Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN MENTAL ORGANIK MENURUT DSM V1


Dr. Endah Warroza Putri2

A. Definisi Epilepsi
Epilepsi merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya muatan listrik yang

berlebihan diotak karena terlalu aktifnya otak mengirim sinyal. Biasanya keadaan ini

disebutkan dengan istilah bangkitan. Bangkitan yang memiliki tendensi untuk terjadi

berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa diprovokasi dikatakan sebagai

epilepsi. Kejang bukan merupakan satu-satunya manifestasi. Manifestasi klinis epilepsi

tergantung dari bagian otak yang mana terkena bangkitan, dapat berupa perubahan perilaku

stereotipik, dapat menimbulkan gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, otonom,

ataupun psikis. Bangkitan yang terjadi di otak pada lobus temporal biasanya ditandai dengan

pasien epilepsi yang memiliki khayalan-khayalan tinggi, bertemu orang-orang yang sudah

meninggal (halusinasi visual), ataupun halusinasi auditorik (Gunadharma, 2013).


Pada epilepsi minimal terdapat dua bangkitan tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks

dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam, satu bangkitan

tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks dengan kemungkinan terjadinya bangkitan

berulang dalam 10 tahun ke depan sama dengan (minimal 60%) bila terdapat dua bangkitan

tanpa provokasi atau bangkitan refleks (PERDOSSI, 2014).


B. Definisi Gangguan Mental Organik

Diagnosis psikotik pada epilepsi dapat ditegakkan jika pada pasien sudah tegak terdiagnosis

epilepsi dan adanya gejala psikotik setelah gejala epilepsi. Psikotik epilepsi dalam Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) termasuk dalam

kategori gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.

Psikotik yang terjadi disebabkan adanya kerusakan atau disfungsi otak berupa epilepsi yang
berhubungan dengan kejadian psikotik dan ada kaitan waktu antara kejadian psikotik dengan

epilepsi yang didahului oleh terjadinya epilepsi. Kriteria diagnosis pada epilepsi sesuai dengan

PPDGJ III

sebagai berikut (PPDGJ III, 1993):

a. Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui

berhubungan dengan salah satu sindrom yang tercantum (psikotik).

b. Adanya hubungan waktu antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya

sindrommental.

c. Kesembuhan dari gangguan jiwa setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang diduga

mendasarinya.

d. Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternative dari sindrom mental ini.

Kondisi a dan b membenarkan diagnosis sementara, bila keempat hal tersebut terpenuhi,

kepastian diagnostik menjadi lebih bermakna.

Pengetahuan mengenai Gangguan Mental Organik penting dimiliki karena konsep

mengenai hal ini terus berkembang hingga kini. Dalam DSM IV Gangguan Mental Organik

sudah diubah menjadi Gangguan Kognitif (memori, bahasa, atensi), yaitu Delirium, Demensia,

dan Gangguan Amnesik. Dalam DSM V, gangguan neurokognitif dibagi menjadi Delirium,

Gangguan Neurokognitif Mayor, dan Gangguan Neurokognitif Minor.

Menurut DSM V, Gangguan Neurokognitif dibagi menjadi :

1. Delirium

Delirium

Other Specified Delirium

Unspecified Delirium
2. Gangguan Neurokognitif Mayor

3. Gangguan Neurokognitif Ringan

Gangguan neurokognitif seperti delirium, demensia, dan kelemahan kognitif ringan, ditandai

dengan menurunnya fungsi kognitif. Gangguan-gangguan ini memiliki etiologi dan karakteristik

yang berbeda dengan penyakit Alzheimer, penyakit serebrovaskular, penyakit Lewy Body,

degenerasi frontotemporal, cedera otak karena trauma, infeksi, dan penyalahgunaan alkohol.

Perbedaannya terlihat pada variasi pendekatan dalam klasifikasi gangguan-gangguan kognitif,

dengan mengelompokkan secara terpisah kriteria setiap gangguan sesuai dengan etiologinya.

Alhasil, saat ini ada susunan istilah untuk menggambarkan sindrom kognitif, beberapa definisi

untuk sindrom yang sama, dan beberapa kriteria untuk menentukan sebuah etiologi yang

spesifik. DSM-4 mengklasifikasikan gangguan neurokognitif dengan berbagai keterbatasan yang

telah banyak direvisi dalam DSM-5.

The Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5) memberikan

kerangka kerja umum untuk diagnosis gangguan kognitif, pertama dengan menggambarkan

sindrom kognitif utama, kemudian mendefinisikan kriteria untuk menggambarkan subtipe

etiologi spesifik dari gangguan kognitif ringan dan berat. DSM-5 dibuat dengan harapan para

klinisi dan kelompok penelitian memiliki pemahaman yang sama mengenai gangguan kognitif.

Dalam penggunaan yang lebih luas, klasifikasi internasional gangguan kognitif menjadi penting

dalam menjembatani komunikasi efisien antara para klinisi dengan peneliti.

Kriteria diagnosis menurut DSM 5


Delirium
KRITERIA DIAGNOSTIK
a Gangguan perhatian (seperti penurunan kemampuan untuk dapat memusatkan,

mempertahankan atau mengalihkan perhatian) dan gangguan kesadaran (berkurangnya

orientasi pada lingkungan)

b Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (umumnya dalam jam ke hari)

dan cenderung berfluktuasi (umumnya dalam hitungan hari)

c Perubahan kognisi (defisit memori, disorientasi, berbahasa, kemampuan visuospasial dan

persepsi)

d Gangguan pada kriteria A C yang tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan demensia

yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, ataupun yang sedang timbul

e Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium

bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan akibat konsekuensi

kondisi medis lain, intoksikasi (seperti drug abuse), atau terpapar toksin, maupun penyebab

multipel lainnya

Kata delirium berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah

dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan sebagai

delirium tremens, kemudian Wernicke menyebutnya sebagai Encephalopathy Wernicke.

Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab multipel

yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium

didefinisikan sebagai disfungsi serebral yang reversibel, akut dan bermanifestasi klinis pada

abnormalitas neuropsikiatri. Sebagian besar kausa delirium muncul dari luar sistem saraf pusat,

contoh gagal ginjal dan hati. Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali

dan jarang didiagnosis. Sebagian dari masalahnya adalah bahwa sindrom ini memiliki nama lain
yang bervariasi, contohnya keadaan kebingungan akut, sindroma otak akut, ensefalopati

metabolik, psikosis toksik, dan gagal otak akut.

Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarakteristikkan dengan

variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangguan kesadaran,

biasanya terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif secara global. Kelainan mood,

persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum; tremor, asteriksis, nistagmus,

inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala neurologis yang umum.

Major and Mild Neurocognitive Disorders

KRITERIA DIAGNOSTIK

MAJOR NEUROCOGNITIVE DISORDER

(Dementia)

a Bukti signifikan pada kemunduran kognisi dari tingkat sebelumnya dalam satu atau lebih

kognisi (perhatian kompleks, fungsi belajar dan memori, bahasa, persepsi dan kognisi sosial)

berdasarkan:

1 Perhatian individu, informasi dan kemunduran signifikan pada kognisi

2 Perburukan kognisi yang didokumentasikan oleh tes neuropsikologi yang

terstandarisasi

b Defisit kognisi yang berhubungan dengan ketergantungan pasien kepada orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari

c Defisit kognisi tidak terjadi semata-mata dalam keadaan delirium

d Defisit kognisi tidak lebih baik dijelaskan dalam gangguan mental lainnya (gangguan

depresi berat, skizofrenia)


Derajat tingkat berat penyakit antara lain:

Ringan: Kesulitan dalam aktivitas instrumental dalam kehidupan sehari-hari (seperti pekerjaan

rumah, majamen keuangan, dll)

Sedang: Kesulitan dalam aktivitas dasar sehari-hari (seperti makan, berpakaian, dll)

Berat : Ketergantungan penuh pada orang lain dalam setiap aktivitasnya

Klasifikasi ini merupakan pergantian nama dari demensia guna untuk mengurangi stigma

dan membuat cocok untuk orang dewasa muda dengan masalah kognitif. Onset biasanya

bertahap, fungsi akan secara perlahan menurun dari tingkat sebelumnya.

DEFINISI

Merupakan suatu sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa

gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah intelegensia

umum, belajar dan ingatan, berbahasa, memecahkan masalah, daya orientasi, persepsi, perhatian

dan konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga dapat

dipengaruhi. Jika pasien mempunyai suatu gangguan kesadaran, maka pasien kemungkinan

memenuhi kriteria diagnostik untuk delirium. Di samping itu, suatu diagnosis demensia

mengharuskan bahwa gejala menyebabkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berat dan

merupakan suatu penurunan dari tingkat fungsi sebelumnya.

Butir klinis penting dari demensia adalah identifikasi sindroma dan pemeriksaan klinis

tentang penyebabnya. Gangguan mungkin progresif atau statis, permanen atau reversibel.

