Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif
serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan.
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada
abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati
beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan
yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik
kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan yang
tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan
merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka
dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada suatu
wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian
Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periode-
periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan
waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian
berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa
batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi.
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku
kata, yaitu kata strati berasal dari kata stratos, yang artinya perlapisan
dan kata grafi yang berasal dari kata graphic/graphos, yang artinya

1
gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat
dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang
lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan
di alam dalam ruang dan waktu.

B. TUJUAN
1. Agar mahasiswa lebih mengenal proses pembentukan batuan sedimen.
2. Mengetahui lapisan lapisan setiap zaman dipermukan bumi.
3. Memahami serta mengetahu proses dan ukuran butiran material yang
dapat terendapkan dalam aliran deras maupun aliran tenang.

BAB II
PEMBAHASAN

2
1. BATUAN SEDIMEN
SEDIMENTATION AND SEDIMENTARY ROCKS

INTRODUCTION

A. Definisi batuan sedimen: batuan yang terjadi dari pembatuan atau


litifikasi dari fragmen/hancuran batuan lain, sisa organisme atau hasil
reaksi kimia/presipitasi dari suatu larutan

B. Mengapa batuan sedimen penting??

i) 75% dari batuan yang tersingkap dipermukaan bumi adalah batuan


sedimen
ii) Sumber dari bahan bakar organic (FOSSIL FUELS), bijih besi, biji
halumunium dan air tanah
iii) Merekam sejarah bumi

C. Batuan sedimen ini diklasifikasikan menurut beberapa kriteria sebagai


berikut:

1. Menurut Genesa/Pembentukannya
a. Batuan sedimen klastik/mekanik
Batuan sedimen ini adalah batuan yang terbentuk karena proses
mekanik sehingga tidak merubah susunan kimia batuaan awalnya.
Contohnya batuan di hulu pegunungan terangkut oleh air lewat sungai
lalu hanur menjadi butiran lebih kecil dan mengendap di wilayah hilir
dalam bentuk pasir atau kerikil. Contoh batuan sedimen klastik adalah
breksi, konglomerat dan batupasir.
b. Batuan sedimen kimia
Batuan sedimen ini terbentuk dari adanya reaksi kimia batuan
dengan air. Air melarutkan butiran-butiran batuan sebelumnya seperti
yang terjadi di daerha karst atau kapur: stalaktit, stalagmit dan pilar.
c. Batuan sedimen organik

3
Batuan sedimen ini merupakan akumulasi dari bahan organik
atau mahluk hidup baik itu hewan maupun tumbuhan. Contoh:
batubara dan batukarang.

Sedimen Batupasir

2. Menurut Tenaga Pengangkutnya


a. Batuan sedimen akuatik
Batuan ini diangkut oleh media air baik di darat maupun laut,
contohnya: konglomerat, batupasir, batu karang.
b. Batuan sedimen eolian
Batuan ini diangkut oleh angin contohnya: tanah pasir, batu jamur.
c. Batuan sedimen glasial
Batuan ini diendapkan oleh erosi es/gletser, contohnya: Morena.

4
Sedimen Konglomerat di sungai

3. Menurut Lokasi Pengendapan


a. Batuan sedimen teristris
Batuan ini diendapkan di wilayah daratan, contohnya: tuff, batupasir,
tanah loss.
b. Batuan sedimen fluvial
Batuan ini diendapkan di laut atau muara, contohnya: karang dan
garam.
c. Batuan sedimen limnis
Batuan ini diendapkan di wilayah danau atau rawa, contohnya: tanah
gambut.
d. Batuan sedimen glasial
Batuan ini diendapkan di wilayah es/pegunungan es, contohnya:
morena.

5
Endapan Batu Bara

2. LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN KLASIFIKASI


a) Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen
beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya
mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972).
Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen
yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam
memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk
pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria
yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya
struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan
dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data
struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah
aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu
beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan
bawah suatu lapisan.

6
Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau
tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis
tidak rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk
lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan
ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman
lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang
kerang, tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi
geografi purba dimana pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia
dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein
dan Sloss, 1963)
Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat
terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan
biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi,
dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan
endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan
glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan
transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut
seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut
adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal.
Contoh
Lingkungan Pengendapan Pantai
Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang laut
Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan
Proses Biologi : Burrowing
Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai,
sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur

7
dan mineralogy.

b) Parameter Lingkungan Pengendapan


Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan
pengendapan.
1. Elemen fisik
1.1 Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang
diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air;
suhu; dan kelembapan.
1.2 Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari
angin, air dan es; air hujan; dan hujan salju.
2. Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan
oksigen yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan
pengendapan.
3. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan
untuk meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan
tanaman, penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan
pengambilan dari silica dan kalsium karbonat yang berbentuk material rangka.
Dan kehadiran dari sisa organism disebut sebagai material pengendapan.

