Anda di halaman 1dari 77

Daftar Isi

1 Pendahuluan 1
2 Sifat Alamiah Gravitasi 2
3 Gravitasi pada Rotasi Elipsoid 6
4 Geoid 10
5 Rumus Standar internasional Gravity 12
6 Gravimeter Pegas 13
7 Berat Jenis Batuan dan Anomali Gravity 17
8 Berat jenis dan Porositas 20
9 Berat jenis batuan penyusun 23
10 Metode-metode Menurunkan, Mengukur dan Mengevaluasi Densitas 25
11 Penyebab anomali gravitasi 28
12 Pembuatan Peta dan Reduksi Gravity 35
1. Koreksi Drift / koreksi penyimpangan alat 37
2. Koreksi lintang (Latitude Correction) 39
3. Koreksi Elevasi 41
4. Koreksi Pasang Surut/Tidal 44
5. Koreksi Eotvos 45
6. Anomali Free-air dan Anomali Bouguer 46
13 Isostasi 47
1. Prinsip Dasar Isostasi 47
2. Hipotesa Airys 49
3. Hipotesa Pratt 51
4. Kelenturan Lithosfer 52
14 Aplikasi-aplikasi Gravity dalam Geologi 54
1. Gravity Eksplorasi Minyak Bumi 54
2. Eksplorasi Struktur Kubah Garam 57
3. Struktur Geologi Bawah Laut 59
4. Studi Geologi Struktur Zona Suture/Pertemuan Dua Benua 60
5. Studi Sebaran Batuan Granit 61
6. Studi Hidrogeologi 63
7. Gravity dalam Pertambangan Mineral Logam Tipe Sulfida Masif 65
8. Eksplorasi Mineral Logam Daerah Arba di Australia Barat 68
9. Aplikasi Gravity dalam Bangunan Geoteknik 70
10. Aplikasi Gravity untuk Studi Struktur Patahan Opak-Yogyakarta 72
Daftar Pustaka

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 0


METODE EKSPLORASI GEOFISIKA
GRAVITY

1. Pendahuluan

Dalam penelitian mengenai struktur geologi, kita dapat mempelajarinya


dengan lebih baik lagi melalui bantuan metode gravity. Pengukuran gravity ini
dilakukan dengan alat yang disebut gravitymeter. Alat ini digunakan untuk mengukur
nilai gravity dari suatu tempat dan tempat-tempat sekitarnya di permukaan bumi.
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mendeteksi pengaruh-pengaruh dari perbedaan
densitas bawah permukaan tanah yang berhubungan dengan struktur geologi.
Walaupun demikian gayatarik dari gravitasi dapat menjelaskan hampir semua hal
terkait ukuran dan bentuk dari planet kita, massanya dan rotasinya. Dengan
demikian tahap awal dari interpretasi hasil pengukuran gravity secara benar adalah
mempertimbangkan pengaruh kuat dari hal-hal ini. Setelah ini dilakukan, kita baru
dapat mengenali variasi-variasai yang sangat lemah dalam tarikan gravitasi yang
merupakan petunjuk ketidakteraturan bawah permukaan dalam densitas batuan.
(Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, h.222).

Gambar 1. Contoh survey gravity untuk mendeteksi struktur kubah


garam (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, h.7).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 1


Tarikan gaya gravitasi tidaklah sama disuatu tempat dengan tempat lainnya
di muka bumi ini. Terdapat variasi kecil dari suatu tempat ke tempat lainnya karena
adanya ketidak teraturan densitas batuan. Sebagai dasar bahwa densitas dari conto
batuan diperoleh dengan pembagian massa oleh volume. Hal ini dalam unit standai
internesional dinyatakan dalam kilogram per meter kubik (kg/m3) atau dalam unit
gram per sentimeter kubik (g/cm3) (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, h.6).
Ahli eksplorasi geofisika berharap membedakan perbedaan batuan dengan
mendeteksi ketidakteraturan densitas dari pengukuran-pengukuran tarikan gravitasi.
Sebagai contoh endapan kubah garam yang menerobos lapisan serpih pada gambar
diatas, akan menghasilkan tarikan gravitasi yang kecil namun dapat diukur. Hal ini
karena garam dengan densitas 2 g/cm3 lebih kecil dari pada densitas serpih yang
sekitar 2,6 g/cm3. Eksplorasi geofisika sangat menarik dilakukan pada lokalisasi
kubah garam karena adanya akumulasi minyak bumi dan gas alam yang telah
banyak ditemukan berada diatas dan pada sayap-sayap struktur ini.

2. Sifat Alamiah Gravitasi

Pada awal abad ke 17, Johannes Kepler secara akurat menjelaskan


pergerakan planet-planet dalam sistem tatasurya. Di tempat yang berbeda pada saat
yang hampir bersamaan, Galileo mengemukakan bahwa benda-benda kecil yang
dekat dengan bumi akan jatuh kepermukaan bumi dengan percepatan yang
seragam. Namun pada saat itu tiada satupun orang yang memahami bahwa ada
sesuatu yang mengikuti orbit bumi dan bahwa benda kecil jatuh ke bumi karena ada
gaya yang sama (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 222).
Setengah abad kemudian, Isaac Newton (1643-1727) (Robinson, E.S. dan
Coruh, C., 1988, p. 222) mengemukakan bahwa pergerakan yang tampak berbeda
ini diakibatkan oleh gaya tarik menarik yang mana semua benda akan
mempengaruhi benda lainnya. Newton menemukan gaya yang menyebabkan
pergerakan ini dengan menggabungkan tiga hukum nya dengan pernyataan Kepler.
Kemudian Newton merumuskan universal low of gravitation, yang menghubungkan
sebuah Gaya F dari tarik menarik dua benda terhadap massa masing-masing m1
dan m2 serta jarak r antar mereka sebagai :

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 2


Nilai konstanta perbandingan G, yang harus diukur, disebut sebagai
konstanta gravitasi universal. Lebih dari seabad berlalu sebelum Henry Cavendish
melakukan percobaan yang mengarahkan untuk pertamakali penggunaan G.
Eksperimen Cavendish menghasilkan nilai G. Peralatan untuk mencari nilai ini terdiri
atas dua bola yang besar yang serupa diatas bidang persegi panjang horisontal.
Sebuah bingkai tipis rata dengan massa bola yang serupa pada bagian pojok
tergantung pada tali vertikal. Posisi bingkai dapat dikendalkan dengan membelok-
mbelokkan tali. Ini untuk menjaga bingkai pada posisi yang sama ketika ada
perpindahan massa bola yang besar dari A dan B ke C dan D. Percobaan
Cavendish diulang berkali-kali untuk mendapatkan nilai sebagai berikut (Robinson,
E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 222) :

Gambar 2. Susunan alat yang digunakan pada


percobaan Cavendish.

Digunakan untuk mengukur konstanta


gravitasi universal. Massa yang besar dapat
dipindahkan sepanjang bingkai dari posisi
A ke C dan B ke D.
Tangkai dengan massa kecil pada bagian
ujung dapat diputar dengan memelintir tali
dimana ia tergantung

Hukum gravitasi alam semesta menunjukkan adanya gaya saling tarik antar
partikel. Kita harus berfikiran bahwa masing-masing partikel berukuran sangat tak
terbatas kecilnya, sehingga massa akan berpusat pada satu titik. Hal yang terjadi
pada partikel sebagai konsekuensi dari gaya gravitasi dapat dijawab dengan
menjabarkan rumus gaya gravitasi ke dalam :

( )

( )

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 3


Hukum Newton ke-2 menyebutkan bahwa gaya merupakan hasil dari massa
dan percepatan. Hal ini memberikan keterangan pada kita bahwa g 1 dan g2
merepresentasikan percepatan. Bila partikel m1 bebas bergerak ia akan bergerak
menuju m2 pada kecepatan yang scara konstan naik, atau berpercepatan pada
harga g2. Kita katakan bahwa g2 adalah nilai gravity dari massa m2 pada jarak r.
demikian pula g1 adalah nilai gravitasi dari m1 pada jarak yang sama. Ini adalah
percepatan yang diberikan terhadap m2 dengan hadirnya m1 (Robinson, E.S. dan
Coruh, C., 1988, p. 223).
Nilai gravity g berhubungan dengan kehadiran setiap partikel tunggal yang
tak tergantung pada partikel lain. Ia tergantung pada massa m dari tiap partikel dan
jarak r dari nya dirumuskan sebagai :

Gravitasi adalah kemampuan sebuah partikel untuk menarik partikel lainnya.


Vektor sangat berguna untuk menjelaskan percepatan dari sebuah benda. Karena
percepatan mengarah kepada sebuah benda, vektor harus berada pada arah
tersebut. Kekuatan dari percepatan, dihitung dari rumus diatas dapat ditunjukkan
dengan panjang vektor (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 223).

Gambar 3. Vektor dengan label g12, g13, g14, g15 menunjukkan tarikan
gravitasi partikel tunggal m1 pada partikel lain m2, m3, m4
dan m5 pada jarak yang berbeda beda. Peningkatan
panjang vektor menunjukkan tarikan gravitasi yang lebih
besar (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 224).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 4


Vektor pada gambar di atas menunjukkan bagaimana gravitasi dari partikel
m1 berpengaruh terhadap partikel-partikel lainnya pada lokasi yang berbeda. Pada
saat yang sama partikel m1 terpengaruh oleh gaya gravitasi partikel lainnya. Vektor-
vektor yang menunjukkan kombinasi dari semua partikel ditunjukkan dalam gambar
berikutnya yang menunjukkan pengaruh gabungan dari percepatan m1. Gambaran
yang sama dapat dibuat untuk partikel yang lainnya karena setiap partikel saling
tarik menarik. Logika dasar ini dapat digunakan untuk mempelajari gaya gravitasi
dari obyek yang lebih besar. Bumi tersusun oleh banyak sekali partikel yang sangat
kecil.

Gambar 4. Vektor yang menunjukkan gabungan tarikan gravitasi dri


beberapa partikel pada partikel tunggal m1. Gambar
vektor tanpa skala (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p.
224).

Unit satuan dasar CGS dari percepatan yang digunakan untuk gravitasi
adalah gal, yang diambil dari nama Galileo. Satuan ini dan turunannya yang umum
digunakan oleh ahli geofisika didefinisikan sebagai berikut :

1 gal = 1 cm/s2
1 gal = 1000 miligals
1 gal = 10.000 gravity unit
1 gal = 1.000.000 mikrogal

Internasional (SI) dari percepatan adalah 1 m/s2 = 105 miligal = 106 gravity
unit.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 5


3. Gravitasi pada Rotasi Elipsoid

Untuk menjelaskan gaya gravitasi pada bola yang sangat besar seperti bumi
kita, kita harus mempertimbangkan pengaruh gabungan dari semua partikel yang
menyusun bumi. Pertama, mari kita anggap bahwa bumi memiliki bentuk yang tetap
dengan densitas yang seragam. Kita dapat menggunakan rumus pertama hingga
ketiga diatas, untuk menghitung setahap demi setahap tarikan dari semua partikel
pada jarak r dari pusat (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 224).
Kemudian kita akan menemukan bahwa gravity total dapat dituliskan sebagai
g =GM/2 dan mengarah pada pusat bumi yang memiliki total massa M. Bila jari-jari
bumi adalah R, semua lokasi pada permukaan bumi adalah pada jarak tersebut dari
pusat bumi. Dengan demikian, gravity dimanapun pada permukaan bumi akan dapat
dituliskan sebagai g=GM/2. Ini adalah gaya tarik yang akan kita rasakan bila kita
berdiri pada permukaan bola bumi yang diam (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988,
p. 224).
Bentuk bumi tidaklah membola, dan juga tidak diam ditempat. Karena bumi
berotasi dengan sumbu rotasi yang berarah dari kutub utara-selatan. Setiap partikel
dari massa bumi akan terpengaruh gara sentrifugal yang mengarah keluar (outward
centrifugal force) dan juga gaya tarik menarik antar partikel dari benda lainnya.
Keseimbangan antara gaya gravitasi dan sentrifugal mempengaruhi bentuk bumi
menjadi elipsoid dengan permukaan di kutup rata (Gambar dibawah).

Gambar 5. Sebuah elipsoid yang berotasi dengan jari-jari ekuator


Re dan jari-jari kutub/polar adalah Rp. Hal ini adalah
keseimbangan bentuk yang dihasilkan oleh tarikan
gravitasi partikel penyusun massa ditambah gaya
sentrifugal yang bekerja pada partikel karena massa
yang berotasi.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 6


Perubahan bumi menjadi lebih pipih dipengaruhi oleh kecepatan rotasi dan
sifat-sifat fisik bumi. Panjang dari jari-jari di equator/khatulistiwa yang dituliskan
sebagai Re serta jari-jari kutub/polar yang dituliskan sebagai Rp bersamaan
digunakan untuk menjelaskan bentuk elipsoid bumi. Istilah lainnya yang digunakan
untuk menjelaskan bentuk elipsoid adalah pemampatan/flattening f, yang merupakan
gabungan dari kedua jari-jari (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 225).

