis hepatik
Mengurangi insiden perdarahan gastrik dan intestinal
Membantu mempertahankan integritas barier mukosa usus, struktur mukosa serta fungsi dan
pelepasan hormon-hormon trofik usus.
Mengurangi risiko sepsis
Beberapa zat gizi tidak dapat diberikan parenteral, seperti: glutamin, arginin, nukleotida, serat
(dan asam lemak rantai pendek yang dihasilkannya melalui proses degradasi usus), asam lemak,
dan mungkin juga peptida.
Meningkatkan angka ketahanan hidup
Biaya lebih ringan
Erosi lubang hidung

Komplikasi
Komplikasi nutrisi enteral lebih sering terjadi pada pasien yang membutuhkan perawatan intensif
dibandingkan pada pasien yang sakitnya lebih ringan.

Komplikasi yang berhubungan dengan feeding tubes


Faring (trauma, perdarahan, perforasi ruang retrofaringeal, abses), perforasi esofagus,
pneumomediastinum, pneumothoraks, perdarahan pulmoner, pneumonitis klinis, efusi pleura,
empiema, perforasi lambung, perforasi usus Kegagalan insersi Rasa tidak enak Sinusitis
Kesalahan memasukkan tube Obstruksi tube Komplikasi bedah dari gastrotomi dan yeyunostomi
Aerofagi
Komplikasi yang berhubungan dengan cara pemberian nutrisi enteral
Infeksi nosokomial dari kontaminasi bakteri pada makanan Nausea, distensi abdomen dan rasa
tidak enak Regurgitasi atau muntah Aspirasi pulmoner Diare Pseudo-obstruksi intestinal
Interaksi dengan pengobatan enteral
Komplikasi yang berhubungan dengan isi makanan
Hiperglikemia
Azotemia
Hiperkarbia
Abnormalitas elektrolit
Defisiensi zat gizi spesifik (pada penggunaan jangka panjang)
NUTRISI PARENETRAL
Indikasi
Kegagalan percobaan nutrisi enteral dengan feeding tube usus halus dan kondisi saluran cerna
seperti yang tercantum dalam kontraindikasi nutrisi enteral
Kontraindikasi
Hiperglikemi berat, azotemi, ensefalopati, hiperosmolalitas, dan abnormalitas berat cairan dan
elektrolit.
Komplikasi
Hiperglikemi (mungkin karena fungsi imunitas yang terganggu), komplikasi akses vena (segera:
pneumothoraks, trauma vaskuler, hemothoraks; lambat: infeksi, sepsis).

BENTUK PEMBERIAN KALORI


Terdapat 3 bentuk pemberian kalori, yaitu :
1. Karbohidrat
Sebanyak 30-70% dari total kalori dapat diberikan dalam bentuk karbohidrat. Biasanya dalam
bentuk glukosa, tetapi fruktosa dan sorbitol juga digunakan. Insulin mungkin perlu untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa darah dalam batas normal, terutama karena resistensi
insulin sering timbul akibat stres tubuh.

2. Lemak
Sebanyak 20-50% dari total kalori dapat diberikan dalam bentuk lemak. Pasien sakit kritis sering
lebih banyak menggunakan lemak sebagai sumber energi daripada glukosa. Lemak juga
menyediakan asam lemak esensial yang dibutuhkan sel. Trigliserida omega-6-polyunsaturated
fatty acid (PUFA) harus diberikan untuk mencegah defisiensi asam lemak esensial (minimal 7%
total kalori). Trigliserida rantai panjang dan sedang dapat juga dipakai sebagai sumber energi;
rasio yang tepat tergantung pada jenis produk dan rute pemberian.
3. Protein
Sebanyak 15-20% dari total kalori dapat diberikan dalam bentuk protein atau asam amino,
bergantung pada rute pemberian.

Kebutuhan mikronutrien juga harus dipertimbangkan; biasanya diberikan Natrium dan Kalium
0,1 mmol/kgbb., dapat ditingkatkan jika terdapat kehilangan yang berlebihan. Elektrolit lain
seperti: magnesium, besi, tembaga, seng, dan selenium, juga dibutuhkan dalam jumlah yang
lebih sedikit. Pasien dengan suplementasi nutrisi yang lama membutuhkan pengecekan kadar
elektrolit-elektrolit ini secara periodik. Elektrolit yang sering terlupakan adalah fosfat;
kelemahan otot yang berhubungan dengan penggunaan ventilator yang lama, dan kegagalan
lepas dari ventilator, dapat disebabkan oleh hipofosfatemia. Mikronutrien lainnya adalah
vitamin-vitamin yang larut dalam air ataupun lemak. Jumlah kebutuhan yang tepat untuk
vitaminvitamin spesifik ini masih belum jelas, walau beberapa penelitian telah menunjukkan
konsentrasi yang sangat rendah dalam sirkulasi.

Beberapa Penyulit dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Beberapa penyulit, di antaranya adalah pembatasan intake cairan total, intoleransi glukosa,
fungsi ginjal yang terganggu, pengosongan lambung yang terlambat / berkurangnya absorpsi
makanan, diare, dan puasa untuk pelaksanaan beberapa prosedur.