c) Proses Sedimentasi dan Produknya


Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika,
kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan
karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal
tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah
kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan
karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan
suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.
Proses Pengendapan Di Air Dan Darat

8
Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan
berakhir di air hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, beberapa
dikarenakan oleh aliran sungai. Ini juga termasuk timbunan di danau dan
delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini dapat diamati dalam
berbagai bentuk walaupun ada beberapa aspek pengendapan yang tidak
sempurna. Kemungkinan ini digunakan untuk mengklasifikasikan cara utama
dimana material mengendap karena perpindahan air.
Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh
arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan
dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju puncaknya. Selama
arus bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya akan menurun dan
semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial
atau kipas aluvial. Endapan akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan
sering dijumpai pada derah yang luas dan dalam. Banyak material sedimen
ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk di daerah
tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari formasi
alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan
yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial
selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk
bongkahan] di puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus
berlanjut tanpa adanya pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl
akan tererosi sendirinya.
Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses
pengendapan. Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah
volume pengangkatan material sedimennya. Natural leeves akan terbentuk
pada saluran sungai dan pada saat itu juga air meluap, mengisi area lain
disetiap sampingnya dimana proses pengendapannya lambat. Area ini lebih
dikenal sebagai alluvial / plain. Timbunan material di area tersebut juga akan
terstratigrafikan.

9
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang
kering / terisi air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah
dimana ketika air meluap membawa banyak material. Jika pergerakan bumi
mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan akan menjadi seimbang
dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama.
Material akan terstratigrafikan, namun banyak juga yang hilang. Material
tersebut bervariasi, biasanya mencakup lapisan garam dan gypsum. Sungai
mengalir menuju danau dan membawa timbunan kemudian menuju delta dan
laut.
Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu :
1. Zona pantai
2. Zona dangkalan
3. Zona laut dalam
Material pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara, sejak
timbul di garis pantai dan akan berubah secara tetap. Material ini didominasi
oleh materioal kasar [pasir dan kerikil].
Transportasi
Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang
diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya
gravitasi. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara,
yaitu
a. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada
dasar sungai.
c. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar
sungai.
d. Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan
bercampur dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.
e. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk

10
larutan kimia.

Sedimentasi
Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai
tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga
angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih
berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih
halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan
ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai,
karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang
cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan
besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin
kecil, material yang diendapkanpun semakin halus.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan
oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan.
Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama
kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu
tempat dengan tempat lain akan berbeda.

Pengendapan oleh air laut


Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan
oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan
oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir
merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari
material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi
tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus
pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi
perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke
laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi

11
pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang
ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus
pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit
terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).
Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam
hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk
pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila
terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin
mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga
terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang
alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula
berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh
gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan
juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang
semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

1. Deposisi
Pengendapan Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan energi
dan terjadi pada waktu yang relatif singkat. Endapan tersusun atas butiran
butiran mineral. Dapat juga menghasilkan endapan kimia pada kondisi yang
berbeda.

2.Litifikasi
Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.
a. Kompaksi - Squeezing out of water.
b. Sementasi - Precipitation of chemical cement from trapped water and

12
circulating water.
c. Rekristalisasi-Growth of grains in response to new equilibrium conditions

d) Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi


Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan
pengendapan, mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan
pengertian yang tepat dari lingkungan pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya,
lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang
menunjukkan sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein
dan Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia,
dan biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan
mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk
pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].
Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan
pada kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan
pengendapan mengarah pada unit geomorfik dimana terjadi pengendapan.
Lingkungan ini dibentuk dari parameter khusus fisika, kimia, dan biologi yang
sesuai terhadap unit geomorfik dari geometri dan ukuran partikular. Proses ini
akan mengoperasikan tingkat dan ntensitas yang menghasilkan tekstur khas,
struktur, dan sifat lainnya, sehingga pengendapan yang khusus akhirnya
terbentuk. Sebagai contohnya, pantai akan mempertimbangkan unit geomorfik
dari ukuran dan bentuk tertentu, proses fisika tertentu [gelombang dan
aktivitas arus], proses kimia [solusi dan presipitasi], dan proses biologi
[penggalian, sedimen ingestion, dan aktivitas serupa] yang terjadi untuk
menghasilkan badan pasir pantai yang khas oleh partikular geometri, tekstur

