Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada
meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk minyak tanah di indonesia. Minyak
manah di indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi
pemerintah indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun
rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Upaya dalam
mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang
ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk
mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini minyak tanah diperlukan bahan bakar
alternatif yang murah dan mudah didapat yakni batubara.
Batubara merupakan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis unsur memberikan rumus formula empiris
seperti C137H97O9NS untuknbituminus dan Cj40H90O4NS untuk antrasit.
Batubara merupakan salah satu bahan pembangkit tenaga listrik. Berdasarkan cara
penggunaanya sebagai penghasil energi batubara dibedakan:
1. Penghasil energi primer, yaitu langsung dipeegunakan untuk industri, misalnya
sebagai bahan bakar burner dalam industri semen, pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU), bahan bakar pebuatan kapur tohor, bahan bakar pembuatan genting, bahan
bakar lokomotif, pereduksi proses metalurgi, kokas konvensional, bahan bakar tidak
berasap
2. Penghasil energi sekunder, yaitu tidak langsung dipergunakan untuk industri, misalnya
sebagai bahan bakar padat (briket), bahan bakar cair (konversi menjadi bahan bakar
cair), bahan bakar gas (konversi menjadi bahan bakar gas)

1
Pemerintah telah mencanangkan penggunaan briket batubara sebagai energi
alternatif pengganti minyak tanah di industri kecil-menengah dan rumah tanggapada tahun
j005, sesuai dengan sasaran kebijakan energi nasional untuk tahun j0j5.
Gagasan awal pembuatan briket batubara adalah untuk memanfaatkan limbah/sisa
hasil penambangan batubara yang tidak diambil/tidak laku dijual karena ukuran butirya
kecil/tidak lagi memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh pembeli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah
yang dapat diketahui yaitu:
1. Bagaimana proses dan tahapan dalam pemanfaatan batubara sebagai briket?
2. Berapa tipe bentuk briket?
3. Bagaimna teknologi pemanfaatan batubara sebagai briket?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah pemanfaatan batubata menjadi
bahan bakar padat (briket) yaitu:
1. Menjelaskan proses dan tahapan pemanfaatan batubara menjadi bahan bakar padar
(briket).
2. Mendeskripsiakan tipe bentuk briket.
3. Mengetahui teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan batubara menjadi briket.

2
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Defenisi Briket

Briket batu bara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari batu bara dan
merupakan bahan bakar alternatif atau pengganti minyak tanah yang paling memungkinkan
dikembangkan secara massal dalam waktu yang relatif singkat. Baik bahan bakar alternatif
dan penggunaan energi terbarukan harus dikembangkan menginga persediaan bahan bakar
fosil yang sudah menipis sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbarui
seperti minyak tanah dan premium yang cadangannya terus menyusut dan harganya terus
melambung tinggi
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran batubara halus dengan sedikit bahan campuran seperti tanah liat dan
tapioka, yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar
bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam
pemanfaatannya. Bahan baku briket batubara terdiri dari 82% batubara,15% tanah liat dan
4% tapioka. Tanah liat selain berfungsi sebagai penguat briket juga berfungsi sebagai
stabilisator panas sedangkan tapioka berfungsi sebagai perekat untuk memudahkan
pencetakan.Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah
seperti untuk pengolahan makanan (memasak), pengeringan, pembakaran dan pemanasan
(penghangat). Bahan baku utama briket batubara adalah batubara yang sumbernya
berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 100 tahun.
Teknologi pembuatan briket tidak terlalu rumit dan dapat kembangkan dalam waktu singkat.
Ada empat dasar pemikiran mengapa briket perlu mendapat perhatian yang serius
dalam pengembangan diversifikasi energi di Indonesia yaitu :
1. Makin menipisnya cadangan minyak bumi.
2. Potensi dan kualitas batubaranya cukup tersedia dan dapat menghasilkan briket yang
mempunyai persyaratan.
3. Tersedianya teknologi sederhana yang memungkinkan batubara dapat dibentuk
menjadi briket.

