Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN OPERASI OVARIOHYSTERECTOMY

PADA KUCING

Disusun oleh :

David Alfian, SKH (B94154110)


Devi Anianti, SKH (B94154112)
Retno Windradini, SKH (B94154140)

Dibawah bimbingan :

Prof Drh Deni Noviana PhD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seekor kucing betina yang masih fertil dapat menghasilkan empat ekor anak sekali
melahirkan, yang berarti dalam setahun satu ekor induk kucing dapat menghasilkan 12 ekor
anak . Tingginya populasi kucing ini meningkatkan peluang terjadinya penyebaran penyakit.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol populasi kucing adalah dengan
melakukan ovariohysterectomy atau pengangkatan ovarium dan uterus hewan betina. Tujuan
dari pengangkatan ini dalam hal pengendalian populasi adalah menghilangkan fase estrus
sehingga hewan tidak lagi berahi.
Traktus urogenitalis merupakan sistem yang rentan terhadap penyakit. Kelainan dapat
terjadi pada setiap organ di sepanjang saluran reproduksi, seperti ovarium, uterus, vagina,
vulva, serta mamae. Tujuan lain dari dilakukannya ovariohysterectomy selain sebagai upaya
pengendalian populasi adalah untuk mencegah adanya penyakit pada saluran kelamin hewan
betina. Ovariohysterectomy dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan
beberapa penyakit pada anakannya, yang biasa disebut penyakit genetik atau deformitas
kongenital, sehingga potensi penurunan penyakit berkurang atau hilang sama sekali.
Penyakit-penyakit pada rahim seperti tumor, kista ovarium, kanker, metritis,
endometritis, mucometra, cystic endometrial hyperplasia, pyometra, ectopic pregnancy,
prolaps dan torsio uterus juga dapat dihindari dengan melakukan pengangkatan pada organ
kelamin betina. Adanya abnormalitas hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang
menyebabkan vaginal hyperplasia, mamary neoplasia, mamary enlargment, dan
pseudopregnancy juga dapat dihindari. Segala penyakit yang telah disebutkan diatas dapat
mengganggu fisiologis normal hewan. Sebagai contoh, cystic ovary pada fase folikuler dapat
menyebabkan hewan mengalami estrus secara terus menerus, endometritis dan metritis dapat
menyebabkan hewan menjadi lethargi, anorexic, bahkan mati pada kasus yang sangat parah.
Pseudopregnancy dapat berdampak pada kanker mamae, yang dapat bermetastasis ke organ
tubuh lainnya.
Ovariohysterectomy merupakan salah satu upaya yang dipilih oleh dokter hewan
sebagai upaya penanganan penyakit perkelaminan hewan secara preventif dan kuratif.
Ovariohysterectomy dapat dilakukan pada hewan dengan berbagai tingkat usia pada hampir
semua fase siklus reproduksi, namun paling baik dilakukan sebelum hewan mengalami
pubertas selama fase anestrus. Pada hewan betina, pengangkatan rahim dan ovarium
merupakan operasi yang tergolong besar karena mengyangkut pembukaan pada rongga
abdomen, namun cukup aman untuk dilakukan. Pengangkatan ini bersifat permanen dan
diharapkan dapat mengurangi permasalahan pada kucing, baik perihal populasi maupun
dalam bidang penyakit dan kesakitan.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui teknik
Ovariohisterektomi yang baik dan benar meliputi pre operasi, operasi dan post operasi.
METODE

Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Februari 2016 pukul 14.0015.45 di
Laboratorium Bedah Hewan Kecil, Rumah Sakit Hewan Pendidikan Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada operasi ovariohisterectomy yaitu termometer, stetoskop,