Sebuah obyek yang berada di permukaan elipsoid yang berputar akan


merasakan tarikan gravitasi dari seluruh massa elipsoid. Tarikan ini mengarah ke
pusat massa, namun tarikan ini lebih kuat pada bagian kutup daripada di bagian
khatullistiwa. Pertambahan kekuatan gaya tarik gravitasi sebuah massa pada
permukaan elipsoid digambarkan pada gambar dibawah dengan vektor yang tumbuh
makin panjang dengan bertambahnya derajad garis lintang. Rumus ke tiga diatas
dapat menjelaskan pada kita untuk memahami hal ini. Karena kekuatan gravitasi
bertambah bila jarak dari pusat massa berkurang, dengan demikian gaya terkuat
pada bagian kutub dimana jari-jari (r) bumi paling pendek. Gravitasi juga dipengaruhi
oleh susunan massa di dalam elipsoid yang berbeda dari susunan massa dalam
sphere (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 225).
Jarak dari pusat bumi bukan satu-satunya alasan gravitasi menjadi lebih
besar pada permukaan elipsoid yang dekat dengan kutub rotasi. Pengaruh
sentrifugal, yang bekerja pada benda yang berada pada permukaan harus juga
dipertimbangkan. Karena bumi berputar, obyek akan bergerak sepanjang lintasan
melingkar yang berpusat di sekitar sumbu rotasi. Lihat pada gambar dibawah, kita
amati bahwa efek sentrifugal tidak mengarah keluar dari pusat bumi, namun titik ini
mengarah keluar dari pusat lintasan melingkar dari obyek yang bergerak. Kekuatan
dari percepatan sentrifugal ac dirumuskan :

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 7


Gambar 6. Vektor yang melukiskan (a) tarikan gravitasi massa
pada elipsoid, (b) percepatan sentrifugal pada
permukaan elipsoid yang berotasi (c) Tarikan gravitasi
total partikel pada elipsoid yang berotasi, yang
merupakan penjumlahan vektor gravitasi massa dan
percepatan sentrifugal. Catatan penggambaran
vektor tanpa skala (Robinson, E.S. dan Coruh, C.,
1988, p. 226).

Dimana w adalah kecepatan sudut rotasi dan d adalah jarak obyek dari pusat
lintasan melingkar. Kita dapat melihat bahwa pengaruh sentrifugal akan sangat kuat
pada obyek di bagian ekuator. Disini nilai d paling tinggi sama dengan nilai Re.
Namun d menjadi makin pendek dengan meningkatnya garis lintang, mencapai nol
pada bagian kutub. Sehingga menurut rumus diatas pengaruh sentrifugal menjadi
melemah dari ekuator dan hilang pada bagian kutub-kutub. Vektor dalam gambar
diatas menggambarkan berkurangnya percepatan sentrifugal dengan bertambahnya
garis lintang. Amati bahwa semua vektor paralel. Titik-titik nya mengarah keluar dari
sumbu rotasi bukan dari pusat bumi.
Gravitasi pada permukaan elipsoid yang berputar dijelaskan secara lengkap
dengan menggabungkan massa dan pengaruh sentrifugal. Amati gambar diatas
bagian c, bagaimana tarikan gravitasi keseluruhan, ditunjukkan oleh vektor g, yang
diperoleh dari kedua pengaruh. Perlu diketahui, vektor dalam gambar diatas,
digambarkan dengan tanpa skala. Pada kenyataannya tarikan gravitasi massa
sangat lebih besar daripada pengaruh sentrifugal. Sebagai contoh, di bagian ekuator
bumi pengaruh massa hampir 300 kali lebih kuat. Menjadi catatan bahwa pada
ekuator arah dari dua pengaruh ini saling berlawanan, sehingga g mengarah ke
bagian pusat dari elipsoid. Pada bagian kutub dimana pengaruh sentrifugal, g juga
mengarah ke pusat. Hal ini tidak berlaku di lokasi-lokasi lainnya dimana g tidak
mengarah tepat pada pusat elipsoid (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p. 226).
Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 8
Menjadi jelas mengapa gravitasi tidak sama nilainya dimana-mana pada
elipsoid yang berotasi. Kita ingat kembali pada permukaan yang diam, g=GM/R2.
Namun pada permukaan globe yang berputar, nilai tetap ini harus di sesuaikan
untuk mempertimbangkan pemampatan dan efek sentrifugal, dimana keduanya
berubah mengikuti garis lintang. Koreksi-koreksi dilakukan pada nilai gravity ge di
khatulistiwa. Rumus untuk menghitung gravity g() pada tiap garis lintang pada
elipsoid yang berotasi adalah

Konstanta c1 dan c2 tergantung pada pemampatan f dan kecepatan rotasi w.


Nilai dari kedua konstanta ini ditentukan dari pengukuran-pengukuran astronomi dan
pengamatan orbit satelit. Untuk tujuan-tujuan eksplorasi geofisika, yang kita
butuhkan bukan bagaimana hal ini dilakukan, namun kita harus mengenali metode
yang digunakan untuk mengukur gaya tarik di permukaan bumi yang diperlukan
untuk mencari nilai ge dalam rumus diatas (Robinson, E.S. dan Coruh, C., 1988, p.
226).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 9


4. Geoid
Medan gravitasi bumi mengarah normal terhadap permukaan ekuipotensial
dan menunjukkan arah vertikal di setiap lokasi. Permukaan ekuipotensial dari lokasi
yang tertentu adalah suatu tempat yang bertepatan dengan rata-rata permukaan air
laut di permukaan bumi (dengan asumsi tidak ada pasang-surut atau arus laut) dan
diperluas ke arah daratan (seperti kanal yang sangat sempit). Kenyataan bahwa
rerata permukaan air laut adalah permukaan ekuipotensial untuk medan gravitas
bumi dapat dijelaskan dengan kenyataan bila tidak seperti ini, seseorang akan
memiliki komponen horisontal medan gravitasi bumi yang bekerja pada air laut
menciptakan arus gravitasional yang kenyataannya tidak kita kenal (sebagai lawan
dari arus laut yang telah kita kenal seperti Gulf Stream (Lafehr T.R., and Nabighian,
M.N., 2012, p. 10).

Gambar 7. Gaya gravitasi F dari bumi yang tidak berotasi dan gaya
sentrifugal P dikombinasikan untuk memperoleh gaya
gravitasi pengukuran g (Lafehr T.R., and Nabighian,
M.N., 2012, p.10).

Permukaan ekuipotensial ini kita kenal sebagai geoid, dan berperan penting
dalam eksplorasi gravity (Gambar dibawah). Bila kita bayangkan bumi seragam yang
berotasi (dengan lautan terisi batuan dengan berat jenis yang sama dengan daratan,
dan daratan setinggi muka laut), kita akan melihat sebuah elipsoid yang datar pada
kutubnya, atau yang lebih dikenal dengan speroid. Bila bumi uniform maka geoid
Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 10
dan elipsoid akan identik. Elipsoid (atau speroid) adalah permukaan semu karena
permukaan bumi tidak beraturan. Geoid meyimpang dari elipsoid dengan turun
dibawahnya bila di samudera dimana air laut lebih ringan dari batuan dan geoid
akan naik diatas elipsoid di benua dimana berat jenisnya meningkat (Lafehr T.R, and
Nabighian, M.N., 2012).
Geoid yang menjadi esensi permukaan ekuipotensial dari medan gravitasi
sesungguhnya. Geoid adalah permukaan tak rata yang dipengaruhi oleh massa di
bawahnya. Disekitar pengaruh-pengaruh lokal yang menambah potensial U
terhadap potensial bumi yang normal, permukaan geoid harus menutup lebih keluar
untuk menjaga tetapnya potensial.
Karena kompleksitas tersebut, geoid diperkirakan dengan permukaan
speroidal yang berotasi yang memiliki densitas yang seragam, yang memiliki bentuk
serupa dengan elipsoid revolusi bumi, yang dikenal dengan elipsoid patokan.
Perbedaan tinggi antara geoid dan elipsoid patokan pada kebanyakan tempat
adalah kurang dari 50 meter, dengan beberapa perkecualian. Medan gravitasi dari
elipsoid patokan dikenal sebagai gravitasi normal atau gravitasi teoritis dan ini
digunakan untuk komputasi anomali gravitasi dengan membuang pengaruh yang
diakibatkan oleh kemampatan dan percepatan sentrifugal.

Gambar 8. Geoid dan referensi elipsoid dalam hubungannya


dengan topografi bumi (Lafehr T.R., and Nabighian,
M.N., 2012, p.11).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 11


5. Rumus Standar internasional Gravity
Selama abad 19 dan 20, meningkatnya jumlah pengukuran dan kerjasama
internasional mengarahkan kepada rumus standar yang dikembangkan oleh ahlli
geodesi namun juga digunakan dalam eksplorasi. Nilai gravitasi normal atau teoritis
terhadap garis lintang dari sebuah stasiun pengamatan (dalam Gals) adalah :

Tahun 1930 :

Tahun 1967:

Tahun 1980:

Dimana dua rumus pertama adalah rumus pendekatan dan rumus ketiga
dikenal sebagai rumus Somigliana, memberikan nilai gravitasi teoritis dengan
referensi elipsoid. Menjadi catatan bahwa yang menjadi awal acuan adalah nilai
medan gravitasi di ekuator dalam Gals (Geodetic Reference System, 1967) (Lafehr
T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.11).
Hampir semua dari lebih 10 juta stasiun pengukuran gravity pada periode ini
telah direduksi menggunakan rumus 1930 (disetujui dalam pertemuan persatuan ahli
geodesi dan geofisika di Stockholm). Rumus didasarkan pada pengukuran
pendulum pada 1906 di Postdam yang diyakini memiliki eror sebesar 14 mGal.
Perbedaan antar rumusan tidak penting dalam eksplorasi karena hasil yang kita
interpretasikan sangatlah relatif. Namun demikian sangat penting untuk kita gunakan
rumus yang sama untuk setiap surve, karena dalam banyak kasus sering dilakukan
multi surve dan integrasi surve pada suatu daerah (Lafehr T.R., and Nabighian,
M.N., 2012, p.12).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 12


6. Gravimeter Pegas
Secara sederhana gravity meter pegas bekerja seperti peralatan yang dapat
mengukur pemanjangan dari pegas ketika dikenakan pada benda berat atau benda
uji (Lafehr T.R, and Nabighian, M.N., 2012, p.48). Pada gambar dibawah
menujukkan ketika alat pada posisi nol pada stasiun A, dimana nilai gravitasi nya
diketahui atau dapat diikatkan pada stasiun gravity. Alat dipindahkan ke stasiun B
dan di nol-kan kembali. Dengan kalibrasi alat yang hati-hati, perubahan gravity g
dapat diperoleh dengan perubahan pemanjangan pegas d. Karena pengaruh gaya
tarik, perubahan dalam gravity 0,1 mGal akan menyebabkan perupahan pengukuran
panjang pegas d lebih dari 10-5 cm.

Gambar 9. Perbedaan nilai gravitasi antar stasiun


berhubungan dengan perbedaan panjang pegas.
(Lafehr T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.52).

Mendeteksi perubahan yang sangat kecil dari gravimeter adalah sangat


penting dalam eksplorasi modern, berbagai metode dikembangkan dalam
menciptakan alat yang dapat mengukur perubahan yang sangat kecil pada pegas.
Hal ini biasa dilakukan dengan mekanisme optik, mekanik ataupun elektrik. Kini,
hampir semua surve gravity di darat dilakukan degan menggunakan satu atau lebih
dari beberapa jenis alat survey : Worden dan Scintrex (keduanya menggunakan
pegas kuarsa) dan La coste dan Romberg (kini bagian dari perusahaan Micro-g) dan
Burris (menggunakan metal zero-length spring) (Lafehr T.R, and Nabighian, M.N.,
2012, p. 51).
Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 13
Gambar dibawah mengambarkan konsep dari pegas LaCostes zero-length,
yang kini secara luas digunakan dalam banyak gravitymeter. Konsep dari sistem ini
menempatkan period takterbatas: dengan meggerakkan benda uji m pada balok,
pegas dengan panjang S berubah, demikian pula sudut antara mg dan lengan
momen b. Pada prakteknya, untuk menghindari masalah tidak dijumpainya posisi
nol atau titik kesetimbangan, sumbu y diangkat sedikit. Alat ini sangat peka dan
memenuhi persyaratan teknik untuk digunakan di lapangan.

Gambar 10. Diagram skematis dari gravimeter pegas LaCoste dan


Romberg zero-length (Lafehr T.R., and Nabighian,
M.N., 2012, p.52).

Hampir dalam semua medan surve baik di darat, di lubang pemboran, di laut
dan di udara, pembacaan alat (dimana posisi nol alat ditentukan) diambil pada
tempat pertama, umumya base station, dimana nilai absolut gravitasi telah diketahui
atau dapat ditentukan dengan mengikatkan stasiun tersebut dengan stasiun lain
yang telah diketahui nilai gravitasinya. Stasiun lapangan lainnya atau lintasan
kemudian diperoleh nilai perbedaan gravitasi, disinilah dikenal sebagai gravitasi
relatif (relative gravity) (Lafehr T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.53).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 14


Banyak gravitymeter digunakan dengan keterbatasan jangkauan operasi
yang harus di stel ulang bila digunakan di dalam survei gravity dengan nilai gravity
melebihi rentang yang mana alat dapat di nol kan. LaCoste dan Romberg seperti
dalam gambar dibawah dan beberapa yang lainnya dibuat untuk bisa digunakan di
seluruh dunia dan tidak perlu di stel ulang. Setiap gravitymeter dikalibrasi sebelum
dilepas kepasaran, mengikuti faktor kalibrasi atau tabel faktor, memungkinkan
pengguna untuk mengkonversi bacaan gravity ke dalam satuan gravitasi yang
sesuai.

