Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRODUKSI TANAMAN SAYUR

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SAWI HIJAU DAN PAKCOY

OLEH:

ETTI YULINAR BR S ( E1J014135 )

LIZA AFRIANI ( E1J014 )

RUDI SAPUTRA ( E1J014 )

ANTON SILITONGA ( E1J014 )

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Sawi memang merupakan jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat
Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan
masyarakat kelas atas. Sawi juga merupakan sayuran yang amat digemari oleh
masyarakat keturunan Cina. Namun, pada saat sekarang ini semua orang merupakan
calon konsumen sawi yang potensial karena mudahnya rasa sayuran ini diterima oleh
lidah. Di Indonesia banyak sekali jenis masakan yang menggunakan sawi seperti bakso,
gado-gado, oseng-oseng, tumis dan jenis masakan lainnya yang membuktikan bahwa
sawi merupakan sayuran yang cukup populer di Indonesia
Sawi hijau merupakan salah satu jenis sayuran popular yang dikonsumsi untuk
berbagai jenis masakan. Sayuran ini secara luas mudah dibudidayakan diberbagai daerah
di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Hal itu dapat dilihat dari semakin banyaknya sawi
hijau dalam berbagai jenis makanan, baik makanan lokal maupun asing. Jenis sayuran ini
juga disediakan diberbagai macam pasar, seperti pasar tradisional maupun pasar
swalayan. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dalam sebuah
makanan, namun permintaan masyarakat akan sawi hijau cukup tinggi. Untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan
peningkatan produksi. Namun perlu diingat, bahwa sawi hijau ini termasuk jenis sayur
yang mudah rusak, mudah layu, menguning dan busuk sehingga perlu penanganan yang
lebih cepat setelah panen karena sayuran ini mempunyai umur simpan yang pendek.
Tanaman pakcoy bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk
dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin
lama semakin tinggi serta adanya peluang pasar. Harga jual sawi pakcoy lebih mahal
daripada jenis sawi lainnya. Menurut Haryanto dan Tina (2002). kelayakan
pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan
komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut,
disamping itu, umur panen sawi pakcoy relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan
hasilnya memberikan keuntungan yang memadai. Pakcoy banyak mengandung serat,
vitamin A, vitamin B, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C, kalium, fosfor, tembaga,
magnesium, zat besi, dan protein. Kandungan gizi-gizi tersebut menyebabkan pakcoy
selain pangan bergizi juga berkhasiat untuk mencegah kanker, hipertensi, dan penyakit
jantung
1.2. Tujuan
1. Mengetahui teknik budidaya Sawi agar memperoleh hasil yang optimal
2. Mengetahui teknik budidaya Pakcoy agar memperoleh hasil yang optimal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk
keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan
setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini
merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinese vegetable. Saat
ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand.
(Setiawan 2014)
Adapun klasifikasi tanaman sawi sendok atau pakcoy adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Species : Brassica rapa L (Eko 2007).
Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk dalam jenis sayur sawi yang mudah
diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan masyarakat akan tanaman
pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk dibudidayakan. Perawatannya juga tidak
terlalu sulit dibandingkan dengan budidaya tanaman 6 yang lainnya. Budidaya tanaman
pakcoy dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam
dalam polibag. Media tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos dari sisa
limbah. (Prasasti 2014)
Sawi mangkok atau sawi sendok tergolong tanaman yang dapat ditanam pada
berbagai musim, baik musim penghujan ataupun musim kemarau dan dapat diusahakan di
dataran rendah sampai dataran tinggi. 7 Sayuran ini termasuk sayuran yang dapat
dibudidayakan sepanjang tahun. Apabila pembudidayaan dilakukan di dataran tinggi,
umumnya akan cepat berbunga karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan
hawa yang sejuk/lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak baik apabila dibudidayakan
pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok apabila ditanam pada
akhir musim penghujan (Haryanto 2006).
