Anda di halaman 1dari 3

Kedalaman dan kecerahan

Berdasarkan pengukuran kecerahan yang dilakukan di Balai Benih Ikan

Air Tawar Sirawak yang dilakukan pada bagian inlet, center dan outlet

menggunakan sechi disk didapatkan hasil sebagai berikut. Kecerahan pada inlet

44 cm, kecerahan pada center 42,5 cm dan kecerahan pada outlet 55,5 cm.

Kedalaman pada inlet 58 cm, kedalaman pada center 89 cm dan kedalaman pada

outlet 78 cm. Kecerahan paling tinggi terdapat pada outlet kolam sedangkan

kedalaman tertinggi terletak pada center kolam.

Kecerahan pada setiap bagian kolam memiliki kecerahan yang berbeda-

beda dikarenakan terdapat berbagai faktor yang memengaruhi kecerahan kolam.

Seperti warna perairan dan kekeruhan perairan. Warna perairan yang berbeda-

beda dapat dipengaruhi oleh adanya lumut, plankton, bahan organik dan bahan

anorganik, sedangkan kekeruhan disebabkan oleh substrat seperti lumpur.

Menurut Suryadarma (2011) yang menyatakan bahwa penurunan atau rendahnya

nilai guna perairan ini diduga karena rendahnya tingkat kecerahan perairan

akibat tingginya kadar partikel, disamping telah terjadinya akumulasi limbah

organik baik yang terbawa sungai dari aliran sungai bagian hulu maupun

buangan dari areal persawahan dan pertambakan.

Kedalaman yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kolam

didapatkan hasil yang berbeda pada setiap bagian, hal ini disebabkan oleh adanya

substrat pada dasar perairan disamping dari kontruksi kolam itu sendiri,

kedalaman pada titik sampling didapatkan 58 cm pada inlet, 89 cm pada center

dan 78 cm pada outlet berdasarkan pengukuran ini kolam BBAIT tempat

dilakukan sampling kurang sesuai untuk dilakukan budidaya, karena dangkalnya


perairan kolam. Hal ini diperkuat oleh Saptono dan Minggawati, 2011.yang

menyatakan bahwa kedalaman kolam berkisar antara 0,5-1 m. Kedalaman kolam

ini berperan dalam menentukan tingkat kesuburan kolam dimana kedalaman

kolam berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang berperan pada proses

fotosintesis sehingga menyebabkan tersedianya makanan alami bagi ikan di dalam

kolam. Pada kolam dibuat saluran pemasukan dan pengeluaran air.

derajat keasaman (pH)

Hasil pengukuran kualitas air pada kolam pemasukan air di Balai Benih dan

Pasar Ikan Siwarak didapatkan hasil derajat keasaman atau pH adalah 6 yang

menunjukkan bahwa air tersebut tergolongkan air yang asam. Pengukuran pH

dilakukan di bagian center. Nilai pH 6 merupakan nilai yang optimal untuk

kegiatan budidaya. Hal ini dinyatakan oleh Simanjuntak (2012), bahwa kadar pH

sangat berpengaruh pada kultivan di dalamnya, dan kultivan yang hidup pada

kolam tersebut pun tidak dapat hidup dengan kondisi yang baik. Kadar pH yang

baik untuk budidaya adalah 6 8,5. Variabel pH mengindikasikan air tersebut

asam atau basa atau netral tetapi pengukuran sebenarnya adalah untuk mengukur

ion hidrogen (H+) dalam sampel tersebut. Skala pH adalah 0 14 dan 7 bersifat

netral, larutan dengan pH dibawah 7 bersifat asam dan larutan diatas 7 bersifat

basa. Setiap organisme memiliki toleransi pH yang berbeda, sehingga menyukai

perairan yang berbeda.

Air murni (H2O) berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H+ dan H-

dalam konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan pH air murni=7 semakin tinggi

konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion H- dan pH <7, perairan
ini bersifat asam. Hal sebaliknya terjadi jika konsentrasi ion OH - yang tinggi dan

pH <7, maka perairan dengan karakteristik ini bersifat alkalis. Kondisi suatu

perairan yang bersifat asam akan bersifat korosif, selain itu juga dapat

mempengaruhi toksilitas suatu senyawa. Mengetahui nilai pH suatu perairan

sangat penting, karena proses budidaya selalu berkaitan dengan kultivan budidaya.

Hal ini diperkuat oleh Patty (2013), menyatakan bahwa sebagian besar dari biota

atau kultivan budidaya (biota akuatik) sensitif terhadap perubahan pH. Nilai pH

sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan.

Dapus:

Suryadarma, A.2011. Dampak Beberapa Parameter Faktor Fisik Kimia terhadap

Kualitas Lingkungan Perairan Wilayah Pesisir Karawang - Jawa

Barat. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan. 21(2):21-36.

Sapono dan Infa Minggawati. 2011. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Patin Djambal

( Pangasius Djambal) dalam Kolam di Desa Sidomulyo Kabupaten Kuala

Kapuas. Fakultas Perikanan, 3(1) 1 - 10

Simanjuntak, M. 2012. Kualitas Air Laut di Tinjau dari Aspek Zat Hara, Oksigen

Terlarut, dan pH di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. J. Ilmu dan

Teknologi Kelautan Tropis. 4 (2): 290 - 303

Patty, S. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema,

Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1 (3).

Anda mungkin juga menyukai