Indiraaa! Athala memanggil dari bingkai pintu. Yang dipanggil hanya menggumam
singkat dari mejanya, melanjutkan catatan IPS yang belum kelar.
IN-DI-RAAAAA! Atha memanggil lebih keras lagi. Dipotong per suku katanya pula.
Apaan sih, Tha? Ish! Indira mendumal-dumal nggak jelas, tetapi tetap tidak
menoleh dari buku tulisnya yang super-rapi. Menyerah, perempuan yang bernama Atha
menyeret kakinya malas ke meja Indira. Hari Sabtu ini pada mau main ke kafe yang baru
buka di mal yang di depan alun-alun. Kamu mau ikut enggak?
Tapi... kali ini kan cuma ke kafe, cuma makan-makan, masa iya sih nggak boleh?
Benar juga kata Atha, sekali-kali ikut nggak apa-apa, kan? Enggak salah, kan?
Oke, deh, akhirnya Indira menjawab. Urusan izin-izinan nanti-nanti saja di rumah,
yang penting besok Sabtu Indira bisa ikutan main bareng Atha.