2.2. Tanaman Sawi Hijau(Brassica rapa L.)
Menurut Rukmana (2002) tanaman sawi hijau dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Brassicales
Familia : Brassicaceae
Genus : Brassica Species : Brassica rapa L. var. Parachinensis L. H Bailey
Tanaman sawi hijau merupakan herba atau terna semusim (annual) berakar
serabut yang tumbuh dan menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, tidak
membentuk krops. Perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm.Tanaman
sawi hijau memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang
berada di dalam tanah (Cahyono 2003).
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa
dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Daerah
penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter
diatas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai
ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl (Fahmi 2013). Tanah yang cocok ditanami
sawi hijau adalah tanah yang gembur, mengandung humus dan subur. Derajat keasaman
(pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah pH 6 sampai pH 7 (Haryanto
2003).
Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah
yang mempunyai suhu malam hari 15,6C dan siang harinya 21,1C serta penyinaran
matahari antara 10-13 jam per hari. Beberapa varietas sawi ada yang tahan terhadap suhu
panas, dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang suhunya antara 27C-32C
(Rukmana 2002).
BAB III
ISI
3.1 Teknik Budidaya Tanaman Sawi Hijau
1. Pengolahan tanah
Kegiatan pengolahan tanah secara umum sebelum penanaman sayuran adalah
penggemburan tanah serta pembuatan bedengan. Pengolahan tanah dilakukan 3-4 minggu
sebelum tanam. Tanah dicangkul sedalam 30 cm, dibersihkan dari gulma dan tanahnya
diratakan. Bedengan yang digunakan sebaiknya berukuran lebar 100-120 cm dan tinggi
30 cm. Pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha diberikan merata diatas
bedengan dan diaduk merata. Hal tersebut dilakukan 3 hari sebelum tanam (Alex 2010).
2. Persemaian Benih
Persemaian Benih dapat langsung disebar ditempat tanam permanen (direct
seeding) atau mula-mula dalam tempat dimana tanaman muda dapat dipindahkan
(transplanting) sekali atau dua kali sebelum penanaman permanen. Penyemaian atau
pembibitan ditujukan untuk menanam bibit atau semai untuk memberikan pengaturan
lingkungan yang lebih tepat selama tahap perkecambahan yang gawat dan awal
pertumbuhan bibit. (Oschse 2003). Benih disebar secara merata pada bedengan
persemaian dengan media semai setebal 7 cm dan disiram. Bedengan persemaian tersebut
sebaiknya diberi naungan. Media semai dibuat dari pupuk kandang dan tanah yang telah
dihaluskan dengan perbandingan 1:1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media
semai, kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari. Bibit
sawi berumur 7-8 hari setelah semai dipindahkan kedalam bumbunan dan bibit siap
ditanam di kebun pada saat berumur 2-3 minggu setelah semai (Alex 2010).
3. Penanaman
Pemindahan bibit dan penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari. Apabila
dilakukan siang hari maka tanaman akan mudah layu karena sengatan sinar matahari.
Selain itu tanaman akan mengalami dehidrasi.. Tanaman muda yang stres karena
pemindahan langsung ke lapang bisa mengalami kematian. Periode 7 peralihan sore-
malam-pagi menuju siang memungkinkan tanaman menyesuaikan diri lebih kuat dengan
kondisi lapang.. Jarak tanam dalam bedengan 40x40 cm, 30x30 cm dan 20x20 cm.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20-30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu. Memilih bibit yang baik, pemindahan
bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8 x 6-10 cm (Fahrudin
2009).
4. Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman tanaman perlu dilakukan apabila ditanam pada musim kemarau atau
di lahan yang sulit air. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman sampai waktu panen
(Alex 2010). Penyiraman yang teratur akan sangat membantu tanaman, terutama tanaman
muda. Sore hari adalah waktu melakukan penyiraman yang tepat. Penguapan yang
berlangsung karena pengaruh panas matahari sudah dapat dihindarkan. Namun bila tanah
kering, penyiraman dilakukan pagi dan sore hari.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Kemudian
dilakukan penyiangan dan pendangiran susulan setiap dua minggu sekali, terutama pada
musim hujan. Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang
hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek.
Akar-akar tanaman yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah
sinar matahari, setelah kering kemudian dibakar (Duljapar 2000).
