Anda di halaman 1dari 7

Tugas Pengelolaan Limbah

Industri Timah dan Potensi Pengolahan Tanah Jarang

Disusun oleh :

Nama : Naufal Alif Syarifuddin

NIM : 011400391

Program Studi : Teknokimia Nuklir

Pembimbing : Kartini Megasari, S.ST,M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2017
Industri Timah dan Potensi Pengolahan Tanah Jarang

Industri yang kemungkinan dapat dibangun adalah industri timah dikopel


dengan industri pengolahan tanah jarang dari tailing pengolahan timah. Sebagaimana
kita tahu Indonesia merupakan pemilik cadangan timah sebanyak 8,1% dari cadangan
timah dunia yang membuat Indonesia menduduki peringkat ketujuh sebagai pemilik
cadangan timah dunia. Potensi timah terbesar Indonesia berada di Kepulauan Bangka
Belitung. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia melalui
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menyebutkan bahwa Indonesia saat ini
memiliki cadangan bijih timah sebanyak 1.592.208.743 ton (Laporan Kinerja Dirjen
Mira,2015) yang diprediksi dapat bertahan sekitar 15-30 tahun lagi. Melalui PT.Timah
Tbk, Indonesia telah mengolah timah untuk dijadikan komoditas ekspor. Namun,
komoditas ekspor yang dilakukan PT.Timah hanya sebagai logam timah, sedangkan
dalam ore timah (kasiterite) masih mengandung mineral ikutan yang jika diolah dapat
menaikkan nilai tambahnya. Selama ini mineral ikutan tersebut hanya dibiarkan begitu
saja dan diekspor tanpa dimurnikan terlebih dahulu. Kandungan dalam mineral ikutan
tersebut adalah pasir monasit, xenotim, dan zirkon.

Dalam pasir monasit dan xenotim terdiri dari unsur-unsur radioaktif dan tanah
jarang. Hasil analisis menunjukkan mineral monasit yang kaya akan Serium,
Lantanum, Neodimium, Praseodimium, Samarium, Uranium dan Torium, sedangkan
xenotim mengandung unsur utama Ittium, Gadolinium dan Disporsium, Uranium dan
Thorium.
Dalam pasir monasit Thorium memiliki kandungan sebanyak 5,4-7% sedangkan
kandungan Uranium adalah 0,8-1,8%. Kedua bahan ini memiliki potensi untuk
digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir, dimana Thorium dan Uranium ini dapat
dimanfaatkan untuk bahan bakar reaktor tipe Molten Salt Reactor (MSR). Potensi
Thorium ini dapat digunakan sebagai sumber energi masa depan. Proses pemisahan
antara logam tanah jarang dengan mineral radioaktif (Th,U) dalam pasir monasit adalah
sebagai berikut:

Logam tanah jarang dalam monasit dapat dipisahkan dengan Th dan U dengan
menggunakan proses leaching asam sehingga diperoleh LTJ(OH)3. Dalam LTJ(OH)3 ini
nantinya dipisahkan menjadi Lanthanum, Cerium, Neodimium, Gadolinium dan
Yttrium. Proses pemisahan pasir xenotim juga tidak terlalu berbeda dengan pasir
monasit. Logam tanah jarang tersebut nantinya dapat digunakan lebih lanjut dalam
industri, misalnya elektronika, pertahanan, katalis, magnet, paduan logam dan keramik.
Sementara itu, pasir zirkon dapat diolah menjadi unsur zirkonium. Dalam
industri, zirkonium dapat dimanfaatkan untuk pembuatan keramik dan kelongsong
bahan bakar dalam reaktor nuklir. Berikut adalah harga beberapa mineral tanah jarang
yang dapat diolah dalam rencana industri ini (alibaba.com) :
Cerrium: USD 219,11/kg
Lanthanum: USD 219,09/kg
Neodymium: USD 335,25/kg
Yttrium: USD 379,32/kg
Thorium: USD 2.4403/kg
Industri timah jika dikopel dengan industri pengolahan tanah jarang dapat
dilakukan karena selain dapat menambah nilai jual produk, industri ini dapat
menurunkan kadar limbah dari pengolahan timah dan tingkat radioaktivitas
(TENORM) yang disebabkan oleh tailing pengolahan timah (pasir monasit dan pasir
xenotim). Selain tanah jarang, industri ini dapat dilakukan pembuatan bahan bakar
nuklir dari Thorium dan kelongsong bahan bakar nuklir dari zirkonium hasil
pengolahan pasir zirkon.
Bagan Rencana Pengembangan Industri

Industri Pengolahan Timah T

Pasir Monasit Pasir Xenotim Pasir Zirkon

Thorium LTJ Z

Bahan bakar reaktor nuklir (MSR)


Elektronika Katalis Magnet Alloy Keram
Kelongson

DAFTAR PUSTAKA

ESDM, D. M. (2015). Laporan Kinerja 2015. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
Harjanto, S., Virdhian, S., & Afrilinda, E. (2013). CHARACTERIZATION OF
INDONESIA RARE EARTH MINERALS AND THEIR POTENTIAL PROCESSING
TECHNIQUES. THE 52nd CONFERENCE OF METALLURGISTS (COM) (hal. 99-
108). Montreal: The Canadian Institute of Mining, Metallurgy and Petroleum.

Kemenperin. (2014). TELAAH PENGUATAN STRUKTUR INDUSTRI PEMETAAN


POTENSI LOGAM TANAH JARANG DI REPUBLIK INDONESIA. Jakarta:
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
Tjokrokardono, S., Soetopo, B., & Ngadenin. (2002). Tinjauan Sumber Daya Monasit
di Indonesia sebagai Pendukung Litbang/Industri Superkonduktor. Seminar Iptek
Nuklir dan Pengelolaan Sumber Daya Tambang , 206-212.

Anda mungkin juga menyukai