PUSTAKA
dan LAPORAN
KASUS
Penyaji
Pembimbing
A. Definisi Epilepsi
Epilepsi merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya muatan listrik
memiliki tendensi untuk terjadi berulang berselang lebih dari 24 jam yang
dari bagian otak yang mana terkena bangkitan, dapat berupa perubahan
pada lobus temporal biasanya ditandai dengan pasien epilepsi yang memiliki
bangkitan refleks dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua
lebih dari 24 jam, satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks
sama dengan (minimal 60%) bila terdapat dua bangkitan tanpa provokasi atau
kasus psikosis pada penderita epilepsi berkisar antara 0,5% 9%. Keadaan ini
bicara atau mutisme. Kecuali untuk kasus status parsial sederhana, keadaan
selama 12-72 jam antara berakhirnya bangkitan dengan awal dari psikosis
dari semua populasi penderita epilepsi, dan mulai dari usia 30 tahun. Gejala
yang biasanya muncul adalah waham (kejar dan keagamaan), biasanya
aggresif dan ide bunuh diri. Durasinya adalah beberapa minggu dan dapat
kemunculan gejala negative yang lebih sedikit, dan fungsi perawatan diri
tidak terkontrol.
berhubungan dengan defek memori dan epilepsi lobus frontalis dengan defisit
fungsi eksekutif sedangkan masalah bahasa lebih sering terlihat pada epilepsi
Umur saat onset juga tampaknya menjadi faktor yang krusial pada dampak
berbeda dengan keluhan behavior yang muncul pada late seizure onset.
Depresi interiktal merupakan keadaan yang biasa, namum prevalensi yang
Diagnosis psikotik pada epilepsi dapat ditegakkan jika pada pasien sudah
tegak terdiagnosis epilepsi dan adanya gejala psikotik setelah gejala epilepsi.
Indonesia III (PPDGJ III) termasuk dalam kategori gangguan mental lainnya
akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik. Psikotik yang terjadi
disebabkan adanya kerusakan atau disfungsi otak berupa epilepsi yang
berhubungan dengan kejadian psikotik dan ada kaitan waktu antara kejadian
a. Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik
yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom yang tercantum (psikotik).
d. Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternative dari sindrom
mental ini.
konsep mengenai hal ini terus berkembang hingga kini. Dalam DSM IV
bahasa, atensi), yaitu Delirium, Demensia, dan Gangguan Amnesik. Dalam DSM
menjadi :
1. Delirium
Delirium
Unspecified Delirium
etiologinya. Alhasil, saat ini ada susunan istilah untuk menggambarkan sindrom
kognitif, beberapa definisi untuk sindrom yang sama, dan beberapa kriteria untuk
DSM-5.
The Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-
ringan dan berat. DSM-5 dibuat dengan harapan para klinisi dan kelompok
peneliti.
b. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (umumnya dalam
langsung dan akibat konsekuensi kondisi medis lain, intoksikasi (seperti drug
multipel yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu
penyakit dasar. Delirium didefinisikan sebagai disfungsi serebral yang reversibel,
kausa delirium muncul dari luar sistem saraf pusat, contoh gagal ginjal dan hati.
Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan jarang
didiagnosis. Sebagian dari masalahnya adalah bahwa sindrom ini memiliki nama
lain yang bervariasi, contohnya keadaan kebingungan akut, sindroma otak akut,
gangguan kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah
KRITERIA DIAGNOSTIK
(Dementia)
satu atau lebih kognisi (perhatian kompleks, fungsi belajar dan memori,
yang terstandarisasi
b. Defisit kognisi yang berhubungan dengan ketergantungan pasien kepada
d. Defisit kognisi tidak lebih baik dijelaskan dalam gangguan mental lainnya
dll)
mengurangi stigma dan membuat cocok untuk orang dewasa muda dengan
masalah kognitif. Onset biasanya bertahap, fungsi akan secara perlahan menurun
DEFINISI
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada
yang berat dan merupakan suatu penurunan dari tingkat fungsi sebelumnya.
SUBTIPE
etiologi atau patologi yang telah diketahui atau masih diasumsikan. Subtipe
Parkinson dan Huntington, atau cedera otak, stroke. Untuk kategori penyebab
hari
delirium
lambat.
yang sederhana.
e. Sangat tergantung kepada orang lain pada berbagai aspek
keparahan klinis tidak dapat diandalkan dinilai pada anak usia dini.
atau ada atau masalah perilaku yang parah atau terjadi gangguan
tertentu.
