Anda di halaman 1dari 27

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia itu terkenal dengan kondisi perairan dan lahan yang sangat
cocok untuk Pertanian , Perikanan dan Perkebunan . Tapi sangat jarang
bahkan sampai sekarang indonesia yang katanya penghasil ikan terbesar
tapi hanya mengandalkan tangkapan alamnya saja. Kita haru bisa
membudidaya ikan secara khusus, kami sangat mendukung jika indonesia
menjadi produsen ikan terbesar didunia melalu sistem budidaya ikannya .

Budiaya ikan tidaklah serumit yang dibayangkan , Kita hanya perlu


Lahan dan kolam atau aquarium . Budidaya ikan selain menjadi hobi juga
bisa menghasilkan uang.

Budidaya ikan yang sangat diminati saat ini adalah budidaya ikan air
tawar Budidaya ikan untuk konsumsi umum seperti Ikan lele, Gurami , Ikan
Mas , Udang , Nila dan Budidaya untuk konsumsi lainnya

Budidaya ikan yang tidak kalah dari ikan konsumsi adalah ikan Hias,
Anda bisa melihat banyaknya jenis ikan hias yang beredar diindonesia ini .
yang rata-rata indonesia meng ekspor ikan nya keluar daerah seperti ke
singapura.

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang


hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok
vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari
27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok
paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya
ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk
lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800
spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras
(kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak.
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran
14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-
kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan",
seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak
tergolong sebagai ikan.

Sampai saat ini, ikan pada umumnya dikonsumsi langsung. Upaya


pengolahan belum banyak dilakukan kecuali ikan asin. Ikan dapat diolah
menjadi berbagai produk seperti ikan kering, dendeng ikan, abon ikan,
kerupuk ikan, ikan asin, kemplang, bakso ikan dan tepung darah ikan
sebagai pupuk tanaman dan pakan ikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis serta karakteristik ikan konsumsi air tawar?
2. Bagaimana sarana dan teknik budidaya ikan konsumsi?
3. Bagaimana pemasaran atau kewirausahaan ikan konsumsi?

C. Tujuan
1. Mengetahui jenis serta karakteristik ikan konsumsi air tawar.
2. Mengetahui sarana dan teknik budidaya ikan konsumsi.
3. Mengetahui cara pemasaran atau kewirausahaan ikan konsumsi.

Bab 2 : ISI

A. Pengertian ikan konsumsi

Ikan konsumsi adalah jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi sebagai


pangan oleh manusia. Ikan konsumsi dapat dikelompokkan berdasarkan
habitat hidup jenis-jenis ikan yaitu dari laut dan dari perairan di darat. Ikan
konsumsi juga dapat dikelompokkan berdasarkan upaya memperoleh ikan
tersebut seperti penangkapan langsung dari alam dan hasil pembudidayaan.

Pada umumnya jenis-jenis ikan konsumsi dari laut dilakukan dengan


penangkapan langsung di laut, sementara hanya sedikit jenis ikan laut yang
dilakukan dengan upaya pembudidayaan. Jenis-jenis Ikan Konsumsi diperolah
dari penangkapan di laut dilakukan oleh nelayan dari mulai nelayan kecil
yang mengandalkan jala lempar sampai kepada nelayan besar yang
menggunakan peralatan modern.

Ikan Konsumsi dari perairan di darat biasanya disebut juga sebagai Ikan
Air Tawar. Ikan Air Tawar sebagai ikan konsumsi diperoleh dengan
menangkap dari alam atau ikan yang dibudidayakan.

B. Jenis-jenis ikan konsumsi

Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)

Lele lokal merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan ciri-ciri
tubuh memanjang dan kulit licin, serta identik dengan warna punggung
hitam dan warna perut (abdomen) putih keabu-abuan. Lele lokal merupakan
ikan asli Indonesia. Di Indonesia, lele mempunyai beberapa nama daerah,
antara lain: ikan kalang (Padang), maut (Gayo, Aceh), pintet (Kalimantan
Selatan), keling (Makasar), cepi (Bugis), lele atau lindi (Jawa Tengah). Lele
bersifat nocturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari.