3
4. Dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang sangat meningkat konsumsinya
dan berpotensi merusak ekologi hutan.
Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket diantranya:
1. Ukuran butir, makin kecil butir batubara sebagai bahan baku pembuatan briket, akan
makin kuat daya rekat antar butir, apabila padanya telah ditambahkan bahan perekat.
2. Tekanan mesin pencetak, diusahakan agar briket yang dihasilkan kompak, tidak rapuh,
dan tidak mudah pecah apabila dipindah-pindah. Disamping itu diusahakan padanya
masih terdapat pori-pori yang memungkinkan udara masih ada di dalamnya.
Keberadaan oksigen dalam briket sangat penting karena akan mempermudah proses
pembakaran.
3. Kandungan air, akan berpengaruh pada nilai kalori/panas yang dihasilkan. Apabila
kandungan airnya tinggi, maka kalori/panas yang dihasilkan briket sebagian kalori
akan digunakan terlebih dahulu untuk menguapkan air yang terdapat dalam briket
batubara.

2.2 Jenis Briket Batubara

Menurut Kuncoro (2005), berdasarkan teknik pembuatannya, briket batubara dibagi


menjadi dua jenis, yaitu briket batubara karbonisasi dan tanpa karbonisasi.
1. Briket Batubara Karbonisasi
Batubara Indonesia sebagian besar adalah subbituminusyang mengandung zat
terbang (volatile matter) yang tinggi sehingga berpotensi menimbulkan asap saat dibakar
bila proses pembakarannya tidak baik. Oleh sebab itu, dilakukan karbonisasi batubara atau
diarangkan terlebih dahulu. Briket batubarakarbonisasi adalah briket batubara yang bahan
bakunya (batubara) dikarbonisasi sebelu menjadi briket, dengan karbonisasi zat-zat terbang
yang terkandung dalam batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk
akhirnya tidak berbau dan berasap. Proses karbonisasi meliputi tahap pemanasan batubara
dalam kondisi udara terbatas atau tanpa udara sehingga zat terbang berupa minyak serta
gas akan menguap dan yang tersisa hanya sebagian besar arang batubara (fixed carbon).
Arang batubara yang dihasilkan tersebut masih bersifat rapuh dan berukuran tidak seragam
sehingga diperlukan proses penggerusan dan pembriketan agar diperoleh bentuk yang
seragam, kompak dan sifat fisiknya kuat. Oleh karena melalui proseskarbonisasi, harga
briket batubara karbonisasi dapat mencapai dua kali briket tanpa karbonisasi.

4
2. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Briket jenis ini dikembangkan untuk menghasilkan produk yang lebih murah namun
tetap aman. Bahan baku batubara untuk briket jenis ini tidak dikarbonisasi sebelum diproses
menjadi briket. Untuk mengurangi atau menghilangkan zat terbang yang masih terkandung
dalam briket batubara maka pada penggunaannya harus menggunakan tungku yang benar
sehingga menghasilkan pembakaran sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul
dari briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini dianjurkan
untuk industri kecil.Dibandingkan dengan briket batubara karbonisasi, pemanfaatan briket
batubara tanpa karbonisasi lebih mudah dan murah. Namun, perlu diingat bahwa batubara
mengandung zat terbang (volatile matter) yang tinggi sangat berpotensi menimbulkan asap
pada saat dibakar. Oleh sebab itu, perlu dirancang kompo yangkhusus menggunakan briket
batubara tanpa karbonisasi.
Berdasarkan komposisinya, briket batubara dibagi menjadi tiga jenis, yaitu briket
batubarabiasa, briket batubara terkarbonisasi dan briket bio-batubara
1. Briket batubara biasa Briket batubara biasa berupa campuran batubara mentah dan
zat perekat (biasanya lempung). Sangat sederhana dan biasanya berkualitas rendah.
2. Briket batubara terkarbonisasi Batubara yang digunakan dikarbonisasi (carbonised)
terlebih dulu dengan cara membakarnya pada suhu tertentu sehingga sebagian besar
zat pengotor, terutama zat terbang (volatile matter) hilang. Dengan bahan perekat
yang baik, briket batubara yang dihasilkan akan menjadi sangat baik dan rendah
emisinya.
3. Briket bio-batubara atau dikenal dengan briket biocoal, selain batubara mentah dan
zat perekat, kedalam campuran ditambahkan biomassa sebagai substansi untuk
mengurangi emisi dan mempercepat pembakaran. Biomassa yang biasanya
digunakan berasal dari ampas industri agro (seperti bagas tebu, ampas kelapa sawit,
sekam padi, dan lain-lain) atau serbuk gergaji.