LAPORAN KASUS1
Ruang PICU Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali pada tanggal 12 April 2017
1
Dibawakan pada Pertemuan Ilmiah Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, April 2017, di Ruang Pertemuan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
2
Dokter Residen yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Program Studi
Psikiatri Stase Ruangan di RSJ Provinsi Bali yang dibimbing oleh dr. IGN. Putra Astawa, SpKJ
ruang PICU dan ruang Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali tanggal
12-18 April 2017. Data heteroanamnesa diperoleh dari ayah pasien 22 April
2017.
A. Keluhan Utama :
Autoanamnesis : Bingung
Heteroanamnesis (ayah pasien) : Kejang
ketika baru saja pindah dari IGD. Saat itu pasien tampak bingung, diam dan
Pasien mengenakan baju pasien berwarna hijau muda dan bawahan celana
perawakan pasien gizi cukup dengan roman muka sesuai umur, kulit
berwarna sawo matang, penampilan agak kotor baik baju, kuku maupun gigi
dengan lengkap dan sedang berada di Rumah Sakit saat ini namun dengan
suara yang pelan dan cukup lambat dalam merespon setiap pertanyaan. Pasien
menjawab dengan benar nama presiden Indonesia saat ini yaitu, Joko
pemeriksa. Ketika ditanya persamaan dan perbedaan bola tenis dan buah
jeruk, pasien lalu menjawab, Sama-sama bulat, bedanya buah jeruk adalah
buah yang boleh dimakan kalau bola tenis benda mati untuk olahraga. Pasien
mampu mengeja kata WAHYU dari belakang dengan lancar dan benar.
Ketika diminta untuk membaca tulisan pada buku pemeriksa, pasien dapat
kejang kemarin. Sudah tidak ada perasaan jelek dan pusing. Ia mengatakan
pada saat di ruangan Abimanyu, ia merasa pusing setelah itu muncul kejang.
Setelah kejang pasien merasa lemas dan ingin tidur. Setelah bangun tidur
sempat mengamuk di rumah lalu kejang dan dibawa oleh pamannya ke RSJ
leak. Bayangan tersebut membuat dirinya merasa takut dan tidak nyaman.
Bayangan-bayangan aneh tersebut sering ia lihat ketika pada saat akan kejang
ataupun setelah ia kejang. Namun biasanya ketika setelah kejang dan tertidur
kejang, ia selalu berusaha untuk rutin meminum obat. Menurut pasien jika
untuk memulai tidur karena perasaannya yang tidak nyaman. Selama tidak
tidur ia hanya diam dan bengong. Tidur dikatakan sulit untuk memulai dan
sering terbangun pada malam hari kemudian sulit untuk kembali tidur.
Namun sejak di rawat di IPCU dan tidak kejang kembali, dirinya merasa
Pasien selama ini tidak minum alcohol atau merokok hanya meminum
air putih saja.. Pasien sampai saat ini belum menikah karena ia merasa sulit
untuk dekat dengan orang lain. Selama ini ia hanya sendirian tinggal di
memelihara babi. Pasien dapat memasak sendiri ketika sebelum sakit. Selama
ini pasien rutin ke Rumah Sakit, untuk control dan mendapatkan obat kejang.