13
dan struktur sedimen, dan mineralogi.
Fasies menunjukkan unit stratigrafi yang mengacu pada aspek litologi,
struktural, dan karakter organisme yang dapat dikenali di lapangan.
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika,
kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan
karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal
tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah
kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan
karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan
suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan
Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu
kenyataan mengenai kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan pada
setting lingkungan yang berbeda. Hal tersebut sering terjadi sehingga akan
membuat suatu penyajian lingkungan yang khas pada suatu dasar fasies
pengendapan tunggal. Sebagai contohnya, perlapisan silang siur dari batupasir
dapat dibentuk karena transportasi angin dan air. Jika terendap pada air,
mereka akan terbentuk pada suatu pantai, sungai, pada saluran pasang surut,
pada dangkalan samudera, atau pada lingkungan yang lain dimana proses
traksi dapat berlangsung. Interpretasi lingkungan akan dapat kita kuasai jika
kita mampu mempelajari hubungan fasies dengan urutan yang benar
dibandingkan dengan fasies tunggal. Hubungan suatu fasies dapat digagaskan
dalam pembagian grup fasies yang terjadi secara bersama sama yang
selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada
perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan
terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar,
daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem
sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar
benar memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan
derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan adanya aplikasi dari prinsip

14
stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena kontak derajat
atau penggambaran batas dari pendekatan lateral. Sementara itu, hubungan
fasies karena kenaikan atau akibat erosi perbatasan yang mungkin dapat
menggambarkan lingkungannya ataupun tidak, pada pendekatan lateral. Pada
kenyataannya, fasies karena kontak erosi umumnya menandakan perubahan
dari kondisi pengendapan dan menjadi permulaan siklus sedimentasi yang
baru. Fasies di dalam hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu
cara pengacakan yang nyata atau mungkin menunjukkan pola tertentu dari
perubahan vertikal. Dua tipe umum dari perubahan fasies vertikal yaitu
Coarsening Upward Sequence dan Fining Upward Sequence.
Coarsening-upward sequences menunjukkan adanya penambahan kenaikan
ukuran butir dari dasar erosi atau kenaikannya. Hal ini menunjukkan
peningkatan energi arus pengendapan.
fining-upward sequences sendiri merupakan kebalikannya, yaitu ukuran
butir akan semakin halus dari puncak erosinya. Menunjukkan penurunan
energi arus pengendapan

e) Dasar-dasar Analisis Lingkungan


Pengenalan lingkungan sedimen didasarkan pada dua kriteria pokok:
1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer
a. Kriteria fisik
- Geometri unit fasies, menunjukkan bentuk 3 dimensi dari tubuh sedimen,
antara lain:
bentuk equidimensional, seperti lembaran atau selimut, prisma
bentuk elongate, seperti pods, rebbon atau shoestring, dendroids (Potter,
1962).
- litologi, unit sedimen gross litologi merupakan indicator lingkungan

15
pengendapan yang sangat umum. Contohnya, tend batugamping menjadi
deposit karena suhu hangat. shelves laut dangkal.
- asosiasi fasies menyamping dan vertikal, hubungannya dengan pengamatan
outcrop atau penentuan data bagian permukaan, sangat penting untuk
membedakan lingkungan
- struktur sedimen, penting untuk indikator lingkungan karena dibentuk oleh
proses pengendapan, terutama yang terbentuk di lingkungan pengendapan.
b. Kriteria geokimia
Komposisi unsur utama batuan sedimen silisiklastik berfungsi sebagai
komposisi kimia partikel silisiklastik yang membentuk batuan.
c. Kriteria biologi
Digunakan untuk rekonstruksi paleoenvironmental, fosil adalah salah satu
yang sangat berguna.
2. Kriteria berdasarkan kenampakan sedimen
a. Kenampakan ukuran dari log sumur mekanik, meliputi resistivity, sonic
velocity, dan radioaktivity.
b. Kenampakan interpretasi dari pengukuran sumur log meliputi
density/porosity, ukuran butir, litologi, dip perlapisan.
3. Karakteristik dari interpretasi darai reakaman refleksi seismic, antara lain
hubungan kontak utama (uniformity, comformity), strata kontinuitas, dip
strata, identifikasi unit fasies seismik.

f) Klasifikasi Lingkungan Pengendapan


Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi:
a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan
point bar river, dan limnic
b. peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan
barrier islands, offshore bar, tidal flat.

16
c. marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.

g) Fasies Model
Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies
dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok
atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran
yang bertujuan untuk membandingkan framework dan sebagai penunjuk
observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi
yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir
hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan,
menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh
secara acak.
Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga
dimensi, dan bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
b) Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan
deposisi oleh waktu .
c) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear
multiple, analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model
berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter lingkungan pengendapan
atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam sebuah
proses-respon model.