Berdasarkan kebiasaan makan, lele merupakan hewan karnivora, yaitu


golongan ikan yang sumber makanan utamanya berasal dari bahan hewani.
Usaha pembenihan lele mempunyai prospek yang cukup cerah. Permintaan
konsumen makin meningkat. Pengembangan teknik pembenihan ikan yang
baik akan meningkatkan hasil budidaya secara berkelanjutan. Segmentasi
pasar lele sangat bervariasi bergantung pada ukuran. Pada tahun 2013,
benih ikan lele dengan ukuran 5-7 cm dijual dengan harga Rp 170 - Rp
200/ekor, ukuran 7-9 cm berkisar Rp 210 Rp 250/ekor, dan ukuran 9-11 cm
berkisar Rp. 250 - Rp. 300/ekor.
Berdasarkan hasil penelitian,lele memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi.dalam 500 gram lele dumbo (kira-kira terdiri dari 4 ekor)mengandung
12 gram protein,energi 149 kalori,lemak 8,4 gram dan karbohidrat 6,4 gram.

Makanan yang merupakan sumber yang sangat baik dari nutrisi


tertentu menyediakan 20% atau lebih dari nilai harian yang dianjurkan,
berdasarkan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) .

Ketika dimasak (panas kering), lele liar memberikan 0,333 gram


omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.1g), DHA (0.137g), dan ALA
(0.096g), per 100 gram ikan lele liar. Ketika dimasak (panas kering), lele
budidaya memberikan 0,259 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA
(0.049g), DHA (0,128), dan ALA (0.082g), per 100 gram ikan lele budidaya.

Berdasarkan kajian ilmiah ikan lele memiliki kandungan protein yang


cukup tinggi didalamnya yaitu sekitar 17%,tak hanya itu ikan ini juga
memiliki berbagai macam asam lemak,esensial yang dapat mencukupi
kabutuhan akan asam lemak harian kita sekitar 9%. Namun batasi konsumsi
ikan ini,karena kandungan kolesterolnya juga lumayan tinggi.1 hari 2 ekor
sudah cukup memberikan banyak manfaat.

Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya


adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam
amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan
menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan
dan pembentukan protein otot.

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi yang hidup di air tawar,
merupakan ikan hasil introduksi yang berasal dari Afrika Bagian Timur pada
tahun 1969. Saat ini, ikan nila menjadi komoditas andalan dan unggulan ikan
konsumsi air tawar di Indonesia. Ikan nila cenderung sangat mudah
dibudidayakan dan dipasarkan karena merupakan salah satu jenis ikan yang
paling disukai oleh masyarakat. Morfologi ikan nila adalah garis vertikal yang
berwarna gelap di sirip ekor sebanyak enam buah. Garis seperti itu juga
terdapat di sirip punggung dan sirip dubur, bersifat omnivora sehingga
dalam budidayanya akan sangat efisien.

Harga benih nila di pasaran biasanya dijual berdasarkan ukuran bobot


dengan harga Rp 25.000 Rp 28.000,-/kg. Jumlah benih nila per kg >500
ekor. Teknik budidaya nila relatif mudah sehingga sangat layak dilakukan
pada semua skala usaha (rumah tangga, mikro, kecil, menengah, dan besar).

Ikan nila juga sangat dihargai karena kualitas nutrisi yang


menguntungkan, seperti vitamin, mineral, dan protein . Ikan ini adalah
sumber yang baik omega-3, selenium, fosfor, kalium, vitamin B12,
niasin(vitamin B -3), vitamin B6, dan asam pantotenat(vitamin B -5).
Selanjutnya akan kita bahas manfaat kesehatan makan ikan mujaer,
berdasarkan nilai gizi yang dikandungnya.