Gambar 11. Gambar Gravimeter pegas


(a) LaCoste and Romberg G meter;
(b) Scintrex CG-5 (C) Worden, (Lafehr T.R., and
Nabighian, M.N., 2012, p.53).

Kalibrasi ditujukan terhadap dua kesalahan : (1) pengaruh sekrup dan (2)
meter drift. Sangat penting bagi operator alat untuk selalu menempatkan posisi nol
dengan memutar sekrup pada arah yang sama. Bila putaran operator melampuai
posisi nol, maka kemudian proses harus diulang dengan mengembalikan posisi
sekrup dan mendekatkan kembali posisi nol (0). Operator yang baik dapat
menghasilkan pembacaan meter dalam hanya beberapa menit saja.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 15


Semua gravimeter pegas mampu mengukur perbedaan-perbedaan kecil
gangguan gravity dari fenomena yang disebut sebagai kelelahan alat (instrument
drift), yang diakibatkan oleh kelelahan komponen-komponen di dalam alat, walau
terbuat dari logam atau kuarsa yang tahan ketidakstabilan mekanik (Lafehr, T.R, and
Nabighian, M.N., 2012, p. 54).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 16


7. Berat Jenis Batuan dan Anomali Gravity

Rata-rata densitas bumi adalah sekitar 5.500 kg/m3, namun densitas batuan
yang menjadi tujuan umum eksplorasi (dekat permukaan bumi) sangat rendah
antara 1.600 hingga 2.600 kg/m3 untuk batuan sedimen, 2.200 hingga 3.300 kg/m3
untuk batuan beku dan 2.400-3.500 kg/m3 utuk batuan metamorf (Lafehr, T.R., and
Nabighian, M.N., 2012, p.67).
Gambar dibawah memberikan gambaran rentang densitas batuan yang
umum dijumpai di kerak bumi yang dangkal dikumpulkan dari berbagai tempat. Kita
amati ada hubungan antara umur geologi dan beratjenis, batuan yang tua akan
cenderung lebih berat, namun ini bukan petunjuk yang baik dalam pekerjaan
interpretasi data lapangan. Secara umum batuan intrusi basa (seperti basal, gabro
dan semacamnya) lebih berat dari pada batuan intrusi asam (seperti granit, riolit dan
lainnya). Pada cekungan batuan sedimen, porositas batupasir dan serpih cenderung
turun semakin ke dalam karena adanya kompaksi/pemadatan, menghasilkan
kenaikan nilai densitas ke arah kedalaman pada batuan ini. Pada garam, yang
hampir tidak terpadatkan, beratjenis hampir tetap ke arah yang makin dalam. Fluida
memiliki densitas yang rendah ; 1.000 kg/m3 untuk air, sekitar 1.030 kg/m3 untuk air
laut dan 600-900 kg/m3 untuk minyak bumi (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N.,
2012, p.67).

Gambar 12. Densitas/berat jenis berbagai batuan


(Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.68).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 17


Nilai densitas dengan rentang yang lebar dari batuan dan mineral telah
ditabulasikan dalam beberapa referensi seperti oleh Clark, 1966 dalam Lafehr, T.R.,
and Nabighian, M.N., 2012, p.68. Variasi densitas dalam batuan pada daerah target
eksplorasi umumnya tidak luas. Namun demikian, interpretasi gravity peka terhadap
kontras densitas yang dipilih, yang dapat banyak variasinya. Data-data telah
dikumpulkan untuk menunjukkan rentang ini seperti pada gambar dibawah.

Gambar 13. Rentang berat jenis pada berbagai batuan, tanah dan
endapan aluvial (Lafehr T.R., and Nabighian, M.N.,
2012, p.69).

Dengan mudah kita dapat melihat bahwa rentang total dari beratjenis absolut
untuk kebanyakan pekerjaan eksplorasi hanya merupakan sebuah faktor dari 2
densitas atau kurang. Studi singkat dari rentang densitas menunjukkan bahwa
rentang densitas dapat bervariasi pada rentang yang lebih lebar, meski ada tanda
pembalikan pada beberapa kasus seperti gambar dibawah. Peningkatan densitas
pada batupasir dan serpih karena kedalaman dan densitas yang tetap pada kubah
garam digambarkan pada gambar dibawah.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 18


Gambar 14. Densitas batuan sedimen sebagai fungsi kedalaman
diatas struktur kubah garam (Lafehr T.R., and
Nabighian, M.N., 2012, p.69).

Berat jenis garam sekitar 2.200 kg/m3 (halit murni sekitar 2.150 kg/m3)
namun garam kadang bercampur dengan material asing hingga lebih tinggi dari
pada endapan pasir dan serpih Resen (masa kini) yang memiliki batuan penindih
yang tipis, dan lebih rendah pada kedalaman yang dalam dimana kompaksi
meningkat secara signifikan. Kedalaman dimana densitas garam sama dengan
densitas batupasir dan serpih di sekitarnya dikenal sebagai kedalaman crosssover.
Di bagian onshore/darat di Texas dan Lousiana, kedalaman crossover dapat
sedangkal 700 meter. Namun kedalaman crossover meningkat makin dalam pada
daerah offshore/lepas pantai, kemungkinan mencapai 1.300 hingga 2.600 meter dan
ia bukan sebagai titik tunggal namun dapat hadir dalam rentang 300 meter atau
lebih.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 19


8. Berat jenis dan Porositas
Lafehr, TR., and Nabighian MN., 2012, p.70, menyebutkan bahwa densitas
bulk batuan b adalah fungsi dari densitas matrik m, porositas dan densitas fluida
f yang menempati rongga-rongga batuan, sehingga dirumuskan : b = m (1-) +
f. Sementara Nettleton, L.L., 1971, p.4, menyebutkan bahwa beratjenis batuan
dikontrol oleh 3 faktor yaitu berat jenis partikel butiran penyusun batuan, porositas
batuan dan fluida pengisi rongga porositas.
Densitas fluida dapat mulai dari sangat rendah, hampir nol bila hadir gas,
hingga sekitar 1.030 kg/m3 atau lebih untuk air laut atau air asin. Kita plotkan bulk
density untuk rentang dari densitas matrik dan porositas pada gambar dibawah,
dengan asumsi rongga terisi air dengan densitas 1.000 kg/m3. Matrik untuk
kebanyakan batuan bernilai 2.650 kg/m3 seperti kuarsa (SiO2). Densitas matrik dari
anhidrit, dolomit, dan kalsit lebih tinggi, seperti di gambarkan dalam gambar
dibawah, gipsum, halit dan sulfur lebih rendah.

Gambar 15. Bulk density sebagai fungsi dari densitas matrik untuk
berbagai variasi porositas (Lafehr T.R., and Nabighian,
M.N., 2012, p.70).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 20


Menjadi catatan bahwa garis porositas nol menunjukkan dalam kasus ini
batuan tidak dapat mengandung fluida. Bulk density dimanapun sebanding dengan
densitas matrik dan bila porositas meningkat maka bulk density akan turun. Hal ini
konsisten dengan gambar sebelumnya, yang menunjukkan densitas sedimen
umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya kedalaman dalam cekungan
sedimentasi (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.71).
Dengan penjabaran rumus diatas (b = m (1-) + f.) kita dapat
memperoleh rumusan porositas dari densitas bulk, densitas marik dan densitas
fluida sebagai berikut:

Hubungan ini ditunjukkan pada gambar dibawah untuk densitas matrik yang
umum dijumpai seperti kuarsa (SiO2). Dalam gambar ini densitas fluida berada
dalam rentang 0 hingga 1.000 kg/m3. Untuk porositas nol (ditunjukkan di bagian
atas gambar), menunjukkan tidak ada fluida dalam batuan, sehingga bulk density
dalam batuan dalam kasus ini sama dengan densitas matrik, titik dimana semua
garis menyatu.

Gambar 16. Porositas sebagai fungsi dari bulk density untuk


matrik kuarsa (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N.,
2012).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 21


Sebagai tambahan dalam menunjukkan kaitan densitas bulk pada porositas
dan fluida yang dikandung batuan, gambar diatas memberikan gambaran
pentingnya pengunaan gravity meter lubang bor. Pada reservoir dimana densitas
matrik dan fluida diketahui atau dapat diasumsikan dalam rentang dari conto inti bor
dan atau gamma-gamma/log densitas, densitas bulk (diturunkan dari gravity lubang
bor) volume batuan yang banyak, dapat digunakan sebagai alat tunggal untuk
perkiraan porositas dan volume fluida. Penentuan ini dapat sangat berguna karena
estimasi ini didasarkan pada bagian yang lebih besar dari reservoir daripada
perhitungan dengan alat-alat loging yang lainnya.
Pada gambar diatas, untuk bulk density sekitar 2.300 kg/m3 (ditunjukkan
dalam sumbu horisontal), porositas akan turun antara 13% dan 21% (ditunjukkan
antara garis putus-putus dengan sumbu vertikal), tergantung pada densita fluida.
Pada kasus kedua, densitas bulk (sumbu horisontal) sedikit kurang dari 2.000 kg/m3
menghasilkan porositas sedikit lebih besar dari 30% bila fluida gas-saturated
memiliki rerata densitas 400 kg/m3 (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.72).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 22


9. Berat jenis batuan penyusun

Meski densitas matrik bervariasi, dalam eksplorasi minyak dan gas bumi
umumnya diambil angka 2.650 kg/m3, mengambil nilai berat jenis silikon dioksid
(SiO2) (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.72). Nilai perkecualian untuk
lapisan garam 2.150-2.160 kg/m3 dan dolomit 2.870 kg/m3. Sedimen klastik memiliki
bulk densitas yang merupakan fungsi dari ukuran butir dan komposisi (terutama
kuarsa dan felsdpar) dan porositas. Porositas bukan hal yang biasa dalam batuan
beku dan batuan ubahan/metamorf namun komposisi mineral penyusunnya, rentang
yang lebar dari unsur penyusun beratjenis menunjukkan kenaikan seperti
digambarkan pada gambar rentang berat jenis berbagai batuan dan gambar
densitas batuan sedimen sebagai fungsi kedalaman, yang mengambarkan nilai berat
jenis batuan beku dan metamorf.
Tabel dibawah mencantumkan beratjenis berbagai batuan antara rentang
2.000 hingga 3.300 kg/m3. Beratjenis batuan setiap batuan sebanding dengan
jumlah densitas penyusun, masing-masing dikalikan dengan persen volume (n)
dari batuan penyusun, dimana : b = 11 + 22 + 33 + .

Tabel 1. Densitas mineral dalam rentang 2.000-3.300 kg/m3.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 23


Tabel dibawah memuat nilai berat jenis batuan yang umum dijumpai
dilapangan dan beberapa berat jenis mineral logam di lapangan menurut Milsom, J.,
2002, p. 31.

Tabel 2. Nilai densitas batuan dan mineral bijih yang umum dilapangan
(dalam mgm-3) (Milsom, J., 2002, p. 31).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 24


10. Metode-metode Menurunkan, Mengukur dan Mengevaluasi Densitas

Ada 6 metode yang digunakan untuk menentukan densitas batuan dalam


pekerjaan eksplorasi, (Lafehr, T.R. and Nabighian, M.N., 2012, p.72) yaitu :
1. Mengukuran laboratorium terhadap inti pemboran, cutting dan conto
permukaan.
2. Alat logging menggunakan peralatan gamma-gamma.
3. Teknik profiling Nettleton untuk topografi permukaan atau topografi dibawah
air.
4. Gravity lubang bor
5. Konversi interval kecepatan gelombang seismik
6. Metode inversi

Pemakaian metode diatas dapat didukung ataupun tidak oleh struktur


seismik, titik pemboran, atau informasi geologi lainnya. Setiap metode datas memiliki
keterbatasan dan efektivitas masing-masing. Inti bor, serbuk bor dan conto batuan
dapat rusak atau tidak mewakili karena perbedaan antara tekanan atmosfer di
laboratorium dan tekanan di bawah permukaan bumi. Alat loging gamma-gamma
dimaksudkan untuk mengetahui eror dalam kalibrasi, pengaruh tidak ratanya lubang
bor, invasi fluida atau kerusakan formasi dan hal ini tidak efektif dalam lubang bor
yang telah di beri casing/pelindung.
Metode Nettleton Profiling Tecnique (Gambar dibawah) sering digunakan
secara rutin sebagai metode reduksi data. Beberapa desitas dipilih dalam
perhitungan anomali Bouguer. Bila kita dapat asumsikan bahawa topografi tidak
berhubungan dengan struktur bawah permukaan (karena ini asumsi yang beresiko,
dalam kenyataannya topografi mungkin memperlihatkan kehadiran struktur untuk
menghubungkannya), kemudian kita pilih densitas yang mengarahkan pada korelasi
yang paling kecil (paling tidak berhubungan) antara anomali hasil komputasi dengan
topografi (Lafehr, T.R. and Nabighian, M.N., 2012, p.73).
Contohnya ditunjukkan dalam gambar dibawah dimana densitas untuk
batuan bertopografi adalah 2.200 kg/m3, mengesankan sedikit atau tidak berkorelasi.
Korelasi positif karena struktur bawah permukaan, densitas yang kebih kecil untuk
topografi lebih tepat dalam contoh ini. Koreksi Bouguer memerlukan asumsi
densitas batuan di dekat permukaan.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 25


Gambar 17. Profiling Nettleton. After Nettleton, 1971 dalam
Lafehr, T.R. and Nabighian, M.N., 2012, p.74.