17
3. Pembagian zaman prasejarah berdasarkan geologi

Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Geologi Geologi adalah ilmu


yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi, terjadinya
bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut
merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari:

a. ARKAEKUM

Zaman tertua Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada
saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dari
penjelasan ini tentu Anda ingin bertanya kapan muncul kehidupan? Untuk itu
simak uraian berikutnya.

b. PALEOZOIKUM

Zaman ini diperkirakan berusia 340 juta tahun. Keadaan bumi belum
setabil masih berubah-ubah. Zaman ini juga disebut zaman primer karena
mulai ada tanda-tanda kehidupan.
Beberapa kejadian penting yang terjadi dalam kurun waktu tersebut
adalah tiga kepunahan masa utama. Kepunahan adalah total hilangnya seluruh
anggota spesies atau kelompok takson yang lebih tinggi. Kepunahan massa
adalah kepunahan dalam jumlah besar yang di alami spesies atau kolompok
takson lebih tinggi yang tejadi dalam kurun waktu hanya beberapa juta tahun.
Zaman ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
a. Cambrium : Kambrium adalah periode pada skala waktu geologi yang
dimulai pada sekitar 542 1,0 jtl (juta tahun lalu) dan berakhir pada sekitar
488,3 1,7 juta tahun yang lalu. Mulai muncul adanya tanda-tanda kehidupan
di bumi, seperti : kerang dan ubur-ubur. Periode ini merupakan periode

18
pertama era Paleozoikum. Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan pada
periode ini kemungkinan berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Hal
tersebut di tunjukan oleh fosil hewan ditemukan yang mempunyai skleton
pelindung di sebelah luar. Dalam era Paleozoik mulai terjadi penguasaan
daratan oleh makhluk hidup.
b. Silur : Silur adalah periode pada skala waktu geologi yang berlangsung
mulai akhir periode Ordovisium, sekitar 443,7 1,5 juta tahun lalu, hingga
awal periode Devon, sekitar 416,0 2,8 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-
tanda kehidupan hewan bertulang belakang tertua. Seperti : ikan.
c. Devon : Devon adalah periode pada skala waktu geologi yang termasuk
dalam era Paleozoikum dan berlangsung antara 416 2,8 hingga 359,2 2,5
juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang jenis amphibi
tertua.

d. Carbon : Karbon adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang
berlangsung sejak akhir periode Devon sekitar 359,2 2,5 juta tahun yang
lalu hingga awal periode Perm sekitar 299,0 0,8 juta tahun yang lalu. Nama
"karbon" diberikan karena adanya lapisan tebal kapur pada periode ini yang
ditemukan di Eropa Barat. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang
merayap jenis reptil.
e. Perm : Perm atau permian adalah periode dalam skala waktu geologi yang
berlangsung antara 299,0 0,8 hingga 251,0 0,4 juta tahun yang lalu.
Periode ini merupakan periode terakhir dalam era Paleozoikum. Mulai ada
tanda-tanda kehidupan hewan darat, ikan air tawar, dan amphibi. Zaman ini
diakhiri dengan kepunahan massal.

c. MESOZOIKUM

19
Zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan Zaman ini
berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ijenis reptil
mencapai tingkat yang terbesar seperti gambar 5 sehingga pada zaman ini
sering disebut juga dengan zaman reptil. Setelah berakhirnya zaman sekunder
ini, maka muncul kehidupan yang lain yaitu jenis burung dan binatang
menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis reptilnya
mengalami kepunahan. Selanjutnya berlangsunglah zaman hidup baru seperti
yang diuraikan pada materi berikut ini.

d. NEOZOIKUM

Zaman hidup baru Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu:


1.Tersier / zaman ketiga Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang
terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang
menyusui seperti jenis primat, contohnya kera. 2. Kuartier/zaman keempat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan
zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu yang
disebut dengan zaman Pleistocen dan Holocen.
Untuk memahami zaman tersebut, maka Anda dapat menyimak pada uraian
berikut ini: Zaman Pleitocen/Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun
yang ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman Holocen/Alluvium
berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan terus berkembang sampai
dewasa ini. Pada zaman ini ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo
Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia sekarang.

20
Zaman ini dibedakan atas dua zaman, yaitu:
A. ZAMAN TERSIER
Zaman ini ditandai berkurangnya jenis-jenis binatang besar dan telah
hidup jenis-jenis binatang menyusui, yaitu kera dan monyet. Selanjutnya
mulai berkembang jenis kera manusia.
B. ZAMAN KWARTER
Zaman ini merupakan mesa terpenting dalam kehidupan sebab mulai
muncul kehidupan manusia purba.
Zaman terdiri atas dua bagian, yaitu:
1. Kala Pleistocen (Zaman Dilluvium)
Masa ini berlangsung kira-kira 3.000.000 tahun-10.000 tahun yang lalu.
Keadaan alam pada masa ini masih liar dan labil karena silih bergantinya dua
zaman, yaitu Zaman Glasial dan Zaman Interglasial.