Penyulaman
Pada penanaman sawi hijau, selalu ada saja beberapa tanaman yang mati. Hal ini
dapat disebabkan karena kegagalan adaptasi tanaman pasca transplanting maupun oleh
serangan hama. Pada umur 7 HST periksa seluruh tanaman. Jika ditemukan ada tanaman
yang mati, segera sulam dengan bibit yang baru (Wahyudi 2010).
Pengendalian OPT
Tanaman sawi banyak diserang oleh hama dan penyakit utama diantaranya ulat
grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua), dan penyakit akar gada
(Plasmodiophora brassicae). Spodoptera litura berwarna hijau tua kecoklatan dengan
totol-totol hitam disetiap ruas buku badannya. Ulat ini berukuran sekitar 15-25 mm.
Spodoptera exigua mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera litura tetapi warna
tubuhnya hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini
sering menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun
berlubang-lubang terutama di daun muda. Agar tanaman tidak terserang maka perlu
dilakukan pencegahan yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik. Apabilla
tanaman ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang tepat.
Penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae) menyerang perakaran tanaman. Gejala
serangan berupa tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang cerah dan panas.
Namun sebelumnya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Tanaman terhambat
pertumbuhannya. Jika dicabut akan tampak benjolan benjolan besar seperti kanker di
perakarannya. Pada tingkat serangan yang parah, tanaman sama sekali tidak bisa
berproduksi. Lakukan pencegahan secara ketat agar usaha tani berhasil. Hindari
menanam di lahan bekas caisim dan pakchoy serta familinya (kol, sawi putih, brokoli,
bunga kol, kailan) yang terindikasi serangan penyakit ini (Wahyudi 2010).
Pemupukan
Pada umur 2 minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha
(15 gr/m2 ). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk
organik kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman. Pemakaian
pupuk yang tidak seimbang secara terus menerus pada tanaman sawi dapat memperburuk
kondisi tanah dan mengakibatkan meningkatnya masalah hama dan penyakit.
Penggunaan pupuk daun dengan konsentrasi berlebih akan menyebabkan gejala daun-
daun seperti terbakar dan layu, kering dan akhirnya gugur. Hal ini tentunya sangat
mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Adapun anjuran dari pupuk Gandasil D
untuk tanaman sayur-sayuran adalah 1-3 g/liter air dengan interval waktu pemberian 8-10
hari sekali (Lingga dan Marsono 2005).
5. Panen dan Pascapanen
Panen sawi hijau dapat dilakukan setelah tanaman berumur 30-35 HST,
tergantung pada ketinggian tempat penanaman. Semakin tinggi tempat panen, umur
panen akan bertambah. Tanaman sawi hijau dapat dipanen dengan kriteria diantaranya
bentuk daun oval agak bulat, tebal dan agak berserat. Warna daun hijau sedangkan
tangkai daun hijau muda. Cara untuk memanen ada 2 macam, yaitu dengan mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya atau dengan memotong bagian pangkal batang yang
berada diatas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi dilakukan dengan pencucian
terlebih dahulu. Sawi dicuci dan dibersihkan dari segala kotoran agar terlihat lebih bersih
dan fresh sebelum dipasarkan. Sawi hijau kemudian disimpan ditempat dengan sirkulasi
udara yang baik dan terhindar dari virus yang dapat menyerang tanaman sawi (Fahmi
2013).
6. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan 10 barang dan jasa kepada
kelompok pembeli. Perusahaan harus memadukan keputusan-keputusan pemasarannya
dengan fungsi pemasaran yang lain. Biasanya bagian pemasaran mengkoordinasikan
tugas-tugas pada bagian dalam perusahaan secara informal. Hal ini menyebabkan
semakin pentingnya bagian pemasaran bagi perusahaan (David 2004).