Pasien dikatakan tampak bengong sore hari sebelum masuk Rumah Sakit,
tidak lama pasien mulai kejang. Kejang yang terjadi lebih lama dari kejang
IGD RSJ Bangli. 2 hari sebelum di bawa ke rumah sakit, pasien mengamuk
Pasien dikatakan sudah mengalami kejang sejak berusia 1-2 tahun. Saat
itu pasien tiba-tiba kejang tanpa diketahui penyebabnya. Pada saat usia 2
ayahnya pasien akan sembuh. Pada saat berusia 6 tahun pasien masuk
sekolah SD, di sekolah ia sering kumat sehingga di sarankan oleh gurunya
poli syaraf RSUD Singaraja, beberapa tahun terakhir pasien berobat ke dokter
Tiga tahun terakhir pasien sering mengatakan bahwa bila mau kejang,
bengong dan sakit kepala lalu mengalami kejang. Dalam tiga tahun terakhir
frekuensi kejang pasien meningkat, bahkan satu tahun yang lalu pasien jatuh
Denpasar beserta ayahnya. Ibu pasien sudah meninggal ketika adiknya yang
Dikatakan bahwa saat pasien dalam kandungan, ibu cukup sehat dan
tahun. Pasien mulai makan pendamping ASI dari usia 3 bulan. Pasien
dikatakan belajar berjalan pada umur satu setengah tahun yang menurut
Pasien dikatakan saat sekolah SD, agak lebih lambat daripada teman-
temannya dalam menerima pelajaran. Namun pasien selalu naik kelas, karena
sering kejang dan merasa cukup lambat dalam menerima pelajaran pasien
keputusan anaknya. Pasien adalah orang yang pendiam. Bila ada masalah
atau marah, pasien lebih banyak diam dan menyimpannya sendiri. Pasien
lebih banyak menghabiskan waktu luangnya di rumah dengan mengurus
hewan ternaknya.
gula, penyakit asma. Kakek pasien yang mengalami penyakit yang sama
dengan pasien yaitu sering kejang. Dikatakan pasien tidak pernah merokok
penderita.
4. Riwayat kepribadian sebelumnya
banyak teman.
D. Riwayat Keluarga
GENOGRAM :
Keterangan :
3. Pasien =
setelah kehamilan cukup bulan, dengan berat badan lahir 2.700 gram
sayang. Pasien diberikan ASI hingga usia 2 tahun, dan mulai makan
SD. Pada saat usia sekolah ia merasa lebih nyaman untuk melakukan
berikutnya.
2. Riwayat pekerjaan
Saat ini pasien berkebun dan berternak. Pasien pernah ikut
ibadah agama.
c. Riwayat Aktivitas Sosial
d. Riwayat psikoseksual
e. Riwayat hukum
1 bangunan utama yang terdiri dari 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi yang
Denah Rumah
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
pengobatan dan rutin kontrol agar kehidupannya lebih baik dan dapat
bekerja kembali.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, tampak lebih tua dari umur, memakai baju pasien
lambat.
A. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan suara agak lambat, namun dapat dimengerti dan
kalimat.
B. Mood dan Afek
1. Mood : alexitemia
2. Afek : tumpul
3. Keserasian : Tidak serasi antara mood dan afek
C. Proses Pikir
1. Bentuk Pikir : logis realis
2. Arus Pikir : perlambatan
3. Isi Pikir : tidak terdapat ide aneh
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi visual :
Bayangan hitam di sudut ruang perawatan.
rumah
sakit.
b. Waktu : baik, dapat mengatakan waktu wawancara yaitu
pagi hari.
c. Orang : baik, dapat mengenali nama ayah dan
adiknya.
3. Daya Ingat
a. Daya ingat jangka segera baik (ingat nama pemeriksa yang telah
disebutkan sebelumnya).
b. Daya ingat jangka pendek baik (ingat menu makan pagi hari ini)
lalu)
kandung).
belakang.
6. Kemampuan membaca dan menulis: baik, dapat membaca dan
lengkap dan benar serta mencontoh dua buah segilima yang saling
berpotongan.
8. Pikiran abstrak: baik (mampu membedahkan antara jeruk dan bola
tenis)
9. Kapasitas intelegensia: sesuai tingkat pendidikan.
10. Bakat kreatif: ada, berkerbun dan berternak.
11. Kemampuan menolong diri sendiri: mandi, mengganti pakaian
sendiri.
F. Dorongan Instingtual
Gangguan tidur / insomnia ada, hipobulia tidak ada, raptus ada (riwayat).
G. Kemampuan Mengendalikan Impuls
Selama wawancara pasien tenang, tidak ditemukan adanya gangguan
pengendalian impuls.
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya nilai sosial: baik ( pasien memahami bahwa mencuri itu adalah
dalam suatu gedung bioskop yang penuh sesak dia akan lari keluar)
3. Penilaian realita : kurang (halusinasi visual berupa bayangan
hitam).
4. Tilikan : 5 (menyadari dirinya sakit namun masih tidak teratur
minum obat)
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan pasien dapat dipercaya.
II. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
A. Status Internistik
tidak ada
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler,
wheezing -/-
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus (+)
B. Status Neurologis
rik Trofik N N
N N
saa
2017)
PEMERIKSAAN PSIKOMETRI
Rumah :
berat.
