Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMMINENS
DEPARTEMEN MATERNITAS
CLINICAL STUDY II

Oleh
Dwiasih Nurpudyastuti
135070218113023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2017
ABORTUS IMMINENS
1. Definisi
Abortus Imminens merupakan perdarahan berupa bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan, kondisi ini
kehamilan masih mungkin dipertahankan (Syaifudin dan Bari Abdul, 2002).
Menurut Mutaqin Arif (2001) abortus imminen adalah perdarahan pervaginam
pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda dilatasi servix.
Selain itu menurut Sarwono (1999) abortus imminens yaitu perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi
uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya
dilatasi servix. Abortus imminens juga merupakan pengeluaran secret
pervaginam yang tampak pada trimester pertama kehamilan (William obsetri,
2001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa abortus imminens merupakan
perdarahan atau hanya berupa bercak dengan atau tanpa secret dari uterus
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau pada usia kehamilan di trimester
pertama, hal ini tidak ditandai dengan dilatasi servix.

2. Etiologi
Abortus imminens terjadi karena beberapa hal yaitu :
a. Kelainan pertumbuhan konsepsi, hal ini mengakibatkan abortus
kehamilan pada usia sebelum 8 minggu dan terjadi karena kelainan
kromosom (terutama trimosoma dan monosoma X), lingkungan sekitar
implatasi kurang sempurna, serta pengaruh teratogen akibat radiasi,
virus, obat-obatan, tembakau serta alkohol.
b. Kelainan plasenta misalnya seperti endarteritis vili korialis karena
hipertensi yang menahun, selain itu faktor maternal seperti pnemonia,
typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
c. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks, retroversi
uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

3. Faktor resiko
. Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan abortus yaitu :
- Usia ibu yang lanjut
- Riwayat kehamilan sebeumnya yang kurang baik
- Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai
- Infeksi
- Paparan berbagai zat kimia.
- Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan.
- Kelainan kromosom.

4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti dengan
nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap sebagai benda asing dalam uterus sehingga uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan usia kurang dari 8 minggu, kondisinya villi korialis belum
menembus desidua secara dalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada usia 8-14 minggu, penembusan sudah lebih dalam
sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dulu dari pada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
Perdarahan
kosong amnion atau benda kecil yag tidak jelas bentuknya (blightes ovum),
Nekrosis
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompretus, maserasi
atau fetus papiraseus.
Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus kontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Hasil konsepsi keluar Merasa kehilangan Hasil konsepsi keluar


sempurna tidak sempurna

Cemas
Perdarahan

Stres

Defisit volume cairan

Nyeri

Gangguan rasa nyaman.


Nyeri akut
Intoleran aktifitas
Gangguan tidur
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis abortus imminens antara lain :
a. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
b. Rasa kram abdomen diatas simpisis pubis, sering nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
c. Pada pemeriksaan ginekologi :
- Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
- Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbauk busuk dari ostium.
- Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri.

Menurut Sucipto (2013) Gambarang klinis yang muncul antara lain


Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum,
disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri
perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk
dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia
kehamilan.

6. Pemeiksaan diagnostik
Menurut Sucipto (2013) pemeriksaan diagnostik pada abortus imminens
yaitu :
a. Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung
Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin
viabel atau non dan untuk membedakan antara kehamilan intrauteri,
ekstrauteri, mola, atau missed abortion viable. Jika perdarahan berlanjut,
ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui
viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat
diulang 1-2 minggu kemudian USG dapat digunakan untuk mengetahui
prognosis.
Pada umur kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifitas jantung
janin dapat terlihat (Gondo HK, Suwardewa TGA, 2012) Aktivitas jantung
seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima
milimeter.1 Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi pada
11,5% pasien.

b. Pemeriksaan biokimia serum ibu yaitu :


- Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial Evaluasi
harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami
kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk
mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif
serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan
ektopik, mola, abortus imminens, dan missed abortion.
- Pemeriksaan kadar progesterone
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama,
sehingga pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan
apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan
prognosis kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan
nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel dengan sensitivitas
100%.

7. Penatalaksanaan
Menurut Sucipto (2013) meskipun banyak penelitian menyatakan tidak
ada terapi yang efektif untuk abortus imminens, penatalaksanaan aktif pada
umumnya terdiri atas :
a. Tirah Baring : tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan
abortus imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b. Abstinensia : Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan
abortus imminens, karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin
disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin
E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan
meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
c. Progestogen : merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional
atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan
abortus imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum
dan berperan penting pada persiapan uterus untuk implantasi,
mempertahankan serta memelihara kehamilan. Sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah
keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defi
siensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.

8. Komplikasi
Komplikasi yang terkait dengan abortus imminens yaitu :
1. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
.
9. Prognosis
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran,
kelahiran prematur, BBLR, perdarahan antepartum, dan kematian perinata.
Namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya
perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik
bila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta
pembukaan serviks.
Faktor yang mempengaruhi prognosis abortus imminens yaitu riwayat,
USG, serta biokimia serum maternal. Pronosis akan baik ketika usia ibu hamil
yaitu < 34 tahun, aktivitas jantung bayi normal, serta kadar biokimia juga
normal. Sebaliknya prognosis akan buruk ketika usia ibu hami > 34 tahun
yang mempunyai riwayat keguguran sebelumnya, pada usg tamoak fetal
bradikardi, usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan panjang crown to rump
berbeda, dan ukuran kantong gestasi yang kosong >15-17 mm, serta kadar
biokimia hCG rendah, kadar hCG bebas 20 ng/mL serta peningkatan
hCG.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin AB, dkk. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi pertama cetakan Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Mansjoer A, dkk. 2001. Kelainan Dalam kehamilan : Kapita Selekta Kedokteran,


Edisi Ketiga. Jakarta : media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Williams. 2001. Obstetrics. Edisi : 21. New York : Mc Graw Hill Companies.

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Nuha Medika

Sucipto N.I. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan


Penatalaksanaan CDK-206/ vol. 40 no. 7, th. 2013

Anda mungkin juga menyukai