3.2. Teknik budidaya tanaman Pakcoy

Menurut Haryanto dan Tina (2002), kegiatan budidaya sawi meliputi tahapan sebagai
berikut :
1. Pengolahan tanah
Kegiatan pengolahan tanah secara umum sebelum menanam sayuran adalah
pengemburan tanah serta pembuatan bedengan.. Pengemburan tanah dapat menciptakan
kondisi yang dibutuhkan oleh tanaman agar mampu tumbuh dengan baik. Tahap-tahap
pengamburan meliputi pencangkulan untuk memperbaiki stuktur tanah serta sirkulasi
udaranya dan pemberian pupuk organik atau pupuk kimia sebagai pupuk dasar untuk
memperbaiki stuktur fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan. Pada
saat melakukan pengemburan tanah sebaiknya dilakukan juga pemberian pupuk organik
sebagai pupuk dasar. Tanaman sawi membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha,
(Haryanto dan Tina, 2002). Pemberian pupuk kandang pada saat pengemburan bertujuan
agar pupuk kandang dapat lebih cepat bercampur merata denga tanah sehingga unsur hara
dan stuktur tanah dapat dengan mudah tergantikan, untuk daerah yang mempunyai derajat
keasaman yang terlalu rendah (tanah bersifat terlalu asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Alat dan Bahan yang dibutuhkan selama kegiatan pembersihan lahan yaitu
cangkul, golok dan garu. Cangkul digunakan untuk membersihkan sisa-sisa perakaran
tanaman, meratakan dan mengemburkan/ menghaluskan tanah. Golok untuk memotong
tanaman yang tumbuh pada lahan yang akan digunakan sebagai lahan tanaman pakcoy.
Garu digunakan untuk mengangkat sisa-sisa akar, sisa tanaman dalam tanah (Direktorat
Budidaya Tanaman Sayuran & Biofarmaka, 2008). 2
2. Pembibitan
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk
penanaman, hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan waktu yang digunakan. Ukuran
bedegan yang akan digunakan untuk pembibitan tidak perlu terlalu lebar dan luas, karena
pebibitam tidak memerlukan jarak tanam yang jauh dan besar. Dua minggu sebelum
penaburan benih dilakukan bedengan pembibitan terlebih dahulu ditaburi dengan 2 kg
pupuk kandang, 20 g urea, 10 g TSP dan 7,5 g KCL. Cara melakukan pembibitan diawali
dengan benih ditaburkan pada permukaan bedengan pembibtan, selanjutnya benih
ditutupi dengan tanah yang halus setebal 1-2 cm. lakukan perawatan dengan penyiraman
menggunakan sprayer atau gembor. Benih yang baik akan tumbuh 3-5 hari setelah
penaburan benih. Setelah berdaun 3-5 helai (kira-kira berumur 3-4 minggu setelah benih
ditaburkan) bibit dapat dipindahkan ke bedengan penanaman
3. Penanaman
Bedengan penanaman sawi dibuat dengan ukuran 120 cm dan panjang sesuai
dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedengan penanaman ini dibuat sekiar 20-30 cm
dengan jarak antar bedengan 30 cm. jarak antar bedengan ini bertujuan sebagai parit
drainase dan tempat lalu lalang pekerja. Satu minggu sebelum penanaman sawi
dilakukan, bedengan penanaman ditaburi serta diaduk dengan pupuk kandang, TSP, dan
KCL yang dosisnya berturut-turut 10 ton, 100 kg, dan 12 75 kg per ha lahan. Jarak tanam
antar tanaman adalah 20 x 20 cm sampai dengan 30 x 30 cm. Pilihlah bibit yang
pertumbuhannya baik. Ciri-ciri bibit yang baik adalah batang tubuh tegak, daun hijau
segar mengkilap dan tidak terserang hama atau penyakit. Pindahkan bibit dengan hati-hati
dari bedengan pembibitan. Pemindahan bibit dapat menggunakan alat bantu seperti cetok
atau sendok tanaman untuk memindahkan tanaman agar sebagian tanah yang membalut
perakaran bibit dapat terikut pada saat pencabutan. Langkah selanjutnya adalah
penggalian lubang tanam di bedengan penanaman. Peggalian dilakukan dengan tangan
atau tugal pada titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang tidak perlu terlalu
besar, cukup 4-8 x 6-10 cm, namun yang terpenting bibit dapat tumbuh dengan baik dan
tidak gampang tercabut. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan hati-hati. Selanjutnya
lubang dirapikan dan tanahnya sedikit dipadatkan pada pangkal batang.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah tahapan kerja yang terpenting dalam pembudidayaan
tanaman. Hasil yang optimal hanya akan dicapai apabila pemeliharaan tanaman
dilakukan secara baik. Tindakan pemeliharaan ini meliputi penyiraman, panjarangan,
penyulaman, penyiangan dan pengemburan, pemupukan tambahan, serta pengendalian
hama dan penyakit.
