Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA V
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL
Semester :
Ganjil 2015
Oleh :
Sungging Birawata
A1L114097 / Rombongan 14
A. Latar Belakang
karakter, tetapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau menumbuhkan karakter. Gen
tersebut mungkin terdapat pada kromosom yang sama atau pada kromosom yang
yang menyimpang dari hukum Mendel, keadaan ini disebut penyimpangan Hukum
Mendel.
Pewarisan sifat menurut Mendel mempunyai ciri atau karaker yang menjadi
teori sampai sekarang dalam peyilangan atau perkawinan. Teori ini disebut pula
dengan Hukum Mendel. Hukum Mendel I membahas tentang ekspresi gen yang
Hukum Mendel II dalam F2 akan menghasilkan rasio klasik 9:3:3:1. rasio ini
menjadi acuan untuk persilangan dihirid atau lebih. Kenyataannya tidak semua
perkawinan memenuhi rasio klasik Hukum Mendel. Namun terjadi perubahan rasio
pada fenotip. Perubahan rasio ini terjadi akibat adanya interaksi antara gen yang satu
dengan yang lainya serta adanya penutupan ekspesi oleh pasangan gen lain atau
epistasis.
Setelah penemuan Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat secara
bebas, diketahui bahwa tidak semua keturunan yang segregasi dapat dipisahkan
menjadi kelas kelas yang jelas dengan frekuensi yang sederhana. Keragaman
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara
di atas, karena sulit sekali disesuaikan dengan hukum-hukum mendel. Oleh karena
hukum Mendel. Hasil persilangan yang dilakukan memiliki jumlah fenotip yang
saman namun rasionya berbeda, hal ini yang sering disebut dengan penyimpangan
semu pada hukum Mendel. Penyimpangan-penyimpangan ini terjadi karena gen yang
berperan membentuk karakter justru saling berinteraksi dengan gen lain yang
menumbuhkan karakter.
B. Tujuan
Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan dia dikenal
persilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Percobaan yang dilakukannya selama
yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu
dengan cara Mendel sederhana, seperti dihibrid dan monohibrid. Oleh karena itu,
mendel adalah penyimpangan yang tidak keluar dari hukum Mendel walaupun terjadi
perubahan pada rasio F2-nya karena genmemiliki sifat yang berbeda-beda sehingga
rasio fenotipe tidak sama dengan yang diuraikan oleh hukum Mendel (Abdurrahman,
2008).
Penyimpangan semu hukum Mendel disebabkan oleh genetik dan interaksi alel
dimana alel-elel yang berasal dari gen yang berbada terkadang berinteraksi dengan
dominasi suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi. Contohnya interaksi bentuk
pial pada ayam yang berbentuk rose dan walnut (Yunus, dkk., 2006).
Penyimpangan semu hukum mendel memiliki lima bentuk, yaitu:
gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud oleh gen tersebutjuga tidak muncul
atau muncul tidak sempurna. Berdasarkan hasil persilangan, perbandingan
memiliki sifat yang sama. Berdasarkan hasil persilangan, penyimpangan semu ini
menghasilkan perbandingan 15 : 1.
3. Epistatis
Epistatis dan hipostatis saling berinteraksi. Epistatis merupakan sifat yang
epistatis). Perbandingannya 12 : 3 : 1.
b. Epistatis resesif, yaitu terdapat satu gen resesif yang bersifat epistatis.
Perbandingannya 9 : 3 : 4.
Kriptomeri, adalah suatu sifat tersembunyi pada induk dan akan muncul pada
keturunannya karena adanya dua gen dominan yang bertemu membentuk sifat lain
dan adanya satu gen yang bersifat epistatis. Perbandingan persilangan ini 9 : 3 : 4
(Abdurrahman, 2008).
Hasil persilangan dari Mendel diantaranya setelah kering ada yang berbiji
keriput dan bulat, polong ada yang berwarna hijau dan kuning. Hasil tersebut selama
