Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 04011381621176
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
REVIEW
Judul Karangan :
Penulis : Nurhidayatuloh, SHI, S.Pd, SH., LL.M.,MH. MHI dan Leni Marlina
Review :
HAM merupakan hak yang paling hakiki yang dimiliki oleh setiap manusia, HAM
merupakan pemberian dari Tuhan yang tidak dapat dingaggu gugat oleh apapun dan
siapapun. Sedangkan intisari hokum Islam ialah memelihara manusia, memberi perhatian
yang penuh terhadap manusia dan kemuliannya tanpa membedakan warna, agama, ras,
suku, dan sebagainya. HAM sendiri memiliki ranah dalam mengatur rumah tangga, di
Indonesia terdapat undang-undang tentang HAM. Namun untuk umur kawin di atur
dalam budaya, kultur, dan agama masing-masing.
Berdasarkan dari landasan HAM tersebut penulis melihat fenomena di desa
Bulungihit, Labuhan Batu, Sumatera Utara yakni mengenai banyaknya pernikahan dini
pada usia sangat muda terutama pada pihak wanita. Orang tua menganggap seorang
perempuan sudah cukup bila dapat membaca dan menulis. Lalu orang tua berpandangan
perempuan dan laki-laki dikatakan dewasa ketika mereka telah mengalami pubertas dan
memiliki ciri-ciri sekunder pubertas. Hal ini menyebabkan timbulnya beberapa dampak
diantaranya ialah pertengkaran hingga perceraian. Di desa ini mereka dapat
melangsungkan pernikahan dini resmi yang tercatat dalam catatan sipil, KUA dalam hal
ini dapat dimanipulasi oleh orang tua dengan memalsukan umur anaknya.
Faktor penyebab utama ialah pengaruh adat dan budaya, perkawinan usia muda
menjadi tradisi turun menurun dari nenek moyang di desa ini. Menikahkan anak dengan
usia muda merupakan suatu kebanggan karena anak akan terhindar dari menjadi perawan
tua. Dari sisi anak pun akan berniat menikah dini karena mereka akan dikucilkan dari
teman-temannya karena adanya kesenjangan status anatara sudah menikah dan belum
menikah. Jika tidak ada inisiatif dari sang anak maka orang tua yang akan bergerak untuk
menikahkan anak. Kenyataan-kenyataan seperti inilah yang mempengaruhi pikiran
mereka sehingga adat tersebut mendarah daging dan sulit dihilangkan.
Perkawinan di usia muda mempunyai dampak positif maupun negative yang perlu
diperhatikan ketika hendak melangsungkannya.
1. Positif
a. Anak dapat meringankan beban orang tua dari segi ekonomi karena ketika
menikah tanggung jawab tersebut adalah milik sang anak.
b. Membahagiakan orag tua karena itulah pilihan hatinya dan mereka terhindar
menjadi perawan tua dan jejaka tua.
c. Terhindar dari perbuatan zina.
d. Kesempatan untuk melahirkan lebih panjang waktunya.
2. Negatif
a. Adanya ketergantungan anak terhadap orang tua karena belum dewasanya
mereka, baik materi maupun non-materi.
b. Kurang dapat bersosialisasi.
c. Dapat mengganggu pertumbuhan kejiwaan seorang ibu karena belum dewasa.
d. Kebahagiaan dan keharmonisan keluarga tidak terwujud seperti yang diinginkan
karena gampangnya terjadi perselisihan.
e. Dari segi ilmu kedokteran, anak pada usia muda belum siap secara biologis untuk
mengandung karena belum terbentuk dengan sempurna, sehingga rawan terjadi
penyakit.
HAM dalam hal ini DUHAM tidak membatasi umur kawin sesorang, namun di
Indonesia pembatasan umur pernikahan ialah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi
perempuan. Anak memiliki haknya sendiri yang di atur dalam pasal 61 undang-undang
tentang HAM, menikahkan anak di bawah umur sama halnya mengeksploitasi anak
karena ia tidak bisa mendapatkan haknya dan kehilangan masa kanak-kanaknya.Usia
ideal menurut kesehatan KB, usia antara 20-25 tahun bagi perempuan dan 25-30 bagi
laki-laki. Perkawinan di usia yang terlalu muda menimbulkan banyak dampak negatif
hingga akhirnya terjadi perceraian sehingga tidak tercapainya tujuan perkawinan
seharusnya.
Sebagai penutup dari tulisan ini dapat dikemukakan bahwa fenomena perkawinan
pada usia muda di desa Bulungihit, Labuhan Batu, Sumatera Utara terjadi terutama pada
pihak wanita dan disebabkan karena pengaruh adat yang dominan. Orang tua terlalu
menganggap remeh perkawinan dan tidak memandang hak anaknya sebagai anak.
Berkenaan dengan HAM hal ini adalah suatu pelanggaran dalam bentuk eksploitasi anak.
Oleh karena itu negara dapat menindak tegas kejadian tersebut.