2.3 Bentuk Briket Batubara

Bentuk Briket BatubaraTerdapat 3 bentuk briket batubara, yaitu bentuk telur, bentuk
kubus dan silinder berlubang serta bentuk kenari.
1. Bentuk Telur Briket batubara bentuk telur ini cocok untuk keperluan rumah tangga.

5
Gambar 2.1. Briket bentuk telur.

2. Bentuk Kubus dan Silinder Berlubang Briket batubara bentuk kubus dan silinder
digunakan untuk kalangan industri kecil/menengah.

Gambar 2.2. Briket bentuk kubus dan silinder.

3. Bentuk Kenari (Briket Bio-Batubara)Briket bio-batubara ini sangat aman dan nyaman
dalam pemakaiannya karena tidak didominasi oleh hal-hal yang berkenaan dengan zat
kimia yang dapat membahayakan bagi pemakainya.

Gambar 2.3. Briket bentuk kenari.

6
2.4 Pengolahan Batubara

Konsep utama dalam pembuatan briket, yakni merekatkan butiran-butiran batubara


dengan perekat tertentu, deicetak dan ditekan sehingga menjadi benda yang masif, kompak
dan tidak mudah pecah. Beberapa cara telah dikembangkan dengan melakukan modifikasi
pada bahan bakar perekat dan tambahan lainnya, antara lain:
1. Bahan perekat lempung
Proses pembentukan briket tipe yontan, pada awalnya cukup sederhana. Batubara
serbuk dengan ukuran butir 5 mm, ditambahkan air (10%) diaduk sampai rata
sehingga membentuk adonan. Adonan dimasukkan dalam cetakan dan ditekan
dengan mesin pembriketan pada tekanan 12 kg/cm2. Untuk membuat btiker tipe telor,
masih perlu ditambahkan molase (7%), dan dicetak dengan mesin pencetak tipe telor.
Batubara yan dimanfaatkan untuk membuat briket ini baik tipe yontan maupun tipe
telor digunakan batubara tipe subbituminus.
2. Bahan perekat molase.
Briket batubara yang baik diperlukan batubara yang baik, terutama yang memiliki
kandungan sulfur dan abu rendah, makin baik bahan baku yang digunakan, makin baik pula
kualitas briket batubara yang dihasilkan. Batubara dengan kadar pengotor yang rendah akan
menghasilkan emisi yang rendah pula. Sementara bahan imbuhan yang digunakan biasanya
berupa kapur (lime) yang dapat mengikat senyawa beracun, biomassa untuk
mempercepat/memudahkan proses pembakaran dan menyerap emisi, serta lempung, kanji
atau tetes tebu (molase) sebagai zat perekat.

2.5 Teknologi Pembuatan Briket Batubara

Terdapat tiga teknologi pembuatan briket batubara yaitu teknologi tanpa karbonisasi,
teknologi dengan karbonisasi dan teknologi bio-batubara (biocoal).
1. Teknologi Tanpa Karbonisasi Batubara halus (3 mm) dicampur bahan pengikat (dapat
berupa tepung tapioka, serbuk tanah liat, molase atau pengikat lainnya). Bagan alir
proses pembuatan pembuatan briket batubara tanpa karbonisasi dapat dilihat pada
gambar 4.

7
Gambar 2.4. Bagan alir proses pembuatan briket tanpa karbonisasi

2. Teknologi Dengan Karbonisasi Batubara diremukkan dan dipanaskan pada temperatur


700oC selama3-4 jam(proses karbonisasi), didinginkan, dihaluskan sampai 3 mm.
Batubara halus (3 mm) dicampur bahan pengikat (dapat berupa tepung tapioka,
serbuk tanah liat, molase atau pengikat lainnya) lalu dicetak pada tekanan pembriket
j00 400 kg/cmj.