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih
lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna
kekuningan/ keperak-perakan (Gambar 3.5). Gurami merupakan ikan asli
Indonesia yang berasal dari daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia) dan
menyebar ke Malaysia, Thailand, Ceylon, serta Australia. Di Jawa, gurami
dikenal dengan sebutan gurameh, di Sumatra disebut kala atau kalui, di
Kalimantan disebut kalui. Gurami mempunyai nilai ekonomis yang sangat
tinggi dengan cita rasa yang enak sehingga digemari banyak orang dari
berbagai kalangan. Harga gurami di pasaran sangat bervariasi bergantung
pada umur: gurami umur 1-2 bulan dijual dengan harga Rp 400 - Rp
500/ekor. Benih gurami dijual berdasarkan umur dengan harga relatif mahal
karena permintaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar
lainnya. Oleh sebab itu, budidaya ikan gurami khususnya pembenihan
memiliki potensi ekonomi yang sangat besar.
Kandungan protein ikan gurame untuk manusia di percaya sangat
bagus untuk perkembangan tubuh dan daya pikir dari mulai kecil hingga
dewasa, Ikan Gurame merupakan ikan asli perairan Indonesia yang telah
menyebar di sekitar Asia Tenggara dan Cina (Chakroff 1976), oleh karena itu,
Ikan Gurame memiliki sebutan yang beragam, khusus di Indonesia, sebutan
Ikan Gurame sesuai dengan bahasa daerah setempat, di pulau jawa biasanya
di sebut ikan gurameh, orang Sunda dan Betawi mengenalnya dengan
sebutan Gurame, orang sumatera memanggilnya kalau, kala, atau kaloi, di
Kalimantan ikan ini dipanggil dengan sebutan yang hampir sama dengan di
Sumatera yaitu kala atau kalui, sedangkan dalam bahasa inggris ikan ini
dikenal dengan nama gouramy.

Ikan Gurame merupakan jenis ikan omnivora, jenis makanan Gurame


adalah fitoplankton, zooplankton, serangga, dan daun tumbuhan lunak,
tumbuhan air merupakan makanan favorit Gurame, seperti kangkung air dan
genjer, selain tumbuhan air, Gurame juga menyukai tumbuhan darat seperti
daun talas atau sente, daun papaya, daun singkong, dan kangkung dalam
budidaya pemberian daun seperti daun talas di sarankan untuk selingan
pakan gurami.

Oleh karena itu, Ikan Gurame yang suka makan tumbuhan memiliki
kadar protein yang sangat tinggi dan kandungan lemak yang rendah dengan
kisaran 19% protein dan hanya 2,2% kandungan lemak alam daging Gurame
dan sementara sekitar 70% sisanya terdiri dari vitamin, serat, dan air.

Protein yang memiliki fungsi utama sebagai pembentuk jaringan baru


dan mempertahankan jaringan yg ada sangat baik untuk :

Membantu pertumbuhan anak balita.


Mencegah penyakit Kanker, darah tinggi, dan jatung koroner.
Membantu pencegahan penyakit kwashiorkor yang rentan terkena pada
balita umur 1-3 tahun.
Mencegah penyakit kulit

Ikan Bawal (Colossoma macropomum)

Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi, paling
banyak dibudidayakan di daerah Jawa. Bawal mempunyai beberapa
keistimewaan, di antaranya pertumbuhan cukup cepat, nafsu makan tinggi
serta termasuk pemakan segalanya (omnivora), lebih banyak makan
dedaunan, daya tahan yang tinggi terhadap kondisi limnologi yang ekstrim,
dengan rasa dagingnya pun cukup enak hampir menyerupai daging ikan
gurami.

Ikan bawal banyak kandungan Gizinya lho om yang sangat bermanfaat


untuk istri anda yang hamil atau untuk para balita karena banyak
mengandung Omega 3 yang cukup tinggi untuk pertumbuhan otak pada
anak.

Asam lemak omega 3 merupakan asam lemak esensial yang tidak


dapat diproduksi oleh tubuh. Banyak terdapat pada ikan salmon, tuna dan
makarel. Namun, sebuah penelitian di Jepang menemukan kandungan
omega 3 tertinggi justru ada pada ikan bawal Jepang.

Bawal Jepang disebut juga dengan ikan Marukoban atau Shimaaji.


Bentuknya hampir sama dengan ikan bawal umumnya, bedanya daging
bawal Jepang lebih tebal dan berwarna putih. Ikan berbobot 600-800 gram
ini berdaging lembut dan bertekstur halus. Pada siripnya terdapat corak
berwarna kuning.

Benih ikan bawal Jepang banyak terdapat di Jepang dan Taiwan.


Meskipun begitu saat ini budidaya ikan bawal Jepang sudah ada di Indonesia
tepatnya di perairan Kepulauan Seribu. Lokasi tersebut dipilih karena suhu
perairanya cocok untuk habitat Marukoban, yaitu sekitar 28-30 derajat
celsius.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Japan Food Research


Laboratories, kandungan omega 3 pada ikan bawak Jepang adalah yang
tertinggi. Dalam 100 gramnya mengandung sekitar 2.56 g asam lemak
omega 3 dalam bentuk DHA dan EPA. Jika dibandingkan dengan ikan salmon
yang hanya mengandung 2 g omega 3 per 100 g, tentulah ikan bawal Jepang
yang memiliki asam lemak omega 3 tertinggi.