Bila ketinggian topografi (atau kedalaman di bawah laut) tidak berhubungan


dengan kondisi geologi di bawahnya, seperti pada struktur erosional atau endapan
aluvial densitas rendah di sungai atau kanal pengaliran, ini menjadi masalah untuk
memilih mana yang menyerupai densitas permukaan. Meski demikian Nettleton
profiling dapat berguna untuk perkiraan densitas batuan permukaan.
Empat (4) dari 6 metode-metode penentuan densitas seperti telah disebutkan
diatas digambarkan dalam gambar dibawah, menunjukkan gambaran sebuah bukit
dengan sumur pemboran di sisi kirinya, teknik profiling Nettleton diaplikasikan
terhadap data gravity yang diambil pada topografi ini. Densitas batuan penyusun
bukit didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada korelasi dalam contoh ini, maka nilai
densitas Bougeur nya adalah 2.300 kg/m3. Kondisi bawah permukaan diasumsikan
berupa perlapisan sederhana dimana densitas laboratorium untuk inti bor dan
serbuk bor diperoleh dari pemboran menghasilkan nilai gravity yang masuk akal,
mungkin lebih rendah dibandingkan batuan yang awalnya ada di bawah permukaan.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 26


Alat pengukur densitas formasi berdasar gamma-gamma juga menunjukkan
gambaran frekuensi yang tinggi, dan untuk tujuan interpretasi gravity, hal ini harus
dikalibrasikan untuk jenis-jenis batuan yang ada dan diambil rerata pada lapisan
yang tebal.

Gambar 18. Empat macam metode untuk penentuan densitas


Batuan (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.75)

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 27


11. Penyebab anomali gravitasi
Perbedaan densitas antara batuan di daerah yang diuji dan daerah
sekelilingnya, atau adalah yang diperlukan untuk membuat interpretasi geologi.
Dua contoh sederhana dimana kontras densitas muncul dari struktur uplift
ditunjukkan dalam dua gambar dibawah (Lafehr T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.
78).
Pada gambar berikut ada 4 lapisan horisontal, sebelum bergerak naik
(membentuk antiklin), dihasilkan anomali gravitasi Bouguer yang rata sama dengan
2k1t1 + 2k2t2 + 2k3t3 + 2k4t4 (dengan hukum superposisi), dimana adalah
densitas lapisan dan t adalah ketebalan lapisan. Setelah profil naik, lokal anomali
dihasilkan tergantung pada geometri dari struktur dan kontras densitas, yang
berbeda-beda, 2-1, 3-1, 3-2, 4-2, dan 4-3.

Gambar 19. Lapisan dengan nilai densitas dan kontras dalam


kilogram/m3. After Nettleton (1971) dalam Lafehr,
T.R, and Nabighian, M.N., 2012, p.79.

Tanpa adanya bentuk uplift (melengkung naik membentuk antiklin) atau


perubahan densitas dalam lapisan, maka tidak ada anomali yang terjadi. Kedua
Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 28
magnitud dari uplift (geometri) dan magnitut perbedaan density adalah faktor penting
dalam menghasilkan anomali, yang merupakan penjumlahan dari pengaruh yang
melingkupi dengan indikasi kontras oleh zona arsiran.
Efek superposisi juga ditunjukkan dalam gambar dibawah, dimana sesar atau
patahan yang sederhana digambarkan pada bagian kanan. Perluasan vertikal
terhadap lapisan yang tersesarkan yang memiliki densitas sama pada kedua sisi
sesar berarti tidak adanya kontras densitas yang tidak menghasilkan anomali.
Namun bila lapisan lebih dalam dan memiliki densitas lebih besar bergerak ke atas
bertemu dengan lapisan yang lebih dangkal yang memiliki densitas rendah, anomali
akan dihasilkan dari struktur bawah permukaan, seperti ditunjukkan dalam area
arsiran gambar dibawah.

Gambar 20. Kontras densitas yang dihasilkan dari sesar


(Lafehr, T.R. and Nabighian, M.N., 2012, p.79)

Anonali-anomali massa di dalam kerak bumi merupakan sumber utama dari


anomali-anomali gravitasi permukaan. Pertimbangan utama gravitasi-gravitasi
permukaan disebabkan karena adanya perbedaan anomali dari obyek-obyek
terpendam. Sebagai contoh adanya endapan mineral yang terlokalisasi selalu
memiliki massa lebih yang berasosiasi dengan kehadirannya dan intrusi batuan beku
yang sering memiliki asosiasi penurunan massa (Turcotte, D.L., and Schubert, G.,
1982, p.212).
Sebagai contoh yang khusus mengenai tubuh benda yang terpendam dapat
kita bayangkan sebuah benda terpendam dengan jari-jari R dengan anomali berat
jenis yang seragam seperti dalam gambar dibawah. Harus ditekankan bahwa
Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 29
densitas efektif dalam penentuan anomali gravity permukaan karena tubuh obyek
terpendam adalah perbedaan densitas antara tubuh obyek tersebut dengan batuan
disekelilingnya. Dari rumus percepatan gravitasi , percepatan gravitasi

karena anomali massa tertentu pada jarak r dari pusat (r>R) adalah

Percepatan ini mengarah ke pusat obyek bila bernilai positif (gambar


dibawah). Karena percepatan gravitasi dari obyek terpendam sangat kecil
dibandingkan percepatan gravitasi bumi, anomali gravitasi permukaan g adalah
orde pertama dari komponen vertikal dari percepatan gravitasi permukaan sebuah
benda (Turcotte, D.L., and Schubert, G., 1982, p.213).

Gambar 21. Tarikan gravitasi karena bentuk bola dengan anomali


densitas dan jari-jari R terpendam pada
kedalaman b di bawah permukaan. (Turcotte, D.L.,
and Schubert, G., 1982, p.213).

Dari gambar diatas kita dapat menuliskan persamaan dimana


besarnya sudut seperti dalam gambar. Amomali gravitasi terukur positif berarah ke
bawah. Untuk sebuah titik di permukaan

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 30


Dimana x adalah jarak horisontal antara titik di permukaan dimana g diukur dan
pusat benda dan b adalah kedalaman pusat benda. Substitusi rumus gm dan rumus
cos diatas ke dalam persamaan g diatas akan kita dapatkan :

Hasil dari anomali gravitasi ditunjukkan dalam gambar dibawah.

Gambar 22. Anomali gravitasi permukaan dihasilkan dari tubuh


bola dengan jari-jari R dengan pusat massa pada
kedalaman b (Turcotte, D.L., and Schubert, G., 1982,
p.213).

Contoh dari anomali gravitasi permukaan disebabkan oleh anomali berat


jenis di bawah permukaan adalah anomali diatas kubah garam di lepas pantai Gulf
di Amerika Serikat. Peta kontur dari anomali gravitasi permukaan diberikan di
gambar berikut bagian a. Pengukuran gravitasi pada penampang AA di tunjukkan
pada gambar bagian b. Pengukuran di komparasikan dengan perhitungan gravitasi
teoritis dari rumus g diatas dengan b=6 km dan 4GR3/3b2 = 0,1 mms-2. Dengan
asumsi garam memiliki berat jenis 2.200 kg m-3 dan rata-rata berat jenis batuan
sedimen adalah 2.400 kg m-3, kita dapatkan R=4.0 km. Ini tampaknya merupakan

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 31


nilai jari-jari yang masuk akal untuk lingkaran kubah garam yang serupa ini
(Turcotte, D.L., and Schubert, G., 1982).

Gambar 23. Anomali gravitasi kubah garam. Bagian a,


menggambarkan peta kontur (interval kontur 0,01
mm s-2) dari anomali gravitasi permukaan diatas
kubah garam 125 mile sebelah tenggara
Galveston, Texas dekat batas luar paparan benua.
Bagian b, pengukuran gravitasi sepanjang
penampang AA dari gambar a. (Turcotte, D.L., and
Schubert, G., 1982, p.214).

Pada gambar di bawah, adalah profil gravity sepanjang tubuh endapan bijih
logam di dekat Pine Point, dekat batas baratlaut Canada. Sesuai dengan rumus g
diatas diperoleh nilai b=200 m dan 4GR3/3b2=0,006 ms-2. Dengan asumsi
bahwa gravity anomaly disebabkan oleh bijih timbal-seng (Pb-Zn) dengan densitas

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 32


3.650 kg m-3 dan batuan samping dengan densitas 2.650 kgm-3. Kita dapat
mengukur tonasedari bentuk cebakan bijih ini. Perhitungan tonase dari hasil
pemboran terhadap tubuh cebakan bijih ini dihasilkan nilai 9,2 juta ton.

Gambar 24. Model cebakan bijih timbal-seng di dekat Pine Point,


dekat perbatasan baratlaut Canada, a. peta kontur
(interval kontur 10-2mms-2) anomali gravity
permukaan. Gambar b, pengukuran gravity pada
penampang BB (Turcotte, D.L., and Schubert, G.,
1982, p.215).

Pada gambar berikut digambarkan lokasi inflection point (titik perubahan)


pada profil gravity. Posisi ini merupakan posisi dimana gradien gravitasi horisontal

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 33


berubah secara cepat. Hal ini dapat memberikan informasi penting mengenai sifat
batas dari tubuh anomali batuan dibawah permukaan. Diatas struktur dengan kontak
kemiringan batuan ke arah luar (outward dipping contacts) seperti tubuh batuan
beku granit, inflection points (ditunjukkan dengan panah) berada dekat dasar dari
anomali. Diatas struktur dengan kontak kemiringan batuan ke arah dalam (inward
dipping contacs) seperti cekungan batuan sedimen, titik infleksi berada dekat batas
atas anomali (Kearey, P., et al., 2002, p.141).

Gambar 25. Potongan profil anomali Bouguer


a. Pada tubuh Granit,
b. Pada cekungan sedimen.
Titik infleksi ditunjukkan oleh tanda panah. Garis
putus-putus menunjukkan turunan horisontal
(kecepatan perubahan gradien) anomali gravitasi,
yang maksimum pada titik infleksi (Kearey, P., et al.,
2002, p. 142).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 34


12. Pembuatan Peta dan Reduksi Gravity

Pengolahan data gravity dilakukan melalui serangkaian alur proses yang


berurutan. Proses ini dimulai dari pembacaan gravitasi di titik amat. Hasil
pembacaan ini kemudian di konversikan ke dalam nilai miligal dengan mengalikan
hasil pengukuran dengan konstanta alat yang telah tertera di gravimeter. Terhadap
angka hasil konversi bersatuan miligal ini kemudian dilakukan serangkaian koreksi.
Koreksi pasangsurut dan koreksi drift pertama dilakukan terhadap hasil konversi.
Yang selanjutnya dihasilkan nilai gravitasi teramati (gobs).

Gambar 26. Bagan alir pengolahan data gravitasi (Wintolo, D., dkk., 2010)

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 35


Langkah selanjutnya adalah penentuan gravitasi normal, koreksi udara
bebas dan koreksi Bouguer serta koreksi topografi. Pembacaan posisi lintang di titik
amat dilakukan guna mendapatkan nilai gravitasi teoritis (gravitasi normal). Estimasi
densitas dilakukan untuk menentukan koreksi udara bebas dan koreksi Bouguer.
Serangkaian langkah diatas menghasilkan Anomali Bouguer sederhana.
Dengan menambahkan nilai tren regional terhadap Anomali Bouguer sederhana
akan dihasilkan Anomali residual.
Sebelum hasil surve gravity dapat diinterpretasi maka diperlukan koreksi
untuk berbagai variasi dalam medan magnet bumi yang tidak dihasilkan oleh
perbedaan gravity batuan di bawah permukaan. Proses ini disebut reduksi gravity
(LaFehr, 1991 dalam Keary, P., et al, 2002, p.133) atau reduksi terhadap geoid,
muka laut umumnya sebagai level ketinggian yang umum.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 36


12.1. Koreksi Drift / Koreksi Penyimpangan Alat

Koreksi drift dimaksudkan untuk mengkoreksi kesalahan pembacaan alat


gravimeter pada saat pengukuran gravitasi di suatu tempat yang dapat dilakukan
secara matematis maupun secara grafis. Tujuan kkoreksi ini adalah untuk
mengembalikan harga gravitasi di suatu tempat hingga mendekati harga sebenarnya
(Wintolo, D., dkk, 2011).
Untuk mendapatkan data guna koreksi drift maka gravimeter dikembalikan
pada posisi stasiun referensi (stasiun awal) dengan interval waktu tertentu. Contoh
looping, dimana harus kembali ke stasiun awal dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 27. Cara looping, dimana pengukuran harus kembali ke


stasiun awal untuk mengoreksi pembacaan (John
Milsom, 2003 dalam Wintolo, D. 2011)

Koreksi dift dengan metode matematis menggunakan rumus berikut, guna


mendapatkan harga gravitasi yang mendekati harga sebenarnya.

Dimana : c : koreksi drift untuk stasiun ke n


p : waktu pembacaan di stasiun ke n
q : waktu pembacaan di stasiun awal
r : waktu pembacaan di stasiun akhir
X: nilai pembacaan di stasiun akhir
Y: nilai pembacaan di stasiun awal

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 37


Setelah c (koreksi) diperoleh kemudian digunakan untuk mengurangi harga
pembacaan di setiap stasiun pengukuran dan didapat d.

