Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus dilakukan
segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para
medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap
saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan materi mata kuliah
Gadar:2005):
a. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan
penurunan kesadaran
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa atau anggota
badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
b. Kuning : Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat
Perawat yang membantu korban dalam situasi emergensi harus menyadari konsekuensi hukum
yang dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan yang mereka berikan. Banyak negara-negara yang
telah memberlakukan undang-undang untuk melindungi personal kesehatan yang menolong
korban-korban kecelakaan. Undang-undang ini bervariasi diberbagai negara, salah satu
diantaranya memberlakukan undang-undang Good Samaritan yang berfungsi untuk
mengidentifikasikan bahasa/ istilah hukum orang-orang atau situasi yang memberikan kekebalan
tanggung jawab tertentu, banyak diantaranya ditimbulkan oleh adanya undang-undang yang
umum.
Perawatan yang dapat dipertanggungjawabkan diberikan oleh perawat pada tempat kecelakaan
biasanya dinilai sebagai perawatan yang diberikan oleh perawatan serupa lainnya dalam kondisi-
kondisi umum yang berlaku. Maka perawatan yang diberikan tidaklah dianggap sama dengan
perawatan yang diberikan diruangan emergensi.
Perawat-perawat yang bekerja di emergensi suatu rumah sakit harus menyadari implikasi hukum
dari perawatan yang diberikan seperti memberikan persetujuan dan tindakan-tindakan yang
mungkin dilakukan dalam membantu kondisi mencari bukti-bukti.
Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui adalah mengenal ancaman kematian yang
disebabkan oleh adanya gangguan jalan nafas, gangguan fungsi pernafasan/ventilasi dan
gangguan sirkulais darah dalam tubuh kita.
Dalam usaha untuk mengatasi ketiga gangguan tersebut harus dilakukan upaya pertolongan
pertama yang termasuk dalambantuan hidup dasar yang meliputi :
Setelah bantuan hidup dasar terpenuhi dilanjutkan pertolongan lanjutan ataubantuan hidup lanjut
yang meliputi :
Khusus untuk kasus-kasus kelainan jantung pengetahuan tentang ACLS (Advanced Cardiac Life
Sipport) setelah tindakan ABC dilakukan tindakan D (differential diagnosis), untuk kasus-kasus
ATLS (Advanced Trauma Life Support) setelah ABC dilanjutkan dengan D (disability) serta E
(exposure)
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan
trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penangnanan dan sumber daya yang
ada.
Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingka kegawatan
kondisinya.
1. Tujuan
2. Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa
5. Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage
Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat
menyelamatkan korban sebanyak mungkin.KEBIJAKAN:
a. Beratnya cidera
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan
sesegera mungkin. PROSEDUR:
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter.
3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
1) Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress
pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb.
3) Minimal (III)-HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar
superfisial.
4) Expextant (0)-HITAM. Pasien menglami cedera mematikan dan akan meninggal meski
mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ
vital, dsb.
3. Penderita/korban dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan
kategori triase merah selesai ditangani.
4. Penderita/korban dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila
sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan
untuk pulang.
Tanda-tanda radang mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit),
dan tumor (pembengkakan)
Jawab: Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler,
edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh
infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan
perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis) (Mitchell &
Cotran, 2003).
4. Bagaimana Proses peradangan terjadi ?
Proses terjadinya peradangan yakni pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi
atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma
akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka,
kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe
sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi. Dalam proses inflamasi juga terjadi
phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti
dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar
protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar
akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit. Dan akhirnya terjadilah
pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal
5. Mengapa Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan?
Jawab : Karena saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah
ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler
meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
Tanda-Tanda Kardinal Peradangan Pada peristiwa peradangan akut dapat dilihat tanda-tanda
pokok (gejala kardinal). 1. Rubor (kemerahan) Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal
pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai
timbul maka arteriol yang mensupali daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak
darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang
dinamakan hyperemia atau kongesti,menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara
neurogenik maupun secara kimia,melalui pengeluaran zat seperti histamin. 2. Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang hanya terjadi
pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari -37 C yaitu suhu di dalam
tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang
disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan
kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena
radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37C,
hyperemia lokal tidak menimbulkan perubahan. 3. Dolor (rasa sakit) Dolor atau rasa sakit, dari
reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi
lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat
kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang
meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat
menimbulkan rasa sakit. 4. Tumor (pembengkaan) Segi paling menyolok dari peradangan akut
mungkin adalah pembengkaan lokal (tumor). Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan
dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel
yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan
sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka
bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan
tertimbun sebagai bagian dari eksudat. 5. Fungsio laesa (perubahan fungsi) Fungsio laesa atau
perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal. Sepintas lalu, mudah dimengerti,
mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dart lingkungan kimiawi lokal
yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara
mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu. Berbagai bentuk/Jenis
Radang Bentuk peradangan dapat timbul didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk, organ
atau jaringan tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata nama proses
peradangan memperhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai eksudat diberi nama
deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut akut;disebut kronik jika ada bukti perbaikan
yang sudah lanjut bersama dengan dumadhsi;dan disebut subakut jika ada bukti awal perbaikan
bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan disebut dengan akhiran -it is yang
ditambahkan pada nama organ (misalnya; apendisitis, tonsillitis).