A. Definisi Epilepsi
Epilepsi merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya muatan listrik yang
berlebihan diotak karena terlalu aktifnya otak mengirim sinyal. Biasanya keadaan ini
disebutkan dengan istilah bangkitan. Bangkitan yang memiliki tendensi untuk terjadi
berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa diprovokasi dikatakan sebagai
tergantung dari bagian otak yang mana terkena bangkitan, dapat berupa perubahan perilaku
ataupun psikis. Bangkitan yang terjadi di otak pada lobus temporal biasanya ditandai dengan
pasien epilepsi yang memiliki khayalan-khayalan tinggi, bertemu orang-orang yang sudah
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam, satu bangkitan
tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks dengan kemungkinan terjadinya bangkitan
berulang dalam 10 tahun ke depan sama dengan (minimal 60%) bila terdapat dua bangkitan
Diagnosis psikotik pada epilepsi dapat ditegakkan jika pada pasien sudah tegak terdiagnosis
epilepsi dan adanya gejala psikotik setelah gejala epilepsi. Psikotik epilepsi dalam Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) termasuk dalam
kategori gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
Psikotik yang terjadi disebabkan adanya kerusakan atau disfungsi otak berupa epilepsi yang
berhubungan dengan kejadian psikotik dan ada kaitan waktu antara kejadian psikotik dengan
epilepsi yang didahului oleh terjadinya epilepsi. Kriteria diagnosis pada epilepsi sesuai dengan
PPDGJ III
a. Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui
b. Adanya hubungan waktu antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya
sindrommental.
c. Kesembuhan dari gangguan jiwa setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang diduga
mendasarinya.
d. Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternative dari sindrom mental ini.
Kondisi a dan b membenarkan diagnosis sementara, bila keempat hal tersebut terpenuhi,
mengenai hal ini terus berkembang hingga kini. Dalam DSM IV Gangguan Mental Organik
sudah diubah menjadi Gangguan Kognitif (memori, bahasa, atensi), yaitu Delirium, Demensia,
dan Gangguan Amnesik. Dalam DSM V, gangguan neurokognitif dibagi menjadi Delirium,
1. Delirium
Delirium
Unspecified Delirium
2. Gangguan Neurokognitif Mayor
Gangguan neurokognitif seperti delirium, demensia, dan kelemahan kognitif ringan, ditandai
dengan menurunnya fungsi kognitif. Gangguan-gangguan ini memiliki etiologi dan karakteristik
yang berbeda dengan penyakit Alzheimer, penyakit serebrovaskular, penyakit Lewy Body,
degenerasi frontotemporal, cedera otak karena trauma, infeksi, dan penyalahgunaan alkohol.
dengan mengelompokkan secara terpisah kriteria setiap gangguan sesuai dengan etiologinya.
Alhasil, saat ini ada susunan istilah untuk menggambarkan sindrom kognitif, beberapa definisi
untuk sindrom yang sama, dan beberapa kriteria untuk menentukan sebuah etiologi yang
The Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5) memberikan
kerangka kerja umum untuk diagnosis gangguan kognitif, pertama dengan menggambarkan
etiologi spesifik dari gangguan kognitif ringan dan berat. DSM-5 dibuat dengan harapan para
klinisi dan kelompok penelitian memiliki pemahaman yang sama mengenai gangguan kognitif.