a. Penyiraman Air adalah faktor pembatas tumbuh tanaman. Tanpa air yang cukup
sawi tumbuh kerdil layu dan bahkan dapat mati. Penyiraman dapat dilakukan
dengan menggunakan gembor, pipa penyemprot, sprinkler, atau dengan sistem
leb. Sistem leb ialah memasukkan air ke areal melalui parit drainase selama
beberapa waktu (2-8 jam), tergantung kebutuhan dan situasi kekeringan. Namun,
penyiraman dengan gembor hingga air cukup membasahi tanah pada pagi dan
sore hari umunya sudah memadai.
b. Penjarangan Penanaman sawi yang tanpa melalui tahap pembibitan pada
umumnya tumbuh tidak teratur. Jika hal ini dibiarkan dan tidak dilakukan
penjarangan maka akan menyebabkan adanya persaingan dalam mengambil unsur
hara dalam tanah. Penjarangan ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas dan hasil
sawi yang baik. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya
dengan mencabut tanaman yang tumbuh berdekatan atau terlalu rapat. Sisakan
tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur, untuk
penanaman bibit dengan jarak tanam yang sudah ditentukan misalnya 20 x 20 cm
atau 40 x 40 cm.
c. Penyulaman Penyulaman merupakan kegiatan penggantian tanaman yang mati.
Tanaman sulaman biasanya diambil dari bibit tanaman yang masih tersisa di
bedengan pembibitan, hal ini bertujuan agar umur dan tingkat pertumbuhan
tanaman yang sudah tumbuh dengan baik di bedengan penanaman dengan
tanaman sulaman tidak berbeda jauh. Cara penyulaman cukup sederhana dan
muda, tanaman yang mati dibuang dengan cara dicabut kemudian lubang
penanaman dibuat pada bekas tempat penanaman sebelumnya, selanjutnya
tanaman sulaman ditanam sebagai penggantinya.
d. Penyiangan, penggemburan dan pengguludan Penyiangan biasanya dilakukan 2-4
kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma
pada bedengan penanaman. Setelah tanaman berumur 2 minggu di bedengan
penanaman biasanya gulma sudah mulai banyak. Penyiangan ini dilakukan agar
pengambilan unsur hara dari dalam tanah dapat berlangsung sempurna tanpa
diganggu oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang lainnya. Perlu diperhatikan bahwa
penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka
pada tanaman intinya.
e. Penggemburan dan pengguludan dilakukan apabila tekstur tanah berubah menjadi
keras dan padat. Penggemburan dan pengguludan biasanya dilakukan bersamaan
dengan penyiangan. Penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati karena
seringkali dapat merusak tanaman. Pengguludan di bedengan untuk tanaman sawi
tidak terlalu dibutuhkan karena pengguludan yang dilakukan pada bedengan
bertujuan untuk tetap memfungsikan parit drainase sebagai sarana pelancar
kelebihan air. Pengguludan dilakukan dengan cara menaikan tanah yang jatuh
kebagian parit pengairan ke bedengan semula.
f. Pemupukan tambahan Pupuk tambahan diberikan pada saat 3 minggu setelah
tanam yaitu urea dengan dosis 50 kg per ha. Pupuk TSP dan KCl tidak terlalu
dibutuhkan untuk pemupukan tambahan ini hal ini dikarenakan sawi merupakan
sayuran daun yang lebih membutuhkan pupuk untuk membantu pertumbuhan
daun, sehingga pupuk urea yang lebih penting dan lebih dibutuhkan sebagai
pupuk tambahan. Pemberian urea sebagai pupuk tambahan dilakukan dengan cara
penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali atau dapat juga
dengan melarutkan pupuk urea tersebut dengan air, lalu disiramkan pada
bedengan penanaman dengan perbandingan 25 g pupuk urea dilarutkan dalam 25 l
air untuk 5 m bedengan.