a. Zaman Glasial
adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara sehingga Eropa dan
Amerika bagian utara tertutup es. Sedangkan daerah yang jauh dari kutub
terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun. Permukaan air laut turun disertai
dengan naiknya permukaan bumi diberbagai tempat.
b. Zaman Interglasial
adalah zaman diantara dua zaman es. Temperatur naik hingga lapisan es
di kutub utara mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi berbagai
banjir besar di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan banyak daratan terpisah
oleh laut dan selat.
2. Kala Holocen (Zaman Alluvium)
Dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada awal kala Holosen,
sebagian besar es di kutub utara sudah lenyap, sehingga permukaan air laut
naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan Sunda dan Paparan Sahul

21
tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian muncullah pulau-
pulau di nusantara. Pada masa ini hidup manusia yang disebut Homo Sapiens
(Manusia Cerdas). Pada masa ini juga mulai muncul nenek moyang
kitasekarang ini dan mulailah terjadi perkembangan kebudayaan manusia
yang pesat.

4. Proses Transportasi dan Struktur Sedimen

Bangunan biologi seperti karang-karang, tumpukan cangkang dan


karpet mikroba diciptakan di dalam tempat yang tidak ada transportasi
material. Sama halnya, pengendapan mineral evaporit di dalam danau, laguna
dan di sepanjang garis pantai yang tidak melibatkan semua pergerakan zat
particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel). Namun
bagaimanapun, hampir semua endapan sedimen lainnya diciptakan oleh
transportasi material.

Pergerakan material kemungkinan murni disebabkan oleh gravitasi,


tapi yang lebih umum adalah karena hasil dari aliran air, udara, es atau
campuran padat (dense mixtures) sedimen dan air. Interaksi material sedimen
dengan media transportasi menghasilkan berkembangnya struktur sedimen,
beberapa struktur sedimen berkaitan dengan pembentukan bentuk lapisan
(bedform) dalam aliran sedangkan yang lain adalah erosi. Struktur sedimen ini
terawetkan dalam batuan dan menyediakan rekaman proses yang terjadi pada
waktu pengendapannya. Jika proses fisik terjadinya struktur ini di dalam
lingkungan modern dapat diketahui, dan jika batuan sedimen diinterpretasikan
berdasarkan kesamaan prosesnya, maka mungkin untuk mengetahui
lingkungan pengendapannya.

Di dalam bab ini, dibahas proses fisika utama yang terdapat di dalam
lingkungan pengendapan. Sifat alami endapan dihasilkan dari proses-proses

22
ini dan akan diperkenalkan struktur sedimen utama yang terbentuk oleh
interaksi media aliran dan detritus. Banyak fitur-fiitur ini terdapat pada
lingkungan sedimen yang berbeda-beda dan harus dipikirkan di konteks
lingkungan mana fitur-fitur ini terbentuk.

4.1 Media Transportasi GRAVITASI


Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak
signifikan melibatkan media di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari
tebing atau lereng akibat gravitasi. Jatuhan batuan (rock falls)
menghasilkan gundukan sedimen di dasar lereng, biasanya secara umum
terdiri dari debris kasar yang kemudian tidak mengalami proses
sedimentasi kembali (rework). Akumulasi ini terlihat sebagai scree
(akumulasi debris batuan di dasar tebing, bukit, atau lereng gunung, sering
membentuk timbunan) di sepanjang sisi-sisi lembah di daerah
pegunungan. Akumulasi ini membentuk kerucut talus (talus cone) dengan
suatu permukaan pada sudut diam (angle of rest) kerikil, sudut maksimum
dimana material akan tetap stabil dan klastik tidak akan jatuh menuruni
lereng. Sudut ini bervariasi dengan bentuk dan distribusi ukuran butir,
tetapi biasanya antara 30 dan 35 derajat dari bidang horizontal. Endapan
scree berada di daerah pegunungan dan terkadang di sepanjang pantai:
endapan ini jarang terawetkan di dalam rekaman stratigrafi.

AIR
Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme
transportasi yang paling signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di
dalam channel dan sebagai aliran permukaan (overland flow). Arus-arus di
laut digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-aliran ini
mungkin cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang

23
dasarnya dan material yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat
terbawa di dalam air sejauh ratusan atau ribuan kilometer sebelum
terendapkan sebagai sedimen. Mekanisme air yang menggerakkan
material ini akan dibahas di bawah.