Dimana a : nilai pembacaan di stasiun ke n


Dari nilai d yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam rumus berikut.

Dimana g : nilai gravitasi terkoreksi


K : Konstanta alat (0,9002)

Koreksi untuk penyimpangan alat didasarkan pada pembacaan berulang


pada stasiun pangkalan (base station) saat waktu pencatatan sepanjang hari. Angka
meter pembacaan diplotkan berhadapan dengan waktu seperti gambar di bawah.
Penyimpangan diasumsikan linear antara pembacaan yang berurutan. Koreksi drift
pada saat t adalah d, yang akan dikurangi nilai pengukuran (Kearey, P., et al,
2002,p.133).

Gambar 28. Kurva penyimpangan gravimeter dari pengukuran


berulang pada satu lokasi. Koreksi drift dikurangi
untuk pembacaan diambil saat t sebesar d. (Kearey,
P., et al, 2002, p.133).

Setelah koreksi drift, perbedaan gravity antara titik pengamatan dan titik awal
diperoleh dengan mengalikan perbedaan dalam pembacaan alat dengan faktor
kalibrasi gravimeter. Dengan mengetahui perbedaan nilai gravity ini, gravitasi
absolut pada titik observasi gobs dapat dihitung dari nilai gravity yang diketahui di titik
awal. Kemungkinan lainnya, hasil bacaan dapat berhubungan dengan datum yang
berubah-ubah, namun hal praktis ini tidak dapat dilakukan karena hasil dari surve
yang berbeda tidak dapat diikatkan secara bersama (Kearey, P., et al, 2002, p.133).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 38


12.2. Koreksi lintang (Latitude Correction)
Gravitasi berubah seiring perubahan garis lintang karena bentuk bumi yang
tidak bulat dan karena adanya kecepatan angular suatu titik di bumi berkurang dari
yang terbesar di khatulistiwa ke nol di kutub (Gambar dibawah bagian a).
Percepatan sentripetal yang dihasilkan dari rotasi ini memiliki komponen radial yang
negatif yang konsekensinya menyebabkan gravitasi berkurang dari kutub ke
ekuator. Bentuk bumi yang sesungguhnya adalah sebuah speroid datar pada
kutubnya atau elipsoid yang mampat pada kutubnya. (Gambar dibawah bagian b)
dimana perbedaan jari-jari kutub dan ekuator sebesar 21 km. Sebagai
konsekuensinya, titik-titik di dekat ekuator akan lebih jauh dari pusat massa bumi
dibandingkan di kutub, menyebabkan gravitasi bertambah dari ekuator ke kutub.
Besarnya pengaruh ini dikurangi oleh perbedaan distribusi massa di bawah
permukaan hasil dari tonjolan di ekuator. Massa dibawah ekuator lebih besar
daripada yang di bawah kutub (Kearey, P., et al, 2002, p.133).

Gambar 29. A) Variasi kecepatan angular berbagai garis lintang di


muka bumi ditunjukkan oleh vektor yang
proporsional dengan kecepatan sudut.
B) Gambaran yang berlebihan terhadap bentuk bumi.
Bentuk yang sebenarnya dari elipsoid yang mampat
ini dihasilkan dari perbedaan jejari ekuator dan kutub
sebesar 21 km. (Kearey, P., et al, 2002, p.133).

Pengaruh total dari variasi faktor-faktor ini adalah bahwa gravity pada kutub-
kutub melebihi gravity pada ekuator sekitar 51.860 gu, dengan gradien gravitasi
utara-selatan pada garis lintang menjadi 8,12 sin 2 gu km-1.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 39


Rumusan Clairaut menghubungkan gravity dengan garis lintang pada
referensi speroid menurut rumus

Dimana g adalah prediksi nilai gravity pada lintang , nilai go adalah nilai
gravity di ekuator, k1 dan k2 adalah konstanta yang tergantung pada bentuk dan
kecepatan rotasi bumi. Persamaan diatas pada kenyataannya adalah perkiraan dari
seri tak hingga. Nilai go, k1, k2 pada penggunaan sekarang mengikuti rumus gravitasi
internasional tahun 1967 (go=9 780 318 gu, k1=0,0053024, k2 = 0,0000059; IAG
1971). Menurut formula 1967 konstanta yang kurang akurat digunakan dalam rumus
gravitasi internasional 1930. Hasil perhitungan dengan rumus 1930 harus
dimodifikasi sebelum dihubungkan dengan data surve menggunakan rumus 1967
dengan menggunakan hubungan g(1967)-g(1930) = 136sin2-172) gu. (Kearey,
et al, 2002, p.134).
Sebuah alternatif yang lebih akurat, menggambarkan rumus gravitasi 1967
(Mittermayer, 1969 dalam Kearey, dkk, 2002, p.134) dimana rumus disesuaikan
sedemikian sehingga meminimalkan eror yang dihasilkan dari pemotongan
rangkaian :

g=9.780.318,5(1+0,005278895sin2 + 0,000023462sin4) gu ;

meski demikian rumusan ini kurang sesuai bila perhitungan hasil surve dilakukan
sebelum tahun 1967. Nilai g memberikan perkiraan nilai gravity pada muka laut
pada setiap titik pada permukaan bumi dan dikurangi dari gravitasi terukur untuk
dikoreksi variasi lintang (Kearey, P., et al, 2002, p.134).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 40


12.3. Koreksi Elevasi

Koreksi untuk perbedaan elevasi pada stasiun pengukuran gravity dibuat


dalam 3 bagian. Free-air correction (FAC) atau koreksi udara bebas memperbaiki
penurunan gravity dengan nilai free air yang tinggi dihasilkan dari meningkatnya
jarak dari pusat bumi, menurut hukum Newton. Untuk mereduksi datum observasi
yang diambil pada h, seperti dalam gambar a di bawah (Kearey, P., et al, 2002,
p.134).

Gambar 30. Koreksi elevasi.


A) Gambar free-air correction untuk pengukuran
setinggi h dari datum
B) Koreksi Bouguer, area yang terarsir berhubungan
dengan lempeng batuan setebal h diperluas ke arah
horisontal
C) Koreksi terrain (Kearey, P., et al, 2002, p.133).

Nilai FAC positif untuk titik pengamatan diatas datum untuk mengoreksi
penurunan gravity karena ketinggian.
Nilai koreksi free-air menunjukkan variasi berdasarkan jarak titik observasi
dari pusat bumi, tidak ada nilai yang diambil karena pengaruh gravitasi batuan yang
ada antara titik pengamatan dengan datum. Bouguer correction (BC) membuang
efek ini dengan memperkirakan lapisan batuan dibawah titik pengamatan terhadap
lempeng horisontal tak hingga dengan ketebalan sama dengan elevasi tempat
pengamatan diatas datum (Gambar diatas bagian b). Bila adalah densitas batuan
dari rumus g=2Gt maka (Kearey, P., et al, 2002, p.134) :

BC = 2Gh = 0,4191 h gu (h dalam meter, dalam Mg m-3)

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 41


Di darat Bouguer correction haruslah mengurangi, karena tarikan gravitasi
batuan antara titik observasi dan datum harus dihilangkan dari nilai gravitasi yang
diamati. Bouguer correction permukaan laut adalah positif untuk mempertimbangkan
tiadanya batuan antara muka laut dengan dasar laut. Koreksi sama dengan
penggantian lapisan air oleh material batuan dengan densitas r tertentu. Dalam
kasus ini :
BC = 2G(r-w) z

Dimana z adalah kedalaman air laut dan w adalah densitas air laut.
Free-air dan Bouguer correction biasanya diterapkan bersama sebagai
combined elevation correction. (Kearey, P., et al, 2002, p.134).
Koreksi Bouguer memiliki asumsi bahwa topografi sekitar pengukuran gravity
adalah datar. Hal ini adalah jarang dijumpai, dan koreksi selanjutnya, terrain
correction (TC) harus dilakukan untuk mempertimbangkan relief topografi di sekitar
titik pengukuran gravity. Koreksi ini selalu posiif sebagaimana digambarkan pada
Gambar diatas bagian c. Pada gambar diatas, daerah yang ditunjukkan oleh A
sebagai bagian dari lempeng koreksi Bouguer meski ia tidak tersusun oleh batuan.
Konsekuensinya, koreksi Bouguer mengalami overkoreksi pada daerah ini
dan pengaruhnya harus dikembalikan dengan positive terrain correction. Area B
tersusun atas batuan yang harus dikeluarkan dari koreksi Bouguer. Ini menyebabkan
tarikan keatas pada titik amat menyebabkan nilai gravity berkurang. Tarikan ini
harus dikoreksi dengan positive terrain correction (Kearey, P., et al, 2002, p.135).
Secara klasik, koreksi terrain dilakukan dengan menggunakan sebuah
lingkaran yang dinamakan sesuai penemunya yakni Hammer chart. Dimana
lingkaran ini terbagi atas garis radial dan konsentris ke arah luar menjadi
kompartemen yang besar. Zona paling luar melebar hingga 22 km, pengaruh
topografi yang lebih jauh lagi biasanya diabaikan. Lingkaran ini diletakkan pada peta
topografi dengan pusat berada pada titik pengukuran gravity dan rata-rata ketinggian
topografi setiap kompartemen dapat ditentukan. Elevasai lokasi pengukuran gravity
dihasilkan dari nilai-nilai ini, dan pengaruh gravitasi tiap kompartemen ditentukan
berdasarkan tabel yang dibuat dengan rumus pengaruh gravitasi dari sektor silinder
vertikal pada sumbunya. Koreksi terrain kemudian dihitung dengan menjumlahkan
kontribusi gravitasi dari semua kompartemen (Kearey, P., et al, 2002, p.135).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 42


Gambar 31. Lingkaran yang digunakan untuk menghitung koreksi
terrain. Urutan zona bervariasi dari jari-jari 2 hingga 21,9
km digunakan pada peta topografi dengan berbagai skala
(Kearey, P., et al, 2002, p.135).

Tabel 3. Koreksi terrain (Kearey, P., et al, 2002, p.135).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 43


Tabel diatas menunjukkan metode penghitungan. Cara ini agak memerlukan
waktu yang lama, karena harus menghitung 130 kompartemen dan harus direrata
tiap stasiun pengukuran, namun koreksi terrain adalah salah satu operasi dalam
reduksi gravity yang tidak dapat sepenuhnya otomatis. Pekerjaan ini dapat
disederhanakan dengan membuat rerata topografi dalam grid rektanguler. Hanya
sebuah angka yang diperlukan karena pengaruh topografi mungkin dapat dihitung
pada titik manapun di dalam grid dengan menjumlahkan pengaruh tiap rektanguler
dengan luas area dan perbedaan ketinggian dengan stasiun gravity (Kearey, P., et
al, 2002, p.135).
Perhitungan ini dapat benar-benar efektif pada daerah yang jauh dari stasiun
pengukuran gravity dan dapat siap dihitung. Pendekatan semacam ini tampak makin
digunakan sejalan dengan ketersediaan model-model elevasi digital dalam skala
luas. Meski koreksi inner zone masih harus dilakukan secara manual seperti digitasi
yang masuk akal untuk seluruh daerah penelitian dan ini harus melakukan interval
sampling yang terlalu besar untuk menghasilkan hasil akurat dari terrain dekat
dengan lokasi pengukuran gravity.
Pengaruh terrain rendah di daerah topografi lemah, jarang yang lebih dari 10
gu di daerah dataran. Di daerah bertopografi kasar, efek terrain biasanya besar.
Menjadi maksimum pada sungai yang bertebing terjal, pada bagian dasar atau
puncak dari tebing dan pada puncak pegunungan. Tempat dimana efek terrain
sangat kecil daripada akurasi yang diharapkan, koreksi terrain dapat ditinggalkan
(Kearey, P., et al, 2002, p.136).

12.4. Koreksi Pasang Surut/Tidal


Pengukuran gravity pada lokasi tertentu akan bervariasi karena adanya
variasi periodik pengaruh gravitasi matahari dan bulan yang berhubungan dengan
orbitnya, dan koreksi harus dilakukan karena variasai ini dalam survey untuk
menghasilkan presisi tinggi. Tidak seperti ukurannya yang jauh lebih kecil, gaya tarik
bulan lebih besar daripada matahari karena posisinya yang lebih dekat. Efek
gravitasi ini menyebabkan bentuk bumi yang solid bervariasi bentuknya terkait
tarikan benda angkasa ini yang menyebabkan pasang surut di lautan. Variasi naik
turunnya bagian bumi yang padat (solid earth tides) lebih kecil daripada pasang-
surut di lautan dan jauh lebih lambat dibanding pergerakan bulan. Hal-hal tersebut
Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 44
menyebabkan ketinggian titik pengamatan menjadi berubah beberapa centimeter
dan kemudian berubah jaraknya dari pusat massa bumi. Variasi-variasi periodik
gravitasi disebabkan oleh gabungan pengaruh bulan dan matahari dikenal sebagai
variasi-variasi pasang-surut. Ini memiliki amplitudo maksimum sekitar 3 gu dan
periode minimal sekitar 12 jam (Kearey, P., et al, 2002, p.136).
Bila gravimeter dengan angka kelelahan alat relatif tinggi yang digunakan,
titik ikat dibuat pada interval yang jauh lebih kecil daripada periode pasang-surut
bumi minimum dan variasi-variasi pasang surut otomatis terbuang pada saat koreksi
alat. Bila alat ukur dengan angka kelelahan alat yang rendah, titik ikat normalnya
dibuat hanya pada titik awal dan akhir hari surve sehingga variasi pasang-surut
dibawah siklus penuh. Pada kasus ini, koreksi tidal sebagian mungkin diperlukan.
Efek pasang-surut dapat diperkirakan dan dapat dihitung dengan program komputer
sederhana (Kearey, P., et al, 2002, p.136).

