Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kita sanjungkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW. beserta segenap keluarga dan sahabatnya serta
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi materi maupun cara penulisan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Kesimpulan..........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum tugas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan. Kemudian dana yang telah terkumpul tersebut disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit), serta memberikan jasa-
jasa bank lain nya. Untuk bisa menghimpun dana dari masyarakat, maka bank
memiliki keharusan un tuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan
dijamin keamanannya. Dengan demikian, agar bisa memberikan keamanan kepada
para nasabah, maka bank tersebut haruslah likuid atau dapat memenuhi kewajiban
jangka pendeknya yakni memiliki dana fresh atau uang cash untuk melayani nasa bah
dalam pengambilan tunai dan juga me menuhi dan merealisasikan pengajuan
permohonan kredit atau pembiayaan.
Treasury adalah divisi dalam perbankan yang bertugas mengelola
pemanfaatan dana (fungsi transaksi maupun keuangan ) dalam rupiah maupun valas
yang dimiliki oleh bank. Salah satu fungsi dari treasury bank baik di bank syariah
maupun di bank konvensional adalah mengelola likuiditas dan batas-batas Posisi
Devisa Netto (PDN). Kajian mengenai likuiditas di dunia perbankan, merupakan
satu keharusan yang harus dilakukan, baik itu oleh pihak perbankan, praktisi
keuangan, ataupun pihak-pihak ketiga yang berencana menitipkan dananya di bank.
Pentingnya penilaian atas likuiditas suatu bank merupakan salah satu cara untuk bisa
menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang
sehat, dan tidak sehat. Manajemen likuiditas merupakan bagian dari kerangka
manajemen risiko industri keuangan yang lebih besar, yang berhubungan dengan
seluruh lembaga keuangan baik konvensional maupun syariah. Kegagalan dalam
manajemen risiko memiliki konsekuensi yang mengerikan, termasuk kolapsnya bank
dan pada gilirannya menyebabkan ketidakstabilan sistem keuangan. Pada
kenyataannya, sebagian besar kegagalan bank disebabkan kesulitan mengelola
masalah-masalah likuiditasnya. Ini juga yang menjadi alasan mengapa regulator
sangat menaruh perhatian dengan posisi likuiditas suatu lembaga keuangan dan
pemikiran regulator saat ini berpusat pada seputar penguatan kerangka kerja
1
likuiditas. Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi bank untuk
dikelola karena akan berdampak kepada profitabililitas serta keberlanjutan dan
kelangsungan usaha suatu bank. Begitu pentingnya likuiditas ini, sehingga ditetapkan
sebagai salah satu risiko yang harus dikelola dengan baik oleh bank.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah manajemen likuiditas di bank syariah ?
2. Bagaimana manajemen GAP likuiditas bank syariah ?
3. Apa saja instrumen likuiditas bank syariah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui manajemen likuiditas di bank syariah.
2. Untuk mengetahui manajemen GAP likuiditas bank syariah.
3. Untuk mengetahui instrumen likuiditas bank syariah.
BAB II
2
PEMBAHASAN
1. Posisi seimbang (square), dimana persediaan dana sama dengan keperluan dana
yang tersedia.
2 . Posisi lebih (long), dimana persediaan dana lebih dari keperluan dana yang
tersedia.
3
3. Posisi kurang (short), dimana persediaan dana kurang dari keperluan.
Apabila bank mengalami kelebihan likuiditas, maka hal itu dianggap sebagai
keuntungan bank. Sebaliknya jika terjadi kekurangan, maka bank memerlukan bantuan
untuk menutupi kekurangan tersebut.
3 Syukri Laka, Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2012), hlm.
280.
4
mengenai jumlah rekening yang harus ada di BI bagi masing-masing BUS maupun
UUS BUK dan penanganan saldo giro negatif untuk kegiatan usaha konvensional dan
usaha syariah. Sedangkan untuk menjaga kestabilan moneter bank syariah peserta
PUAS, BI menyerap kelebihan likuiditas bank-bank syariah melalui penerbitan
sertifikat wadiah (titipan). Untuk mengatasi mismatch (kekurangan arus dana masuk
dari arus dana keluar) pada aktivitas bank syariah kesehariannya dapat diatasi dengan
melalui fasilitas pembiayaan jangka pendek bagi bank syariah (FPJPS).
a. Produk Giro, misalnya, dengan media penarikan berupa cek atau bilyet giro,
memang dimaksudkan untuk kegunaan nasabah melakukan transaksi, baik
menerima uang atau membayar uang kepada kepada mitranya. Sehingga
periode waktu pengendapan dana-dana di bank bersifat sangat jangka pendek.
