Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI ISLAM

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN GLOBALISASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Islam Yang Dibimbing Oleh

Arista Fauzi Kartika Sari,S.Pd, M.SA.

Oleh :

Nur Lailatul Jamilah (21401082001)

Cahyani Nurlela (21401082015)

Sarce (21401082025)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

APRIL 2017
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika bisnis merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang
dilupakan banyak orang, padahal melalui etika bisnis inilah seseorang dapat
memahami suatu bisnis persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap
manis, menjaga sopan santun, berpakaian yang baik sampai bertutur kata semua
itu ada meaning nya. Bagaimana era global ini dituntut untuk menciptakan suatu
persaingan yang kompetitif sehingga dapat terselesaikannya tujuan dengan baik,
kolusi, korupsi, mengandalkan koneksi, kongkalikong menjadi suatu hal yang
biasa dalam tatanan kehidupan bisnis, yang mana prinsip menguasai medan dan
menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan menjadi suatu hal yang
lumrah, padahal etikanya tidak begitu.
Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan
system ekonomi serta sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk
didalamnya barangbarang, jasa, modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya
yang diperdagangkan dan saling berpindah dari satu negara ke negara lain. Proses
ini mempunyai beberapa komponen, termasuk didalamnya penurunan rintangan
perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia, kreasi komunikasi global dan
system transportasi seperti internet dan pelayaran global, perkembangan
organisasi perdagangan dunia (WTO), bank dunia, IMF, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
a. Bagimana kerangka konseptual etika bisnis islam?
b. Bagaimana etika bisnis dalam era globalisasi?
PEMBAHASAN

A. Kerangka Konseptual Etika Bisnis Islam


Etika bisnis Islam merupakan etika bisnis yang mengedepankan nilai-nilai
Al Quran. Oleh karena itu, beberapa nilai dasar dalam etika bisnis Islam yang
disarikan dari inti ajaran Islam itu sendiri adapun prinsip-prinsip etika bisnis
tersebut adalah, antara lain :
1. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep
tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik
dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen,
serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi,
dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka
etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk
suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.
Jika konsep tauhid diaplikasikan dalam etika bisnis, maka seyogyanya,
seorang pengusaha muslim tidak akan :
a. Berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli, atau
siapapun dalam bisnis atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin atau
agama.
b. Dapat dipaksa untuk berbuat tidak etis, karena ia hanya takut dan cinta
kepada Allah swt. Ia selalu mengikuti aturan prilaku yang sama dan
satu, dimanapun apakah itu di masjid, ditempat kerja atau aspek
apapun dalam kehidupannya.
c. Menimbun kekayaan dengan penuh keserakahan. Konsep amanah atau
kepercayaan memiliki makna yang sangat penting baginya karena ia
sadar bahwa semua harta dunia bersifat sementara dan harus
dipergunakan secara bijaksana.
2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan
melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk
membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang,
yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta
untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu
dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena
kunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan. Al-Quran memerintahkan
kepada kaum muslimin untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang
benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan
takaran dan timbangan.
3. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu
dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong
manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang
dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan
pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap
individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.
4. Tanggungjawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh
manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan
akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu
mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan
erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas
dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.
5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan
dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.
Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku
benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh
komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan
berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak
yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
Menurut al Ghazali, terdapat enam bentuk kebajikan :
a. Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus
memberikannya dengan mengambil keuntungan sesedikit mungkin.
Jika sang pemberi melupakan keuntungannya, maka hal tersebut akan
lebih baik baginya.
b. Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik
baginya untuk kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih
dari harga sebenarnya.
c. Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus
bertindak secara bijaksana dengan member waktu yang lebih banyak
kepada sang peminjam untuk membayara hutangnya
d. Sudah sepantasnya bahwa mereka yang ingin mengembalikan barang-
barang yang sudah dibeli seharusnya diperbolehkan untuk
melakukannya demi kebajikan
e. Merupakan tindakan yang baik bagi si peminjam untuk
mengembalikan pinjamannya sebelum jatuh tempo, dan tanpa harus
diminta
f. Ketika menjual barang secara kredit, seseorang harus cukup bermurah
hati, tidak memaksa orang untuk membayar ketika orang belum
mampu untuk membayar dalam waktu yang sudah ditetapkan.