plastik dan kancing warna. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
B. Prosedur Kerja
1. Satu kantong pastik berisi kancing warna diambil, dikocok hingga homogen.
2. Satu butir kancing diambil, dicatat hasilnya.
3. Dilakukan sebanyak 90x dan 160x, dicatat dilembar pengamatan.
4. Data dianalisa dengan uji X2.
5. Kode kantong plastik dicantumkan di bagian atas.
A. Hasil
X table = 3,84
Kesimpulan: X table (3,84) > X hitung (1,07) ; maka hasil hipotesis diterima
X table = 3,84
X table = 3,84
Kesimpulan: X table (3,84) > X hitung (0,14); maka hasil hipotesis diterima
X table = 3,84
Kesimpulan: X table (3,84) < X hitung (5,41); maka hasil observasi tidak
C. Dominan Duplikat
Perhitungan X 90x Pengambilan Kancing
X table = 3,84
X table = 3,84
X table = 5,99
Kesimpulan: X table (5,99) > X hitung (2,95); maka hasil hipotesis diterima
Kesimpulan: X table (5,99) > X hitung (4,82); maka hasil hipotesis diterima
E. Epistasis dominan
Perhitungan X 90x Pengambilan Kancing
Kesimpulan: X table (5,99) > X hitung (3,5); maka hasil hipotesis diterima
Kesimpulan: X table (5,99) < X hitung (13,09); maka hasil observasi tidak
F. Epistasis Resesif
Perhitungan X 90x Pengambilan Kancing
Kesimpulan: X table (5,99) < X hitung (6,63); maka hasil observasi tidak
B. Pembahasan
Penyimpangan semu hukum mendel adalah penyimpangan yang tidak keluar dari
hukum Mendel walaupun terjadi perubahan pada rasio F2-nya karena genmemiliki
sifat yang berbeda-beda sehingga rasio fenotipe tidak sama dengan yang diuraikan
disebabkan oleh genetik dan interaksi alel dimana Alel-elel yang berasal dari gen
yang tidak umum. Hal tersebut menyebabkan dominasi suatu alel terhadap alel lain
tidak selalu terjadi. Contohnya interaksi bentuk pial pada ayam yang berbentuk rose
Dua alele (dominan dan resesif) menghasilkan hasil yang sama, kecuali dalam
jumlah yang lebih sedikit dari homozigot dominan, tetapi lebih banyak dari
homozigot resesif. Artinya pada semi kodominasi gen dominan tidak menutupi
nisbah 1 : 2 : 1.
P1 : RR x rr
merah putih
F1 : Rr
merah muda
F2 : 1 RR : 2 Rr : 1 rr
2. Kodominasi
Dua alele menghasilkan produk berbeda yang kerjanya berlainan dan dapat
diketahui pada heterozigot. Suatu contoh alele kodominan yaitu alele yang
menghasilkan hemoglobin dalam sistem golongan darah ABO pada manusia. Darah
tidak memunculkan sifat antara pada individu heterozigot, tetapi merupakan hasil
ekspresi masing-masing alel, kedua alel akan sama-sama diekspresikan dan tidak
saling menutupi.
golongan darah (genotipe IAIB) terdapat antigen A dan antigen B yang diekspresikan
pada individu heterozigot tersebut. Perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang
IAIB x IAIB
Golongan darah A : AB : B = 1 : 2 : 1
3. Gen Letal
Gen letal merupakan alele yang menghasilkan suatu produk, atau tidak ada
produk yang dihasilkan, dan menghalangi suatu individu untuk berkembang biak atau
menyebabkan kematian. Gen letal terdiri dari gen letal dominan dan gen letal resesif.
Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau
Contoh gen letal yaitu pada kedelai. Kedelai dengan gen resesif tidak mampu
Gg x Gg
Hijau Hijau
1 GG 2 Gg 1 gg
Interaksi antar alele pada lokus yang berbeda yaitu pengruh suatu gen pada
suatu lokus terhadap penampakan (ekspresi) gen pada lokus lain ; mungkin ada
interaksi antar kedua gen atau tekanan terhadap penampakan gen yang lain. Umpama
ada dua pasang gen yang memisah secara bebas tetapi saling interaksi. Pada banyak
peristiwa interaksi nisbah yang diharapkan 9:3:3:1 akan berubah (Crowder, 2006).
Gen Koepistatik yaitu apabila dua gen yang bukan alelenya (pada lokus yang
persilangan antar jengger mawar dn jengger kacang menghasilkan fenotipe baru yaitu
tipe walnut dan nisbahnya 9:3:3:1. Ini dapat digambarkan sebagai berikut :
P1 : RRpp x rrPP
Rose Pea
RpRp
Walnut
Epistasi merupakan penutupan ekspresi suatu gen oleh gen lain yang bukan
alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan yang ditutupi disebut hipostasis.