timbangan, alat pencukur rambut (clipper dan silet), syringe, baju bedah (sterile gown),
sarung tangan latex (gloves), lap handuk tangan (sterile towel), sikat (conventional nail
brush), penutup kepala (cap), masker (mask), duk, peralatan bedah minor seperti: towel
clamp (towel clips), scalpel, blade, pinset anatomis (scrrated jaws forceps), pinset sirorgis
(toothed forceps), gunting metzenbaum, gunting runcing-runcing (scissors both point sharp),
gunting runcing-tumpul (scissors one sharp and one blunt), gunting tumpul-tumpul (scissors
both point blunt), tang arteri anatomis lurus (Spencer Wells artery forceps), tang arteri
anatomis bengkok (Dunhill artery forceps), tang arteri sirorgis bengkok (Kochers artery
forceps), dan needle holder serta cauter. Peralatan operasi lainnya yang dibutuhkan yaitu
jarum jahit segitiga (cutting needles), jarum jahit bulat (round budied needles), benang jahit
chromic catgut 3/0, benang jahit silk 3/0, tampon, perban, kapas kering (Hickman et al.
1995).
Bahan-bahan yang digunakan yaitu iodium tincture 3%, alkohol 70%, atropine sulfat
0.25 mg/ml, ketamine 10%, diazepam 0.5%, penicilin 50.000 IU/ml, dan amoxicillin 25
mg/ml.

Prosedur Operasi

A. Pre operasi
Persiapan Ruang Operasi
Ruangan operasi dibersihkan dan didesinfeksi menggunakan KMnO4 5% cair yang
dicampur dengan formalin 10% dengan perbandingan 1:2. Meja operasi dibersihkan dengan
menggunakan desinfektan berupa alkohol 70%. Kemudian setelah steril dapat dilakukan
prosedur operasi.

Persiapan Peralatan Operasi


Peralatan bedah minor yang terdiri dari towel clamp (4 buah), gagang scalpel (1 buah)
pinset anatomis (2 buah), pinset sirorgis (2 buah), gunting runcing-runcing (1 buah), gunting
runcing-tumpul (1 buah), gunting tumpul-tumpul (1 buah), tang arteri anatomis lurus (2
buah), tang arteri anatomis bengkok (2 buah), tang arteri sirorgis lurus (2 buah), tang arteri
sirurgis bengkok (2 buah), needle holder (1 buah).
Alat-alat tersebut dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian dikeringkan, dan ditata di
dalam wadah. Alat-alat tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain. Kain lapis pertama
dibentangkan dan wadah diposisikan di tengah kain dengan posisi sejajar. Sisi kain terdekat
dengan tubuh dilipat hingga menutupi wadah dan ujung lainnya yang berseberangan dilipat
mendekati tubuh, kemudian sisi kanan dilipat dengan sisi kiri. Kain lapis kedua dibentangkan
dan wadah yang terbungkus kain pertama diletakkan di tengah kain kedua dengan posisi
diagonal. Ujung kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi wadah, sisi kanan
dilipat dan dilanjutkan dengan sisi kiri. Ujung yang jauh dari tubuh dilipat mendekati tubuh
dan diselipkan di penutup wadah. Peralatan yang sudah terbungkus kemudian dimasukkan ke
dalam autoclave dengan suhu 121C selama 15 menit atau 100 C selama 60 menit.

Persiapan dan Preparasi Hewan


Preparasi hewan diawali dengan memeriksa status kesehatannya untuk mengetahui
layak tidaknya bila digunakan sebagai hewan model pada operasi yang akan dilakukan.
Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan suhu (oC), frekuensi nafas (kali/menit), pulsus
(kali/menit), berat badan (kg), dan warna selaput mukosa. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah evaluasi hasil monitoring hewan saat di lakukan operasi.
Setelah pemeriksaan kesehatan dilakukan maka hewan dipuasakan selama 12 jam
sebelum tindakan operasi dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya muntah,
urinasi, ataupun defekasi saat operasi berlangsung. Sebelum memasuki tahap operasi, kucing
terlebih dahulu ditimbang berat badannya untuk menentukan dosis berbagai sediaan obat
yang akan diberikan pada saat pre operasi, operasi dan post operasi. Tindakan operatif pada
hewan membutuhkan restrain dan handling yang tepat untuk bisa mengendalikan hewan.
Dalam hal ini dibutuhkan chemical restrain, yaitu mengendalikan hewan dengan cara
mengurangi/menghilangkan kesadaran hewan dengan menggunakan bahan kimia. Sediaan
tersebut dapat berupa transquilizer, sedative, maupun anastetikum. Pemberian sediaan ini
harus disesuaikan dengan jenis dan berat badan hewan, karena dosis sediaan untuk setiap
jenis hewan berbeda-beda.