Saat Tepat untuk Memulai Nutrisi Enteral


Para dokter sering terlalu berhati-hati dalam menentukan saat pemberian nutrisi enteral. Banyak
yang mengatakan bahwa saat yang tepat untuk memberikan nutrisi enteral adalah jika bising usus
telah terdengar; hal ini tidak tepat karena fungsi usus dapat cukup normal walaupun bising usus
tidak terdengar. Pada nutrisi enteral, hindari kalori yang berlebihan, makanan yang hanya tinggal
diserap (predigested food) dan overfeeding. Selain itu berikan makanan yang mengandung serat
dan banyak vitamin.19 Tidak ada bukti yang menyokong bahwa pemberian nutrisi enteral
hendaknya dimulai dari jumlah kecil, kecuali pada pasien yang telah kelaparan dalam waktu
lama, karena risiko sindrom refeeding. Secara umum, pemberian nutrisi enteral harus cukup
sejak awal.
Diare dapat timbul pada pemberian makanan yang berlebihan, selain karena terapi antibiotika
multipel, berkepanjangan dan tidak sesuai. Diare bukan indikasi untuk menghentikan nutrisi
enteral dan sering akan hilang jika pemberian nutrisi enteral diteruskan.
Anggapan bahwa pada pankreatitis akut tidak boleh diberi nutrisi enteral untuk mengistirahatkan
pankreas juga akhir-akhir ini dianggap tidak benar, bahkan pasien akan lebih baik jika diberi
nutrisi secara enteral. Kekurangan nutrisi enteral selama sakit kritis juga berhubungan dengan
penurunan besar dalam konsentrasi lipid bilier yang akan berangsur-angsur menjadi normal
kembali setelah nutrisi enteral selama 5 hari. Kemungkinan hilangnya stimulasi enteral pada
pasien ICU menyebabkan metabolism lipid pada hati terganggu.

IMMUNONUTRITION
Immunonutrition adalah nutrisi lengkap yang mengandung unsure protein (arginin, glutamin dan
kasein), karbohidrat (dekstrin dan fruktosa), lemak (minyak jagung dan minyak ikan), zat,
vitamin-vitamin, dan bermacam-macam mineral.
Walaupun manfaat immunonutrition cukup menjanjikan, penggunaan nutrisi tersebut masih
kontroversial. Arginin, salah satu zat dalam immunonutrition, dapat mengganggu fungsi jantung
jika diberikan dalam dosis berlebihan. Glutamin, suatu asam amino non-esensial, jika diberikan
dalam dosis besar malah dapat mengganggu saluran cerna. Dosis glutamin yang dianjurkan
adalah 0.2-5 g/kgbb./hari. Dosis ini aman, murah, dapat ditoleransi tubuh dengan baik,
meningkatkan keseimbangan nitrogen tubuh serta fungsi barier usus.
Defisiensi glutamin sering timbul pada pasien sakit kritis karena hiperkatabolisme yang terjadi.
Defisiensi glutamin dapat menyebabkan peningkatan translokasi bakteri atau toksin, risiko
sepsis, morbiditas dan mortalitas, lama rawat di ICU atau rumah sakit, serta penurunan aktivitas
makrofag pada dinding usus.Glutamin dalam dosis yang dianjurkan juga dapat menurunkan
prevalensi syok, infeksi, jumlah hari menggunakan ventilator, mortalitas, lama
Perawatan dan biaya.
Penggunaan suplementasi glutamin pada pasien ICU telah diteliti oleh Italian Society of Enteral
and Parenteral Nutrition (SINPE). Kelompok ini menyimpulkan bahwa suplementasi glutamin
aman tetapi masih belum jelas apakah melalui enteral lebih menguntungkan daripada melalui
parenteral.4 Pemberian immunonutrition bagi pasien kritis memang masih banyak diperdebatkan.
Penilaian dan pengambilan keputusan harus dilakukan dengan berbagai pertimbangan setelah
melihat kasus per kasus. Tindakan yang diberikan pun harus fleksibel jika kondisi pasien berubah
sewaktu-waktu.

PENUTUP
Pemberian nutrisi di ICU, terutama nutrisi enteral, membutuhkan penelitian mendalam lebih
lanjut sehingga hasilnya dapat lebih reliable dan mencakup berbagai aspek. Selain itu, masih
banyak kontroversi yang masih membutuhkan jawaban agar penanganan pasien ICU makin baik
yang akan menurunkan morbiditas, mortalitas, masa penggunaan ventilator, lama perawatan, dan
biaya.
Nutrisi enteral dalam banyak hal memang lebih baik daripada nutrisi parenteral tetapi harus tetap
waspada terhadap risiko komplikasi. Penghitungan atau perkiraan jumlah kebutuhan nutrisi juga
penting karena jumlah yang kurang dapat memperburuk malnutrisi yang telah dialami pasien.
Tetapi jumlah yang berlebihanpun dapat membahayakan, terutama pada pasien kritis.
Saat yang tepat untuk memulai pemberian nutrisi enteral merupakan hal penting yang
membutuhkan pertimbangan masak. Menurut penelitian terkini, pemberian awal nutrisi enteral
pada pasien yang telah teresusitasi dengan baik dan hemodinamiknya stabil, memberikan
outcome yang menggembirakan. Pemberian immunonutrition pun harus dengan penuh
pertimbangan karena jika berlebihan dapat membahayakan, terutama pada pasien kritis.
Immunonutrition yang mengandung zat-zat nutrisi yang terlalu banyak atau kompleks dapat
menimbulkan efek merugikan karena sebagian zat-zat tersebut dapat berinteraksi satu sama
lainnya dan menimbulkan efek negatif.

Anda mungkin juga menyukai