UDARA
Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting adalah angin
berhembus di atas lahan mengangkat debu dan pasir kemudian
membawanya sampai jarak yang jauh. Kapasitas angin untuk
mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara.
Seperti yang akan kita lihat di bagian, perbedaan densitas antara media
dan klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam menggerakkan
sedimen. ES Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga
dapat mempertimbangkan es sebagai media fluida karena selama periode
yang panjang es bergerak melintasi permukaan lahan, meskipun sangat
lambat.

ES
Adalah fluida berviskositas tinggi yang mampu mentransportasikan
sejumlah besar debris klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada
daerah di dalam dan di sekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan
dengan gletser semipermanen atau permanen. Volume material yang
digerakkan es sangat besar ketika meluasnya es (glaciation).

SEDIMEN PADAT (DENSE SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR


(WATER MIXTURES)
Ketika ada sedimen berkonsentrasi tinggi di dalam air, campurannya
akan membentuk aliran debris, yang dapat kita pikirkan seperti campuran
larutan air dengan material yang tidak dapat terlarut (slurry) yang
kekentalannya serupa dengan beton basah. Campuran padat ini digerakkan

24
oleh gravitasi di permukaan lahan maupun di bawah air, perilakunya
berbeda bila dibandingkan dengan sedimen yang tersebar di dalam tubuh
air. Campuran yang lebih encer juga mungkin digerakkan oleh gravitasi di
dalam air sebagai arus turbidit. Mekanisme aliran yang digerakkan
gravitasi ini adalah mekanisme penting dalam mentransportasikan material
kasar hingga ke samudra dalam.

4.2 Perilaku Fluida dan Partikel di dalam Fluida


Perkenalan singkat mengenai dinamika fluida, perilaku gerakan fluida,
dibahas di bab ini untuk memberikan dasar-dasar pemahaman fisika untuk
membahas transportasi sedimen dan pembentukan struktur sedimen di
bagian selanjutnya. Untuk penjelasan yang lebih menyeluruh mengenai
dinamika fluida tersedia di dalam Leeder (1982), J.R.L. Allen (1985,
1994) dan P.A. Allen (1997).

4.2.1 Aliran Laminar dan Turbulen


Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda.
Dalam aliran laminar, semua molekul-molekul di dalam fluida
bergerak saling sejajar terhadap yang lain dalam arah transportasi.
Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada terjadinya
pencampuran selama aliran laminar. Dalam aliran turbulen,
molekul-molekul di dalam fluida bergerak pada semua arah tapi
dengan jaring pergerakan dalam arah transportasi. Fluida
heterogen sepenuhnya tercampur dalam aliran turbulen. Perbedaan
antara gerakan laminar dan turbulen pertama kali
didokumentasikan oleh O. Reynold diakhir abad ke-19. Dia
melaksanakan percobaan pada aliran yang melalui tabung, dan
tercatat bahwa plot tingkat aliran terhadap tekanan menurun antara
saluran masuk dan saluran keluar, tidak menghasilkan grafik garis
lurus. Besarnya tekanan yang hilang pada tingkat aliran tinggi
dapat dihubungkan dengan naiknya gesekan antara partikel dalam
aliran turbulen. Percobaan dengan benang (thread) yang

25
dicelupkan di dalam tabung menunjukkan bahwa garis aliran
sejajar pada tingkat aliran rendah, tapi pada kecepatan yang lebih
tinggi benang berantakan karena fluida tercampur akibat gerakan
turbulen. Parameter aliran ini disebut angka Reynold (Re). Nilai
(tanpa dimensi atau satuan) yang menunjukkan aliran laminar atau
turbulen. Angka Reynold diperoleh dari hubungan faktor-faktor
sebagai berikut: kecepatan aliran (u), rasio densitas fluida dan
viskositas fluida (v, viskositas kinematik fluida) dan karakter
panjang atau jarak (l, diameter pipa atau kedalaman aliran di
dalam channel terbuka). Persamaan angka Reynold tersebut
didefinisikan sebagai berikut :
Re = ul / v
Aliran fluida di dalam pipa dan channel ditemukan laminar
ketika angka Reynoldnya rendah (kurang dari 500) dan turbulen
pada nilai yang lebih tinggi (lebih besar dari 2000). Dengan
meningkatnya kecepatan, aliran akan menjadi turbulen dan di
dalam fluida terdapat peralihan dari laminar menuju turbulen.
Fluida dengan viskositas kinematik yang rendah, seperti udara,
mengalir turbulen pada kecepatan rendah, jadi semua aliran angin
alamiah yang dapat membawa partikel dalam suspensi adalah
aliran turbulen. Air hanya mengalir laminar pada kecepatan yang
rendah atau kedalaman air yang sangat dangkal, jadi aliran
turbulen sangat umum pada proses transportasi dan pengendapan
sedimen di air (aqueous). Aliran laminasi terjadi pada beberapa
aliran debris, pergerakan es dan aliran lava, dan semua yang
memiliki viskositas kinematik yang lebih besar dari air.