Persiapan obat-obatan
Obat-obat yang akan digunakan yaitu alkohol 70%, iodium tincture 3%, atropin sulfat
0.25 mg/ml, diazepam 0.5%, ketamine HCl 10%, penicillin, dan amoxicillin 25 mg/ml. Jenis
obat-obatan, kegunaan, penghitungan dosis pemberian dan rute aplikasi terdapat pada Tabel
1.

Tabel 1 Obat-obatan yang digunakan pada pre operasi, operasi dan post operasi
Tujuan/ Dosis
Kegunaan Bahan (Rute Pemberian)
Pre anestesi Atropine sulfat 0.25 0.025mg /kg 2.9 kg
mg/ml 0.25 mg/ml = 0.29

ml (subcutan)
Sedativa Diazepam 0.5% 0.2mg/kg 2.9 kg
5 mg/ml = 0.14 ml

(intramuscular)
Anestesi General Ketamine sulfat 10 mg/kg 2.9 kg
10% 100 mg/ml = 0.29 ml

(intramuscular)
Antibiotika Penicillin 50.000 IU/ ml (topikal)
Amoxicillin 25 20 mg/kg 2.9 kg
mg/ml 25 mg /ml = 2.32 ml

(peroral)
Antiseptik Iodium Tincture Topikal
Persiapan Perlengkapan Operator dan Asisten Operator
Perlengkapan bedah operator dan asisten 1 dibungkus kain pembungkus yang disusun
berurutan dimulai dari sarung tangan latex, pakaian bedah, lap handuk tangan, sikat, masker,
dan tutup kepala. Kemudian dimasukkan ke dalam oven sterilisasi pada suhu 60 C selama 30
menit. Begitupula duk yang disterilisasi dengan dimasukkan ke dalam oven sterilisasi.
Setelah peralatan disterilisasi, maka peralatan dapat digunakan.
Tahapan yang dilakukan selama preaparasi tim bedah steril adalah kuku dipotong, jam
tangan, cincin, dan aksesoris dilepas. Tangan dicuci dari ujung jari hingga siku dengan sabun,
disikat dari ujung jari hingga lengan dan dibilas di air mengalir sebanyak 1015 kali. Tangan
dikeringkan, didisenfeksi, tutup kepala, masker, baju operasi dan sarung tangan dipakai
secara berurutan.

Tim Bedah
Operator : Devi Anianti, SKH
Asisten Operator : David Alfian, SKH
Asisten 1 (anastesi) : Retno Windradini, SKH
Asisten 2 (pepaasi hewan) : Esdinawan Carakantara, SKH
Asisten 3 (kontrol fisik) : Purnama Sinta, SKH
Asisten 4 (dokumentasi) : Ahmad Fadhil Asren, SKH

B. Operasi
Penyayatan dilakukan dibagian ventral abdomen kira-kita 2 cm posterior umbilikalis.
Penyayatan dilakukan dibagian kulit luar, dilanjutkan dengan subkutan dengan menggunakan
gunting, hal ini dilakukan agar kelenjar mammae tidak ikut tersayat. Setelah menemukan
lapisan linea alba, dilakukan penyayatan sehingga terlihat rongga abdomen.
Pada bagian ventro dorsal, secara otomatis uterus kucing akan terletak pada bagian
bawah dari vesika urinaria (VU). Sehingga untuk mencapai uterus perlu menemukan VU
terlebih dahulu. Setelah ditemukan uterus, robek alat penggantung uterus yang terdiri dari
mesovarium, mesosalphinx, dan mesenterica sejajar dengan arah arteri ovarica dan arteri
uterina (arteri tidak boleh ikut dirobek). Ada dua tahap pemotongan, pertama, pemotongan
pada bagian ovarium terlebih dahulu. Arteri ovarica difiksir disebelah dorsal ovarium dengan
menggunakan tang arteri, diikat dibagian bawah dari tang arteri dengan menggunakan benang
cat gut 3.0 sampai terlihat ada bagian putih disekitar ikatan, hal ini berlaku untuk bagian
ovarium yang lainnya. Setelah dilakukan pengikatan dilakukan pemotongan pada bagian
dorsal ovarium dan lepaskan tang jika sudah tidak terjadi pendarahan. Kedua, pemotongan
pada bagian dorsal uterus. Bagian corpus uterus difiksir tepat diatas bagian serviks dengan
menggunakan tang arteri, diikat dengan menggunakan benang car gur 3.0 agar lebih kuat,
benang dikaitkan pada bagian medial uterus dan diikat kencang. Setelah dilakukan
pengikatan, dilakukan pemotongan bagian posterior uterus dan lepaskan tang jika sudah tidak
terjadi pendarahan.
Penjahitan linea alba dilakukan setelah uterus diangkat. Penjahitan menggunakan
benang catgut 3.0, menggunakan jarum ujung bulat dan menggunakan jahitan sederhana.
Penjahitan menggunakan cat gut 3.0 pada subkutan dengan jahitan continius sederhana
menggunakan jarum dengan penampang bulat. Kulit dijahit dengan jarum ujung segitiga dan
tipe jahitan sederhana. Setelah jahitan selesai dibersihkan dengan menggunakan iodium
tincture, diperban dan ditutup dengan gurita.
Monitoring kesehatan kucing selalu dilakukan setiap 15 menit meliputi pemeriksaan
suhu rektal, frekuensi pernafasan dan jantung, warna mukosa, dan diameter pupil. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan hewan selama teranesthesi, serta
menghindari terjadinya hipotermia. Pada akhir operasi hewan diinjeksi dengan antibiotik
oxytetrasiklin secara IM.