12.5. Koreksi Eotvos


Koreksi Eotvos (EC) digunakan untuk mengukur gravity yang dilakukan pada
kendaraan yang bergerak seperti perahu atau pesawat terbang. Tergantung pada
arah perjalanan pergerakan alat akan memiliki percepatan sentripetal yang
memperkuat atau melawan gravitasi. Koreksi dilakukan menurut rumusan :

EC = 75.03V sin cos + 0,04154 V2 gu

Dimana V adalah kecepatan alat dalam knot, sudut menghadap, dan


adalah lintang pengukuran. Dalam lintang menengah koreksi Eotvos adalah sekitar
+75 gu untuk tiap knot dari pergerakan ke Timur (E) atau barat (W) sehingga
kecepatan dan arah gerak harus diketahui secara pasti (Kearey, P., et al, 2002,
p.136).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 45


12.6. Anomali Free-air dan Anomali Bouguer
Anomali udara bebas atau Free-air anomaly (FAA) dan Bouguer Anomaly
(BA) dapat didefinisikan sebagai berikut :

Bouguer anomali sebagai dasar untuk interpretasi data gravity di darat. Pada
surve di laut Bouguer anomali secara konvensional dihitung untuk daerah air
dangkal atau pantai karena koreksi Bouguer membuang pengaruh gravitasi lokal
yang berhubungan dengan perubahan kedalaman air laut setempat. Selebihnya,
penghitungan anomali Bouguer di daerah seperti ini memungkinkan penghitungan
langsung anomali gravitasi lepas pantai (off-shore) dan darat (onshore) dan
memungkinkan kombinasi data darat dan laut ke dalam peta kontur gravity (Kearey,
P., et al, 2002, p.136).
Hal ini mungkin digunakan, sebagai contoh dalam mencari ciri-ciri geologi
sepanjang garis pentai. Anomali Bouguer tidak cocok untuk surve pada kedalaman
air yang dalam, namun di beberapa tempat penerapan koreksi Bouguer merupakan
alat bantu yang mengarahkan pada nilai Bouguer anomaly yang sangat positif tanpa
mempertinggi karakter gravitasi geologi asal secara signifikan. Sebagai
konsekuensi, anomali free-air kadang digunakan untuk interpretasi daerah semacam
ini. Terlebih lagi, FAA menghasilkan penaksiran yang luas dari derajad kompensasi
isostasi daerah tersebut (Kearey, P., et al, 2002, p.136).
Anomali-anomali gravitasi secara konvensional di tunjukkan pada profil atau
sebagai peta garis kontur (isogal). Interpretasi anomali ini memungkinkan untuk
dibantu dengan teknik pemrosesan data digital serupa dengan yang digunakan pada
display data penginderaan jauh. Terutama sekali warna dan gambar bayangan
mungkin menunjukkan struktur yang mungkin kurang teramati pada peta yang belum
diproses (Kearey, P., et al, 2002, p.137).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 46


13. Isostasi

13.1. Prinsip Dasar Isostasi

Fenomena isostasi menekankan pada taggapan bagian luar kulit bumi


terhadap pembebanan dan penghilangan beban yang besar. Lapisan kulit bumi ini
meski relatif kuat, ia tidak mampu menahan besarnya tekanan yang dihasilkan dari
beban rangkaian pegunungan atau hilangnya beban di bagian samudera. Kehadiran
fenomena ini di muka bumi akan membentuk mekanisme kompensasi, yang
diperlukan untuk menghilangkan tekanan yang besar yang pada bagian lain akan
menyeimbangkan (Kearey, P., and Vine, F.J., 1990, p. 32).

Isostasi pertama kali diperkenalkan pada abad 18 ketika sejumlah ahli


geodesi Prancis bekerja mengukur panjang derajad garis lintang di Peru untuk
menentukan bentuk bumi berhubungan dengan bentuk elipsoid yang oblate atau
prolate. Garis-garis tegak digunakan sebagai referensi vertikal di daerah surve dan
koreksi harus dilakukan terhadap defleksi horisontal yang diakibatkan oleh tarikan
gravitasi pegunungan Andes. Ketika koreksi didasarkan pada massa Andes diatas
muka laut, menunjukkan bahwa vertikal defleksi yang sesungguhnya kurang
daripada yang diperkirakan (Gambar dibawah) (Kearey, P., and Vine, F.J., 1990, p.
32).

Gambar 32. Tarikan gravitasi horisontal terhadap massa oleh Pegunungan


Andes yang menyebabkan defleksi (b) dari bandul vertikan (a).
Defleksi hasil pengamatan (c) lebih kecil, menunjukkan adanya
kompensasi massa yang berkurang di bawah Andes. (sudut
defleksi dan distribusi massa hanya skematis ) (Kearey, P., and
Vine, F.J., 1990, p. 32).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 47


Fenomena ini memperlihatkan bahawa adanya anomali negatif terhadap
massa dibawah pegunungan Andes sebagai kompensasi, yang menahan masa
positif pegunungan. Di abad 19 pengamatan serupa dilakukan di sekitar
pegunungan Himalaya dan menunjukkan adanya kompensasi permukaan yang
terbebani pada kedalaman tertentu merupakan fenomena yang terjadi dimanapun
(Kearey, P., and Vine, F.J., 1990, p. 32).

Kehadiran kompensasi bawah permukaan dibuktikan oleh variasi dalam nilai


tarikan gravitasi dalam area yang luas. Anomali Bouguer umumnya bernilai negatif
diatas daerah benua yang tinggi dan bernilai positif di cekungan lautan (Gambar
dibawah). Observasi ini membuktikan bahwa topografi positif di benua dan topografi
negatif di samudera dikompensasikan secara regional pada kedalaman dengan
kontras densitas yang ada, dimana negatif dan positif dan kedua anomali massa
memperkirakan kenampakan permukaan (Kearey, P., and Vine, F.J., 1990, p. 33).

Prinsip dari isostasi adalah bahwa dibawah kedalaman tertentu, yang dikenal
dengan kedalaman kompensasi, tekanan yang dihasilkan dari semua massa
diatasnya akan mengarah kesemua arah yang sama. Masa batuan yang tebal dan
berat, meski secara internal bervariasi, akan sama pada kedalaman kompensasi bila
secara regional berada pada keseimbangan isostasi.

Terdapat 2 hipotesis berdasarkan bentuk geometrik dari kompensasi isostasi


lokal yang diusulkan pada 1855 oleh Airy dan Pratt (Kearey, P., and Vine, F.J., 1990,
p. 33).

Gambar 33. Hubungan berkebalikan dari anomali Bouguer dengan


topografi menunjukkan adanya kompensasi isostasi.
(Kearey, P., and Vine, F.J., 1990, p. 33).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 48


13.2. Hipotesa Airys

Hipotesa Airys mengasumsikan bahwa bagian luar kulit bumi memiliki


densitas yang tetap dan menumpang diatas lapisan yang memiliki densitas yang
lebih besar. Permukaan topografi dikompensasikan oleh variasi ketebalan bagian
luar kulit bumi dalam kesetimbangan apungan terhadap beban permukaan. Sebagai
analogi sederhana dimana terdapat balok-balok es dengan ketebalan yang berbeda-
beda mengapung dalam air akan menunjukkan bahwa blok yang tebal akan
mengapung lebih tinggi diatas muka air. Jadi rangkaian pegunungan akan dialasi
oleh akar yang tebal, dan cekungan samudera oleh akar yang tipis dari kulit bumi
bagian luar (Gambar dibawah bagian a) (Kearey, P. and Vine, F.J., 1990, p. 33).

Gambar 34. (a) mekanisme kompensasi isostasi Airy. h tinggi pegunungan diatas
muka laut, z kedalaman air laut dengan densitas w, TA ketebalan normal dari
kerak dengan densitas c, r ketebalan akar, a ketebalan antiroot, DA kedalaman
kompensasi di bawah akar, m densitas mantel. (Kearey, P., and Vine, F.J., 1990,
p. 33).

(b) mekanisme kompensasi isostasi Pratt, keterangan sama dengan gambar a,


kecuali Tp ketebalan normal kerak, h densitas kerak dibawah pegunungan, z
densitas kerak dibawah laut, Dp kedalaman dari kedalaman kompensasi dibawah
Tp

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 49


Dasar dari kulit bumi bagian luar ini akan berupa gambaran cermin yang
dibesarkan dari kenampakan topografi permukaan bumi. Mempertimbangkan klom-
kolom dari unit penampang di bawah rangkaian pegunungan dan daerah elevasi nol
ditunjukkan dalam gambar bagian a di atas, perhitungan berat mereka diberikan
sebagai :

Dimana g adalah percepatan yang dihasilkan oleh gravitasi.

Penyusunan kembali terhadap rumus diatas memberikan kondisi kesetimbangan


isostasi

Perhitungan yang sama menghasilkan kondisi kompensasi di cekungan samudera :

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 50


13.3. Hipotesa Pratt

Hipotesa Pratt mengasumsikan kedalaman yang sama sebagai dasar kulit


bumi bagian luar, dimana densitas bervariasi tergantung topografi permukaan. Jadi
rangkaian pegunungan akan dialasi oleh material dengan densitas yang relatif kecil
dan cekungan samudera dialasi oleh material yang relatif tinggi densitasnya.
(Gambar diatas bagian b). perhitungan ketebalan dari unit penampang kolom-kolom
dibawah rangkaian pegunungan dan zona elevasi nol memberikan (Kearey, P. and
Vine, F.J., 1990, p. 34) :

( )

Melalui penjabaran menghasilkan keadaan untuk keseimbangan isostasi jajaran


pegunungan :

Dengan perhitungan yang sama untuk cekungan samudera dihasilkan :

Pada model-model awal isostasi ini menganggap bahwa kulit bumi bagian
luar yang mana mengalami keseimbangan topografi berhubungan dengan kerak.
Kehadiran kontras densitas yang tinggi sepanjang bidang Moho berperan penting
dalam kompensasi. Namun kini diyakini bahwa lapisan keseimbangan adalah lebih
tebal dan termasuk bagian mantel atas. Lapisan luar yang kuat dari kulit bumi ini
dikenal sebagai lithosfer. Lithosfer menumpang diatas lapisan yang jauh lebih lunak
yang dikenal sebagai astenosfer yang berubah bentuk karena mengalir dan dapat
berpindah karena gerakan vertikal lithosfer. Meski demikian, kontras densitas
sepanjang batas lithosfer-astenosfer sangat kecil. Kerumitan muncul dalam
mempelajari kedalaman kesetimbangan isostasi oleh adanya lempeng benua dapat
secara reologi berlapis dalam lapisan rapuh (brittle) maupun lentur (ductile).
Sehingga keseimbangan isostasi dapat berada pada area peralihan rapuh-lentur.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 51


Beberapa struktur seperti zona pemekaran benua mungkin sepenuhnya seimbang
pada kedalaman ini.

Kedua hipotesa, baik Airy maupun Pratt, pada dasarnya merupakan


penerapan dari hukum Archimedes dimana blok yang berdekatan mencapai
kesetimbangan isostasi dengan mengapung dalam lapisan fluida. Mereka
mengasumsikan blok yang berdekatan dipisahkan oleh bidang patahan dan
mencapai kesetimbangan dengan naik atau turun secara mandiri. Kedua model
kompensasi lokal ini, walaupun digunakan secara luas, pada kenyataannya terdapat
hal yang tidak masuk akal untuk bagian kerak dan mantel atas. Ia memperkirakan
gerakan akan terjadi walau pada beban yang sangat kecil. Lithosfer tidak selemah
yang diasumsikan, seperti anomali graviti yang besar diatas intrusi batuan beku
dengan umur lebih dari 100 juta tahun. Lithosfer pasti mampu menahan tekanan 20
30 MPa untuk jangka waktu yang lama tanpa harus mempengaruhi keseimbangan
lokal (Kearey, P. and Vine, F.J., 1990, p. 34).

13.4. Kelenturan Lithosfer


Model yang lebih masuk akal dari isostasi akan melibatkan kesetimbangan
regional. Pendekatan umum dilakukan untuk membuat analogi antara lithosfer dan
sifat elastis lapisan yang terbebani. Gambar dibawah menjelaskan tanggapan elastis
terhadap pembebanan, daerah dibawah tekanan beban akan turun pada daerah
yang relatif luas dengan memindahkan material astenosfer dan dikompensasikan
dengan pembentukan tonjolan yang melingkupi. Meski demikian, dalam jangka
waktu yang lama, lithosfer kemungkinan akan bergerak dan tedeformasi oleh
rayapan massa (Kearey, P. and Vine, F.J., 1990, p. 34).