Salah satu ukuran yang digunakan untuk melihat berapa banyak dana-dana
giro yang benar-benar mengendap di bank adalah floating rate (FR).
Bila rasio FR untuk dana giro berkisar 70-80%, berarti hanya 20-30 persen
dari dana giro yang benar benar menghadap di bank.
5
dana tabungannya. Semakin luasnya akses ATM yang dilengkapi pula dengan
Electronic Debit Card (EDC), yaitu alat pembayaran elektronik kartu tabungan,
membuat FR produk tabungan, membuat FR produk tabungan meningkat
signifikan. Biasanya ada dua cara yang dilakukan bank untuk menurunkan FR
tabungan, yaitu dengan :
2. Manajemen Sisi Penyaluran Dana Sebagian besar dana yang disalurkan bank
kepada masyarakat sifatnya jangka menengah panjang.
a. Pembiayaan konsumer biasanya ditawarkan dengan menggunakan akad
murabahah atau akad ijarah.
b. Pembiayaan modal kerja biasanya ditawsrkan dengan akad murabahah untuk
pengadaan barang, ijarah untuk pengadaan . mudharabah untuk membiayai bisnis
c. Pembiayan investasi biasanya ditawarkan dengan menggunakan akad murabahah,
IMBT, musyarokah mutanaqisah.
6
1. Menunjukan dirinya sebagai tempat yang aman untuk menyimpan uang. Mampu
memberikan rasa aman kepada para nasabah deposan, penabung, maupun
kreditor lainnya. Fungsi utama likuiditas adalah jaminan bahwa uang yang
disimpan/dipinjamkan kepada bank dapat dibayar kembali oleh bank tersebut
pada saat jatuh tempo.
2. Memungkinkan bank memenuhi komitmen pinjamannya. Menjamin tersedianya
dana bagi setiap pemohon kredit yang telah disetujui. Jika bank menolak untuk
menyediakan dana atas permohonan kredit yang telah disetujui, mungkin debitor
akan lari ke bank lain. Sebaiknya bank mampu mengantisipasi kebutuhan-
kebutuhan para debitor di masa mendatang.
3. Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan mencegah
penjualan asset secara terpaksa. Apabila bank tidak dapat memperpanjang
pinjaman yang diterima dari bank lain, salah satu cara untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan terpaksa menjual surat berharga yang umumnya dengan
harga rendah. Hal itu jelas akan memperburuk tingkat modal bank tersebut.
4. Untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan negative
dari penguasa moneter karena meminjam dana likuiditas dari bank sentral.
Menghindari diri dari kewajiban membayar suku bunga yang tinggi atas dana
yang diperoleh di pasar uang.
5. Memperkecil penilaian risiko ketidakmampuan membayar kewajiban penarikan
dana. Menghindarkan diri dari penggunaan fasilitas discount window secara
terpaksa. Semakin sering suatu bank menggunakan fasilitas discount window,
semakin tidak bebas manajemen bank tersebut menentukan dan melaksanakan
kebijakan usahanya. Hal itu karena bank sentral akan mendikte manajemen bank
tersebut untuk memperbaiki tingkat kesehatan banknya.
7
Secara umum manajemen likuiditas dilakukan dengan :
1. Bila terjadi kekurangan likuiditas, bank syariah mencari dana antara lain dengan :
a. Menjual aset likuidnya agar mendapat likuiditas dalam hal bank syariah memiliki
aset likuid.