Rasululah SAW sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika


bisnis yang dijadikan sebagai prinsip, di antaranya ialah:

1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam,
kejujuran merupakan syarat paling mendasar dalam kegiatan bisnis.
Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis.
Dalam hal ini, beliau bersabda:Tidak dibenarkan seorang muslim menjual
satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya (H.R. Al-
Quzwani). Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami (H.R.
Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau
melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan
barang baru di bagian atas.
2. Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut
Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya,
sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi
juga berorientasi kepada sikap taawun (menolong orang lain) sebagai
implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung
material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang
lain dengan menjual barang.
3. Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw sangat intens melarang
para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis
Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah bahwanya saya
mendengar Rasulullah saw bersabda, Sumpah itu melariskan dagangan
tetapi menghapuskan keberkahan. Praktek sumpah palsu dalam kegiatan
bisnis saat ini sering dilakukan, karena dapat meyakinkan pembeli, dan pada
gilirannya meningkatkan daya beli atau pemasaran. Namun, harus disadari,
bahwa meskipun keuntungan yang diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya tidak
berkah.
4. Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan
bisnis. Nabi Muhammad Saw mengatakan, Allah merahmati seseorang yang
ramah dan toleran dalam berbisnis (H.R. Bukhari dan Tarmizi).
5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain
tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad, Janganlah
kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan
penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar
menarik orang lain untuk membeli).
6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.
Nabi Muhammad Saw bersabda, Janganlah seseorang di antara kalian
menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain
(H.R. Muttafaq alaih).
7. Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang
dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan
keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis
semacam itu.
8. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan
yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: Celakalah
bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi ( QS. 83: 112).
9. Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah,
Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari
mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang
hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang.
10. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad Saw
bersabda, Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya.
Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-
tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.

Perusahaan
Perusahaan ialah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses
produksi barang atau jasa. Hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia
tidak bisa digunakan secara langsung dan harus melewati sebuah proses di
suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan ialah tempat melakukan proses
sampai bisa langsung digunakan oleh manusia. Untuk menghasilkan barang
siap konsumsi, perusahaan memerlukan bahan bahan dan faktor pendukung
lainnya, seperti bahan baku, bahan pembantu, peralatan dan tenaga kerja.
Untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu serta tenaga kerja
dikeluarkan sejumlah biaya yang disebut biaya produksi (Abiyoga, 2012).
Hasil dari kegiatan produksi adalah barang atau jasa, barang atau jasa
inilah yang akan dijual untuk memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan.
Jika hasil penjualan barang atau jasa lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
maka perusahaan tersebut memperoleh keuntungan dan sebalik jika hasil
jumlah hasil penjualan barang atau jasa lebih kecil dari jumlah biaya yang
dikeluarkan maka perusaahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan
demikian dalam menghasilkan barang perusahaan menggabungkan beberapa
faktor produksi untuk mencapi tujuan yaitu keuntungan (Ramdhan, 2010).
Perusahaan merupakan kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan
barang atau jasa. Perusahaan juga disebut tempat berlangsungnya proses
produksi yang menggabungkan faktor faktor produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa. Perusahaan merupakan alat dari badan usaha untuk mencapai
tujuan yaitu mencari keuntungan. Lembaga yang melakukan usaha pada
perusahaan disebut pengusaha, para pengusaha berusaha dibidang usaha yang
beragam (Anonim , 2012).

