Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan organ yang keberadaannya berhubungan langsung


dengan lingkungan luar sehingga sering menyebabkan mata terkena dampak dari
posisi anatominya tersebut. Mata sering terpapar dengan keadaan lingkungan
sekitar seperti udara, debu, benda asing dan suatu trauma yang dapat langsung
mengenai mata. Trauma pada mata meliputi trauma tumpul, trauma tajam, trauma
kimia, dan trauma radiasi.1,2
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan
oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat
bahkan sampai kehilangan penglihatan.Trauma kimia pada mata merupakan
trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang
bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.1,2
Berdasarkan data CDC (Center for Disease Control and Prevention) tahun
2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan
akibat trauma.75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000
menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya.Setiap hari
lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena
trauma mata pada saat bekerja.Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang
berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.Dibandingkan dengan
wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Dari data
WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta
orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami
kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma
kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara
international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena
pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di
Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan
dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31
tahun.1,2,3,6,7

1
Mekanisme cedera antara trauma asam dan trauma basa sedikit
berbeda.Trauma yang disebabkan oleh bahan basa lebih cepat merusak dan
menembus kornea dibandingkan bahan asam.Dampak yang ditimbulkan dari
trauma kimia pada mata sangat tergantung pada tingkat pH, kecepatan, dan jumlah
bahan kimia yang mencapai mata. Walaupun demikian, setiap bahan kimia yang
masuk ke dalam mata perlu diwaspadai agar tidak meningkatkan morbiditas dan
mengganggu fungsi penglihatan dari organ ini. Trauma pada mata memerlukan
penanganan yang tepat untuk mencegah kerusakan yang lebih berat agar tidak
berujung pada kebutaan.1,2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang
yang membentuk dinding orbita: lakrimal, ethmoid, sphenoid, frontal, dan dasar
orbita yang terutama terdiri atas tulang maxsilla, bersama-sama tulang palatinum
dan zigomatikum. Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua
sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan
dinding medialnya.5
Dinding orbita terdiri atas tulang:
1. Superior : os. Frontal.
2. Lateral : os. Frontal, os. Zygomatikum, ala major os. Sphenoidale.
3. Inferior : os. Zygomatikum, os. Maxsilla.
4. Medial : os. Maxsilla, os. Lacrimal, os. Ethmoidale, os Palatinum.

Gambar 1. Rongga Orbita

Mata merupakan salah satu alat indra yang terdiri atas susunan yang
kompleks. Mata terdiri atas bola mata, rongga orbita, kelopak mata, pembuluh

3
darah dan sistem persarafan. Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
anatomi bola mata. Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior
sekitar 24 mm. Bagian bola mata paling depan adalah kornea. Bola mata memiliki
2 kelengkungan yang berbeda akibat kornea mempunyai kelengkungan yang lebih
tajam.4

Gambar 2. Anatomi Mata

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan yaitu:

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk
ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.4

2. Uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea dan sklera dibatasi oleh
ruang yang potensial dimasuki darah apabila terjadi trauma yang disebut
perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris, corpus siliar dankoroid.
Corpus siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan humor aqueous.4

3.
Retina merupakan lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang terletak paling dalam dan berbatas dengan koroid. Retina

4
terdiri atas 10 lapisan (dari dalam keluar): (1) membran limitans interna; (2)
lapisan serat saraf yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju N II; (3) lapisan sel ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam yang
mengandung sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5)
lapisan nukleus dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal; (6)
lapisan pleksiform luar yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel
horisontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan nukleus luar sel fotoreseptor; (8)
membran limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar
batang dan kerucut; (10) epitel pigmen retina.1

Kornea atau dalam bahasa latin disebut cornum yang berarti seperti tanduk
adalah jaringan transparan pada mata yang tembus cahaya. Transparansi kornea
disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitas dan deturgensinya. Dari
anterior ke posterior, kornea terdiri atas 5 lapisan: lapisan epitel (berbatasan
langsung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran
Descement dan lapisan endotel. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh darah
limbus, humor aqueous dan air mata.1,4

2.2 Definisi
Trauma kimia mata merupakan trauma pada mata yang disebabkan
substansi dengan pH yang tinggi (basa) atau yang rendah (asam). Trauma kimia
biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada
wajah.Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan
bersifat basa bila mempunyai pH > 7.2
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian,
dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat
rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.
Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera
dilakukan.4

2.3 Epidemiologi

5
Berdasarkan data CDC (Center for Disease Control and Prevention) tahun
2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan
akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar
50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya.
Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan
medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma
mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.1,3
Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata
4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan
unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus 5 bilateral,
dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar
(84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa
antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan
oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry
(USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi
kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan
umur rata-rata 31 tahun.3