b. Menerima penempatan dana atau likuiditas dari bank syariah lain atau institusi/
individu lain secara syariah dalam hal :
1. Bank syariah tidak memilik aset likuid yang dapat dijual.
2. Secara ekonomis lebih menguntungkan melakukan (b) daripada (a)
3. Secara ekonomis lebih menguntunkan melakukan kombinasi (a) dan (b)
2. Bila terjadi kelebihan likuiditas, bank syariah menempatkan dana antara lain
dengan :
a. Membeli aset likuid agar likuiditasnya produktif
b. Menempatkan dana ke Bank Syariah lain atau institusi lain secara syariah dalam
hal :
1. Tidak tersedia aset likuid syariah di pasar, atau
2. Secara ekonomis lebih menguntungkan melakukan (b) daripada (a), atau,
3. Secara ekonimis lebih menguntungkan melakukan kombinasi (a) dan (b).
8
1.Finance to deposit ratio (FDR), yang menggambarkan perbandingan
pembiayaan yang disalurkan dengan jumlah DPK yang disalurkan,
2. Ratio ini harus dipelihara pada posisi tertentu yaitu 75-100%. Jika ratio di
bawah 75% maka bank dalam kondisi kelebihan likuididitas, dan jika ratio
diatas 100% maka bank dalam kondisi kurang likuid,
3.Menurut kriteria Bank Indonesia, ratio sebesar 115% keatas nilai kesehatan
likuiditas bank adalah nol.
9
rangka mendukung pe lak sanaan prinsip kehati-hatian bank dan berperan pula
sebagai instrumen moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar.
Giro Wajib Minimum merupakan rasio antara saldo giro dari seluruh
kantor Bank yang tercatat pada Bank Indonesia setiap hari dengan rata-rata
harian jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank. Karena informasi mengenai
DPK baru diketahui dua minggu kemudian maka GWM pada masa laporan
berlaku dibandingkan dengan jumlah ratarata harian DPK dari dua masa laporan
sebelumnya. Perhitungan ini berlaku baik untuk Giro Wajib Minimum dalam
rupiah maupun dalam valuta asing. Rumus perhitungan GWM :
GWM Rupiah = 5% x DPKt-2
GWM Valas = 3% x DPKt-2
Keterangan:
GWM = Giro Wajib Minimum
DPKt-2 = Rata-rata harian jumlah DPK Bank dalam satu masa laporan untuk
periode dua masa laporan sebelumnya.
2. Kliring
Kliring adalah suatu istilah dalam dunia perbankan dan keuangan yang
menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk
suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring
dibutuhkan untuk mempercepat pe nye lesaian transaksi perdagangan yang mem
butuhkan perlengkapan aset transaksi. Hal yang paling mudah dipahami dalam
kliring adalah kesepakatan antar lembaga keuangan mengenai hutang piutang
dalam suatu transaksi keuangan. Kliring melibatkan manajemen dari paska
perdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, untuk memastikan bahwa tran saksi
dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli maupun
penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. Yang
termasuk dalam proses kliring antara lain pelaporan/ pemantauan, marjin risiko,
netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan per pajakan dan
penanganan kegagalan.4
3. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
10
BLBI adalah skema bantuan (pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada
bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter
1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan
IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah
menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.
11
e. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah (FPJPS) merupakan
instrumen dari Bank Indonesia sebagai The Lender Of Last Resort bagi Bank-
bank Syariah yang mengalami kesulitan likuiditas atau kesulitan pendanaan
jangka pendek yang disebabkan oleh tergantungnya arus dana masuk yang
lebih kecil dibandingkan dengan arus dan keluar (mismatch). Tujuan dari
diberlakukan FPBJS ini, adalah untuk membantu Bank Syariah yang
mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek, namun memenuhi
persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan (illiquid but solvent).5
5 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2013)., hlm. 470.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
manajemen likuiditas bank syariah merupakan bagian dari asset dan liability
management yang secara umum bertujuan untuk menjaga likuiditas suatu Bank Syariah
agar kegiatan operasional tetap berjalan dan kepercayaan masyarakat terjaga.
Pengelolaan likuiditas bertujuan untuk mengoptimalisasi penggunaan dana agar tidak
terjadi idle fund yang besar dan tidak terjebak dalam kesulitan likuiditas. Untuk itu
estimasi kebutuhan dana likuiditas yang diperoleh melalui proyeksi arus kas menjadi
sangat penting. Di dalam manajemen likuiditas bank syariah terdapat beberapa
instrumen, yang antara lain Giro Wajib Minimum (GWM), Kliring, Pasar uang antar
bank berdasarkan prinsip syariah (PUAS), Piranti pasar uang antar bank syariah yakni
Investasi Mudharabah Antarbank (IMA), Sertifi kat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
dan Pasar modal syariah yang mana pada tiap-tiap instrumen/ komponen tersebut
mempunyai ketentuan masing-masing yang berbeda.
13
DAFTAR PUSTAKA
14