g. Pengendalian OPT (Organisme pengganggu tumbuhan) Menurut Direktorat
Budidaya Tanaman Sayuran & Biofarmaka (2008), pengendalian OPT dilakukan
agar tidak terjadi kerusakan pada bagian tananaman, sehingga masih
menguntungkan secara ekonomis dan untuk menghindari kerugian ekonomi
berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk serta
menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup dan aman
konsumsi. Pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT, harus diawali dengan
pengenalan jenis hama dan penyakit yang ada pada tanaman sawi, sehingga pada
saat pelaksanaan pengendalian OPT dapat dilakukan dengan tepat.
Menurut Haryanto dan Tina (2002), berikut ini adalah jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman pakcoy :
Hama
- Ulat titik tumbuh (Crocidolomia Binotalis Zell.) Gejala seperti daun bagian
dalam yang terlindungi oleh daun bagian luar rusak dan kelihatan bekas gigitan.
Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat titik tumbuh atau crocidolomia
binotalis Zell. Ulat ini berwarna hijau. Di punggungnya terdapat garis berwarna
hijau muda dan rambut yang berwarna hitam. Seranggan dewasa menghasilkan
telur yang jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Pengendalian ulat titik dapat
dilakukan dengan cara preventif yait menyemprot tanaman sebelum muncul
serangan. Insektisida yang dapat dipakai ialah Dipterex 50 SP dengan dosis 10-20
g per 10 l air, Diazinon 60 EC dengan dosis 10-20 cc per 10 l air, Phosvel 30 EC
dengan dosis 20- 25 cc per 10 l air atau Orthene 75% EC (5-10 g per 10 l air).
- Ulat tritip (Plutella maculipennis) Gejala akibat penyerangan ulat tririp daun
tampak seperti bercak-bercak tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah
dagingnya dimakan hama. Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kuli ari
daun tersebut mengering dan sobek. Serangan berat menyebabkan seluruh daging
daun habis termakan sehingga yang tertinggal hanyalah tulang-tulang daunnya.
Penyebab kerusakan tersebut adalah plutella maculipennis atau ulat tritip.
Pengendalian hama ini dengan menggunakan obor atau penarik serangga karena
hama ini tertarik akan cahaya. Pemberantasan secara kimia dapat dilakukan
dengan insektisida Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc per 1 l air, atau Sevin
dengan dosis 1-2 kg per ha. Volume semprotnya 400-500 l larutan per ha, selain
itu dianjurkan melakukan rotasi tanaman agar daur hidup hama terhenti.
- Siput (Agriolimax Sp.) Gejala pada tanaman sawi akibat siput adalah daunnya
banyak berlubang tetapi tidak merata. Sering pula dijumpai jalur-jalur bekas
lendir pada tanaman atau disekitarnya. Penyebab gejala tersebut adalah siput
Agriolimax sp. Siput umurnya menyerang pada malam hari. Pengendalian hama
ini adalah dengan mengunakan insektisida Metapar 99 WP dengan dosis 0,5-1 g
per l. Siput yang kelihatan di sekitar pertanaman sebaiknya diambil dan
dimusnahkan.
- Ulat (Thepa javanica) Gejalanya yaitu daun banyak berlubang dengan jarak
antara lubang sangat dekat dan menggerombol. Penyebab dari gejala tersebut
adalah ulat Thepa javanica Pengendalian hama ini dapat dikendalikan dengan
menggunakan insektisida Metapar 99 WP dengan dosis 0,5-1 g per l e. Cacing
bulu (Cut worn) Gejala yang ditimbulkan adalah bagian pangkal batang sawi
yang terserang menjadi rapuh, lama-kelamaan tanaman menjadi roboh.
Penyebabnya adalah cacing bulu Cut worn yang menghuni tanah serta
menggerogoti pangkal batang. Pengendalian hama ini dapat dikendalikan dengan
cara menggenangi lahan dengan air yang dicampur dengan insektisida Diazinon
atau Bayrusil dengan dosis 10 cc per 10 l air.
