Dalam suatu lingkungan hidup yang baik, terjalin suatu interaksi yang
keberlanjutan lingkungan hidup yang lestari dan seimbang sehingga hal tersebut
perlu di atur dengan jelas, apalagi sebagian besar negara di dunia ini menganut
sistem atau mengklaim negaranya sebagai negara hukum. Sebagai negara hukum,
maka usaha penegakan hukum harus berdasar pada prinsip bahwa hukum harus
tetap dipegang teguh, karena tegaknya hukum dalam suatu negara hukum
Hidup (UUPPLH)
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) tahun 1997 yang dianggap belum bisa
pengelolaan lingkungan.
Tetapi bila dicermati lebih jauh, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi
dalam UUPPLH tersebut, seperti dalam pasal 26 ayat (2) bahwa pelibatan
Dalam pasal ini, tidak diikuti penjelasan seperti apa dan bagaimana bentuk
informasi secara lengkap tersebut dan upaya hukum apa yang dapat dilakukan bila
hal tersebut tidak dilakukan, begitupula dalam ayat (4) masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal
juga tidak diikuti penjelasan sehingga dapat menimbulkan kerancuan dalam hal
Pasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya
untuk pemulihan lingkungan hidup. Ketentuan ini akan sangat merugikan karena
tertulis cukup jelas, padahal ketentuan dalam pasal ini bisa melepaskan
Pasal 66 dari UUPPLH yang perlu untuk dicermati dan kritis adalah pasal
66. Selengkapnya pasal ini berbunyi: Setiap orang yang memperjuangkan hak
atas linkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana
maupun digugat secara perdata. Tentunya bila ditelaah dengan baik, tidak ada
yang salah dari pasal ini. Namun dalam penjelasan pasal ini berbunyi bahwa
ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi korban dan / atau pelapor yang
menempuh cara hukum akibat pencemaran dan / atau perusakan lingkungan hidup
kemandirian peradilan.
UU NO. 5 TAHUN 1960 Tentang Peraturan Dasar Agraria
mengenai keutuhan dan hubungan antara sumber daya alam. Pasal 4 ayat 2
mempergunakan tanah, tubuh bumi, air serta ruang yang ada di atasnya sekedar
alam. Hanya ada satu pasal yang mengatur tentang pengalokasian pemanfaatan
sumber daya alam. Pasal 14 yang menjadi dasar bagi perencanaan pengalokasian
kerusakannya adalah kewajiban tiap-liap orang, badan hukum, atau instansi yang
kawasan industri, dan bahkan menjadi komoditi untuk investasi dan spekulasi
para pemilik modal yang mengakibatkan tanah diterlantarkan dalam jangka waktu
memberikan batasan pada hukum adat. Dalam pasal 5 disebutkan bahwa hukum
agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat,
Pilihan untuk menjadikan hukum adat sebagai dasar hukum agraria nasional
terbesar dan rakyat Indonesia tunduk pada hukum adat. Namun, UUPA
kepentingan bangsa dan negara maka hak-hak rakyat atas sumber daya agraria
yang bersumber dari hukum adat sering diabaikan. Hak-hak rakyat yang dalam
bahasa UUPA dikatakan sebagai hak ulayat dan hak serupa itu diberikan dalam
masyarakat adat.
adat, namun untuk perorangan warga negara Indonesia, cukup diberikan peluang
berbagai peluang untuk menguasai tanah dengan berbagai alas hak: hak milik, hak
guna bangunan. hak guna usaha. hak pakai, hak sewa, dan sebagainya.
urusan pemerintah pusat. UUPA tidak mengatur secara ricni tentang kewenangan
srrategis dalam UUPA. Dengan demikian dapat dipahami jika partisipasi publik
kewajiban memelihara tanah dari para pemegang hak atas tanah, pendaftaran
tanah pelanggaran berkaitan dengan hak milik adat, penggunaan tanah bukan oleh
pemilik, dan pelanggaran ketentuan peralihan hak atas tanah. UUPA tidak
tersebut, tetapi tidak pada hal lain, seperti halnya pelanggaran dalam prosedur
pencabutan hak atas tanah atau tidak terpenuhinya berbagai kewajiban pemerintah
Pasal-pasal dalam Keppres No. 32 ini yang tidak konsisten satu sama lain.
Pasal 6 merinci KSA dan cagar budaya, kemudian Pasal 22 merinci KSA lagi
terdiri dari dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan
tidak ada kejelasan mengenai konservasi itu sendiri. Menurut Pasal 1, Undang-
Undang No. 5 Tahun 1990 disebutkan bahwa "Konservasi sumber daya alam
bagaimana sifat atau cara pengelolaan SDAH (Sumber Daya Alam Hayati) tetapi
Kesimpulan
masyarakat.
http://www.duniaesai.com/index.php/uu-no-32-tahun-2009-tentang-perlindungan-
UNDANG-UNDANG
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
Oleh:
Rahmat Budi Nugroho
11/322528/PBI/993
PASCASARJANA BIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011