Asam lemak omega 3 diketahui dapat mencegah risiko terkena


penyakit jantung dan stroke. Dr. Rajiv Chowdhury dari Indiapun
menganjurkan untuk mengonsumsi ikan dua hingga empat porsi sehari agar
terhindar dari risiko stroke.

Ikan Patin
Ikan Patin adalah sekelompok ikan berkumis (Siluriformes) yang termasuk
dalam genus Pangasius, familia Pangasiidae. Nama "patin" juga disematkan
pada salah satu anggotanya, P. nasutus. Kelompok hewan ini banyak yang
bernilai ekonomi, seperti patin dan patin siam (P. hypophthalmus syn. P.
sutchi, atau beberapa pustaka menyebutnya jambal siam). Beberapa
anggotanya yang hidup di Sungai Mekong dikenal berukuran sangat besar,
mencapai panjang dua meter lebih.

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, yang banyak di gemari
oleh banyak orang terutama di wilayah indonesia. ikan yang tubuh panjang
berwarna putih silver dengan punggung berwarna biru kehitaman.

Ikan patin dikenal sebagai komoditi ikan yang berprospek bagus untuk
ladang bisnis, karena memiliki harga jual yang relatif mahal. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para
pengusaha untuk membudidayakannya.
Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada
pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai kurang
lebih panjang 30-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak
membutuhkan perairan yang mengalir untuk perbesaran tubuhnya. Pada
perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun dan air
yang tidak terlalu dalam sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan
ini.

Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna silver
seperti perak, punggung berwarna biru kehitaman. Kepala ikan patin relatif
kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah yang di kelilingi
kumis berfungsi sebagai peraba.

BAB III

PEMBAHASAN

IKAN PATIN
1.1 SEJARAH SINGKAT

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebirubiruan. Ikan patin
dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual
yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian
dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini
cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada
pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang
3540 cm. Sebagai keluargaPangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan
yang mengalir untuk membongsorkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak
mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat
untuk membesarkan ikan ini.

Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih
seperti perak, punggung berwarna kebirubiruan. Kepala ikan patin relatif
kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri
khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis
pendek yang berfungsi sebagai peraba.

1.2. SENTRA PERIKANAN

Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan,

Jawa Barat, Kalimantan.

1.3. JENIS

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:

Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.

Famili : Pangasidae.

Genus : Pangasius.

Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.

Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:

a)Pangasius polyuranodo (ikan juaro)

b) Pangasius macronema

c) Pangasius micronemus

d) Pangasius nasutus

e) Pangasius nieuwenhuisii

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat ikan patin sebagai berikut:

a) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

b) Sebagai ikan hias.

LOKASI DAN PEMBUDIDAYAAN

2.1. PERSYARATAN LOKASI

Untuk persyaratan lokasi pembudidayaan ikan patin, tidak lah terlalu sulit
berikut syaratsyaratnya :

1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah


liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air
yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara
35% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang
4. disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
5. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu
keruhdan tidak tercemar bahanbahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur,
maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin
atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
6. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di
akuarium
7. adalah antara 2628 derajat C. Pada daerahdaerah yang suhu airnya
relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal
yang relatif stabil.
8. Keasaman air berkisar antara: 6,57

2.2. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi
menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan
ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya
masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk,
dan lain lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.

Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada


ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang
umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat
diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang
musim kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau
jaring. Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa
Barat. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hatihati
selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera
digantidengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari.
Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan,
selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah disiapkan.

Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatankegiatan


sebagai berikut:

a) Pemilihan calon induk siap pijah.

b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor, yaitu ikan


mas.
c) Kawin suntik (induce breeding).

d) Pengurutan (striping).

e) Penetasan telur.

f) Perawatan larva.

g) Pendederan.

h) Pemanenan.

Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan


pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh.
Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran
memerlukan penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan
transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik
maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH,
dan suhu air.