Dalam penggunaan yang lebih luas, klasifikasi internasional gangguan kognitif menjadi penting
b Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (umumnya dalam jam ke hari)
persepsi)
d Gangguan pada kriteria A C yang tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan demensia
yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, ataupun yang sedang timbul
e Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium
bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan akibat konsekuensi
kondisi medis lain, intoksikasi (seperti drug abuse), atau terpapar toksin, maupun penyebab
multipel lainnya
Kata delirium berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah
dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan sebagai
Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab multipel
yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium
didefinisikan sebagai disfungsi serebral yang reversibel, akut dan bermanifestasi klinis pada
abnormalitas neuropsikiatri. Sebagian besar kausa delirium muncul dari luar sistem saraf pusat,
contoh gagal ginjal dan hati. Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali
dan jarang didiagnosis. Sebagian dari masalahnya adalah bahwa sindrom ini memiliki nama lain
yang bervariasi, contohnya keadaan kebingungan akut, sindroma otak akut, ensefalopati
Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarakteristikkan dengan
variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangguan kesadaran,
biasanya terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif secara global. Kelainan mood,
persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum; tremor, asteriksis, nistagmus,
KRITERIA DIAGNOSTIK
(Dementia)
a Bukti signifikan pada kemunduran kognisi dari tingkat sebelumnya dalam satu atau lebih
kognisi (perhatian kompleks, fungsi belajar dan memori, bahasa, persepsi dan kognisi sosial)
berdasarkan:
terstandarisasi
b Defisit kognisi yang berhubungan dengan ketergantungan pasien kepada orang lain dalam
d Defisit kognisi tidak lebih baik dijelaskan dalam gangguan mental lainnya (gangguan
Ringan: Kesulitan dalam aktivitas instrumental dalam kehidupan sehari-hari (seperti pekerjaan
Sedang: Kesulitan dalam aktivitas dasar sehari-hari (seperti makan, berpakaian, dll)
Klasifikasi ini merupakan pergantian nama dari demensia guna untuk mengurangi stigma
dan membuat cocok untuk orang dewasa muda dengan masalah kognitif. Onset biasanya
DEFINISI
Merupakan suatu sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah intelegensia
umum, belajar dan ingatan, berbahasa, memecahkan masalah, daya orientasi, persepsi, perhatian
dan konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga dapat
dipengaruhi. Jika pasien mempunyai suatu gangguan kesadaran, maka pasien kemungkinan
memenuhi kriteria diagnostik untuk delirium. Di samping itu, suatu diagnosis demensia
mengharuskan bahwa gejala menyebabkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berat dan
Butir klinis penting dari demensia adalah identifikasi sindroma dan pemeriksaan klinis
tentang penyebabnya. Gangguan mungkin progresif atau statis, permanen atau reversibel.
SUBTIPE
Gangguan Neurokognitif Ringan dan Berat ini diklasifikasi berdasarkan etiologi atau
patologi yang telah diketahui atau masih diasumsikan. Subtipe tersebut berdasarkan kombinasi
waktu keberlangsungan, daerah otak yang mengalami efek, dan karakteristik gejala. Untuk
memastikan etiologi subtipe, diagnosis bergantung kepada penyebab potensial yang ada, seperti
penyakit Parkinson dan Huntington, atau cedera otak, stroke. Untuk kategori penyebab lainnya
dan penyakit Lewy Body) diagnosisnya berdasarkan kriteria kognisi primer, yaitu kognisi,
a Bukti signifikan pada kemunduran kognisi dari tingkat sebelumnya dalam satu atau lebih
kognisi (perhatian kompleks, fungsi belajar dan memori, bahasa, persepsi dan kognisi
sosial) berdasarkan:
terstandarisasi
b Defisit kognisi yang tidak berhubungan dengan ketergantungan pasien kepada orang lain
d Defisit kognisi tidak lebih baik dijelaskan dalam gangguan mental lainnya (gangguan
NEUROCOGNITIVE DISORDERS
Gangguan yang ditandai oleh perubahan struktur dan fungsi otak yang mengakibatkan gangguan
belajar, orientasi penilaian, memori dan fungsi intelektual (sebelumnya disebut demensia,
delirium, amnesia dan gangguan kognitif lainnya di DSM-IV). Ganguan ini dibagi menjadi tiga
(Mild) kategori.
Delirium.
Delirium ditandai dengan kebingungan jangka pendek dan kognisi yang disebabkan oleh
intoksikasi zat atau withdrawal (kokain, opioid, phencyclidine), obat-obatan (kortisol), kondisi
Gangguan neurokognitif ringan adalah penurunan fungsi kognitif yang ringan atau sederhana. Ini
harus dibedakan dari normal kognitif yang berkaitan dengan perubahan usia (normal penuaan
terkait usia).
Gangguan neurokognitif mayor (istilah yang dapat digunakan secara sinonim dengan demensia,
yang masih disukai oleh sebagian besar psikiater) ditandai dengan gangguan parah dalam
memori, penilaian, orientasi, dan kognisi. Ada 13 subtipe : penyakit Alzheimer, yang biasanya
terjadi pada orang lebih tua dari usia 65 tahun dan dimanifestasikan oleh penurunan intelektual
penurunan kognitif disebabkan oleh trombosis pembuluh atau perdarahan; frontotemporal lobar
degenerasi, yang ditandai dengan penghambatan perilaku (juga dikenal sebagai penyakit Pick);
penyakit tubuh Lewy, yang melibatkan halusinasi dengan demensia; cedera otak traumatis dari
trauma fisik; Penyakit HIV; penyakit prion, penyakit Parkinson; penyakit Huntington;
disebabkan oleh kondisi medis; induksi bahan/obat (misalnya alkohol menyebabkan sindrom
lambat.
2. 318.0
a. Dapat berbicara atau belajar untuk berkomunikasi ; kesadaraan social yang