2.4 Etiologi
Substansi kimia yang biasanya menyebabkan trauma pada mata
digolongkan menjadi 2 kelompok:
1. Alkali/Basa
Bahan alkali yang biasanya menyebabkan trauma kimia adalah:
a. Amonia (NH3), zat ini banyak ditemukan pada bahan pembersih rumah
tangga, zat pendingin, dan pupuk.
b. NaOH, sering ditemukan pada pembersih pipa.
c. Potassium hydroxide (KOH), seperti caustic potash
d. Magnesium Hydroxide (Mg(OH)2) seperti pada kembang api
e. Lime(Ca(OH)2), seperti pada perekat, mortar, semen dan kapur. 2
2. Asam
Bahan asam yang menyebabkan trauma adalah:

6
a. Sulfuric acid (H2SO4), contohnya aki mobil, bahan pembersih
(industry).
b. Sulfurous acid (H2SO3), pada pengawet sayur dan buah.
c. Hydrofluoric acid (HF), efeknya sama bahayanya dengan trauma alkali.
Ditemukan pada pembersih karat, pengilat aluminium, penggosok kaca.
d. Acetic acid (CH3COOH), pada cuka.
e. Hydrochloric acid (HCl) 31-38%, zat pembersih.2

2.5 Patofisiologi Trauma Asam


Trauma asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan
anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan
mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,
presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang
lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma
korneal yang mengikuti trauma akibat asam.Sehingga trauma pada mata yang
disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang
diakibatkan oleh zat kimia basa.2
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes.Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi
sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium.2
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi
dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer
dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka
kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga
mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel
kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa.Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein

7
epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.
Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini
terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini
dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.2,4,9
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi
protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.
Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini
terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini
dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.4

b
Gambar 3 (a) dan (b). Trauma Asam
2.6 Patofisiologi Trauma Basa
Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola
mata. Ion hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak,
sedangkan kation berinteraksi dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan.

8
Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon inflamasi, yang merangsang
pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan jaringan. Interaksi
ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui kornea dan segmen anterior.
Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan
kornea.Kolagenase yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen
kornea.Berlanjutnya aktivitas kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan
kornea.2
Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga
terjadi perubahan pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses
ini merangsang pelepasan prostaglandin yang juga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. Basa yang menembus dalam bola mata akan
dapat merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.2
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat
gawat pada mata. Basa akan menembus dengan cepat ke kornea, bilik mata depan
dan sampai pada jaringan retina. Proses yang terjadi disebut nekrosis liquefactive.
Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7
detik.2
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-
bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara
cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai
retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari
luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan
kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan
dehidrasi.1,2,4
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel
jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai
dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan

9
mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh
basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat
kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea
akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan
sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau
neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan
memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan
berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator.
Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase
yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan
penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi
perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan
puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai
terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila
terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea.
Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan
fungsi badan siliar.2,4
Menerut Thoft trauma basa diklasifikasikan menjadi empat, yaitu sebagai
berikut:
1. Derajat 1: hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata.
2. Derajat 2: hiperemi knjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea.
3. Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya
epitel kornea.
4. Derajat 4: konungtiva perilimal konjungtiva sebanyak 50 %

Gambar 4. Trauma Basa

10
2.7 Gejala Klinis
Beberapa gejala klinis yang dapat terjadi antara lain :
1. Penurunan visus mendadak akibat defek pada kornea berupa defek pada
epitel kornea atau defek pada lapisan kornea yg lebih dalam lagi. Akan
tetapi trauma asam akan membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik
yang cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut.
2. Edema pada kelopak mata yang disebabkan adanya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Kerusakan pada jaringan palpebra sehingga
mata tidak dapat menutup sempurna dan terbentuknya jaringan parut pada
palpebra.
3. Hiperemis konjungtiva hingga dapat terbentuknya kemosis.
4. Kerusakan pada kornea dapat bervariasi dari yang paling ringan, yaitu
keratitis pungtata superfisial hingga defek epitel luas berupa erosi kornea,
hilangnya epitel kornea hingga perforasi kornea. Walaupun jarang,
perforasi kornea permanen dapat terjadi dalam beberapa hari hingga
minggu pada trauma kimia parah yang tidak ditangani dengan baik . Pada
defek epitel luas, hasil tes flouresin mungkin negatif.
5. Kabut stroma dapat bervariasi dari kornea bersih hingga opasifikasi
sempurna.
6. Iskemik perilimbus merupakan indikator untuk prognosis penyembuhan
kornea, karena stem sel di limbus yang berperan dalam repopulasi epitel
kornea. Semakin luas iskemik yang terjadi di limbus, maka prognosis
juaga semakin buruk. Tetapi keberadaan stem sel perilimbus yang intak
tidak dapat menjamin terbentuknya reepitalial yang normal.
7. Terjadinya reaksi peradangan pada bagian anterior, reaksi yang terbentuk
bervariasi dari flare sampai reaksi fibrinoid. Secara umum trauma basa
lebih sering menyebabkan peradangan bilik mata depan akibat
kemampuannya yang dapat menembus lapisan kornea.
8.
Peningkatan tekanan intraokular (TIO) dapat terjadi secara mendadak
akibat dari deformasi dan pengurangan serabut kolagen serta keikutsertaan
prostaglandin. Peningkatan TIO yang terus menerus secara langsung

11
berhubungan dengan derajat kerusakan segmen anterior akibat
peradangan. 2,4

2.8 Dagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis,
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak
dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat
sehingga hanya diperlukan anamnesis singkat.