26
Hampir semua aliran di dalam air dan udara yang membawa
volume sedimen dalam jumlah yang signifikan adalah aliran
turbulen. Perilaku partikel di dalam aliran ini akan dibahas
sekarang.

4.2.2 Transportasi Partikel di dalam Fluida


Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah
satu dari tiga mekanisme. Pertama, partikel dapat bergerak
menggelinding (rolling) di dasar aliran udara atau air tanpa
kehilangan kontak dengan permukaan dasar. Kedua, partikel dapat
bergerak dalam serangkaian lompatan, secara periode
meninggalkan permukaan dasar dan terbawa dengan jarak yang

27
pendek di dalam tubuh fluida sebelum kembali ke dasar lagi; ini
dikenal sebagai saltasi (saltation). Terakhir, turbulensi di dalam
aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup untuk menjaga
partikel bergerak terus di dalam fluida; dikenal sebagai suspensi
(suspension).
Ada sejumlah faktor yang mengontrol gerakan partikel di
dalam fluida turbulen. Pertama, karena kecepatan aliran
meningkat, energi kinetik di dalam fluida menjadi lebih besar
sehingga mengangkat partikel dari permukaan dasar dan
menggerakkan secara saltasi. Kedua, turbulensi yang meningkat
juga menyediakan gaya yang cukup kuat untuk menjaga partikel
tetap tersuspensi. Ketiga, partikel dengan massa yang lebih besar
memerlukan energi lebih untuk terangkat dan tersaltasi dan
menjaga partikel agar tetap tersuspensi. Terakhir, partikel dengan
luas permukaan relatif lebih besar dari massanya (contoh, mineral
berbentuk lempengan / platy seperti mika) memiliki kecepatan
pengendapan yang lebih rendah (perlu waktu lebih lama untuk
tenggelam) dan dapat tetap (permanen atau sementara) tersuspensi
dengan lebih mudah.

28
Mekanisme transportasi partikel di dalam aliran

Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung)


dan partikel berdensitas rendah yang tetap tersuspensi, dengan partikel

29
berukuran pasir bergerak rolling dan beberapa tersaltasi. Pada tingkat
aliran yang lebih tinggi semua lanau dan beberapa pasir dapat tetap
tersuspensi, dengan butiran (granules) dan kerakal halus (fine pebble)
tersaltasi dan material lebih kasar bergerak rolling.

Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun


di air, tapi di udara diperlukan kecepatan yang lebih tinggi untuk
menggerakkan partikel tertentu karena densitas dan viskositas yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan air. Konsekuensi dari
viskositas udara yang rendah adalah butiran yang tersaltasi
mendaratkan efek bantalan (cushioning effect) medium fluida yang
relatif sedikit, dan butir-butir mempunyai momentum yang cukup
untuk menumbuk butir-butir ke dalam aliran yang mengalir bebas.
Efek ini tidak begitu nyata di dalam air karena gesekan antara butir
yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum mendarat. Zat
particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah)
yang terbawa oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang
rolling dan tersaltasi) dan suspended load (material dalam suspensi),
juga terkadang disebut sebagai washload.

4.2.3 Partikel yang Masuk ke dalam Aliran

Tidak dengan seketika terlihat jelas mengapa partikel yang


berada di dasar aliran (contoh, di dasar sungai) lakukan selain dari
bergerak terseret (frictional drag). Gerakan terseret antara air yang
mengalir dan objek di dalam aliran adalah mekanisme utama bagi
material kasar tertransportasikan sebagai komponen rolling bedload.
Beberapa partikel bergerak ke atas dari dasar aliran dan sementara
waktu memasuki aliran sebelum terendapkan kembali ketika aliran

30
menurun. Ini adalah partikel saltasi. Aliran tidak mampu
mempertahankan butir-butir ini dalam suspensi karena butir ini jatuh
ke bawah lagi, jadi apa yang pertama kali membuat butir-butir ini
bergerak naik? Jawabannya terdapat pada efek Bernoulli, fenomena
yang memperkenankan burung-burung dan pesawat terbang dapat
terbang dan kapal pesiar dapat berlayar dekat dengan angin.

Efek Bernoulli sangat baik dijelaskan dengan membahas aliran


fluida (udara, air atau semua media fluida) di dalam tabung yang salah
satu sisinya menyempit. Luas penampang melintang tabung di satu sisi
lebih besar dari sisi lain, tapi untuk mempertahankan transportasi
fluida agar tetap konstan di sepanjang tabung, jumlah yang sama harus
mengalir di satu sisi dan keluar di sisi lain dengan periode waktu
tertentu. Untuk memperoleh jumlah yang sama dari fluida, harus
bergerak pada kecepatan yang lebih tinggi ketika melewati sisi yang
sempit. Efek ini lazim dikenal orang yang memencet ujung selang air
taman: air yang menyembur akan semakin cepat ketika ujung selang
air sebagian ditutup.