Orang :
2. Tes mengarang
Interpretasi : pasien hanya menuliskan nama ayah dan ibu serta cita-citanya
3. Tes Warteg
Interpretasi :
realitas
motivasi kurang.
mengenakan baju pasien berwarna hijau muda dan bawahan celana berwarna
pasien gizi cukup dengan roman muka sesuai umur, kulit berwarna sawo
matang, penampilan agak kotor baik baju, kuku maupun gigi pasien. Pasien
lebih sering diam setiap ditanya oleh pemeriksa. Tidak ada disorientasi,
mengatakan perasaannya saat ini sudah lebih baik setelah kejang kemarin.
Sudah tidak ada perasaan jelek dan pusing. Ia mengatakan pada saat di
kejang pasien merasa lemas dan ingin tidur. Setelah bangun tidur perasaannya
menjadi lebih baik. Pada saat akan kejang ia sering melihat bayangan
saat akan kejang ataupun setelah ia kejang. Namun biasanya ketika setelah
Pasien sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit mengalami sulit untuk
memulai tidur karena perasaannya yang tidak nyaman. Selama tidak tidur ia
hanya diam dan bengong. Tidur dikatakan sulit untuk memulai dan sering
sakitnya dan roman muka tumpul. Kontak verbal dan visual cukup. Mood
alexitemia dengan afek tumpul, dan terdapat ketidak serasian antara mood
dan afek. Proses pikirnya ditemukan bentuk pikir yang logis realistik, terdapat
arus pikir perlambatan, isi pikir tidak ditemukan ide aneh (pada saat ini).
epileptik (F06.8)
b) Gangguan afektif organik (F06.3)
c) Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya (F23.8)
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
dan gangguan fisik berupa kejang yang sudah berlangsung selama tiga puluh
dua tahun yang berhubungan dengan sindrom mental atau gangguan jiwa
yang diderita saat ini. Dari penjelasan di atas diagnosa Gangguan Mental
hari sebelum masuk rumah sakit, dikatakan bahwa pasien mengamuk tanpa
seperti leak. Riwayat saat itu pasien sudah dua hari mengalami kejang
dalam aktivitas sosial, hendaya dalam menilai realita, dan hendaya dalam
(epilepsi) yang sudah berlangsung tiga puluh tiga tahun. Setiap serangan
kejang pasien akan selalu bengong tampa berbuat apa-apa, adanya afek yang
irritable yang serasi dengan afek saat pasien gelisah dan kejang. Sehingga
tergantung pada bahasa, namun pasien dapat mengadakan interaksi sosial dan
percakapan sederhana. Selama ini pasien jarang marah, lebih banyak diam
dan sulit terbuka kepada sembarang orang. Kalau ada masalah, pasien lebih
dan kerapian. Namun tidak sampai menggangu kehidupan pribadi dan sosial
: Represi.
Ada riwayat sakit fisik sebelumnya, yaitu mengalami kejang yang berulang
selama tiga puluh tiga tahun yang semakin memberat tiga tahun terakhir
Pada aksis V : GAF (Global Assesment of Functioning) Scale pada saat ini
terakhir adalah 70-61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
Saat pemeriksaan, pada pasien ditemukan faktor genetic (kakek) yang mengalami
keluhan sering kejang, penyakit fisik (riwayat kejang dan trauma), dan retardasi
sosialnya. Menurut teori psikososial Erik Erikson, pasien berada pada fase
intimacy vs isolation. Pada tahap (industry vs inferiority) di mana saat itu pasien
mengalami stresor yang cukup signifikan yaitu ibu pasien meninggal dunia.
Akibatnya, pasien mengalami fiksasi pada fase ini, dan terjadinya berkembangnya
berkebun dan beternak, namun karena sakitnya ia tidak bisa bekerja dengan baik,
padahal pasien memilki cita-cita membelikan rumah dan sepeda motor untuk
ayahnya.
hubungan interpersonal.
PROGNOSIS
Terapi Neurologi :
b. Psikoterapi
Kepada pasien
- Psikoedukasi
psikofarmako
- Psikoterapi suportif
Memberikan empati, pengertian dan optimistic. Membantu Pasien
o Psikoedukasi
samping obat).
DAFTAR PUSTAKA