Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis (RA)- adalah gangguan kronis inflamasi sistemik yang dapat
mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang sendi
fleksibel (sinovial). Penyakit ini di Indonesia sering juga disebut rematik saja.
Proses ini menghasilkan suatu respon inflamasi dari kapsul sekitar sendi
(sinovium) sekunder, pembengkakan (hiperplasia) sel sinovial, cairan sinovial
berlebih, dan pengembangan jaringan fibrosa (pannus) dalam sinovium. Patologi
dari proses penyakit sering menyebabkan penghancuran tulang rawan sendi
artikular dan ankilosis. Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan
peradangan difus di paru-paru, membran di sekitar jantung (perikardium),
selaput paru-paru (pleura), dan putih mata (sclera), dan juga lesi nodular, yang
paling umum dalam jaringan subkutan. Meskipun penyebab rheumatoid arthritis
tidak diketahui, auto imunitas memainkan peran penting baik dalam kronisitas
dan proses berikutnya, dan RA dianggap sebagai penyakit auto imun sistemik.
Lihat klinik khusus penyekit Rematik yang ada di Indonesia. Lihat juga tulisan
tentang Tes Anti-CCP untuk mendiagnosis RA.
2. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a. Aspirin, pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari,
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala
toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan
lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan
intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg,
seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian
diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan
dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika
diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi
tercapai. Efek samping berupa pruritis, stomatitis, proteinuria, trombositopenia,
dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain adalah auranofin yang diberikan
dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang dijumpai, pada awal sering
ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan dosis.
Sampai saat ini penyakit RA tidak diketahui, namun demikian terdapat beberapa
faktor yang diduga dapat memicu terjadinya RA, antara lain infeksi kuman dan
faktor genetik.
Sendi yang terkena pun cukup khas, karena seringkali menyerang sendi-sendi
kecil seperti sendi pada tangan dan pergelangan tangan dan umumnya terjadi
secara simetris, yaitu menyerang bagian kanan dan kiri tubuh. Pemeriksaan
aboratorium menunjukkan adanya kelainan pada parameter-parameter yang
menunjukkan peradangan seperti terjadinya peningkatan laju endap darah dan
peninggian kadar creative ptotein (CRP). Pada tahap dini, pemeriksaan radiologis
belum menunjukkan kelainan yang berarti.
Penyebab terjadinya gangguan ini belum diketahui secara pesti, tetapi berbagai
faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi terjadinya reaksi
autoimun. Faktor genetik bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mungkin memicu timbulnya penyakit (misalnya
infeksi virus atau bakteri tertentu).
Usia. Reumatoid artritis bisa terjadi pada berbagai usia, tetapi paling sering
terjadi antara usia 40 - 60 tahun.
GEJALA
Kekakuan sendi pada pagi hari (saat bangun tidur) yang bisa berlangsung
selama beberapa jam.
Sumber : http://www.webmd.com
Sumber : https://ufhealth.org
Pada kasus yang jarang, reumatoid artritis bahkan bisa mengenai sendi yang
berperan dalam mengatur pita suara, sehingga bisa terjadi perubahan nada
suara. Jika sendi ini mengalami peradangan, maka suara bisa menjadi serak.
Sindroma Sjogren. Peradangan yang mengenai kelenjar mata dan mulut bisa
menyebabkan kekeringan pada daerah ini. Kekeringan pada mata bisa
menyebabkan terjadinya abrasi kornea.
Limfoma. Risiko terjadinya kanker kelenjar getah bening (limfoma) juga lebih
tnggi pada orang-orang dengan reumatoid artritis, terutama mereka yang terus
mengalami peradangan sendi yang aktif.
Anemia.
DIAGNOSA
Reumatoid artritis bisa sulit untuk didiagnosa pada tahap awal, karena tanda dan
gejala yang ada mirip dengan banyak gangguan lainnya, seperti :
- Artritis gonokokal
- Penyakit Lyme
- Sindroma Reiter
- Artritis psoriatik
- Spondilitis ankilosing
- Gout
- Pseudogout
- Osteoartritis
Tidak ada pemeriksaan darah atau pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk
memastikan diagnosis.