2.2.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 25% sehingga
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

1) Kolam pemeliharaan induk

Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai


contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila
hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan
pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150200 meter persegi
saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok
atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu
pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk
pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

2) Kolam pemijahan

Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas
kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk
kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk
dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah
ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk
menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa
dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran
kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama
dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan
kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk
dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.

3) Kolam pendederan

Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
dengan luas 25500 m2 dan pendederan lanjutan 5001000 m2 per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan
pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan
di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat
berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak
tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

2.2.2. Pembibitan

Supaya mendapatkan hasil yang diharapkan maka pembibitan harus

perlu di perhatikan halhal sebagai berikut :

1) Menyiapkan Bibit

Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam
sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk
yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam
sehingga dapat dipilihkan induk yang benarbenar berkualitas baik.

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus
di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi
makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk
memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan
makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahanbahan pembuat makanan
ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras
25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.

Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari

dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan
juga

rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini

dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.

Ciriciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah

sebagai berikut :

a. Induk betina

Umur tiga tahun.


Ukuran 1,52 kg.
Perut membesar ke arah anus.
Perut terasa empuk dan halus bila di raba. Kloaka membengkak
dan berwarna merah tua.Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur
yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.

b. Induk jantan

Umur dua tahun.


Ukuran 1,52 kg.
Kulit perut lembek dan tipis.
Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
Kelamin membengkak dan berwarna merah tua

Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium


berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur
bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per
akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan
oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu
ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor
untuk menghemat dana.

Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena
masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning
telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsurangsur diganti dengan
makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan
kutu air dan jentik nyamuk.

Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui

sistem pen dan dalam karamba.

a) Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem


monokultur

maupunpolikultur.

b) Pada pembesaran ikan patin di jala apung, halhal yang perlu diperhatikan
adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung,
bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses
pembesarannya.

c) Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan


lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih,
dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.

d) Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah:


pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan,
pengontrolan dan pemanenan.

Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang

dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.

Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air 0,53 m


dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras,
tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan
dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang
kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada
perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untuk
membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar
0,51 m.

2.2.3. Pemeliharaan Pembesaran

Halhal yang perlu di perhatikan dalam pemeliharaan pembesaran

1) Pemupukan

Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,

yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami


sebanyakbanyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang
atau pupuk hijau dengan dosis 50700 gram/m2

2) Pemberian Pakan

Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan
yang diberikan per hari sebanyak 35% dari jumlah berat badan ikan
peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan
kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan
cara menimbangnya 510 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
dipelihara (smpel).

3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet


setiap hari dan dapat pula diberikan ikanikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun
sisa dapur yang diberikan 34 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya

HAMA DAN PENYAKIT

3.1. Hama

Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin


menyerang antara lain lingsang, kurakura, biawak, ular air, dan burung.
Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang
(pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman
dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem
sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan
memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan
seluang (Rasbora). Ikanikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya
akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh
oksigen.

Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit)


sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau
danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya
semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan
secara rutin.

Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Leptotilus

javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon


capensis

capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan

lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong


jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih
besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin
juga tidak akan berlompatan keluar.

3.2. Penyakit

Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan noninfeksi. Penyakit
noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang
bukan patogen. Penyakit noninfeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit
akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.

1) Penyakit akibat infeksi

Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit,


jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih
menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat
seranganparasit

Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati,

terutama benih yang berumur 12 bulan. Dalam usaha pembesaran patin


belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit
pada ikan patin, untuk pencegahan.

Beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.


a. Penyakit parasit

Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa
protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian:
menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram
metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air
yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan
dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulangulang selama
tiga kali dengan selang waktu sehari.

b. Penyakit jamur

Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab
penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang
jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit
jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya
selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera
diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate
sejumlah 23 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang
sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut turut.

c. Penyakit bakteri

Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering
menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan yang
terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di
bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin
menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang
ikanikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.
Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular,
sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera
dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba
dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:

1. Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 1020


ppm selama 3060 menit,
2. Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 510 ppm selama 1224 jam,
atau
3. merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.

2) Penyakit noninfeksi
Penyakit noninfeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan
yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.

a) Ikan akan lemah, berenang megapmegap dipermukaan air. Pada kasus


yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi,
ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan
ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.

b) Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus


multifilis

(white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang

berumur 12 bulan.

c) Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.

d) Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai

ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintikbintik putih.

e) Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak

selaput lendir tersebut.