Gambar 2.5. Bagan alir proses pembuatan briket dengan karbonisasi.

8
3. Teknologi Bio-Batubara (Biocoal), Batubara halus 3 mm dikeringkan sampai kadar
air 10 c, ditambahkan biomassa (berupa bagas, serbuk gergaji) kemudian dicetak
pada tekanan pembriketan j-3 ton/cmj. Kemudian briket tersebut dikeringkan. Bagan
alir proses pembuatan briket bio-batubara dapat dilihat pada Gambar 6.

Gamabar 2.6. Bagan alir proses pembuatan briket bio-batubara.

2.6. Pembuatan Briket Batubara tanpa Asap dan Tak Berbau dari Batubara Halus
dengan Sekam Padi dan Molase.
Dalam percobaan ini batubara halus diperoleh dari tailing pencucian batubara yang
dihasilkan (dalam bentuk limbah) pada tambang batubara ombilin. Dengan dasar pemikiran
bahwa limbah batubara tersebut tercampur dengan berbagai pengotoran, maka tailing
tersebut dilakukan pada ayakan 170 mesh. Dengan demikian batubara dengan ukuran +170
mesh diharapkan sudah terbebas dari kotoran-kotoran halus. Hasil analisis batubara (tailing
tercuci) seperti terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Analisis Proksimat Batubara (cucian tailing).
MESH BERAT IM (%) VM (%) FC (%) ASH NILAI
(%) KALORI
42 15,21 3,94 37,18 55,28 3,60 7310

9
60 30,12 3,69 37,06 55,02 4,23 7313
100 40,33 4,80 35,61 52,38 7,21 6973
170 14,34 4,7 34,77 50,74 9,73 6767
100 5,39 35,73 50,68 6,20 7035
Sule dan Sinaga,1998.
Sebagai campuran dipergunakan sekam padi. Dipilih sekam padi karena apabila sekam
padi terbakar, akan menjadi abu yang salah satu bagiannya merupakan mineral zeolit.
Mineral zeolit mmpu menyerap asap dan bau. Oleh sebab itu dengan keberadaan zeolit pada
briket batubara yang masih dimungkinkan mengandung sulfur dalam proses pembakaran,
bau sulfur akan diserap oleh zeolit. Hasil analisis sekam padi pada saat dibakar adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Hasil Analisis Sekam Padi.
PARAMETER BESARAN
Analisi Proksimat
IM % 13,51
VM % 37,28
FC % 13,60
Analisis panas kkal/kg 3651
Sule dan Sianaga.1998.
Bahan baku briket, terdiri dari butir batubara dengan ukuran +170 mesh , di tambah
molase dan sekam padi, dengan nilai presentasi dan perlakuan yang berbeda, seperti terlihat
pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Kondisi Percobaan
VARIABEL KONDISI PARAMETER
A. Tekanan (ton) 5,15,30,45,6 Sekam Padi 25 %
Molase 5 %
B. Molase % 0,2,4,7,10 Tek.opt. pada A
C. Sekam Padi 5,10,15,25,50 Tek.opt. pada A
Molase opt. Pada B
Sule dan Sianaga.1998.

10
2.7 Keunggulan Dan Kelemahan Penggunaan Briket

Keunggulan briket batubara yaitu:


1. Lebih murah.
2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama.
3. Tidak beresiko meledak/terbakar.
4. Tidak mengeluarkan sauara bising serta tidak berjelaga

Kekurangan briket batubara yaitu:


1. Sulit dalam penyalaan, solusinya :
Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering dijemur terlebih
dahulu, sehingga kadar airnya rendah.
Bahan baku batubara dan tanah liat di crusher dan di screen terlebih dahulu
dengan menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3mmj.
Memperbesar komposisi biomassa serbuk kayu keras, karena biomassa dapat
membantu mempercepat proses penyalaan.
Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan
cara dijemur atau dipanaskan dengan oven sebelum dikemas dalam karung.
Hal ini untuk menghindari briket lembab saat digunakan nantinya.
2. Berasap dan berbau, solusinya :
Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan
kadar air yang banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau.
Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal
akan membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang
dihasilkan dari pembakaran briket tersebut juga akan berkurang.
Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket.
Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi
bara sehingga asap dan bau akan cepat berkurangdengan cara batubara
dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses karbonisasi, telah
membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa pembakaran.
3. Panas dan lama pembakaran, solusinya :
pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara dikarbonisasidengan
memperbesar komposisi batubara. karena semakin banyak komposisi