Pemeriksaan darah
Tidak ada makanan tertentu yang dapat menyembuhkan reumatoid artritis atau
telah terbukti bisa menimbulkan kekambuhan penyakit. Makanan mengandung
minyak ikan (asam lemak omega-3) bisa membantu meredakan gejala pada
beberapa orang dengan reumatoid artritis. Selain itu, efek anti-peradangan dari
curcumin yang terdapat pada kunyit bisa bermanfaat untuk mengurangi gejala-
gejala penyakit.
Kortikosteroid
Efek samping lain yang bisa terjadi akibat pemakaian obat NSAID antara lain
sakit kepala, peningkatan tekanan darah, perburukan tekanan darah tinggi,
perburukan fungsi ginjal, pembengkakan, serta penurunan fungsi trombosit.
NSAID juga bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
Risiko ini tampaknya lebih tinggi jika obat digunakan dalam dosisi yang lebih
besar dan untuk waktu yang lebih lama.
Kortikosteroid
Oleh karena itu, kortikosteroid biasanya hanya digunakan untuk jangka pendek,
yaitu pada awal terapi untuk mengatasi gejala-gejala yang berat (sampai
didapatkan efek dari DMARD) atau saat terjadi kekambuhan penyakit yang berat
pada banyak sendi.
Karena risiko efek samping yang mungkin terjadi, kortikosteroid hampir selalu
digunakan dalam dosis terendah yang efektif. Orang-orang dengan ulkus
peptikum, tekanan darah tinggi, infeksi yang tidak teratasi, diabetes, dan
glaukoma sebaiknya tidak menggunakan obat kortikosteroid.
Obat Imunosupresan
- Terapi Lainnya
olahraga
terapi okupasi
pembedahan
Sendi yang meradang harus dilatih secara perlahan sehingga tidak terjadi
kekakuan. Setelah peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif yang rutin,
tetapi jangan sampai terlalu lelah. Biasanya latihan akan lebih mudah jika
dilakukan di dalam air. Untuk mengatasi persendian yang kaku, perlu dilakukan
latihan yang intensif dan kadang digunakan pembidaian untuk meregangkan
sendi secara perlahan.
Tindakan bedah mungkin diperlukan untuk kasus tertentu yang tidak dapat
diatasi dengan obat-obatan, misalnya kelainan bentuk anggota gerak tubuh yang
membatasi penderita untuk beraktifitas.
Pembedahan untuk mengganti sendi lutut atau sendi pinggul merupakan cara
yang paling efektif untuk mengembalikan mobilitas dan fungsi sendi jika
penyakit telah mencapai tahap lanjut. Sendi juga bisa satukan, terutama pada
kaki, sehingga penderita bisa berjalan tanpa rasa nyeri, atau pada tulang
belakang untuk mencegah penekanan pada medula spinalis.
Perbaikan sendi dengan pemasangan sendi buatan dilakukan jika sendi telah
mengalami kerusakan berat sehingga memiliki fungsi yang terbatas.
Penderita yang menjadi cacat karena artritis rematoid bisa menggunakan alat
bantu untuk melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya dengan menggunakan
sepatu ortopedik atau sepatu atletik khusus.
Definisi
Artritis adalah suatu bentuk penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau
jaringan penunjang di sekitar sendi. Artritis merupakan suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan atau kaki) secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Infeksi arthritis merupakan
peradangan yang disebabkan oleh bakteri, virus, Pasien menunjukan gejala
penyakit kronik yang hilang timbul, yang apabila tidak diobati akan menimbulkan
terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif dan
menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini
Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 25-50 tahun, tetapi tidak
menutup kemungkinan penderitannya pada usia berapapun. Wanita lebih sering
terserang penyakit ini. Bagian tubuh yang biasa diserang oleh penyakit ini
adalah pada persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Artritis
merupakan penyakit degeneratif yang sifatnya menahun, serta dapat
menghambat aktifitas penderitanya.
Ada sekitar 200 jenis penyakit artritis, namun yang umum dikenal adalah jenis
artritis reumatoid, osteoatritis dan artritis pirai (gout).
Artritis Reumathoid
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh
peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian.
Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari
tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut. Penyebab artritis reumatoid masih
belum diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah
terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan
genetik. Terdapat kaitan dengan penanda genetik seperti HLA-DW4 (Human
Leukocyte Antigens) dan HLA-DR5 pada orang Kaukasia. Namun pada orang
Amerika, Afrika, Jepang, dan Indian Chippewa hanya ditentukan kaitan dengan
HLA-DW4. Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah
destruksi pencernaan oleh produksi, protease, kolagenase, dan enzim hidrolitik
lainnya. Enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon, dan tulang pada sendi,
serta dilepaskan bersama sama dengan radikal O2 dan metabolit asam
arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini diduga
adalah bagian dari respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara
lokal Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus reumatoid. Panus
merupakan jaringan granulasi atau vaskuler yang terbentuk dari sinovium yang
meradang dan kemudian meluas ke sendi. Di sepanjang pinggir panus terjadi
destruksi, kolagen, dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di dalam
panus tersebut.
Artritis reumatoid menyerang perempuan sekitar dua setengah kali lebih sering
dari pada laki laki, dengan insiden puncak antara usia 40 dan 60 tahun,
bermanifestasi sebagai nyeri atau kaku pada persendian, bengkak, sakit, rasa
panas, dan kemerahan. Kondisi ini berhubungan dengan gangguan sistem imun
pada jaringan sendi yang menurun.
Aktifitas klien dengan usia yang sangat lanjut sangatlah membutuhkan perhatian
yang lebih, karena ketika klien dengan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan
lagi untuk banyak bergerak, akan memberatkan kondisi klien yang menurun
terlebih lagi sistem imun yang sangat buruk. Sehingga klien dengan sistem
imunitas tubuh yang menurun, sangatlah dibutuhkan perhatian lebih untuk
mengurangi /memperhatikan tipe aktifitas/mobilitas yang berlebih. Hal ini
dikarenakan kekuatan sistem muskuloskeletal klien yang tidak lagi seperti
usianya beberapa tahun yang lalu, masih dapat beraktifitas maksimal.
2. Lingkungan
Mereka yang terdiagnosis atritis reumatoid sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan yang sangat mendukung. Ketika
lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung, maka kemungkinan besar klien
akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu
lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu,
kekakuan sendi pada area-area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi, dan
bahkan kelumpuhan.
IV. Patofisiologi
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang
menghasilkan enzim enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga
terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus.
Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi.
V. Gejala Klinis
Ada beberapa gejala/gambaran klinis yang kerap kali ditemukan pada klien yang
mengalami atritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus
pada saat yang bersamaan, karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang
bervariasi. Artritis sering diawali dengan timbulnya rasa sakit serta lemah pada
sendi tangan dan pinggang. Juga disertai bengkak dan kadang terjadi
peradangan, tetapi sering tiba-tiba hilang. Beberapa gejala klinis yang kerap kali
terjadi pada para penderita atritis reumatoid ini, yakni :
3. Kekakuan di Pagi Hari Kejadian ini terjadi selama lebih dari 1 jam, dapat
bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoatritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
4. Atritis Erosif Atritis erosif merupakaan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan
ini dapat dilihat pada radiogram.
b. Jantung
e. Mata--> Skleritis
f. Syaraf
2. Artritis pada tiga atau lebih sendi pembengkakan jaringan lunak sendi (soft
tissue swelling) bukan pembesaran tulang (hyperostosis). pembengkakan di sini
sekurang-kurangnya berlangsung sampai 6 minggu.
5. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi yang terkena), sekurang-
kurangnya pada sebuah sendi yang lain.
8. Faktor uji rema positif dalam serum ( Rheuma Factor Test Positif )
10. Pengendapan Mucin Kurang Pekat ( Poor Mucine Clot ) Bekuan mucin yang
buruk pada cairan sinovial (dengan gumpalan seperti awan). Adanya inflamasi
cairan sinovial disertai dengan 2000 sel darah putih/mm3 atau lebih tanpa
kristal, dapat dimasukkan dalam kriteria ini.
11. Gambaran Histologik Khas Gambaran histologik yang didapat yakni dari
sayatan benjolan reuma (Rheumatoid Nodule), sekurang-kurangnya 3 dari yang
disebut di bawah ini :
Adanya daerah sel-sel yang mati yang terletak ditengah-tengah ( Central Zone
of Cell Necrosis ).