4.2.3 Ukuran Butir dan Kecepatan Aliran

Kecepatan fluida dimana partikel akan naik ke dalam aliran dapat


disebut sebagai kecepatan kritis. Jika gaya yang bekerja pada partikel
di dalam aliran telah dibahas maka hubungan sederhana antara
kecepatan kritis dan massa partikel dapat diperkirakan. Gaya seret
(drag force) yang diperlukan untuk menggerakkan partikel di
sepanjang aliran akan meningkat seiring massa, karena akan
memerlukan gaya angkat untuk membawa partikel naik ke dalam
aliran. Pada kecepatan sedang (moderate) butir pasir dapat tersaltasi,
butiran bergerak rolling dan kerakal tetap tidak bergerak, tapi jika

31
kecepatan meningkat gaya yang bekerja pada partikel-partikel ini
bertambah dan pasir lebih halus mungkin tersuspensi, butiran
tersaltasi, dan kerakal bergerak rolling. Hubungan linear sederhana
seperti ini juga bekerja untuk material lebih kasar, tapi ketika ukuran
butir halus terlibat maka akan semakin komplek.

Gaya yang bekerja pada suatu butir di dalam aliran.

Diagram Hjulstrm menunjukkan hubungan antara kecepatan


aliran air dan ukuran butir (Hjulstrm 1939). Ada dua garis utama
pada grafik. Garis yang lebih rendah menunjukkan hubungan antara
kecepatan aliran dan partikel yang siap akan bergerak. Ini
menunjukkan bahwa kerakal akan berhenti di sekitar 20-30 cm/s, butir
pasir sedang pada 2-3 cm/s, dan partikel lempung ketika kecepatan
aliran adalah secara efektif nol. Oleh karena itu ukuran butir partikel di
dalam aliran dapat digunakan sebagai petunjuk kecepatan pada waktu
pengendapan sedimen jika terendapkan sebagai partikel-partikel

32
terisolasi. Garis kurva bagian atas menunjukkan kecepatan aliran yang
diperlukan untuk mengerakkan partikel dari kondisi diam. Pada
setengah bagian kanan grafik, garis ini sejajar dengan garis yang
pertama tapi untuk ukuran butir tertentu diperlukan kecepatan yang
lebih besar untuk memulai pergerakan daripada untuk menjaga
partikel tetap bergerak. Pada sisi kiri diagram terdapat garis divergen
yang tajam: secara intuisi, partikel lanau yang lebih kecil dan lempung
memerlukan kecepatan yang lebih besar untuk menggerakkannya
daripada pasir. Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat mineral lempung
yang akan mendominasi fraksi halus dalam sedimen. Mineral lempung
bersifat kohesif dan sekali terendapkan akan cenderung merekat
bersama, membuatnya lebih sulit untuk naik ke dalam aliran daripada
butir-butir pasir. Catat bahwa ada dua macam untuk material kohesif.
Lumpur tak terkonsolidasi (unconsolidated mud) telah terendapkan
tapi tetap merekat, material plastis. Lumpur terkonsolidasi
(consolidated mud) telah lebih banyak mengeluarkan air darinya dan
bersifat kaku atau keras (rigid).

33
BAB III

KESIMPULAN

Proses pembentukan batuan sedimen dimulai dari terbentuknya batuan


beku yang dimana batuan beku tersebut mengalami proses erosi atau
pengangkutan oleh udara air dll, sehingga batuan beku tersebut
terendapkan lalu mengalami proses kompaksi dan sedimentasi dimana
terjadi penyatuan mineral mineral dari batuan lainnya.
Pada setiap zaman memiliki waktunya masing masing dimana setiap
zaman memiliki waktu yang berbeda beda dan tentunya berbeda pula
kandungan kandungan atau unsur unsur penyusun dari setiap perlapisan
pada setia zamannya.
Lingkungan pengendapan pada daerah yang berarus deras hanya dapat
mengendapkan butiran atau partikel partikel yang berukuran besar juga,
sedangkan pada lingkungan pengendapan yang berarus tenang atau tidak
berarus dapat mengendapkan pertikel partikel yang halus, seperti pada
rawa maupun laut dalam.

34
Daftar Pustaka

http://geofact.blogspot.co.id/2011/01/proses-transportasi-dan-struktur.html

http://pembagianzamanberdasarkangeologi.blogspot.co.id/

http://www.gurugeografi.id/2017/04/klasifikasi-batuan-sedimen-menurut.html

http://geologi.tripod.com/prinsip_stratigrafi.htm

35

Anda mungkin juga menyukai