C. Post Operasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat post operasi adalah monitoring
kesehatan hewan, pemberian antibiotik topikal dan general, perawatan luka, kebersihan
kandang, serta pemberian makan dan minum sampai proses pembukaan jahitan. Monitoring
kesehatan post operasi dilakukan selama satu minggu yang meliputi pemeriksaan fisiologis
terhadap suhu rectal (oC), denyut jantung (kali/menit), frekuensi nafas (kali/menit), aktivitas,
nafsu makan, defekasi, dan urinasi. Hal yang perlu diperhatikan pada saat perawataan luka
adalah adanya pendarahan atau peradangan yang ditandai dengan kemerahan, panas, dan
bengkak. Sanitasi kandang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada
luka jahitan. Pemberian makan dan minum bisa mulai dilakukan 2 jam post operasi.
Pembukaan jahitan dapat dilakukan pada hari 7-10 post operasi jika dapat dipastikan bahwa
luka sudah menutup dan jahitan tersebut sudah kering.
TINJAUAN KASUS

Pemeriksaan Fisik Hewan


Anamnesa
Kucing domestik ini merupakan kucing liar didaerah Lingkar kampus. Kucing
ditemukan dalam keadaan sehat.

Signalement Hewan
Nama hewan : Kudasu
Jenis hewan : Kucing
Ras/Breed : Domestic House Cat
Warna bulu dan kulit : Putih-orange / putih
Jenis kelamin : Betina
Bobot badan : 2.9 kg
Umur : 1 tahun
Tanda khusus : Tidak ada tanda khusus

Status Present
Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Kiposis
Gizi : Baik
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Tegak pada empat kaki
Suhu : 38.2 oC (normal: 38.0-39.5 oC)
Frekuensi nafas : 40 kali/menit(normal: 20-40 kali/menit)
Frekuensi jantung : 116 kali/menit (normal: 110-130 kali/menit)
Adaptasi Lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Jinak
Pertulangan kepala : Kompak (conformed)
Posisi tegak telinga : Tegak pada keduanya
Posisi kepala : Lebih tinggi dari tulang punggung
Palpasi
Mata dan orbita kiri dan kanan
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Conjuctiva : Rose
Membrana nictitans : Tersembunyi

Bola mata kiri dan kanan


Sclera : Putih
Cornea : Bening (jernih)
Iris : Kuning
Limbus : Rata
Pupil : Tidak ada kelainan
Refleks pupil : Ada
Vasa injectio : Tidak ada

Hidung dan sinus-sinus : Kering dan nyaring

Mulut dan rongga mulut


Rusak/luka bibir : Tidak ada
Mucosa : Rose, basah
Gigi geligi : Tidak ada karang gigi, gigi lengkap
Lidah : Basah dan tidak ada luka