Perubahan histologik yang paling menonjol dari atritis ini yakni adanya fokus
granulomatous dengan nekrosis sentral, dikelilingi oleh suatu palisade yang
terdiri dari proliferasi mononuklear, fibrosis perifer dan infiltrasi sel inflamasi
kronis. Ketika kita di klinis, tidak seluruh tanda-tanda yang disebut dalam kriteria
di atas dapat kita jumpai pada penderita AR mungkin hanya sebagian saja yang
tampak/kita temukan. Oleh sebab itu, diadakanlah pembagian kelas.
4. Kelemahan atau bengkak yang menetap pada leher, tubuh, dan otot-otot
faring (polimiositis atau dermatomiositis).
5. Skleroderma yang jelas (sklerosis sistemik) tidak hanya terbatas pada jari jari.
6. Gambaran klinis khas demam reumatik disertai artritis migrasi dan adanya
endokarditis.
7. Gambaran klinis khas artritis gout, bersifat akut, nycri dan bengkak pada satu
sendi atau lebih tcrutama bila membaik dengan kolkhisin.
8. Toil gout.
9. Gambaran klinis khas artritis infektif yang disebabkan oleh bakteri atau virus
disertai demam, menggigil dan artritis akut yang biasanya berpindah-pindah
(pada stadium awal).
11. Gambaran klinis khas Sindrom Reiter disertai dengan uretritis, konjungtivitis,
dan artritis akut yang pada mulanya berpindah-pindah.
12. Gambaran klinis khas shoulder hand syndrome (reflex sympathetic dystrophy
syndrome). Bahu dan tangan yang terkena unilateral, disertai pembengkakan
difus pada tangan yang diikuti dengan atrofi dan kontraktur.
17. Mieloma multipel, dibuktikan dengan peningkatan plasma sel dalam sumsum
tulang atau dengan protein Bence Jones dalam urine.
19. Leukemia atau limfoma dengan sel yang khas dalam darah, sumsum tulang,
atau jaringan. 20. Agammaglobulinemia.
a. Sikap/postur badan
Perlu diperhatikan bagaimana cara penderita mengatur posisi dari bagian badan
yang sakit. Sendi yang meradang biasanya mempunyai tekanan intraartikuler
yang tinggi, oleh karena itu penderita akan berusaha menguranginya dengan
mengatur posisi sendi tersebut seenak mungkin, biasanya dalam posisi setengah
fleksi. Pada sendi lutut sering diganjal dengan bantal. Pada sendi bahu
(glenohumeral) dengan cara lengan diaduksi dan endorotasi, mirip dengan waktu
menggendong tangan dengan kain pada fraktur lengan.
Sebaliknya bila dilakukan abduksi dan eksorotasi maka penderita akan merasa
sangat kesakitan karena terjadi peningkatan tekanan intraartikuler.
Ditemukannya postur badan
b. Deformitas
Walaupun deformitas sudah tampak jelas pada keadaan diam, tetapi akan lebih
nyata pada keadaan gerak. Perlu dibedakan apakah deformitas tersebut dapat
dikoreksi (misalnya disebabkan gangguan jaringan lunak) atau tidak dapat
dikoreksi (misalnya restriksi kapsul sendi atau kerusakan sendi). Berbagai
deformitas di lutut dapat terjadi antara lain genu varus, genu valgus, genu
rekurvatum, subluksasi tibia posterior dan deformitas fleksi. Demikian pula
deformitas fleksi di siku. Pada jari tangan antara lain boutonniere finger, swan
neck finger, ulnar deviation, subluksasi sendi metakarpal dan pergelangan
tangan. Pada ibu jari tangan ditemukan unstable Z-shaped thumbs. Pada kaki
ditemukan telapak kaki bagian depan melebar dan miring ke samping disertai
subluksasi ibu jari kaki ke atas. Pada pergelangan kaki terjadi valgus ankle.
c. Perubahan kulit
Kelainan kulit sering menyertai penyakit reumatik atau penyakit kulit sering pula
disertai penyakit reumatik. Kelainan kulit yang sering ditemukan antara psoriasis
dan eritema nodosum. Kemerahan disertai deskuamasi pada kulit di sekitar sendi
menunjukkan adanya inflamasi periartikuler, yang sering pula merupakan tanda
dari artritis septik atau artritis kristal.
e. Bengkak sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan
sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi
yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas pada
tempat tersebut, misalnya :
1)Pada efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan di atas dan sekitar patela yang
berbentuk seperti ladam kuda.