Peran dan Manfaat Etika


Seorang manusia akan menyelaraskan segala tindak-tanduk dan
tingkahlaku menurut etika yang berlaku di lingkup dia bertempat tinggal dan
atau bekerja. Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup sebebas-bebasnya
karena manusia hidup dalam suatu konstelasi tingkahlaku standar, religi,
norma, nilai moralitas, dan hukum yang mengatur bagaimana seseorang harus
bertindak dan mengendalikan semangat kebebasan (freedom) serta tunduk
terhadap etika yang disepakati secara luas.
Standar moral yang dikenakan atas orang per orang dianggap menghalangi
kebebasan individu (Lukes, 1973). Menurut paham sosialis, kebebasan
dianggap sebagai pemerataan pembagian kekuasaan dan tentunya juga
kebebasan. Istilahnya, kebebasan tanpa kesetaraan adalah serupa dengan
penjajahan oleh mereka yang berkuasa.
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-
salah, baik-buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat aturan-aturan
moral yang dibuat untuk dipatuhi guna kelangsungan hidup suatu perusahaan
agar dapat berjalan dengan semestinya sesuai dengan yang telah diharapkan.
Peran etika bisnis bagi perusahaan dapat dilihat pada :
Nilai-nilai Perusahaan
Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi
dan misi perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai
perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan. Walaupun nilai-
nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam merumuskannya
perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis
dari masing-masing perusahaan. Nilai-nilai perusahaan yang universal
antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur.
Pedoman Perilaku
Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika
bisnis dalam melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ
perusahaan dan semua karyawan perusahaan; Pedoman perilaku
mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan
penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan
informasi, dan pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.
Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara
kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi
pemegang saham, angggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta
karyawan perusahaan; Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan harus
senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan diatas
kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga, maupun pihak lainnya;
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan
dilarang menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan atau keuntungan
pribadi, keluarga dan pihak-pihak lain; Dalam hal pembahasan dan
pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan,
pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta; Pemegang saham
yang mempunyai benturan kepentingan harus mengeluarkan suaranya
dalam RUPS sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemegang saham
yang tidak mempunyai benturan kepentingan; Setiap anggota Dewan
Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan yang memiliki
wewenang pengambilan keputusan diharuskan setiap tahun membuat
pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan terhadap setiap
keputusan yang telah dibuat olehnya dan telah melaksanakan pedoman
perilaku yang ditetapkan oleh perusahaan.
Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi
Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan
dilarang memberikan atau menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun
tidak langsung, kepada pejabat Negara dan atau individu yang mewakili
mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan; Setiap
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan
dilarang menerima sesuatu untuk kepentingannya, baik langsung ataupun
tidak langsung, dari mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan; Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset
perusahaan kepada partai politik atau seorang atau lebih calon anggota
badan legislatif maupun eksekutif, hanya boleh dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang- undangan. Dalam batas kepatutan sebagaimana
ditetapkan oleh perusahaan, donasi untuk amal dapat dibenarkan; Setiap
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan
diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak memberikan sesuatu
dan atau menerima sesuatu yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan.
Kepatuhan terhadap Peraturan
Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan; Dewan
Komisaris harus memastikan bahwa Direksi dan karyawan perusahaan
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan;
Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan modal
secara benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kerahasiaan Informasi
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan
perusahaan harus menjaga kerahasiaan informasi perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, peraturan perusahaan dan
kelaziman dalam dunia usaha; Setiap anggota Dewan Komisaris dan
Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan dilarang
menyalahgunakan informasi yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk
tetapi tidak terbatas pada informasi rencana pengambil-alihan,
penggabungan usaha dan pembelian kembali saham; Setiap mantan
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan, serta
pemegang saham yang telah mengalihkan sahamnya, dilarang
mengungkapkan informasi yang menjadi rahasia perusahaan yang
diperolehnya selama menjabat atau menjadi pemegang saham di
perusahaan, kecuali informasi tersebut diperlukan untuk pemeriksaan dan
penyidikan sesuai dengan peraturan perundang undangan, atau tidak lagi
menjadi rahasia milik perusahaan.
Pelaporan terhadap pelanggaran Pedoman Perilaku
Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan bahwa
pengaduan tentang pelanggaran terhadap etika bisnis dan pedoman
perilaku perusahaan diproses secara wajar dan tepat waktu; Setiap
perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin perlindungan
terhadap individu yang melaporkan terjadinya pelanggaran terhadap etika
bisnis dan pedoman perilaku perusahaan. Dalam pelaksanannya, Dewan
Komisaris dapat memberikan tugas kepada komite yang membidangi
pengawasan implementasi GCG.
Berikut ini merupakan manfaat etika bisnis yang baik dijalankan oleh
perusahaan-perusahaan maupun organisasi :
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Dapat menciptakan persaingan yang sehat antar perusahaan maupun
organisasi
5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
6. Guna menghindari sifat KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ) yang
dapat merusak tatanan moral
7. Dapat mampu menyatakan hal benar itu adlah benar
8. Membentuk sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dengan
golongan pengusaha lemah
9. Dapat konsekuen dan konsisten dengan aturan-aturan yang telah
disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang
telah dimiliki.

