NIM : F1D014048
Saat mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priok pada September tahun lalu, Jokowi telah
menginstruksikan dwelling time paling lama 3 hari. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Menteri Indroyono lantas menjelaskan soal proses dwelling time, dari waktu izin
bongkar, lalu barang masuk dari kapal dan mengurus izin, kemudian kapal
tersebut mengirim dokumen ke sistem Indonesia National Single Window (INSW),
sampai akhirnya keluar persetujuan dan barang keluar dari pelabuhan.
Masih tak puas, Jokowi pun mengulangi pertanyaan yang sama, "Iya saya
mengerti. Saya 28 tahun di (bidang) ini. Siapa yang paling lama mengurus, baik
impor maupun ekspor?"
Indroyono memaparkan, Kalau impor kan ada timeline atau jalur merah.
Barangnya macam-macam. Masuknya itu baru datang, baru minta izin. Supaya
bea cukai berlama-lama dan tidak kelihatan. Itu di jalur merah. Ada jalur kuning
dan hijau."
Dengan nada semakin tinggi, Jokowi pun menyela penjelasan Indroyono, Lalu
untuk barang umum dan harian bagaimana? Saya minta yang paling lama.
Jangan dibilang bagus, tapi nyatanya dwelling time kita dibanding negara lain
jauh lebih lama. Kalau bea cukai, ya disampaikan, kalau Kementerian
Perdagangan, ya disampaikan."
"Dwelling time masih 5,5 hari. Ya paling tidak bisa dipersingkat jadi 4,7 hari. Tapi
5,5 hari itu kita enggak tahu benar apa tidak," kata Jokowi dengan wajah
menahan emosi.
source: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150617134814-92-
60576/target-dwelling-time-tak-tercapai-jokowi-ngamuk-di-pelabuhan/
(gen)
NIM : F1D014048
Dwelling time atau waktu tunggu di pelabuhan sekarang menjadi kasus yang sedang
hangat di media. Molornya waktu perizinan bongkar muat di pelabuhan menjadi sorotan
berbagai pihak termasuk presiden Jokowi. Molornya waktu tunggu ini diakibatkan terdapat
ketidaksesuaian prosedur dalam pengurusan perizinan di tahap pre-clearance. Selain itu
adanya sistem pelayanan satu atap, tetapai tidak semua instansi berada ditempat
menyebabkan para pengusaha masih datang ke kantor kementrian untuk mengurus izin. Dari
segi hukum sistem pelayanan satu atap, menyebabkan oknum-oknum memanfaatkann hal ini
dengan meminta uang supaya izinnya cepat. Selain itu hal ini mengakibatkan pengusaha
memberi uang suap kepada oknum terkait, dan penyalahgunaan jabatan yang mengarah pada
tindak korupsi. Dari segi ekonomi, baik ekonomi mikro ataupun makro kasus dwelling time
menyebabkan barang impor tidak terkendali di pasar, sehingga perekonomian lokal menjadi
lesu yang diakibatkan produk lokal kalah saing dengan produk impor. Ini juga mengakibatkan
jumlah impor lebih besar dibanding jumlah ekspor. Selain itu kasus dwelling time dapat
menyebabkan masalah politik di Indonesia, karena masyarakat dapat menganggap pemerintah
tidak pro terhadap pengusaha lokal, masyarakat juga resah dengan kenaikan barang-barang
lokal, dan juga pedangang keberatan dengan barang-barang impor yang mengakibatkan
protes dan demo. Kasus dwelling time ini harus segera diseleseikan oleh pemerintah, karena
akan ada banyak efek yang ditimbulkan dari dwelling time. Pemerintah wajib menindak tegas
para oknum yang ikut bermain di dwelling time ini.