Kemungkinan pemulihan (reversibilitas) demensia adalah berhubungan dengan patologi dasar

dan ketersediaan serta penerapan pengobatan yang efektif.

SUBTIPE
Gangguan Neurokognitif Ringan dan Berat ini diklasifikasi berdasarkan etiologi atau

patologi yang telah diketahui atau masih diasumsikan. Subtipe tersebut berdasarkan kombinasi

waktu keberlangsungan, daerah otak yang mengalami efek, dan karakteristik gejala. Untuk

memastikan etiologi subtipe, diagnosis bergantung kepada penyebab potensial yang ada, seperti

penyakit Parkinson dan Huntington, atau cedera otak, stroke. Untuk kategori penyebab lainnya

(umumnya pada penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, degenerasi lobus frontotemporal,

dan penyakit Lewy Body) diagnosisnya berdasarkan kriteria kognisi primer, yaitu kognisi,

perilaku, dan gejala fungsional.

MILD NEUROCOGNITIVE DISORDER

a Bukti signifikan pada kemunduran kognisi dari tingkat sebelumnya dalam satu atau lebih

kognisi (perhatian kompleks, fungsi belajar dan memori, bahasa, persepsi dan kognisi

sosial) berdasarkan:

1 Perhatian individu, informasi dan kemunduran ringan pada kognisi

2 Perburukan kognisi yang didokumentasikan oleh tes neuropsikologi yang

terstandarisasi

b Defisit kognisi yang tidak berhubungan dengan ketergantungan pasien kepada orang lain

dalam melakukan aktivitas sehari-hari

c Defisit kognisi tidak terjadi semata-mata dalam keadaan delirium

d Defisit kognisi tidak lebih baik dijelaskan dalam gangguan mental lainnya (gangguan

depresi berat, skizofrenia)

NEUROCOGNITIVE DISORDERS

Gangguan yang ditandai oleh perubahan struktur dan fungsi otak yang mengakibatkan gangguan

belajar, orientasi penilaian, memori dan fungsi intelektual (sebelumnya disebut demensia,
delirium, amnesia dan gangguan kognitif lainnya di DSM-IV). Ganguan ini dibagi menjadi tiga

(Mild) kategori.

Delirium.

Delirium ditandai dengan kebingungan jangka pendek dan kognisi yang disebabkan oleh

intoksikasi zat atau withdrawal (kokain, opioid, phencyclidine), obat-obatan (kortisol), kondisi

medis umum (infeksi) atau penyebab lain (kurang tidur).

Mild Neurocognitive Disorder

Gangguan neurokognitif ringan adalah penurunan fungsi kognitif yang ringan atau sederhana. Ini

harus dibedakan dari normal kognitif yang berkaitan dengan perubahan usia (normal penuaan

terkait usia).

Major Neurocognitive Disorder.

Gangguan neurokognitif mayor (istilah yang dapat digunakan secara sinonim dengan demensia,

yang masih disukai oleh sebagian besar psikiater) ditandai dengan gangguan parah dalam

memori, penilaian, orientasi, dan kognisi. Ada 13 subtipe : penyakit Alzheimer, yang biasanya

terjadi pada orang lebih tua dari usia 65 tahun dan dimanifestasikan oleh penurunan intelektual

progresif dan demensia; demensia vaskular, yang merupakan perkembangan bertahap di

penurunan kognitif disebabkan oleh trombosis pembuluh atau perdarahan; frontotemporal lobar

degenerasi, yang ditandai dengan penghambatan perilaku (juga dikenal sebagai penyakit Pick);

penyakit tubuh Lewy, yang melibatkan halusinasi dengan demensia; cedera otak traumatis dari

trauma fisik; Penyakit HIV; penyakit prion, penyakit Parkinson; penyakit Huntington;

disebabkan oleh kondisi medis; induksi bahan/obat (misalnya alkohol menyebabkan sindrom

Korsakoff); etiologi multipel dan demensia yang tidak ditentukan.

Kriteria Diagnosis Intelectual Diasbility (Retardasi Mental) menurut DSM V


1. Mild 317
a. Dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan komunikasi.
b. Dalam pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat, dan

masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkebambangan

kemandirian dapat menetap sampai dewasa.


c. Dapat mandiri penuh dan merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan

praktis dan ketrampilan rumah tangga, walaupun perkembangnnya aga

lambat.
2. 318.0
a. Dapat berbicara atau belajar untuk berkomunikasi ; kesadaraan social yang

buruk ; perkembangan motorikyang cukup.


b. Dapat berbicara dalam percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya

dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.

Anda mungkin juga menyukai