Gambar 35. Lenturan meliuk ke bawah dari lithosfer


sebagai hasil pembebanan 2 dimensional,
setengah lebar benda a, tinggi h dan densitas s.
(Kearey,P. and Vine, F.J., 1990, p.35)

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 52


Sebagai contoh pergeseran vertikal sejauh z pada kerak samudera dibawah
tekanan beban, akan dapat dihitung dengan memodelkannya sebagai lapisan elastis
mengikuti rumusan deferensial orde empat berikut :

Dimana P(x) adalah beban sebagai fungsi dari jarak horisontal x, g adalah
percepatan karena gravitasi dan m w berat jenis astenosfer dan air laut. D
adalah parameter flexural rigidity yang didefinisikan sebagai : D = ET 3 / 12 (1-2)
dimana E adalah modulus Young, adalah poisons ratio dan T adalah ketebalan
lithosfer (Kearey, P. and Vine, F.J., 1990, p. 34).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 53


14. Aplikasi-aplikasi Gravity dalam Geologi

Metode eksplorasi gravity memiliki dasar-dasar pemahaman yang mana hal


ini dapat dijadikan sebagai langkah kerja untuk melakukan hal-hal berikut (Lafehr,
T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p. 169) :
1. Memastikan bahwa metode tertentu dapat diterapkan dalam memahami
masalah geologi di suatu daerah penelitian
2. Perencanaan survey yang optimal yang mendukung diperolehnya data yang
baik
3. Mereduksi data dengan baik terhadap anomali di lapangan
4. Memisahkan anomali yang teramati untuk mengisolasi target
5. Bila mungkin menentukan sifat dan sebaran sumber geologi yang
menyebabkan adanya anomali yang ada.

Metode gravity adalah sebuah alat geofifika yang sesuai bila didukung
dengan survei yang terencana, pelaksanaan pengambilan data yang baik dan
reduksi terhadap anomali yang teramati. (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.
169). Anomali-anomali di lapangan (hasil dari reduksi data dan titik awal interpretasi)
dapat berupa free-air, Bouguer ataupun peta anomali isostatik.
Untuk menjelaskan anomali-anomali yang teramati, interpreter haruslah
mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas dari pengurangan densitas Bouguer
antara datum yang digunakan untuk mereduksi data dan permukaan bumi yang
teramati seperti halnya kontras densitas dibawah datum. Disini, referensi awal
adalah permukaan sesungguhnya dimana pengukuran dilakukan (Lafehr, T.R., and
Nabighian, M.N., 2012, p. 170).

14.1. Gravity Eksplorasi Minyak Bumi

Kita harus tinggalkan pandangan tradisional, yang menyatakan bahwa data


gravity hanya digunakan untuk tujuan-tujuan survei pendahuluan. Meskipun hal ini
benar dalam tiga dekade awal eksplorasi namun sekarang menjadi kurang tepat.
Lokasi cekungan sekarang umumnya telah diketahui dan data gravity memainkan
peran yang penting dalam evaluasi prospek secara detail seperti dalam banyak
kasus. Peran lainnya pada gravity lubang pemboran, gradiometri gravity,
pengambilan data gravity sepanjang lintasan seismik 3D, monitoring reservoir,

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 54


aplikasi keteknikan dan hal ini jelas bahwa eksplorasi gravity modern tidak semata
merupakan metode pendahuluan surve (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.
170).
Untuk mempelajari sebuah cekungan sedimen dapat kita mulai dengan
anomali Bouguer dan menggunakannya untuk memahami sifat dari batuan sumber
(soerce rock) yang menyebabkannya. Anomali ini memiliki amplitudo, bentuk dan
kekhasan gradien yang memberikan informasi bernilai. Sebagaimana telah kita
lihat, dua hal dalam batuan sumber minyak diperlukan untuk menghasilkan anomali
yaitu; (1) kontras densitas lateral yang mencukupi dengan memperhatikan batuan
disekitarnya, dan (2) distribusi geometrik yang mencukupi (volume) (Lafehr, T.R.,
and Nabighian, M.N., 2012, p. 170).

Gambar 36. Diagram skematik yang menggambarkan asal dan


akumulasi minyak dan gas dalam cekungan sedimen
yang menutup batuan dasar/basement (Lafehr, T.R.,
and Nabighian, M.N., 2012, p. 171)

Gambar diatas adalah skema umum untuk eksplorasi minyak bumi. Bila
perangkap struktur atau stratigrafi berasosiasi dengan anomali densitas yang cukup,
hasil pengukuran gravity di permukaan dapat menjadi alat yang penting dalam
eksplorasi di daerah tersebut. Pada umumnya, dalam cekungan sedimen, densitas
pasir dan serpih meningkat semakin dalam karena adanya kompaksi. Seperti
ditunjukkan dalam gambar dibawah. Tidak digambarkan dalam ilustrasi ini fenomena

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 55


geologi lainnya, yang penting dalam eksplorasi, seperti patahan dan terumbu
karang. Kerangka geologi regional, termasuk gambaran diskontinuitas moho lokal,
juga dimungkinkan termasuk dalam interpretasi gravity (Lafehr, T.R, and Nabighian,
M.N., 2012, h. 170).

Gambar 37. Densitas batuan yang khas dalam cekungan sedimen.


(Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, h. 169)

Metode gravity pertamakali secara luas digunakan oleh industri perminyakan


untuk mengetahui kemungkinan adanya lokasi perangkap (trap) minyak bumi,
namun dengan perkembangan yang cepat dan efisiensi teknologi seismik
menyebabkan gravity bukan lagi sebagai alat utama dalam eksplorasi pendahuluan
bidang perminyakan (Kearey, P., et all, 2002, h. 147).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 56


14.2. Eksplorasi Struktur Kubah Garam

Garam yang hampir sangat sulit terkompaksi menunjukkan nilai kontras


densitas sekitar 2.200 kg/m3, beberapa kurang untuk halit (batugaram) dan
beberapa lebih tergantung pada adanya pengotor dalam garam. Pada sebagian
besar lokasi, batuan dasar adalah batuan beku atau batuan metamorf/ubahan dan
memiliki densitas yang tinggi dalam rentang 2.700 hingga 3.100 kg/m3. Anomali
gravity dihasilkan dari kontras densitas lateral; garam yang dangkal bertemu pasir
atau serpih menghasilkan anomali positif, sementara garam yang dalam
menghasilkan anomali negatif. Struktur batuan dasar positif umumnya menghasilkan
anomali positif, dan mereka umumnya lebih luas daripada kubah garam yang
diatasnya atau anomali sedimen yang dangkal (Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N.,
2012, p. 172).
Gambar dibawah menunjukkan contoh geologi yang menggambarkan
pembagian anomali dan kehadiran anomali sisa.

Gambar 38. Interpretasi kubah garam di Teluk Mexico


(Lafehr, T.R, and Nabighian, M.N., 2012, p. 170).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 57


Menjadi catatan dalam gambar diatas, anomali dihasilkan dari pengaruh-
pengaruh regional dan endapan garam yang dalam (negatif) dan juga struktur
lainnya termasuk perubahan sedimen secara lateral, kemudian dihilangkan,
meninggalkan residual yang disebabkan oleh garam dangkal dan batuan penutup.
Kedalaman dimana batuan sedimen dan garam memiliki densitas yang sama dikenal
sebagai crossover depth dan ditunjukkan dalam gambar diatas dalam diagram
kedalaman-densitas disebelah kiri gambar kubah garam. Seperti nampak dalam
gambar, dome atau kubah lebih dangkal dari kedalaman crossover, ini menghasilkan
komponen positif yang akan memperbesar kontribusi positif dari batuan penutup,
bila ada di bagian atas kubah garam (Lafehr T.R, and Nabighian, M.N., 2012, p.
173).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 58


14.3. Studi Geologi Bawah laut

Studi-studi gravity secara meluas digunakan dalam penyelidikan geologi


struktur skala menengah-luas (Peterson and Reeves, 1985 dalam Kearey, P., et all,
2002, p.147). Pada awal surve kelautan, di bawah dasar laut diindikasikan adanya
anomali positif dan negatif yang sangat besar yang berhubungan dengan adanya
busur-busur kepulauan (island arcs) dan palung (trenches). Penelitian lanjutan
dengan kapal khusus menunjukkan adanya kemenerusan lateral dan menunjukkan
bahwa sebagian besar kenampakan permukaan bumi dapat didelineasi dengan
surve gravity. Anomali-anomali gravity juga menunjukkan sebagian besar
kenampakan relief utama berada pada kesetimbangan isostatik, hal ini menunjukkan
bahwa lithosfer tidak mampu menahan beban berat dan menghasilkan isostasi
terhadap perubahan pembebanan di permukaan.
Gambar dibawah menunjukkan anomali-anomali udara bebas yang hampir
nol diatas pematang tengah samudera yang menunjukkan bahwa ia berada pada
kesetimbangan isostasi. Interpretasi gravity, yang dibatasi oleh hasil-hasil seismik
refraksi, menunjukkan bahwa keseimbangan ini dihasilkan dari bentuk zona
defisiensi massa dibawah mantle. Zona seismik kecepatan rendah dan aliran panas
tinggi di permukaan menunjukkan bahwa zona ini adalah tempat partial melting
(peluruhan sebagian) dan kemungkinan hidrasi (Kearey, P., et al, 2002, p. 147).

Gambar 39. Profil anomali free-air memotong punggungan tengah


samudera di atlantik. (Kearey, P., et al, 2002, p.147).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 59


14.4. Studi Geologi Struktur Zona Suture/Pertemuan Dua Benua

Surve gravity juga dapat digunakan dalam mempelajari zona sutur purba
(zona tombukan lempeng benua-benua) yang diinterpretasikan sebagai tempat
batas lempeng awal dalam batuan kontinental/benua. Zona-zona ini umumnya
dicirikan dengan anomali gravity linear yang besar yang dihasilkan dari lempeng
yang berbeda yang bersentuhan sepanjang sutur, lihat gambar dibawah (Kearey at
al., 2002, p.147).

Gambar 40. Profil anomali Bouguer memotong daerah yang


dibatasi struktur di perisai Kanada. Kontras densitas
dalam Mg m-3. (After Thomas & Kearey, 1980, dalam
Kearey at al., 2002, p. 148)

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 60


14.5. Studi Sebaran Batuan Granit

Pada skala menengah, anomali gravitasi dapat mengungkapkan bentuk


bawah permukaan dari batuan beku seperti batholit granit dan anortosit masif.
Sebagai contoh hasil surve graviti di baratdaya Inggris telah mengungkapkan suatu
sabuk yang luas, anomali Bouguer negatif diatas area granit seperti dalam gambar
dibawah (Kearey, P., et all, 2002, p.147).

Gambar 41. Peta anomali Bouguer bagian baratdaya Inggris.


Menunjukkan lsabuk memanjang dari anomali
negatif yang luas yang berasosiasi dengan zona
singkapan granit. (Kearey, P., et al, 2002, p. 147).

Model anomali gravitasi dari gambar diatas dapat dilihat pada gambar
dibawah yang mengarahkan rumusan kemenerusan batolith sedalam 10-15 km
dibawah permukaan di baratdaya Inggris. Penelitian semacan ini telah menyediakan
arah yang penting dalam mempelajari penyebaran, komposisi dan asal dari tubuh
batuan beku. Demikian pula, surve gravity telah secara ekstensif digunakan di
lokasi-lokasi cekungan sedimen dan gambaran struktur-strukturnya telah

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 61


menghasilkan informasi penting dalam mekanisme pembentukan cekungan (Kearey,
P., et al, 2002, p. 147).

Gambar 42. Interpretasi 2 dimensional anomali gravitasi terhadap


Granit Bodmin Moor, baratdaya Inggris (Kearey, P., et
al, 2002, p. 147).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 62


14.6. Studi Hidrogeologi

Surve gravitasi mungkin digunakan dalam penyelidikan hidrogeologi dengan


menentukan geometri dan potensi akuifer air tanah (Kearey, P., et al, 2002, h. 148).
Gambar dibawah menunjukkan anomali Bouguer dari daerah di dekat Tatal-Cili.
Daerah ini sangat kering, dengan suplai dan penyimpanan air tanah dikontrol oleh
kondisi geologi yang dalam. Nilai gravitasi kecil yang ditunjukkan oleh kontur
kemungkinan menunjukkan 2 sungai bawah tanah berupa endapan aluvial diatas
tubuh batuan dasar grano-dioritik.

Gambar 43. Peta geologi daerah di dekat Tatal-Cili.


Menunjukkan lokasi pengukuran gravity
dan kontur anomali Bouguer.
(Kearey, P., et al, 2002, h. 149).

Gambar dibawah menunjukkan profil interpretasi terhadap peta diatas.


Gambaran topografi batuan dasar dihasilkan dari garis seismik refraksi.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 63


Gambar 44. Profil B-B dari daerah Tatal-Cili;
a. Anomali Bouguer Observed dan anomali perhitungan
untuk model dengan kontras densitas () -0,05 Mg m-3;
b. Gambar hasil interpretasi gravity (Kearey, P., et al, 2002, p.
148).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 64


14.7. Gravity dalam pertambangan mineral logam tipe sulfida masif

Berat jenis endapan sulfida masif (mengandung logam seperti besi, timbal,
perak, tembaga, seng dan emas) memiliki perbedaan yang tajam dengan batuan
samping, hal ini menjadikan metode gravity sangat menarik untuk digunakan pada
target seperti ini. Meski demikian, karena biaya dan kecepatan penyelesaian yang
lambat untuk area yang luas, surve gravity dalam pertambangan umumnya
digunakan sebagai metode lanjutan dari yang telah dideteksi oleh metode lainnya.
Meski demikian terdapat perkecualian ketika gravity digunakan untuk menghasilkan
capaian sistematis dari area yang luas dengan surve darat atau pesawat udara,
mengarah pada penemuan endapan mineral yang sangat besar (Lafehr, T.R., and
Nabighian, M.N., 2012, p.184).
Surve gravity regional yang potensial digambarkan dari penemuan endapan
sulfisa masif kelompok Neves-Corvo di daerah sabuk pirit Portugis setelah
menyelesaikan surve regional pada grid 100 meter dan 200 meter (Leca, 1990
dalam Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.184). Endapan sulfida yang sangat
besar di Neves-Corvo memiliki potensi cadangan lebih dari 300 juta ton. Endapan ini
ditunjukkan oleh anomali gravity yang kecil antara 0,4 hingga 0,6 mGal seperti
dalam gambar di bawah.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 65


Gambar 45. Peta anomali gravitasi regional Bouguer di daerah
Neves-Portugis, diekstrak dari surve gravity regional
daerah Algare yang lebih luas. Interval kontur
adalah 0,1 mGal, dan reduksi densitas bouguer 2,5
g/cm3. Sisi kiri peta (garis tegas) hasil surve
menggunakan grid 100x100 meter (After Leca, 1990
dalam Lafehr, T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p.
184).

