Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Reaksi Bowen

Gambar 2.1 Reaksi Bowen

Pada skema di atas terdapat dua seri pembentukan mineral. Olivine,

Piroksen, Hornblende dan Biotite terdapat pada seri discontinue. Ini adalah seri

mineral kaya Fe dan Mg (Feromagnesian). Pada seri ini unsur Fe dan Mg bersama

unsur-unsur yang lain dalam magma pada suhu tinggi akan cenderung membentuk

Olivine, selanjutnya seiring dengan penurunan suhu akan terbentuk mineral-

mineral Feromagnesian yang lain. Adapun pada sisi kanan Deret Reaksi Bowen
terdapat rangkaian pembentukan mineral plagioklas yang disebut dengan

seri continue. Seri Continue artinya magma dari suhu tertinggi hingga suhu

terendah akan terus menerus membentuk mineral plagioklas, dan sepanjang

pembentukanya akan terus terjadi substitusi antara unsur Ca dan Na. Pada suhu

yang tinggi cenderung dominan terbentuk Ca Plagioklas, sebaliknya pada suhu

yang semakin lebih rendah akan semakin dominan Na Plagioklas. Adapun SiO2

pada suhu tinggi masih belum banyak berpartisipasi membentuk mineral,

sehingga semakin rendah suhunya larutan magma akan semakin di dominasi oleh

SiO2. Magma setelah membentuk mineral-mineral Olivine, Piroksen akan semakin

didominasi SiO2 dan semakin bersifat asam.

Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi menjadi 3

(tiga) kelompok yaitu :

Mineral Felsik : Umumnya berwarna cerah,

mengandung Mg dan Fe yang rendah dan silika yang

tinggi, misalnya Plagioklas, K-Felspar, Muskovit dan

Kuarsa.

Mineral Intermediet : Umumnya berada diantara

mineral Felsik dan Mafik.

Mineral Mafik : Umumnya berwarna gelap,

mengandung Mg dan Fe yang tinggi dan silika yang

rendah, misalnya Olivine, Piroksen, Hornblende, dan

Biotite.

2.2 Hubungan Reaksi Bowen Dengan Mineral Mafic, Intermediet & Felsik
2.2.1 Hubungan Berdasarkan Suhu

Dari dalam deret Bowen ada informasi yang cukup penting dalam proses

terbentuknya mineral. Yang pertama adalah suhu. Ketika magma suhunya

menurun karena perjalanannya ke permukaan bumi, maka mineral mineral pada

saat itu akan terbentuk. Peristiwa terbentuknya mineral mineral tersebut disebut

dengan reaksi penghabluran. Mineral mafic terbentuk pada suhu yang tinggi

dapat mencapai 1400C. Mineral Intermediate terbentuk pada suhu antara

mineral Mafic dan mineral Felsic. Dan mineral Felsik terbentuk pada suhu

terendah mencapai 800C.

Mineral Intermediate

Yang kedua yaitu sifat mineral yang terbentuk. Mineral yang terbentuk

pertama kali merupakan mineral mineral yang bersifat basa (mafic), yang

mengandung tersusun dari unsur unsur magnesium, ferrum dan calcium.

Misalnya olivine dan pyroxene.


1. Hubungan Berdasarkan Warna

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral

penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma

pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang

tersusun atas mineral-mineral felsik, misalnya kuarsa, potash feldsfar dan

muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan

beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama

banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan

beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.


2. Hubungan Berdasarkan Komposisi Kimia

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk

mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia

adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO,

MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia

dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.

Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma

asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal,

dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku,

diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama

dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi

ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda.

Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan

belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatan pengelompokan

yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan.Hal ini

disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan

melalui analisa kimiawi.

Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek yang

sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk

mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke

permukaan dan kedalaman zona Benioff.

Anda mungkin juga menyukai