Leher
Perototan Leher : Tegas
Trachea : Teraba, Tidak ada batuk
Esophagus : Teraba kosong

Telinga
Posisi : Tegak keduanya
Bau : Bau serumen
Permukaan daun telinga : Licin dan halus
Krepitasi : Tidak ada
Refleks panggilan : Ada

Thorak: Sistem Pernafasan


Inspeksi
Bentuk rongga thorax : Simetris
Tipe pernafasan : Costalis
Ritme : Teratur
Intensitas : Dalam
Frekuensi : 40 kali/menit

Perkusi
Lapangan Paru-paru : Tidak ada perluasan
Gema perkusi : Nyaring
Auskultasi
Suara pernafasan : Suara inspirasi jelas terdengar
Suara ikutan : Tidak ada terdengar
Antara in dan ekspirasi : Tidak ada terdengar

Palpasi
Penekanan rongga thorak : Tidak ada rasa sakit
Palpasi intercostals : Tidak ada rasa sakit

Thorak: Sistem Peredaran Darah


Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : Tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 116 kali/menit
Intensitas : Dangkal
Ritme : Teratur
Suara sistol dan diastol : Tidak ada kelainan
Ekstraksistolik : Tidak terdengar
Sinkron pulsus dan jantung : Sinkron

Abdomen dan Organ Pencernaan


Palpasi
Epigastricus : Tidak ada rasa sakit
Mesogastricus : Tidak ada rasa sakit
Hypogastricus : Tidak ada rasa sakit
Isi usus besar : Tidak teraba
Isi usus kecil : Tidak teraba
Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter ani : Ada
Pembesaran kolon-kucing : Tidak ada
Kebersihan daerah perineal : Bersih
Hubungan dengan vulva-betina: Ada (Terpisah)

Alat perkemihan dan Kelamin (Urogenitalis)


Betina
Inspeksi dan palpasi
Mukosa vagina : Rose
Perhatikan kelenjar mamae
Besar : Proporsional
Letak : Sepanjang milk line
Bentuk : Sama besar
Kesimetrisan : Tidak simetris
Konsistensi kelenjar : Kenyal

Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada kelainan
Cara bergerak-berjalan : Koordinatif
Cara bergerak-berlari : Koordinatif

Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan : Kompak (Tidak ada kelainan)
Kaki kanan depan : Kompak (Tidak ada kelainan)
Kaki kiri belakang : Kompak (Tidak ada kelainan)
Kaki kanan belakang : Kompak (Tidak ada kelainan)
Konsistensi pertulangan : Kompak
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi sakit
Letak rasa sakit : Tidak ada
Panjang kaki depan : Simetris
Panjang kaki belakang : Simetris

Palpasi
Limfoglandula poplitea
Ukuran : Proporsional, tidak bengkak
Konsistensi : Kenyal
Lobulasi : Jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Panas : Tidak ada sensasi panas
Kesimetrisan : Simetris

Kestabilan pelvis
Konformasi : Kuat / stabil
Kesimetrisan : Simetris
Tuber ischii : Tegas, simetris
Tuber coxae : Tegas, simetris

Diagnosa Klinis : Sehat klinis


Differensial Diagnosa :-
Prognosa : Fausta
Terapi : OH

Tabel 2 Hasil pemeriksaan darah


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi
Serum
Plasma
SDM 14.87 5-15 10^6/l
SDP 55.40 10-15 10^3/l
Retikulosit %
Hematokrit 37.00 29-45 %
Hemoglobin 12.00 8-17 g/DL
Differensial Leukosit
Limfosit 8 20-55 %
Monosit 1 1-4 %
Neutrofil 85 45-75 %
Eosinofil 6 1-8 %
Basofil 0 0-3 %
Parasit Darah 0 0 %
PEMBAHASAN

Anamnesa dan Signalement


Kondisi hewan secara umum sehat saat ditemukan dengan gizi dan pertumbuhan baik,
berat badan 2.9 kg, suhu tubuh 38.2 C, frekuensi nadi 116x/menit, dan frekuensi nafas
40x/menit.

Hasil Diagnosa Penunjang


Hasil pemeriksaan hematologi pasien didapatkan jumlah eritrosit (RBC) masih dalam
kisaran normal yaitu 14.87 x 106/l, nilai hematokrit dan hemoglobin juga berada pada
kisaran normal yaitu 37.00% dan 12.00 g/dL. Jumlah leukosit (WBC) yang didapatkan
meningkat tiga kali lipat dari nilai normal yakni sebesar 55.40 x 103/l, pada differensial
leukosit semua sel memiliki persentase yang normal kecuali limfosit yang berada dibawah
normal sebesar 8% dan neutrofil yang melebihi batas normal sebesar 85%. Hasil ini
menunjukkan bahwa kemungkinan kucing pernah terserang infeksi bakteri sebelumnya
sehingga presentase neutrofil meningkat.

Pre Operasi
Dalam Persiapan operasi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik (physical
examination/PE) terhadap kondisi umum hewan (kucing). Hasil pemeriksaan secara umum
menunjukkan bahwa kondisi kucing sehat klinis sehingga dapat dilakukan tindakan operasi.
Kucing yang akan di operasi memiliki bobot badan 2.9 kg, suhu tubuhnya 38.2 oC, frekuensi
napasnya 40 kali permenit, dan frekuensi denyut jantungnya adalah 116 kali permenit. Hal
tersebut masih normal untuk kucing dimana suhu tubuh normalnya 38-39.5 oC, frekuensi
napas normalnya 20-40 kali permenit, dan frekuensi denyut jantungnya 110-130 kali
permenit (Radostits 2005).
Kucing kemudian diberi suntikan premedikasi dengan atropin sulfat secara SC.
Atropin berfungsi sebagai preanaesthesi yaitu untuk mempersiapkan pasien sebelum
pemberian agen anaesthesi baik itu anaesthesi lokal, regional, ataupun umum. Tujuannya
adalah untuk mengurangi hipersalivasi, meningkatkan keamanan pada saat pemberian agen
anaesthesi, memperlancar induksi anaesthesi, mencegah efek bradikardia dan muntah setelah
ataupun selama anaesthesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan
yang tidak terkendali selama recovery. Mekanisme kerjanya berlawanan dengan zat
anaesthetikum sehingga kerja jantung dan pernafasan tidak terdepres terlalu jauh.
Atropin digolongkan sebagai antikholinergik atau parasimpatolitik, yaitu zat yang
dapat menghambat efek asetilkolin pada syaraf post-ganglionik kholinergik dan otot polos.
Sepuluh menit kemudian diberikan induksi anesthesi berupa kombinasi diazepam dan
ketamin. Ketamin adalah obat yang unik karena memiliki kombinasi efek yang tidak dimiliki
oleh obat lainnya yaitu efek hipnotik, analgesik, dan amnesik. Ketamin efeknya singkat
namun memiliki efek anesthetik yang sangat kuat sehingga mengganggu sistem saraf
menyebabkan kehilangan sensasi atau perasaan terhadap badan. Ketamine memiliki efek
halusinasi namun memiliki efek buruk seperti kehilangan kemampuan untuk bergerak,
menimbulkan rasa panik dan depresi. Pasien dengan pemberian ketamine biasanya teranastesi
dengan kelopak mata sedikit tebuka. Penggunaan kombinasi diazepam dan ketamine sangat
baik karena memiliki rentang keamanan yang luas dibandingkan dengan penggunaan
kombinasi ketamine dan xylazin. Diazepam memberikan efek penenang sedangkan ketamin
memberikan efek analgesik yang baik. Diazepam tidak mempengaruhi frekuensi denyut
janung namun dapat menurunkan frekuensi napas dan tonus otot angka. Makin tinggi dosis
anestesi kombinasi diazepam dan ketamin yang digunakan maka makin panjang pula waktu
pemulihan anestesinya.
Operasi
Setelah kucing terbius, dilakukan pencukuran rambut pada daerah abdomen, lalu
diberi disintiseptik berupa iodium tincture untuk memastikan bahwa daerah pencukuran
dalam keadaan steril. Kemudian pengikatan keempat kaki pada meja operasi. Hewan
diposisikan terlentang simetris dengan keempat kaki yang diikat dengan simpul tomfol.