1. Epistasis dominan
ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang bukan alelnya. Perbandingan fenotipe pada
dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan warna buah waluh besar (Cucurbita
pepo). Terdapat gen Y yang menyebabkan buah berwarna kuning dan alelnya y yang
menyebabkan buah berwarna hijau. Selain itu, ada gen W yang menghalangi
putih (WWYY) dan waluh hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe generasi
F2 sebagai berikut :
P : WWYY x wwyy
putih hijau
F1 : WwYy
Putih
: 12 3 1
2. Epistasis resesif
Menurut Crowder (2006), peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen
resesif menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini, pada
dilihat pada pewarisan warna bulu mencit(Mus musculus). Ada dua pasang gen
nonalelik yang mengatur warna bulu pada mencit, yaitu gen A menyebabkan bulu
pigmentasi normal, dan gen c menyebabkan tidak ada pigmentasi. Persilangan antara
mencit berbulu kelabu (AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan seperti pada
P : AACC x aacc
Kelabu albino
AaCc
Kelabu
9 3 4
Kelabu Hitam Albino
3. Epistasis Dominan-Resesif
dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara
gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis
bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi pigmentasi,
dan alelnya, i, yang tidak menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C, yang
P : IICC x iicc
Putih putih
IiCc
Putih
Putih Berwarna
Misalnya pada persilangan bunga Linaria maroccana merah (Aa) dengan bunga
Linaria maroccana putih (Bb). Apabila kedua alel dominan A dan B ada dalam satu
induvidu (AB) maka warna bunga ungu. Apabila alel dominan saja yang ada sedang
gen interaksinya hanya alel resesif b-nya yang ada (Ab) maka bunga akan berwarna
merah. Apabila alel A dominan tidak ada dan alel B ada atau tidak ada maka warna
bunga putih semua. Oleh karena itu hasil F 2 fenotipnya yaitu terdiri dari 3 kelas
diantaranya warna ungu, merah, dan putih, dengan perbandingan 9:3:4. Epistasis dan
mengalahkan pengaruh gen dominan lainnya yang tidak sealel. Epistasi terbagi
menjadi beberapa macam diantaranya epistasis resesif merupakan dua pasang gen
dominan yang lengkap tetapi gen resesif pada satu lokus menekan penampakan pada
lokus lain, epistasis dominan merupakan dua pasang gen dominan lengkap yang
memiliki fungsi mengatur sifat yang sama tetapi satu alel dominan pada satu lokus
dapat menghasilkan fenotip tertentu dan tidak tergantung gen pada lokus lain
dominan atau resesif, epistasis resesif ganda merupakan dua gen homozigot resesif
yang menghasilkan keturunan fenotip yang sama, dan yang terakhir epistasis dominan
dan resesif merupakan satu gen dominan dalam satu lokus dan homozigot resesif
Penyimpangan hukum Mendel bermanfaat dalam banyak bidang salah satunya yaitu
adalah kita dapat mengetahui berbagai macam variasi keturunan yang baru, dapat
juga mengetahui pengaruh dari gen pengubah (modifying gen), dan dengan
kita harus mempelajari hukum Mendel karena jika kita melihat seluruhnya maka kita
dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan antara hukum Mendel dengan dunia
sebagai suatu alel dengan karakteristik yang diamati yaitu warna hijau, warna kuning
dan warna merah pada pengambilan kancing sebanyak 90X. Hasil yang diperoleh dari
observasi yaitu 55 warna kuning, 21 warna hijau dan 14 warna merah dengan
perbandingan harapan 9 : 3 : 4 atau 50.62 warna kuning, 16.87 warna hijau, dan 22.5
warna merah. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan uji Chi Squere yaitu 4.59,
Karakteristik yang diamati pada pengambilan sebanyak 160X yaitu warna hijau dan
warna hitam. Hasil observasi yang diperoleh yaitu 81 kancing berwana hitam, 25
warna kuning dan 54 warna pink, dengan perbandingan yang sama yaitu 9 : 3 : 4 atau
90 warna hitam, 30 warna kuning dan 40 warna pink. Hasil akhir yang diperoleh
dengan meneggunakan uji Chi Squere yaitu 6.63, kemudian dibandingan dengan
X2tabel, menghasilkan kesimpulan X2hitung > X2tabel, tidak signifikan artinya pengujian
tidak sesuai dengan perbandingan harapan. Hasil ini didapatkan karena kemungkinan
saat melakukan pengambilan bentuk dari kancing yang tidak homogeny sehingga data
penyimpangan hukum Mendel disebabkan oleh genetik dan interaksi alel dimana
alel-elel yang berasal dari gen yang berbeda terkadang berinteraksi dengan
B. Saran
diantaranya adalah diharapkan kancing yang digunakan pada praktikum ini sama dari
segi bentuknya sehingga ketika pengambilan nantinya data yang di dapatkan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Deden.et al. 2008.Biologi Kelompok Pertanian. Grafindo Media
Pratama.Bandung.
Yunus, Rosman.et al. 2006.Teori Darwin dalam Pendangan Sains dan Islam.
Prestasi.Jakarta.