Penyakit:
- Penyakit akar pekuk Gejalanya yaitu akar-akar yang terinfeksi akan mengadakan
reaksi dengan pembelahan dan pembesaran sel yang menyebabkan terjadinya
bintil yang tidak teratur. Seterusnya bintil-bintil ini bersatu sehingga bengkak
memanjang mirip batang yang gada. Penyebabnya oleh jamur Plasmodiofora.
Penyebaran penyakit ini melalui air, tanah, dan bibit tanaman. Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan memindahkan tanaman yang ditanam dari
lahan yang sakit ke lahan yang masih sehat dan dapat mengusahakan sterilisasi
tanah dengan memberi fungisida seperti Brassicol yang mengandung bahan aktif
guintozine dengan cara disiram.
- Bercak daun alternaria Gejalanya yaitu pada daun terdapat bercak-bercak kecil
berwarna kelabu gelap dengan garis tengah mencapai 1 cm. Penyakit ini lebih
banyak terdapat pada daun yang tua. Penyebab penyakit ialah jamur Alternaria
brassicae. Jamur ini dapat terbawa oleh biji. Pengendaliannya yaitu benih yang
akan ditanam direndam dalam air C selama 30 menit dan penyemprotan
denganhangat bersuhu 50 fungisida Difolatan 4 f dengan dosis 2-3 cc/l air. c.
Busuk Basah (soft root) Gejala pada mula-mulanya terjadi bercak kebasahan.
Bercak membesar dan bentuknya tidak teratur. Jaringan yang membusuk pada
awalnya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan
tersebut menjadi berbau. Penyebabnya disebabkan oleh bakteri Erwinia
carotovora, yang dapat menyebabkan kerugian yang besar. Pengendalian dapat
dilakukan dengan menjaga jarak antar tanam jangan terlalu dekat dan panen harus
dilakukan dengan hati-hati. Hindarkan terjadinya luka baik sewaktu di lapangan,
penyimpanan maupun saat pengangkutan.
- Penyakit embun tepung Gejala penyakit ini terutama timbul di bedengan
persemaian. Pada permukaan atas daun terlihat adanya tulang daun yang
menguning. Penyebab penyakit ini oleh jamur Prenespora parasicita. Penyakit
ini C,berkembang lebih cepat apabila suhu udara berkisar antara 10-15 dalam
cuaca mendung, atau di tempat yang teduh. Pengendalian dapat dilakukan dengan
mengurangi kelembapan dipersemaian dan penyemprotan fungisida Dithane M-
45 dengan dosis 0,2% atau 2 gr dilarutkan dalam 1 l air.
- Penyakit rebah semai Gejala sebagian tanaman pada bedeng pembibitan rebah.
Penyebabnya adalah jamur Fusarium spp. Pengendalian penyakit ini dengan
sterilisasi bedengan pembibitan dengan menggunakan basamid G, dosis yang
dipakai 30-40 gr per meter persegi bedengan.
- Busuk Rhizoctonia Gejala pada tangkai dan tulang daun induk terdapat bercak
coklat seperti berlendir. Penyebabnya oleh jamur Rhizoctonia solani. Jika di
dalam tanah banyak terdapat bahan organik maka jamur akan bertambah.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan membuang daun-daun yang
bersentuhan dengan tanah dan jarak tanam tidak boleh terlalu rapat.
- Bercak Daun Gejalanya tampak bercak kecil kebasah-basahan pada tepi daun.
Penyebab penyakit ini adalah Cercospora longisima. Pengendaliannya yaitu
dengan cara mengumpulkan daun-daun yang sakit atau terserang lalu
membakarnya dan penyemprotan dengan fungisisda Tiezene 80 WP sebanyak 2-
2,5 gr/l air.