Asisten-1 kemudian menutupi badan kucing dengan duk dan memfiksirnya dengan towel
clamp sehingga siap untuk dilakukan operasi. Operasi yang dilakukan kali ini adalah
ovariohisterektomi, penyayatan dilakukan pada bagian ventral abdomen kira-kira 2 cm di
posterior umbilikal. Pada saat penyayatan subkutan dilakukan dengan menggunakan gunting,
hal ini dilakukan agar kelenjar mammae tidak ikut tersayat (Turner 1989).
Pada linea alba, sayatan cukup dilakukan sepanjang 1 cm saja sampai tersembul
omentum yang merupakan tanda peritoneum telah tersayat. Kemudian linea alba digunting
untuk memperluas sayatan. Namun panjang sayatan linea alba tidak boleh lebih panjang
daripada sayatan kulit, karena akan mempersulit proses penjahitan. Setelah rongga abdomen
terbuka, dilakukan pencapaian ovarium sebelah kanan terlebih dahulu dan dilakukan
pemotongan terhadap mesovarium. Setelah pemotongan mesovarium dilanjutkan dengan
pencarian ovarium sebelah kiri. Pencarian ovarium kiri dilakukan dengan cara menarik uterus
sebelah kanan hingga terlihat bifurcation uterus sehingga akan lebih mudah mendapatkan
uterus dan ovarium sebelah kiri. Pada operasi kali ini dilakukan penambahan ketamin dosis
yaitu sebesar 0.145 ml. Hal ini dilakukan sebagai tindakan maintenance saat kucing mulai
tersadarkan kembali sedangkan operasi masih berjalan.
Bagian corpus uterus difiksir tepat diatas bagian serviks dengan menggunakan tang
arteri, diikat dengan menggunakan benang silk 3.0 agar lebih kuat, benang dikaitkan pada
bagian lateral uterus dan diikat kencang. Setelah dilakukan pengikatan, dilakukan
pemotongan bagian posterior uterus dan lepaskan tang jika sudah tidak terjadi pendarahan.
Namun pada operasi kali ini ketika uterus sudah diikat dan tang arteri dilepas, ternyata
benang silk ikut terlepas sehingga harus dilakukan pencarian sisa uterus yang masuk kedalam
rongga pelvis. Pencarian uterus ini diawali dengan memperluas daerah sayatan pada kulit dan
linea alba menggunakan gunting tajam tumpul hingga menemukan vesica urinaria. Kemudian
lakukan penarikan vesica urinaria kearah luar dari rongga abdomen. Tahap selanjutnya untuk
menemukan uterus, lakukan pemasanganan kateter melalui lubang vagina hingga masuk ke
uterus. Ketika ujung dari kateter sudah terlihat menyembul keluar, secepat mungkin difiksir
dengan pinset dan lakukan pengikatan kembali unuk mencegah terjadinya pendarahan.
Setelah selesai, maka dilanjutkan dengan penutupan luka sayatan. Penutupan luka
sayatan harus dilakukan seaseptik mungkin. Pencegahan terhadap infeksi dilakukan dengan
penetesan antibiotika Penicillin ke rongga abdomen yang akan ditutup, juga setelah
penutupan sayatan linea alba sebelum menutup sayatan kulit. Luka sayatan yang telah terjahit
tersebut lalu diberi iodium tincture dan ditutup menggunakan kassa steril. Pemasangan gurita
dilakukan untuk membantu mengurangi tekanan abdominal terhadap luka agar tidak terjadi
hernia. Kucing juga diberi antibiotika injeksi, yaitu oksitetrasiklin secara intramuscular.
Pada saat pengoperasian dilakukan pengamatan terhadap kondisi fisiologi hewan
yaitu; frekuensi nafas, frekuensi jantung, suhu tubuh. Pada pembedahan kali ini, frekuensi
jantung mengalami peningkatan, namun suhu dan frekuensi nafas masih dalam kisaran
normal. Hal ini dikarenakan penggunaan anesthesi kombinasi ketamin diazepam memiliki
efek keamanan yang luas dengan tidak telalu mendepes fisiologis tubuh.
Ovariohisterektomi merupakan tindakan bedah yang umumnya berhubungan dengan
penyakit pada organ reproduksi, seperti pyometra, kista ovari, kanker uterus, gangguan
hormon dan lain-lain. Selain itu, dapat juga sebagai alternatif bagi owner yang menginginkan
hewannya steril.