B. Etika Bisnis di Era Globalisasi


Bisnis merupakan sebuah kegiatan yang telah mengglobal. Setiap sisi
kehidupan diwarnai oleh bisnis. Dalam lingkup yang besar, Negara pastinya
terlibat dalam proses bisnis yang terjadi. Tiap-tiap Negara memiliki sebuah
karakteristik sumber daya sendiri sehingga tidak mungkin semua Negara merasa
tercukupi oleh semua sumber daya yang mereka miliki. Mulai dari ekspedisi
Negara Eropa mencari rempah-rempah di Asia sampai perdagangan minyak
Internasional merupakan bukti bahwa dari dulu sampai sekarang sebuah Negara
tidak dapat bertahan hidup tanpa keberadaan bisnis dengan Negara lainnya.
Dewasa ini, pengaruh globalisasi juga menjadi faktor pendorong terciptanya
perdagangan internasional yang lebih luas. Kemajemukan ekonomi dan sistem
perdagangan berkembang menjadi sebuah kesatuan sistem yang saling
membutuhkan. Ekspor-Impor multinasional menjadi sesuatu yang biasa.
Komoditi nasional dapat diekspor menjadi pendapatan Negara, serta produk-
produk asing dapat diimpor demi memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Setiap Negara terus mengeksplorasi bisnis ke luar negeri selain untuk
mendapatkan yang mereka inginkan, juga menaikkan tingkat ekonomi yang ada.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Bisnis multinasional merupakan kesempatan untuk
meraih pundi-pundi uang demi meningkatkan tingkatan ekonomi, terutama
Negara berkembang yang rata-rata memiliki nilai tukar mata uang yang rendah.
Developing country mendapat keuntungan dengan kemudahan untuk mengekspor
barang domestiknya ke luar dan kemudahan untuk mendapatkan investor asing
sebagai penanam dana bagi usaha-usaha dalam negeri. Sedangkan developed
country lebih mudah dalam mendapatkan barang/jasa yang mereka inginkan.
Ada kesempatan yang terbuka lebar maka pasti ada persaingan untuk
mendapatkannya. Berikut ini ada dua macam keuntungan yang dapat digunakan
sebagai modal untuk meraih keberhasilan:
a. Keuntungan absolut, disaat sebuah Negara dapat memproduksi sesuatu
produk yang lebih murah dan/atau kualitas yang lebih tinggi dari Negara lain.
Contohnya Indonesia memiliki keunggulan karena memiliki kekayaan alam
yang berlimpah seperti minyak. Sehingga Indonesia dapat menjual minyak
lebih murah.
b. Keuntungan komparatif, disaat sebuah Negara memproduksi barang dengan
lebih efisien atau lebih baik daripada Negara lain yang memproduksi barang
yang sama. Contohnya produsen mobil sport Ferrari dalam penggunaan
teknologi terpadu pada pembuatan mobil balap.
Tidak semua kesempatan bisnis global dapat langsung digunakan.
Terdapat beberapa halangan yang dapat menghadang perdagangan internasional
seperti perbedaan sosial dan budaya, perbedaan ekonomi dan perebedaan hukum
dan politik. Perusahaan harus mampu menyikapi barriertersebut
Selain sosial budaya, ekonomi dan hukum-politik, yang perlu diperhatikan
oleh perusahaan adalah Etika Bisnis. Etika bisnis adalah perilaku baik atau buruk
berdasarkan kepercayaan perseorangan dan norma sosial dengan membedakan
antara yang baik dan yang buruk. Kode Etik yang ada bersumber dari pandangan
anak-anak ke perilaku orang dewasa, pengalaman, perkembangan nilai serta