5. Panen, Panen harus dilakukan pada waktu yang tepat agar sesuai dengan
keinginan konsumen dan baik kualitasnya. Sawi yang dipanen terlalu tua akan
menjadi keras dan tidak enak untuk dikonsumsi, sedangkan apabila dipanen
terlalu muda produksinya menjadi sedikit dan harga jualnya rendah karena tidak
memenuhi standar yang diinginkan oleh konsumen. Umur panen Tanaman sawi
yang siap dipanen adalah yang berumur 40-50 hari, selain berdasarkan umurnya
kriteria sawi yang siap dipanen adalah dengan melihat keadaan fisik tanaman
seperti warna, bentuk, dan ukuran daun. Menurut Haryanto dan Tina (2002),
Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan panen seperti keranjang plastik
atau kontainer plastik, gerobak, gudang/tempat penyimpanan sementara. Fungsi
bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan panen yaitu : a) Keranjang plastik
atau kontainer plastik digunakan sebagai wadah hasil panen. b) Gerobak
digunakan untuk mengangkut sawi dari lahan. c) Gudang atau tempat
penyimpanan sementara digunakan sebagai tempat menyimpan pakcoy sebelum
didistribusikan.
6. Pasca panen Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka
(2008), pasca panen merupakan kegiatan penanganan sayur yang telah selesai
dipanen (sortasi, pengkelasan, pengemasan dan penyimpanan) berdasarkan
ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan hingga siap didistribusikan ke
konsumen. Tujuan kegiatan ini adalah tersedianya (jumlah dan kualitas) sesuai
dengan permintaan pasar baik domestik maupun global.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan tentang teknik budidaya tanamn sawi hijau dan pakcoy didapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik budidaya tanaman sawi dan pakcoy hampir sama meliputi: pengolahan
tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharan ( penyiraman, penyiangan,
pemupukan dan pengendalian OPT ) , pemanenan sampai dengan kegiatan pasca
panen ( sortasi, pengemasan, pengolahan dan pemasaran)
2. Teknik budidaya harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik untuk
mendapatkan produk dengan kualitas yang baik serta produksi yang tinggi
3. Pemasaran merupakan kegiatan pasca panen yang penting dalam kegiatan
budidaya dalam peningkatan ekonomi petani
4.2 Saran
Dalam kegiatan budidaya setiap tahap dari kegiatan budidaya harus dilakukan sesuai
prosedur yang baik, hal ini dikarenakan hasil dan kualitas dari tanaman ditentukan dari
kegiatan budidaya yang dilakukan yang dimulai dari pemilihan benih. Tingkat
permintaan pasar menjadi hal utama yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya
karena hal terakhir yang dilakukan setelah budidaya adalah pemasaran.
4.
DAFTAR PUSTAKA

Alex, S., 2010, Seri Perkebunan Modern Sayuran dalam Pot, Penerbit Pustaka Baru
Press, Yogyakarta (Hal. 1).
Anonimous, 2000. Sawi.Http://warintek.progressio.or.id
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau. Yayasan Pustaka
Nusantara, Yogyakarta.
David S. 2009. Vitazyme on Lecttuce. Texas: Vital Earth Resources.
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka (2008)
Diwyacitta Prasasti , Erma Prihastanti, Dan Munifatul Izzati.2014. Perbaikan Kesuburan
Tanah Liat Dan Pasir Dengan Penambahan Kompos Limbah Sagu Untuk
Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa Var.Chinensis).
Jurusan Biologi Fsm Universitas Diponegoro. Semarang
Eko, M. 2007.Budidaya Tanaman Sawi(Brassica juncea). Jakarta: Penebar Swadaya
Fahmi, Z. 2013. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Tanaman. BBPPTP. Surabaya. Hal 1-8
Fahrudin, F., 2009, Budidaya Caisim (Brasica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh dan
Pupuk Kascing, Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(Hal. 7)
Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu, 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Haryanto. 2006. Teknik Budidaya Sayuran Pakcoy (Sawi Mangkok). Jakarta: Penebar
Swadaya
Lingga, P. Dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi Penebar
Swadaya, Jakarta. Hal : 89.
Rukmana,R. 2002. Bertanam Sayuran Petsai dan Sawi.Kanisius.Yogyakarta
Setiawati, Wiwin, Rini Murtiningsih, Gina Aliya Sopha, dan Tri Handayani. 2007.
Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. i-viii + 135 hal. Bandung : Balai
Penelitian Tanaman Sayuran.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai