Anda di halaman 1dari 2

KOPOLIMERISASI

Kopolimerisasi adalah reaksi polimerisasi yang terjadi diantara dua atau


lebih monomer yang berbeda secara kimiawi, polimer yang terbentuk
disebut kopolimer. Terdapat tiga macam kopolimer yaitu : random, block,
dan graft. Kopolimerisasi dapat merubah sifat-sifat fisis resin yang
terbentuk. Sebagai contoh : ethyl acrylate yang dikopolimeriasasi dengan
methyl metacrylate akan merubah fleksibiliatas resin yang terbentuk,
polimer block dan graft akan meningkatkan kekuatan impak.

Bentuk molekul
Bentuk yang paling sederhana dari hasil akhir polimerisasi baik
kondensasi maupun adisi adalah bentuk linear (garis lurus). Pada
polimerisasi adisi seringkali terbentuk percabangan (branching reaction)
membentuk percabangan non linear atau disebut juga polimer cross
linked.
Cross Lingking
a. Cross link berupa percabangan diantara makromolekul linear
membentuk jaringan (network)
b. Cross linking akan meningkatkan kekuatan, ketahanan terhadap
kelarutan dan penyerapan air pada resin yang terbentuk.
c. Pada aplikasinya, cross liking banyak digunakan dalam fabrikasi
pembuatan gigi bauatan akrilik untuk meningkatkan ketahanan
terhadap bahan-bahan pelarut stress pada permukaan.

Struktur polimer
Polimer yang linear, mempunyai struktur non kristalin. Polimer
mempunyai derajat kristalisasi tergantung dari ikatan sekunder yang
dapat terbentuk, struktur rantai polimer serta berat molkulnya.
Kristalinitas polimer akan menurunkan ductility (sifat bahan mampu
deformasi terhadap baban tarik sebelumbenar-benar patah (ruptur).

Penyimpanan
Pabrik biasanya enganjurkan temperature dan waktu penyimpanan yang
spesifik. Aturan tersebut harus diikuti karena bila tidak, akan berpengaruh
terhadap sifat fisis dan khemis polimer yang terbentuk.

RATIO POLIMER DAN MONOMER


Ratio polimer dan monomer memegang peranan penting dalam
menentukan hasil dengan sifat fisis yang diinginkan. Bubuk disebut juga
sebagai polimer sedangkan cairan disebut juga monomer. Ratio polimer
monomer yang dianjurkan adalah 3 : 1 berdasarkan volume.
Perbandingan tersebut memungkingan monomer dapat membasahi
polimer dengan minimal sisa monomer yang tidak bereaksi.

INTERAKSI POLIMER MONOMER


Bila polimer dan monomer dicampur maka akan melalui 5 tahapan yaitu :
1. Sandy : belum ada interaksi molekul, bubuk polimer masih belum
berubah dan konsistensi adonan masih kasar
2. Stringy : monomer mulai menyerang permukaan bubuk polimer
3. Doughlike : memasuki level molekul, terjadi peningkatan jumlah
rantai polimer. Secara klinis adonan mudah dibentuk, adonan tidak
menempel ke jari-jari untuk packing.
4. Rubbery : monomer berkurang karena sudah mulai menguap dan
berpenetrasi ke dalam bubuk polimer. Pada tahap ini molding tidak
dapat dilakukan
5. Stiff : monomer sudah menguap dan secara klinis adonan sangat
kering dan sudah tidak dapat dibentuk-bentuk lagi

Waktu pembuatan Doughlike


Menurut ADA specification no. 12, diperlukan waktu kurang dari 40
menit sejak dimulainya proses pencampuran. Akan tetapi ada
beberapa resin, doughlike didapat kurang dari 10menit.

Waktu kerja : lamanya denture base resin pada tahap doughlike.


Menurut ADA specification no. 12, lamanya sekitar 5 menit.

Packing, adalah proses memasukkan adonan resin ke dalam mold.


Overpacking menyebabkan terlalu tebal dan merubah posisi.
Underpacking menyebabkan porositas. Pada saat dipanaskan pada
suhu 60 C , benoyl peroxide akan berdekomposisi membentuk
radikal bebas yang akan menginiasiasi proses polimerisasi. Panas yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses polimerisasi didapatkan dari
water bath dengan suhu dan lama tertentu sesuai anjuran masing-
masing pabrik.

Proses polimerisasi bersifat eksotermis, temperature pada bahan


investment akan sesuai dengan temperature air di sekitarnya pada
proses polimerisasi tersebut. Pada ketebalan yang cukup, porositas
kecil kemungkinan terjadi karena panas yang dihasilkan akan
disalurkan ke semua area, akan tetapi pada resin yang tebal, panas
yang terjadi akan menyebabkan monomer mendidih yang
memungkinkan terbentuknya porositas. Proses pemanasan untuk
mengontrol proses polimerisasi disebut siklus polimerisasi atau siklus
pemanasan (curing cycle). Panas harus dikontrol untuk mencegah
peningkatan temperature yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan
mendidihnya monomer dan terbentuk porositas.

Teknik yang dilakukan untuk mencegah porositas adalah :


1. Mempertahankan temperature water bath pada suhu 74 (165
) selama 8 jam atau lebih tanpa jeda.
2. Mempertahankan temperature water bath pada suhu 74 (165
selama kurang lebih 2 jam lalu temperature ditingkatkan
menjadi 100 dan dipertahankan selama 2 jam. Selanjutnya
flask didinginkan secara perlahan sampai mencapai suhu ruang.
Pendinginan yang terlalu cepat menyebabkan pecahnya resin. Cara
lain : direndam di dalam air keran selama 15-30 menit.

Anda mungkin juga menyukai