Endapan mineral ini berada dalam bagian dari sabuk pirit Iberian yang
terdapat dalam bagian batuan sedimen volkanik dan tertimbun di kedalaman 300
hingga 700 meter seperti dalam gambar dibawah. Berat jenis endapan bervariasi
antara 2.900 hingga 3.100 kg/m3, dimana berat jenis batuan di sekitar cebakan
mineral ini adalah 2.500 kg/m3. Gravity memerankan peran kunci dengan
menunjukkan kehadiran benda bermassa lebih, disamping dukungan studi
multidisiplin terhadap endapan ini. Dengan geokimia anomali menunjukkan
kemungkinan sumber sulfida kearah bawah. Leca 1990 dalam Lafehr, T.R., and

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 66


Nabighian, M.N., 2012, p. 185 menyatakan bahwa tanpa geofisika, terutama tanpa
anomali Bouguer tertentu, Neves-Corvo tidak akan pernah diketemukan.

Gambar 46. Penampang geologi pada endapan massive sulfide di


Neves-Corvo dan kaitannya dengan anomali gravity.
After Leca, 1990 dalam Lafehr, T.R., and Nabighian,
M.N., 2012, p. 185).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 67


14.8. Eksplorasi Mineral Logam Daerah Abra di Australia Barat

Sebagai contoh penggunaan metode gravity dalam eksplorasi endapan


mineral logam adalah studi eksplorasi di daerah Abra sebelah barat Australia.
Endapan logam di daerah ini tertimbun sangat dalam, endapannya sangat luas,
tubuh endapan berkadar rendah dengan tanpa ekspresi geologi dan geokimia di
permukaan. Surve aeromagnetik dilakukan sepanjang garis dengan spasi 400 meter
mendeteksi anomali menyerupai mata sapi sebesar 400 nT (nano Tesla). Berdasar
data surve kemudian yang dilakukan dengan pesawat udara sepanjang lintasan
dengan spasi 200 meter dan diikuti surve gravity di darat, kemudian dilakukan
pemboran sedalam 200 meter di tahun 1977 dengan hasil yang tidak pasti (Lafehr,
T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p. 186).
Pada tahun 1981, surve magnetik yang lebih detail dilakukan diiringi surve
gravity. Surve gravitasi dilakukan dengan spasi 100x50 meter dan menunjukkan
gravity tinggi dipengaruhi oleh kemiringan gravitasi regional. Setelah pemrosesan
dari data gravity pengamatan, komponen grvitasi regional diperoleh dari Lembaga
Surve Geologi Australia, data gravity dan magnetik residual dimodelkan
menggunakan program modeling elipsoid.
Hasil pemodelan menunjukkan target berbentuk elipsoid dengan ketebalan
300 meter, dimensi lateral 600 x 1.000 meter kedalaman sampai bagian atas 270
meter. Pemboran yang dilakukan berdasar data ini menghasilkan perhitungan
cadangan sebesar 200 juta ton mineral ekonomi seperti besi, barium, timbal, perak,
tembaga dan emas pada kedalaman 260 meter.
Surve ini menunjukkan penggunaan metode gravity dalam menyaring dan
membatasi daerah target dikombinasikan dengan metode geofisika lainnya (Lafehr,
T.R., and Nabighian, M.N., 2012, p. 186).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 68


Gambar 47. Model penampang dari data magnetik dan gravity
(After Mc Inerney et al, 1994 dalam Lafehr, T.R., and
Nabighian, M.N., 2012, p. 187).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 69


14.9. Aplikasi Gravity dalam Bangunan Geoteknik

Pada aplikasi keteknikan dan geoteknik, surve gravity kadang digunakan


dalam penentuan keberadaan lubang di bawah tanah. Deteksi terhadap lubang ini
mungkin dilakukan dengan teknik microgravimetric yang dapat mendeteksi
perubahan gravity sekecil mikrogal (Kearey, P., et al, 2002, p. 150).
Arzi, 1975 (dalam Kearey, P., et al, 2002, p. 148) menjelaskan surve
micogravity tempat rencana lokasi tower pendingin untuk pembangkit listrik tenaga
nuklir, dimana dicurigai terdapat lubang-lubang pelarutan kemungkinan hadir pada
batuan dasar dolomitik. Pengukuran dilakukan dengan interval grid 15 meter, interval
kontur 3 milimeter, dengan interval pembacaan titik awal pada interval pada 40
menit.

Gambar 48. Anomali Bouguer, tidak terkoreksi pengaruh


topografi, Pada area tower pendingin. Interval
kontur 0,3 gu . (After Arzi, 1975 dalam (Kearey, P., et
al, 2002, p. 150).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 70


Ketebalan tanah telah diketahui, sehingga pengaruhnya dapat di hitung dan
dihilangkan dari pengukuran untuk menghilangkan variasi gravity yang disebabkan
karena tidak ratanya topografi batuan dasar. Hasil peta anomali Bouguer ditunjukkan
dalam gambar berikut (Kearey, P., et al, 2002, p. 150).
Di bagian timur laut terdapat dua minima dekat batas yang diajukan untuk
tower pendingin, selanjutnya dilakukan pemboran guna mengkonfirmasi kehadiran
lubang-lubang terpendam tersebut. Diperlukan adanya pekerjaan perbaikan dengan
menyuntikkan material semen ke dalam lubang-lubang cavity ini. Pembuktian
terhadap efektivitas penyuntikan semen ini dibuktikan dengan mengulang surve
gravity. Penghitungan kelebihan massa menunjukkan adanya perubahan gravity
sebelum dan sesudah penyuntikan semen karena adanya penutupan lubang-lubang
oleh material yang disuntikkan kedalam batuan (Kearey, P., et al, 2002, p. 150).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 71


14.10. Aplikasi Gravity untuk Studi Struktur Patahan Opak-Yogyakarta

Kehadiran sesar Opak telah digambarkan dalam Peta Geologi Lembar


Yogyakarta yang berupa sesar-sesar geser dan sesar normal (Rahardjo, W., dkk,
1995) seperti dalam potongan peta geologi pada gambar dibawah. Kehadiran sesar
ini menjadi populer semenjak terjadinya gempa bumi pada bulan Mei tahun 2006
yang lalu, karena sebagian ahli kebumian beranggapan bahwa sesar ini sebagai
penyebabnya (Nurwidyanto, M.I., dkk. 2010).

Gambar 49. Peta Geologi yang menunjukkan kehadiran sesar


Opak (Rahardjo, W., dkk., 1995).

Penelitian gravity terhadap sesar ini telah dilakukan oleh Nurwidyanto, M.I.,
dkk. 2010. Penelitian dilakukan dengan memotong sesar opak seperti yang telah
tergambar dalam peta geologi. Data hasil pengukuran berupa waktu dan koordinat
pengukuran serta data gravitasi. Terhadap data pembacaan gravitasi yang diperoleh
kemudian dilakukan kalibrasi. Kemudian dilakukan koreksi pasang surut dan koreksi
drift, maka diperoleh nilai gravitasi pengamatan (g obs). Nilai (gobs) kemudian dikoreksi
g normal (g lintang), koreksi udara bebas, koreksi bouguer dan koreksi medan
(terrain). Nilai rapat massa batuan yang digunakan pada koreksi Bouguer adalah 2,5
g/cc yang dipilih dengan metode grafik Nettleton. Nilai ABL (Anomali Bouguer
Lengkap) yang dihasilkan seperti gambar dibawah.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 72


Gambar 50. Peta kontur ABL daerah sesar Opak dalam mgal
(Nurwidyanto, M.I., dkk. 2010)

Dari gambar diatas tampak bahwa pola kontur mengarah utara-selatan


dengan bagian tengah bernilai tinggi sekitar 130-160 mgal. Hal ini berasosiasi
dengan rapat massa batuan yang lebih besar pada bagian tengah. Hal ini
kemungkinan berhubungan dengan adanya sesar atau intrusi batuan beku. Bagian
kiri dan kanan daerah penelitian memiliki ABL relatif lebih rendah antaa 110-130
mgal. Dari pola kelurusan dan kerapatan kontur diperkirakan adanya struktur sesar
di sebelah kanan dan kiri daerah penelitian, dan diperkirakan pada garis kontur 130
mgal. Sesar di bagian kiri merupakan sesar Opak dalam peta geologi regional,
sedang yang di sebelah kanan adalah sesar Parangkusumo (Nurwidyanto, M.I., dkk.
2010).
Metode ekivalen titik massa digunakan untuk proyeksi ke bidang datar
terhadap nilai ABL di topografi, maka diperoleh ABL pada kedalaman 2.750 meter di
bawah speroida acuan seperti dalam gambar dibawah (Nurwidyanto, M.I., dkk.
2010).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 73


Gambar 51. Peta kontur ABL dalam mgal hasil proyeksi ke bidang
datar pada kedalaman 2750 m. (Nurwidyanto, M.I.,
dkk. 2010)

Dari peta kontur ABL yang diproyeksikan ke bidang datar kedalaman 2750 m
di atas, dapat dilihat secara umum tidak terlalu berbeda dengan peta ABL di
topografi. Perbedaannya pada RBD kontur lebih menutup dan lebih halus/smooth
dan nilai yang lebih kecil. Nilai ABL hasil RBD masih mengandung komponen lokal
dan komponen regional. Komponen lokal berhubunhan dengan sebab lokal dan
dangkal, sedang anomali regional berhubungan dengan sebab yang dalam dan
relatif lebih menerus (Nurwidyanto, M.I., dkk. 2010).
Untuk keperluan interpretasi maka komponen lokal dan regional dipisahkan
dengan teknik kontinuasi ke atas. Pemisahan anomali regional dan anomali lokal
digunakan metode kontinuasi ke atas pada ketinggian 4000 meter. Hasil pemisahan
anomali lokal diperlihatkan pada gambar dibawah (Nurwidyanto, M.I., dkk. 2010).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 74


Gambar 52. Peta kontur ABL anomali lokal daerah penelitian
dalam mgal, hasil pengangkatan pada ketinggian
4000 m dari RBD (Nurwidyanto, M.I., dkk. 2010)

Untuk interpretasi dibuat sayatan yang memotong tengah daerah penelitian


berarah barat-timur. Model bawah permukaan dibuat dengan menggunakan
perangkat lunak Grav2DC for windows seperti dalam gambar berikut.

Gambar 53. Pemodelan bawah permukaaan sesar Opak


(Nurwidyanto, M.I., dkk. 2010)

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa daerah kajian dijumpai dua buah
sesar yakni berada di sebelah barat atau sesar Opak dan sebelah timur atau sesar
Parangkusumo (Nurwidyanto, M.I., dkk. 2010).

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 75


Pustaka

Kearey, P., Vine, F.J., 1990, Global Tectonics, Blackwell Scientific Publikations,
oxford, London.
Kearey, P., Brooks M., Hill, I., 2002, An Introduction to Geophysical Exploration,
3rd edition, John Wiley & Sons Ltd, West Sussex, England.
Lafehr TR and Nabighian MN., 2012, Fundamental of Gravity Exploration,
Geophysical Monograph Series Number 17, Society of Exploration
Geophysicist, Tulsa.
Milsom J., 2003, Field Geophysics, The Geological Field Guide Series, 3rd edition,
John Wiley & Sons Ltd.
Nettlenton LL., 1971, Elementary Gravity and Magnetics For Geologist and
Seismologist, Society of Exploration Geophysicists, Tulsa, Oklahoma.
Nurwidyanto, M.I., Yulianto, T., Widodo, S., 2010, Pemetaan Sesar Opak dengan
Metode Gravity (Studi Kasus Daerah Parang Tritis dan Sekitarnya,
Prosiding Pertemuan Ilmiah xxiv HFI Jateng dan DIY, Semarang.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, Rosidi, H.M.D., 1995, Peta Geologi Lembar
Yogyakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Robinson E.S., and Coruh, C., 1988, Basic Exploration Geophysics, Virginia
Polytechnic Institute and State University, John Wiley & Sons Ltd, USA.
Turcotte, D.L., Schubert, G., 1982, Geodinamics Aplication of Continuum
Physics to Geological Problems, John Wiley & Sons Ltd, New York
USA.
Wintolo, D., Utami, P., Samodra, B. S., 2010, Panduan Praktikum Geofisika
Eksplorasi, Edisi iv.

Metode Eksplorasi Geofisika Gravity 76

Anda mungkin juga menyukai