Tabel 3 Prosedur operasi


No Gambar Keterangan
1 Lakukan sayatan kulit pada 2
cm dibawah umbilikal

2. Lakukan penyayatan linea alba

3. Eksplorisasi abdomen untuk


mencari ovarium
4. Pengikatan pembuluh darah
yang memvaskularisasi
ovarium dan uterus

5. Pengikatan corpus uteri

6. Pencarian dan pengikatan


uterus yang lepas

7. Penjahitan peritoneum
8. Penjahitan kulit selesai

Tabel 4 Monitoring operasi


Jam/ Frekuensi Frekuensi Suhu CRT Mukosa Turgor Lain-lain
Waktu jantung napas (oC) (detik)
(x/menit) (x/menit)
14.00 72 64 38.4 <3 Rose Baik ketamine 0.145 ml
diazepam 0.1 ml
14.15 176 48 37.8 <3 Pucat Baik -
14.30 164 44 37.6 >3 Pucat Baik -
14.45 172 24 37.3 >3 Pucat Baik -
15.00 188 24 36.8 >3 Pucat Baik ketamine 0.145 ml
diazepam 0.058 ml
15.15 192 24 37.1 >3 Pucat Baik -
15.30 196 36 36.9 >3 Pucat Baik -
15.45 128 24 36.7 >3 Pucat Baik -
16.00 Operasi selesai

250

200
188 192 196
176
164 172
150
128
(x/menit) 100
Frekuensi jantung
72 (x/menit)
50

(waktu)

Grafik 1 Monitoring frekuensi jantung (x/menit) selama operasi


70
64
60
50 48
44
40
36
(x/menit) 30
24 24 24 24 Frekuensi napas
20 (x/menit)
10
0

(waktu)

Grafik 2 Monitoring frekuensi jantung (x/menit) selama operasi


39
38.5 38.4
38
37.8
37.5 37.6
37.3
37 37.1
(C) 36.9
36.8 36.7
36.5 Suhu (C)

36
35.5

(waktu)

Grafik 3 Monitoring suhu (C) selama operasi

Post operasi
Kucing mulai tersadar pada jam 17.00 wib namun kondisinya masih sangat lemah.
Suhu tubuh post operasi sebesar 37.0 C. Oleh karena itu, kucing dihangatkan dengan heating
pad agar suhu tubuh kembali normal. Keesokan harinya setelah operasi, kucing sudah mulai
makan dan minum. Namun persembuhan lukanya masih belum baik (masih basah) karena
baru 2 hari pasca operasi. Pemeriksaan fisik juga menunjukkan frekuensi nadi, napas dan
suhu yang mulai normal. Pemberian antibiotik 2 kali setiap hari pada jam 8 pagi dan jam 5
sore.

Tabel 5 Monitoring fisiologis hewan post operasi


Hari ke-
Parameter
0 (S) 1 (P) 1 (S) 2 (P) 2 (S)
Frekuensi nadi (x/menit) 128 124 132 120 116
Frekuensi napas (x/menit) 24 32 32 28 28
Temperatur (C) 37.0 39.0 39.5 38.2 37.6
Nafsu makan - + + + +
Nafsu minum - + + + +
Persembuhan luka Basah Basah Basah Basah Basah
Urine + + + + +
Feses - - - - -

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Ovariohisterektomi merupakan tindakan bedah berupa pengangkatan organ ovarium
dan uterus. Operasi Ovariohisterektomi kali ini secara umum berjalan dengan baik hanya saja
harus dilakukan perluasan penyayatan pada kulit dan line alba akibat terlepasnya ikatan
corpus uteri.

Saran
Pengikatan benang ketika operasi harus dilakukan dengan erat dan hati-hati supaya
benang tidak mudah terlepas.

DAFTAR PUSTAKA

Hickman J, Houlton JEF, Edwards B. 1995. An Atlas of Veterinary Surgery Ed-3. London
(UK): Blackwell Science.
Radostits O. M et al. 2005. Veterinary Clinical Examination And Diagnosis. Cina: Elsevier
Turner A. S et al. 1989. Techniques in Large Animal Surgery 2nd edition. Amerika: Library
Of Congress Cataloging.

Anda mungkin juga menyukai