2.8.1 Anamnesis
Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis
dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri
dengan derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya
halo di sekitar cahaya.
Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan
atau gas kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa
mengganjal di mata, pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar.
Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan
kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai
mata.Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan,
serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan
anamnesis yang dapat membantu dalam diagnosis.2
2.8.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan irigasi
yang cukup pada mata yang terkena dan pH mata telah netral. Setelah dilakukan
irigasi, dilakukan pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan
integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan pemberian anestesi topikal.
Secara umum dari pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
1. Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai
opasifikasi total sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.

12
2. Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang
penyembuhannya tidak baik.
3. Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells. Temuan
ini biasa terjadi pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang
lebih dalam.
4. Peningkatan tekanan intraokular
5. Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini
menyebabkan kesulitan menutup mata sehingga meng-exspose permukaan
bola yang telah terkena trauma.
6. Inflamasi konjungtiva.
7. Iskemia perilimbus.
8. Penurunan tajam penglihatan yang terjadi karena kerusakan epitel dan
kekeruhan kornea.2

2.8.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah
pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata
harus dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata
dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula
dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular.
Diagnosis banding dari trauma kimia asam adalah trauma kimia basa.
Perbedaannya terdapat pada kerusakan yang ditimbulkan, kemampuan penetrasi
pada organ mata, mekanisme terjadinya kerusakan pada mata, derajat kerusakan
dan prognosisnya.2

13
Gambar 5. Kertas Lakmus Untuk pemeriksaan pH

2.9 Penatalaksanaan
Trauma kimia merupakan trauma mata yang membutuhkan tatalaksana
sesegera mungkin. Tujuan utama dari terapi adalah menekan inflamasi, nyeri, dan
risiko inflamasi.
Tatalaksana emergensi yang diberikan yaitu:
1. Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat
selama minimal 30 menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air
tersebut dapat digunakan. Larutan asam tidak boleh digunakan untuk
menetralisasi trauma basa. Spekulum kelopak mata dan anestetik topikal
dapat digunakan sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan
eversi kelopak mata atas untuk dapat mengirigasi forniks.
2. Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH dengan
menggunakan kertas lakmus. Irigasi diteruskan hingga mencapai pH netral
(pH=7.0).
3. Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva forniks diswab dengan
menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass rod.
Penggunaan Desmarres eyelid retractor dapat membantu dalam
pembersihan partikel dari forniks dalam.

Selanjutnya, penatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan hingga derajat


sedang meliputi:

14
1. Forniks diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator
atau glass rod untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang
nekrosis yang mungkin masih mengandung bahan kimia. Partikel kalsium
hidroksida lebih mudah dibersihkan dengan menambahkan EDTA.
2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk
mencegah spasme silier dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas
pembuluh darah dan mengurangi inflamasi.
3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi.
(tobramisin, gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin)
4. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi
nyeri.
5. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan
Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), beta blocker (Timolol
0,5% atau Levobunolol 0,5%).

Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi,


meliputi:
1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai
tekanan intraokular dan penyembuhan kornea.
2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing
3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.
4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari;
eritromisin 2-4 kali sehari
5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per
hari). Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang
menghambat reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari
pertama karena jika lebih lama dapat menghambat sintesis kolagen dan
migrasi fibroblas sehingga proses penyembuhan terhambat, selain itu juga
meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis kornea (keratolisis). Dapat
diganti dengan non-steroid anti inflammatory agent.

15
6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular.
Peningkatan TIO bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade
jaringan trabekulum oleh debris inflamasi.2,4

2.10 Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya
trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
trauma kimia pada mata antara lain:
1. Simblefaron adalah adhesi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva
bulbi. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,
sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler akibat adanya denaturasi protein dan
kerusakan pada struktur kornea akibat zat kimia
3. Sindroma mata kering.
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan
katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan
pH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini
dapat terjadi akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar
masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup yang terjadi akibat tebentuk sumbatan pada
drainase cairan aqueous humor.
6. Entropion dan phthisis bulbi. Keadaan ini terjadi akibat komplikasi jangka
panjang pada trauma kimia.1,2,4

Gambar 6. Simblefaron Gambar 7. Phtisis Bulbi

16
2.11 Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab
trauma tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva
merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis
penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva memberikan prognosis yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma
kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah
yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.

Gambar 8. Cooked Fish Eye

17

Anda mungkin juga menyukai