PANEN

4.1. Penangkapan

Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan


ikan mengalami lukaluka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian
hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere
maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini
menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga
kematian ikan dapat dihindari.

4.2. Pembersihan

Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan.
Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu
awal dengan berat 812 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600700
gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala
sebanyak 23 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 23 orang.
Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.

PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara

penanganan ikan hidup maupun ikan segar.

1) Penanganan ikan hidup

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam

keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke

konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:


a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
C.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segar

Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang

perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:


a. Penangkapan harus dilakukan hatihati agar ikanikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak

dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan

daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan


seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak
maksimum 50 cm.

d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 67 derajat C.


Gunakan es berupa potongan kecilkecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 45 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 510 cm, lalu disusul lapisan es lagi
dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga
antara ikan dengan penutup kotak.

3) Sedangkan halhal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih


adalah

sebagai berikut:

a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.

c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.

Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan

aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m


atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat
menampung benih ikan mas sejumlah 50006000 ekor dengan ukuran 35
cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran
benihnya.

d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi

menjadi dua bagian, yaitu:

1. Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak


memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap
keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar
5000 ekor benih ukuran 35 cm.

2. Sistem tertutup

Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu


lebih dari 45 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang
diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong
plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong
plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung

dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga


(air:oksigen=1:1); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos
yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi
2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan

adalah sebagai berikut:

2. Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin

dalam 10 liter air bersih).

3. Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik
terjadi perlahanlahan.

4. Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 12

menit.

5. Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan


benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturutturut.

6. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20

ppm atau formalin sebanyak 4% selama 35 menit

7. Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama


pengangkutan. Halhal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih
ikan patin yaitu:
1. Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat
rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk simpul
sederhana. Masingmasing kantong diisi air sumur yang telah diaerasi
selama 24 jam.

2. Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan


serokan

halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.

3. Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan


air:oksigen

= 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang rangkap.

4. Kantongkantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.Lama


pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam dengan
tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang hendak
ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu satunya cara untuk
menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan mengurangi jumlah
benih ikan di dalam setiap kantong plastik.

Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman diangkut

selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

5.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha ikan patin pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat

adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksi

a. Kolam pemijahan 2 x 2 m

b. Bibit /benih 2 ekor induk

Ikan donor 5 Kg
c. Pakan/makanan (Artemia Salina)

d. Obat

Alat suntik 0,5 cc (2 buah)


Pregnil

e. Alat

Bangunan dan sumur


Genzet
Aerator
Selang aquarium 50 m
Kompor (4 unit)
100 unit aquarium: 4080 cm

f. Tenaga kerja

Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang

g. Biaya tak terduga 10%

Biaya investasi ratarata/aquarium Rp. 98.000,

Presentase output terhadap investasi/aquarium 3,15 %

Analisis usaha untuk menutup investasi :

a. Periode 1:

2 Minggu pertama Benih @ Aquarium:100 ekor = 100x100xRp 125,-Rp.


1.250.000,

b. Periode II :

Pengeluaran Tetap/2 mingguan Rp. 480.000,


Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telahdapat
menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik
keuntungan

PENUTUP

7.1. Gambaran Peluang Agribisnis

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai,
rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha
merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha
perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya
yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan,
program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama
dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya
kemudahan dalam hal periizinan import.

Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air
tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah
hasil penjualan secara ratarata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan
sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di
tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh
dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya
potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran
lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis
yang cerah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru:Lembar

Informasi Pertanian.

Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada MutuAir
dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut
dalamProsiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.

Arifin, Zainal. (1987). Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius)Dengan


Rangsangan Hormon , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1),1987: 42
47.
Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon IndukIkan Patin
(Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air
Tawar 1992/1993.

, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius)dengan


Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar HasilPenelitian
Perikanan Air Tawar 1992/1993.

, dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin

(Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar

Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.

, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam

Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalam Proseding


Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor,
1992.

, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius)


Dengan Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar HasilPenelitian
Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasius


pangasius) dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian
Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya,
1999 ).

Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasius pangasius )
Yang dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

https://sainsz.blogspot.com/2015/02/makalah-tentang-budidaya-ikan-
konsumsi.html

Anda mungkin juga menyukai