4)Pada efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkak-an pada sisi
anterior. Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan jumlah cairan
yang sedikit dalam rongga yang terbatas. Misalnya pada efusi sendi lutut bila
dilakukan pijatan pada cekungan medial maka cairan akan berpindah ke sisi
lateral patela dan kemudian berpindah sendiri ke sisi medial. Balloon sign
ditemukan pada keadaan efusi dengan jumlah cairan yang banyak, bila dilakukan
tekanan pada satu titik akan menyebabkan penggelembungan di tempat lain.
Keadaan ini sangat spesifik pada efusi sendi. Pembengkakan kapsul sendi
merupakan tenth spesifik dari sinovitis. Pada pembengkakan tergambar batas
dari kapsul sendi yang makin nyata pada pergerakan dan teraba pada
pergerakan pasif.
f. Nyeri raba
Menentukan lokasi yang tepat dari nyeri raba merupakan hal yang penting untuk
menentukan penyebab dari keluhan pasien. Nyeri raba kapsuler/artikuler
terbatas pada daerah sendi merupakan tanda dari artropati atau penyakit
kapsuler. Nyeri raba periartikuler agak jauh dari batas daerah sendi merupakan
tanda dari bursitis atau entesopati.
g. Pergerakan
Pada pemeriksaan perlu dinilai luas gerak sendi pada keadaan pasif dan aktif dan
dibandingkan kiri dan kanan. Sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas
gerak sendi pada semua arah. Tenosinovitis atau lesi periartikuler hanya
menyebabkan berkurangnya gerak sendi pada satu arah saja. Artropati akan
memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis.
1. Pemeriksaan laboratorium
Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji
untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis
reumatoid artritis. Hasil yang positif dapat juga menyatakan adanya penyakit
jaringan penyambung seperti lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik
progresif, dan dermatomiositis. Selain itu, sekitar 5% orang normal memiliki
faktor reumatoid yang positif dalam serumnya. Insidens ini meningkat dengan
bertambahnya usia. Sebanyak 20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun
dapat memiliki faktor reumatoid dalam titer yang rendah.
Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak
spesifik. Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih
tinggi lagi). Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk
memantau aktifitas penyakit. Artritis reumatoid dapat menyebabkan anemia
normositik normokromik melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini
tidak berespons terhadap pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat
penderita cepat lelah. Seringkali juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai
akibat pemberian obat untuk mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat
berespons terhadap pemberian besi.
Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning muda hitung
sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid cairan sinovial
kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih meningkat mencapai
15.000 20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan menjadi tidak jernih. Cairan
semacam ini dapat membeku, tetapi bekuan biasanya tidak kuat dan mudah
pecah. Pemeriksaan laboratorium khusus untuk membantu menegakkan
diagnosis lainya, misalnya : gambaran immunoelectrophoresis HLA (Human
Lymphocyte Antigen) serta Rose-Wahler test.
Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami kerusakan
yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena hilangnya rawan
sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan densitas tulang.
Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik didapati adanya tanda-
tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang terkena.
VIII. Prognosis
IX. TERAPI
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan
mengurangi nyeri,
2. Obat slow-acting, obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non
steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera
apabila penyakitnya berkembang cepat. Yang sekarang digunakan adalah (a)
senyawa emas, yang berfungsi memperlambat terjadinya kelainan bentuk
tulang. Diberikan sebagia suntikan mingguan. Jika obat ini terbukti efektif, dosis
dikurangi. (b) Penisilamin, efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa
digunakan bila senyawa emas tidak efektif dan menyebabkan efek samping yang
tidak dapat ditoleransi. Dosis dinaikan secara bertahap hingga terjadi perbaikan.
Penisilamin yang biasa dipakai antara lain hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.
Istirahat penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada masa-masa
ketika pasiem merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak
nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat
mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.