moral, dan pengaruh kawan.
Tujuan diciptakanya kode etik adalah:
1. Meningkatkan kepercayaan publik pada bisnis.
2. Berkurangnya potensial regulasi pemerintah yang dikeluarkan sebagai
aktivitas kontrol.
3. Menyediakan pegangan untuk dapat diterima sebagai pedoman.
4. Menyediakan tanggungjawab atas prilaku yang tak ber-etika.
Tanggung jawab sosial juga merupakan juga hal yang penting. Tanggung
jawab sosial adalah sebuah konsep dimana sebuah perusahaan terhubung dengan
sosial dan lingkungan sekitar dalam hal proses bisnis dan interaksi perusahaan
dengan stakeholdernya. Tanggung jawab sosial dunia bisnis tidak saja berorientasi
pada komitmen sosial yang menekankan pada pendekatan kemanusiaan, belas
kasihan, keterpanggilan religi atau keterpangilan moral, dan semacamnya, tetapi
menjadi kewajiban yang sepantasnya dilaksanakan oleh para pelaku bisnis dalam
ikut serta mengatasi permasalahan sosial yang menimpa masyarakat.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Islam etika dan bisnis merupakan satu kesatuan utuh yang tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan ajaran Islam yang
bersifat syumul yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.Hubungan
bisnis dengan etika dalam Islam tak ubahnya kesatuan antara urat dan daging.
Landasan yang mendorong prilaku bisnis hendaknya didasarkan tidak
hanya karena rasa takut pada sebuah pemerintahan, tidak juga hanya karena hasrat
menumpuk kekayaan , tetapi lebih dari itu, seorang pebisnis hendaknya
menyandarkan prilakunya semata-mata karena rasa takut kepada Allah dalam
usah mencari ridhanya. Sehingga bisnis yang ideal dalam Islam, adalah bisnis
yang mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajiban, mempu menciptakan
rasa keadilan dan memenuhi tuntutan kebajikan dan keluhuran budi. Oleh karena
itu, pebisnis muslim harus tunduk kepada aksioma (nilai dasar) etika bisnis Islami
yang mencakup tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, tanggungjawab, dan
kebenaran.
Dalam kehidupan bermasyarakat, dikenal nilai-nilai dan norma-norma
etis. Begitu juga pada dunia bisnis pada umumnya. Bisnis perlu mengenal dan
memperhatikan etika. Dalam dunia persaingan yang ketat, bisnis yang berhasil
adalah bisnis yang memprhatikan nilai-nilai moral. Jadi antara etika dan bisnis
ada relevasinya. Adanya persaingan yang ketat antara pelaku usaha dan adanya
prinsip ekonomi untuk memperoleh kaentungan sebesar-besarnya, membuat para
pelaku bisnis bertindak tidak jujur.
REFERENSI

Rivai, V., Nuruddin, A., & Arfa, F. A. (2012). Islamic Business and Economic Ethics.
Jakarta: Bumi Aksara.

Beekun, R. I. (1997). Islamic business ethics (No. 2). International Institute of Islamic
Thought (IIIT).

Harahap, S. S., & Mandala, H. M. (1997). Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara. ISO
690

Qardhawi, Y. (1997). Daurul Qiyam wa al-Akhlak fi al-Iqtishad al-Islami (PeranNilai


dan Moral dalam Perekonomian Islam), terj. Didin Hafidhuddin et al., Jakarta.

Bertens, K. (2000). Pengantar etika bisnis. Kanisius.

Djakfar, M. (2007). Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. ISO 690

Anda mungkin juga menyukai