11
batubaranya maka akan semakin lama dan semakin panas hasil
pembakarannya.
Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh terhadap
lama pembakaran. pemilihan tanah liat yang baik akan membuat briket lebih
rekat, padat dan keras yang akhirnya juga memperlama proses pembakaran.
Pengeringan hasil briket. karena briket yang lembab dan basah akan
berpengaruhbesar terhadap panas yang dihasilkan4.
4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya :
Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga
mempunyai daya rekat dan kekerasan yang tinggi serta cepat kering.
Penghancuran crusher dan penyaringan screen bahan baku juga berpengaruh
terhadap kekerasan hasil cetak. semakin kecil partikel bahan baku akan
membuatpartikel tercampur lebih merata dan padat serta tidak mudah hancur.
Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan =adonan tapioka> yang baik
sehingga didapatkan campuran adonan tapioka yang kental dan mempunyai
daya rekat yang baik.
Penjemuran hasil briket sampai benar-benar kering sebelum dikemas dalam
karung. Untuk mengurangi briket yang hancur dan mutu yang buruk saat
pengiriman dan pemakaian.
5. Harga jual produk, solusinya :
Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan konsumen.
Hal ini akan mempengaruhi harga jual sehingga lebih mudah bersaing di pasar.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Konsep utama dalam pembuatan briket, yakni merekatkan butiran-butiran batubara


dengan perekat tertentu, deicetak dan ditekan sehingga menjadi benda yang masif,
kompak dan tidak mudah pecah. Beberapa cara telah dikembangkan dengan
melakukan modifikasi pada bahan bakar perekat dan tambahan lainnya, antara lain:
Bahan perekat lempung dan Bahan perekat molase.
2. Briket batubara dibagi menjadi dua jenis, yaitu briket batubara karbonisasi, tanpa
karbonisasi, dan Briket bio-batubara.
3. Terdapat tiga teknologi pembuatan briket batubara yaitu
Teknologi tanpa karbonisasi, Teknologi tanpa karbonisasi halus (3 mm) dicampur
bahan pengikat (dapat berupa tepung tapioka, serbuk tanah liat, molase atau
pengikat lainnya).
Teknologi dengan karbonisasi, batubara diremukkan dan dipanaskan pada
temperatur 700oC selama3-4 jam(proses karbonisasi), didinginkan, dihaluskan
sampai 3 mm. Batubara halus (3 mm) dicampur bahan pengikat (dapat berupa
tepung tapioka, serbuk tanah liat, molase atau pengikat lainnya) lalu dicetak pada
tekanan pembriket j00 400 kg/cmj, selanjutnya dikeringkan, diuji kualitasnya,
kemudian dikemas dan disimpan.
Teknologi bio-batubara (biocoal), batubara halus 3 mm dikeringkan sampai kadar
air 10 c, ditambahkan biomassa (berupa bagas, serbuk gergaji) kemudian dicetak
pada tekanan pembriketan j-3 ton/cmj. Kemudian briket tersebut dikeringkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Basyuni, Suprapto. 1993. Pembuatan Briket Batubara tak berasap untuk Rumah Tangga.
Berita PPTM. Bandun.
Soedjoko, B. 1998. Briket Batubara untuk Indudsti Kecil. WEC. Jakarta.
Sule, D. Dan Sianaga, P,. 1998. Pembuatan Briket tanpa Asap dan Tak Berbau dari Batubara
Halus dengan Sekam Padi dan Molase. WEC. Jakarta
Sukarandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sumaryano. 1998. Teknik Penggunaan Batubara sebagai Bahan Bakar dalam Industri Kecil.
WEC. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai