Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

HIPERTENSI DI RW II, RW XIV, DAN RW XXI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO PADANG TAHUN 2011

Isesreni *, Aida Minropa

ABSTRAK

Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tingginya kejadian hipertensi lansia di
RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
Penelitian ini menggunakan desain pretest posttest design yang dilakukan dari tanggal 3 September 1
Oktober 2012. Pengambilan sampel digunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan
sampel yang sudah memenuhi kriteria sampel dengan jumlah 30 responden. Analisis dilakukandengan
menggunakan program komputer dengan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian ini tekanan darah lansia hipertensi sebelum dilakukan senam lansia dapat dilihat
bahwa (46,7%) memiliki tekanan darah 150 mmHg, dan (3,3%) memiliki tekanan darah 170 mmHg karena
disebabkan oleh faktor usia, semakin tua usia seseorang maka resiko terhadap penyakit semakin
meningkat pula termasuk penyakit hipertensi. Setelah dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa paling
banyak (36,7%) berada pada tekanan darah 140 mmHg, dan paling sedikit (3,3%) memiliki tekanan darah
160 mmHg. Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu
efek dari olahraga senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 (P<0,05) sehingga
Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi
setelah dilakukan senam lansia.
Lansia yang mengalami hipertensi diharapkan melakukan latihan senam lansia secara efektif dan
teratur serta hal lain yang tercakup dalam penatalaksanaan senam lansia. Dan tidak cepat berpuas diri,
walaupun telah terjadi penurunan tekanan darah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan
produktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : tekanan darah, lansia, hipertensi

Alamat Korespondensi
Isesreni, M.Kep
Aida Minropa, SKM
Dosen STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang
Telp. 0751 442295
PENDAHULUAN Penyakit darah tinggi atau hipertensi
pada lansia adalah penyakit dimana tekanan
Menua atau usia lanjut adalah suatu darah batas atas (systole) lebih dari 140 mmHg
proses menghilangnya secara perlahan-lahan dan tekanan darah bawah (diastole) lebih dari
kemampuan jaringan untuk memperbaiki, 90 mmHg (Maryam, 2008:192). Banyak orang
mengganti, dan mempertahankan fungsi normal beranggapan bahwa terdapat banyak keluhan
tubuh sehingga tidak dapat bertahan terhadap dan tanda-tanda hipertensi, padahal tidak
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang demikian. Hipertensi tidak memiliki keluhan dan
diderita (Wahyudi, 2000:12). Menjadi tua adalah tanda yang khas, karena itulah disebut sebagai
suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh kita silent killer. Bahkan fakta membuktikan bahwa
semua, namun tidak ada pengaruh terhadap satu dari empat penderita tidak mengetahui
penilaian ciri menjadi tua itu dengan kesehatan jika mereka menderita hipertensi. Karena itu
(Stenley & Beare, 2000:4). penyakit ini cukup mengancam jiwa. (Dewi &
Familia, 2010:31).
Pertumbuhan penduduk lanjut usia
meningkat secara cepat pada tahun 2000 yaitu Penyakit ini telah menjadi masalah
sekitar 14,4 juta orang. Pada tahun 2005 kondisi utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
komposisi penduduk Indonesia telah berubah Indonesia maupun di beberapa negara yang ada
yang menjadikan penduduk lansia mencapai 7%. di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan
Sedangkan ramalan pihak badan kesehatan kasus hipertensi terutama di negara
dunia WHO penduduk lansia di Indonesia pada berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta
tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15
11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini
menyebabkan jumlah penduduk terbesar di didasarkan pada angka penderita hipertensi saat
dunia (Subagio, 2008). Menurut Kantor ini dan pertambahan penduduk saat ini
Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Miruddin, 2006).
(KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia
harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah Agar aliran darah menjadi lancar, perlu
lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun dilakukannya olahraga atau latihan fisik. Salah
2006 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga satu olahraga yang bisa dilakukan lansia adalah
meningkat (6,22 tahun). Pada tahun 2010 senam lansia.
perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan
Senam lansia dibuat oleh Mentri Negara
mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan UHH sekitar
Pemuda dan Olahraga merupakan upaya
67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian pada tahun
peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia
2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia
yang jumlahya semakin bertambah, sehingga
mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH
perlu kiranya diberdayakan dan dilaksanakan
sekitar 71,1 tahun (Depsos, 2007).
secara benar, teratur, dan terukur (Menpora,
Dengan meningkatnya usia harapan 2000). Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa
hidup ini maka berdampak terhadap penyakit jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah
degeneratif seperti hipertensi. Ini dapat dilihat penting khusus di jantung dan otak mengalami
dari perubahan- perubahan yang terjadi pada kekakuan. Dengan latihan fisik atau senam
lansia, pada perubahan fisik terjadi perubahan dapat membantu kekuatan pompa jantung agar
kardiovaskular, akibat perubahan bertambah, sehingga aliran darah bisa kembali
kardiovaskular ini mengakibatkan tekanan lancar. Jika dilakukan secara teratur akan
darah meningkat atau hipertensi pada lansia memberikan dampak yang baik bagi lansia
(Maryam, 2008:55). terhadap tekanan darahnya (Maryam, 2008:32).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan METODE PENELITIAN
Kota Padang pada januari-oktober 2010,
puskesmas Kuranji berada pada urutan pertama Yang menjadi populasi dalam
jumlah lansia yang mengalami hipertensi yaitu penelitian ini adalah seluruh lansia hipertensi
sebanyak 1610 lansia, urutan kedua puskesmas di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan
Air Dingin sebanyak 1379 lansia, urutan ketiga Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
puskesmas Belimbing sebanyak 1265 lansia, Nanggalo Padang Tahun 2012 yang
sedangkan puskesmas Nanggalo berada pada berjumlah 30 responden
urutan keempat sebanyak 356 lansia, namun
pada tiga bulan terakhir (Agustus, September, Sampel dalam penelitian ini adalah
Oktober), puskesmas Nanggalo ini mengalami lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW
peningkatan dibandingkan puskesmas Kuranji, XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
puskesmas Air Dingin, dan puskesmas Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012
Belimbing. Pada puskesmas Kuranji bulan sebanyak 49 responden namun hanya 30
agustus sebanyak 146 lansia, September 127 responden yang telah memenuhi kriteria
lansia, dan oktober 133 lansia. Pada puskesmas sebagai sampel, yaitu sebagai berikut :
Air Dingin bulan agustus sebanyak 157 lansia,
Kriteria inklusi adalah sampel yang
September 143 lansia, oktober 147 lansia. Di
layak untuk diteliti, yaitu :
puskesmas Belimbing bulan agustus sebanyak
124 lansia, September 124 lansia, oktober 92 1) Bersedia menjadi responden.
lansia. Sedangkan di puskesmas Nanggalo pada 2) Responden berada di tempat pada saat
bulan agustus sebanyak 70 lansia, September dilakukan penelitian
123 lansia, oktober 163 lansia. 3) Responden sedang mengalami
peningkatan tekanan darah
Berdasarkan survei awal yang peneliti
lakukan di Puskesmas Nanggalo Padang pada
tanggal 19 November 2010, diperoleh jumlah
Teknik pengambilan sampel ini
lansia yang mengalami hipertensi pada Januari
menggunakan Teknik total sampling, lansia
Oktober 2010 yaitu wilayah Surau Gadang
hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI
sebanyak 143 orang (14,3%), untuk wilayah
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang
Gurun Lawas sebanyak 80 orang (8%),
Tahun 2012 dilakukan pengukuran tekanan
sedangkan untuk wilyah Kurao Pagang sebanyak
darah sebelum dilakukan senam lansia dan
133 orang (13,3%).
sesudah dilakukan senam lansia.
Jumlah lansia yang mengalami
Responden yang memenuhi kriteria
hipertensi pada JanuariOktober 2010 banyak
yang telah ditetapkan dijadikan sebagai
terjadi di RW II, RW XIV, dan RW XXI dengan
kelompok responden penelitian setelah
jumlah 49 responden, dan sering dilakukan
menyetujui lembar persetujuan (informed
senam lansia yang dilakukan rutin 3 kali dalam
concent) yang diajukan peneliti dan
seminggu yaitu pada hari rabu, sabtu, dan
dijelaskan maksud dan tujuan dilakukan
minggu.
penelitian tersebut kepada responden.
Berdasarkan uraian di atas penulis
a. Analisis univariat
melakukan penelitian tentang Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Sistolik pada Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, Analisis univariat digunakan untuk
dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah mendapatkan distribusi tekanan darah sebelum
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012. dan sesudah dilakukan senam lansia dengan
menganalisis nilai-nilai tendensi kontrol (mean,
median) dan nilai-nilai varian (nilai minimum, statistik ini melihat pengaruh senam lansia
maksimum, dan standar deviasi). terhadap tekanan darah lansia hipertensi pada
derajat kemaknaan p=0,05. Apabila p-
b. Analisis bivariat valeu<0,05 artinya ada pengaruh yang
bermakna atau Ha diterima dan Ho ditolak.
Analisis yang dikumpulkan berupa nilai tes
pertama dan kedua. Tujuan peneliti adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
membandingkan dua nilai dengan melihat
apakah ada perbedaan antara kedua nilai Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3
tersebut secara signifikan, Analisa ini digunakan Sepember sampai dengan 1 Oktober 2012 pada
untuk membandingkan dua nilai dengan melihat lansia hipertensi yang berada di RW II, RW XIV
apakah ada perbedaan antara kedua nilai dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah
tersebut secara signifikan dengan menggunakan Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jumlah
uji t dependen. Sebelum dilakukan uji t sampel yaitu sebanyak 30 responden yang
dependen, terlebih dahulu harus dilakukan uji dilakukan oleh peneliti dan dibantu dua orang
normalitas sebaran data. Setelah dilakukan uji teman yang telah disamakan persepsi tentang
normalitas data, didapatkan sebaran data yang cara mengukur tekanan darah.
tidak normal, hal ini disebabkan oleh Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis
terdapatnya data yang ekstrim sehingga sebaran univariat dan bivariat. Analisis univariat
data menjadi bervariasi. Ini terlihat dari nilai p menggambarkan distribusi frekuensi tekanan
untuk tekanan darah pretest sebesar 0,000 dan darah sebelum dilakukan senam lansia dan
tekanan darah postest 0,011, sedangkan data sesudah dilakukan senam lansia. Sedangkan
dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Maka analisa bivariat untuk melihat pengaruh senam
sesuai dengan ketentuanya jika sebaran data lansia terhadap penurunan tekanan darah
tidak normal maka data harus menggunakan uji sistolik pada lansia hipertensi.
Wilcoxon melalui program komputerisasi. Uji
komputerisasi maka didapatkan hasil
A. Analisis Univariat sebagai berikut :
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan
distribusi tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan senam lansia.

1. Tekanan Darah Lansia Hipertensi


Sebelum Melakukan Senam Lansia
Setelah dilakukan analisa data
dengan menggunakan program
Tabel 1 Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia di RW
II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang Tahun 2011

Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum F %


Melakukan Senam lansia (mmHg)

140 12 40

150 14 46,7

160 3 10

170 1 3,3

Jumlah 30 100

Dari analisa univariat pada tabel 1 dilihat Setelah didapatkan hasil penelitian
bahwa dari 30 responden didapatkan responden diatas maka ditemukan nilai tendensi kontrol
yang paling banyak berada di tekanan darah 150 dari tekanan darah sistolik sebelum dilakukan
mmHg sebanyak 14 responden (46,7%), dan senam lansia atau tekanan darah pretest yang
paling sedikit atau hanya ada satu responden dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
(3,3%) yang mengalami takanan darah 170
mmHg sebelum dilakukan senam lansia.

Tabel 2 Nilai Tendensi Kontrol dan Nilai Varian Tekanan Darah Lansia Hipertensi di
RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Sebelum Melakukan Senam Lansia

Mean Median Variance Std.deviasi Maximum Minimum

147,67 150 59,885 7,739 140 170

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai minimum


yaitu 140 mmHg, nilai maximum 170 mmHg
dengan nilai rata-rata 147,67 mmHg.
2. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia
Tabel 3 Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam
Lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011

Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah f %


Melakukan Senam lansia (mmHg)

120 2 6,7

130 7 23,3

140 11 36,7

150 9 30

160 1 3,3

Jumlah 30 100

Dari analisa univariat pada tabel 3 dilihat Setelah didapatkan hasil penelitian
bahwa dari 30 responden didapatkan responden diatas maka ditemukan nilai tendensi kontrol
yang paling banyak berada di tekanan darah 140 dari tekanan darah sistolik setelah dilakukan
mmHg sebanyak 11 responden (36,7%), dan senam lansia atau tekanan darah post test yang
paling sedikit atau hanya ada satu responden dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
(3,3%) yang mengalami takanan darah 160
mmHg setelah dilakukan senam lansia.

Tabel 4 Nilai Tendensi Kontrol dan Nilai Varian Tekanan Darah Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV,
dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun
2011 Setelah Melakukan Senam Lansia

Mean Median Variance Std.deviasi Maximum Minimum

140 140 95,552 9,826 120 160

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimum menggunakan uji t dependen. Sebelum
yaitu 120 mmHg, nilai maximum 160 mmHg dilakukan uji t dependen, terlebih dahulu
dengan nilai rata-rata 140 mmHg harus dilakukan uji normalitas sebaran data.
Setelah dilakukan uji normalitas data,
B. Analisis Bivariat didapatkan sebaran data yang tidak normal,
Analisis bivariat yang dikumpulkan hal ini disebabkan terdapat data ekstrim
berupa data nilai tes pertama dan kedua. sehingga sebaran data menjadi bervariasi
Analisa ini digunakan untuk yang terlihat dari nilai p untuk tekanan
membandingkan dua nilai dengan melihat darah sistolik pretest sebesar 0,000 dan
apakah ada perbedaan antara kedua nilai tekanan darah sistolik postest 0,011. Data
tersebut secara signifikan dengan dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Maka
sesuai dengan ketentuannya peneliti dalam Hasil penelitian ini dapat dilihat
menganalisa data menggunakan uji dari tabel 5.3 yang tergambar dibawah ini :
Wilcoxon.

Tabel 5 Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW
XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang
Tahun 2011
Tekanan Darah Lansia Hipertensi Tekanan Darah Lansia Hipertensi Post
Pretest test

mmHg f % mmHg f %

140 12 40 120 2 6,7

150 14 46,7 130 7 23,3

160 3 10 140 11 36,7

170 1 3,3 150 9 30

160 1 3,3

Jumlah 30 100 Jumlah 30 100

Dari analisa bivariat pada tabel 5 dilihat senam lansia, dan terdapat 1 orang yang
bahwa dari uji Wilcoxon ini didapatkan hasil tekanan darahnya lebih tinggi atau meningkat
yaitu dari 30 responden terdapat 19 responden dari pada sebelum melakukan senam lansia.
yang tekanan darahnya menurun setelah Pada hasil penelitian ini juga didapatkan nilai
dilakukan senam lansia, 10 orang yang tidak p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat
mengalami perubahan tekanan darah atau perbedaan yang signifikan tekanan darah lansia
tekanan darah setelah dilakukan senam lansia setelah melakukan senam lansia.
sama dengan tekanan darah sebelum dilakukan
A. Analisis Univariat
PEMBAHASAN 1. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum
Data yang telah ada diolah dan Melakukan Senam Lansia
dilakukan analisis pada masing-masing Hasil penelitian yang dilakukan di RW II,
variabel. Setelah dilakukan analisis univariat RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang
dan bivariat dari hasil penelitian maka Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang
berikut ini akan dilakukan pembahasan Tahun 2012 dapat dilihat bahwa dari 30
terhadap beberapa variabel penelitian. responden didapatkan responden yang paling
Adapun hasil pembahasannya adalah banyak berada di tekanan darah 150 mmHg
sebagai berikut: sebanyak 14 responden (46,7%), dan paling
sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%)
yang mengalami takanan darah 170 mmHg
sebelum dilakukan senam lansia.
Dari nilai tendensi kontrol tekanan darah atau eritrosit (40%). Plasma darah berfungsi
pretest didapatkan nilai minimum yaitu 140 membawa semua nutrisi dan zat pembangun
mmHg, nilai maximum 170 mmHg, dengan nilai yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat ini seperti
rata-rata 147,67 mmHg, dalam hal ini maka mineral, gula, lemak, vitamin, dan hormon.
ditemukan nilai tertinggi dari tekanan darah Semantara itu, sel-sel darah merah mengandung
yaitu 170 mmHg. Dimana tekanan darah 170 hemoglobin (Hb) yang dapat mengikat oksigen
mmHg termasuk hipertensi dengan golongan dan merupakan saluran untuk oksigen dan
sedang. karbondioksida (Dewi, 2010:12).

Menurut analisa peneliti tekanan darah Setiap saat terjadi pertukaran antara
150 mmHg termasuk hipertensi ringan, dan sari makanan dan oksigen yang dibawa dari
tekanan darah 170 mmHg termasuk hipertensi jantung oleh pembuluh darah arteri dengan
sedang. Dan hipertensi ringan banyak terjadi karbondioksida dan sisa metabolisme yang
karena hal ini disebabkan oleh faktor usia, dialirkan kembali menuju jantung oleh
memiliki riwayat hipertensi, keturunan, jenis pembuluh darah vena. Sisa metabolism akan
kelamin, faktor lingkungan dan faktor dibuang melalui ginjal saat darah melalui kedua
kebudayaan. Hal ini disebabkan Semakin tua organ ini.
umur seseorang, maka pengaturan metabolisme
zat kapurnya (kalsium) terganggu. Hal ini Karbondioksida di dalam sel-sel darah
menyebabkan banyaknya zat kapur yang merah akan diteruskan ke paru-paru untuk
beredar bersama aliran darah, akibatnya darah dilepaskan. Pada saat bersamaan, paru-paru
menjadi padat dan tekanan darahpun menghirup oksigen baru. Sel-sel darah merah
meningkat. Sedangkan yang paling yang kosong setelah melepaskan
mempengaruhi kejadian hipertensi adalah karbondioksida membawa oksien tersebut ke
tekanan darah sistolik karena tekanan darah jantung untuk seterusnya bersama-sama dengan
sistolik merupakan penyebab kematian tertinggi plasma darah disalurkan ke seluruh tubuh oleh
dari pada tekanan darah diastolik. Selain itu pembuluh darah arteri. Tenaga yang ada pada
pembuluh darah yang bermasalah pada lansia dinding pembuluh darah arteri saat darah
adalah pembuluh darah arteri, maka hanya dialirkan dinamakan takanan darah. Dengan
tekanan darah sistolik yang meningkat tinggi. tekanan darah inilah, darah yang dialirkan dapat
berjalan dengan lancar (Dewi, 2010:12).
Hal ini sesuai dengan teori menurut
Dewi dan Familia yang menjelaskan bahwa Pembuluh darah arteri bekerja tanpa
tekanan darah sistolik mempunyai angka henti. Tugasnya adalah memompakan darah ke
kematian 2,5 kali lebih tinggi dari pada tekanan seluruh tubuh. Jika tak ada gangguan maka porsi
darah diastolik. Dimana tekanan darah sistolik tekanan yang dibutuhkan oleh tubuh dengan
adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat sendirinya akan sesuai dengan mekanisme
dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh. Namun perlu diingat, tekanan akan
tubuh. Jadi, apabila tekanan sistolik tinggi maka meningkat dengan sendirinya bila dirasa ada
akan terjadi gangguan pada aliran darah dan hambatan. Inilah yang menyebabkan takanan
organ-organ vital tubuh. Hal ini menjelaskan darah menjadi tinggi. Semakin besar hambatan,
bahwa mengapa angka kematian akibat tekanan semakin tinggi tekanan darah (Dewi, 2010:12).
darah sistolik lebih tinggi dibandingkan akibat
Hipertensi dapat terjadi karena adanya
dari tingginya tekanan darah diastolik.
perubahan pada katup mitra dan aorta, katup-
Hipertensi selalu dikaitkan dengan katup tersebut mengalami sklerosis dan
tekanan darah. Agar tetap berfungsi, sel-sel penebalan. Endokardium menebal dan terjadi
tubuh memerlukan darah yang terdiri dari sklerosis, miokard menjadi kaku dan lebih
plasma darah (60%) dan sel-sel darah merah lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan
kepekaan, sehingga stres mendadak/lama dan Menurut analisa peneliti setelah
takikardi kurang diperhatikan. Peningkatan melakukan senam lansia terjadi penurunan
frekuensi jantung dalam berespon terhadap tekanan darah. Hal ini disebabkan karena
stres berkurang dan peningkatan frekuensi responden rutin 3 kali seminggu melakukan
jantung lebih lama untuk pengembalian pada senam lansia, selain itu efek dari olahraga seperti
kondisi dasar. Untuk mengkompensasi adanya senam lansia yang dilakukan secara teratur
masalah dalam frekuensi jantung, maka isi dapat melancarkan peredaran darah sehingga
sekuncup meningkat, sehingga meningkatkan dapat menurunkan tekanan darah.
curah jantung yang dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Setelah melakukan senam akan terjadi
penurunan tekanan darah pada lansia. Hal ini
Seiring dengan terjadinya proses penuaan disebabkan karena terjadi perubahan katup
pada lansia maka terjadi kemunduran secara mitra dan aorta, katup-katup tersebut akan
fisiologis pada lansia ini yang menyebabkan mengalami penipisan dan menjadi kendor dan
arteri besar kehilangan kelenturanya dan akan menuju kepada arah normal. Apabila otot
menjadi kaku, tidak dapat mengembang pada jantung relaks setelah dilakukan senam lansia
saat jantung memompa darah melalui arteri maka stress akan berkurang dan frekuensi
tersebut. Karena itu, darah disetiap denyut jantung akan cepat mengalami pengembalian
jantung dipaksa melewati pembuluh yang pada kondisi dasar serta akan didapatkan isi
sempit dari pada biasanya sehingga sekuncup tidak lagi meningkat sehingga
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang penurunan curah jantung akan mengakibatkan
terjadi pada usia lanjut, dinding arterinya telah tekanan darah akan menurun atau kembali
menebal dan kaku karena arteriosklerosis. normal. Peningkatan Hb saat olahraga akan
mengakibatkan peningkatan konsentrasi oksigen
2. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah yang akan ditransportasi oleh darah keseluruh
Melakukan Senam Lansia tubuh menjadi meningkat dan kembali adekuat.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan di Perubahan-perubahan abnormal pada jantung,
RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau pembuluh darah, dan kemampuan memompa
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo dari jantung akan kembali bekerja normal
Padang Tahun 2011 dilihat bahwa dari 30 sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
responden, didapatkan responden yang paling
banyak berada di tekanan darah 140 mmHg Bagi mereka yang berusia 60 tahun ke
sebanyak 11 responden (36,7%), dan paling atas perlu melaksanakan olahraga secara rutin
sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan
yang mengalami takanan darah 160 mmHg memelihara serta mempertahankan kesehatan di
setelah dilakukan senam lansia. hari tua. Kurang gerak dapat menimbulkan
kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang
Dari nilai tendensi kontrol tekanan darah berdampak seseorang akan lebih sering/mudah
post test didapatkan nilai minimum yaitu 120 terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik secara
mmHg, nilai maximum 160 mmHg, dengan nilai teratur perlu dilaksanakan.
rata-rata 140 mmHg, dalam hal ini maka
ditemukan penurunan tekanan darah nilai Senam lansia merupakan salah satu
minimum dari 140 mmHgmenjadi 120 mmHg, aktivitas fisik yang dapat membakar kalori dan
nilai maximum dari 170 menjadi 160 mmHg, dan dengan mudah dilakukan oleh lansia. Menurut
nilai rata-rata dari147,67 mmHg menjadi 140 MENPORA senam lansia merupakan upaya
mmHg. Artinya setelah melakukan senam lansia peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia
terjadi penurunan tekanan darah dari nilai yang jumlahnya semakin bertambah, sehingga
tendensi kontrol. perlu kiranya diberdayakan dan diselenggarakan
secara benar, teratur dan terukur.
Latihan-latihan fisik secara teratur akan tekanan darah 5-7mmHg. Pengaruh penurunan
cepat memperbaiki tekanan darah penderita tekanan darah ini dapat berlangsung sampai 22
hipertensi. Kebanyakan hasil itu akan tampak jam setelah berolahraga. Pengaruh olahraga
dalam beberapa minggu setelah latihan dimulai jangka panjang (4-6 bulan) menurunkan tekanan
secara teratur. Penurunan tekanan darah akan darah 7,4/5,8mmHg tanpa obat hipertensi
berlanjut apabila latihan-latihan olahraga terus (Dalimartha, 2008).
dilakukan secara teratur selama 3 bulan.
B. Analisis Bivariat
Agar aliran darah menjadi lancar dan 1. Pengaruh Senam Lansia Terhadap
angka kesakitan hipertensi lansia juga menurun Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
maka perlu kiranya dilakukan olahraga atau Hipertensi
latihan fisik, salah satunya adalah senam lansia. Dari analisa data dengan menggunakan
Jika dilihat dari manfaat senam lansia yaitu uji Wilcoxon didapatkan dari 30 responden
melancarkan peredaran darah, memberikan terdapat 19 responden yang mengalami
rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah oleh penurunan tekanan darah setelah dilakukan
karena itu perlu bagi lansia melakukan senam senam lansia, 10 responden yang tidak
lansia. mengalami perubahan tekanan darah dan
terdapat 1 orang yang tekanan darahnya lebih
tinggi dari pada sebelum melakukan senam
Lansia. Hasil penelitian ini menggambarkan
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian
bahwa terjadi perubahan dari tekanan darah
epidemiologi terbukti bahwa ada keterkaitan
lansia setelah dilakukan senam lansia.
antara gaya hidup kurang aktif dengan
hipertensi. Oleh karena itu, WHO, ACSM, The Dari hasil uji statistik didapatkan adanya
National Heart Foundation Joint National pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah
Committen On Detection, Evaluation and lansia hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI
Treatment of High Blood Pressure sangat kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
menganjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik Puskesmas Nanggalo Kota Padang, dimana
salah satunya dengan senam pada lansia sebagai didapatkan nilai p=0,000 (P<0,05).
intervensi pertama dalam upaya pencegahan
dan pengobatan hipertensi. Peningkatan Menurut analisa peneliti adanya
aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah
fisik sehari-hari atau berolahraga secara teratur. pada lansia hipertensi disebabkan oleh karena
Manfaat olahrahraga teratur terbukti dapat senam lansia tersebut dapat mencegah atau
menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko melambatkan kehilangan fungsi pada sistem
terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, organ. Bahkan senam lansia dapat
gagal jantung dan penyakit pembuluh darah mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti
lainnya. Selain itu, olahraga dinilai cukup murah hipertensi, penyakit arteri koroner.
dan efek sampingnya kecil bila dilakukan sesuai
aturan. Menurut peneliti terdapat satu
responden yang mengalami peningkatan
tekanan darah setelah melakukan senam lansia
disebabkan oleh faktor stres yang dialami oleh
ACSM pada tahun 2004 menyatakan responden yang menerima telepon dari
hubungan antara olahraga atau senam lansia keluarganya setelah melakukan senam lansia
antara lain individu yang kurang aktif yang mengakibatkan responden menjadi cemas.
mempunyai resiko menderita hipertensi 30-50% Hal ini mengakibatkan peningkatan hormon
lebih besar dari pada individu yang aktif adrenalin yang akan meningkatkan denyut
bergerak, sesi olahraga rata-rata menurunkan
jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler KESIMPULAN DAN SARAN
darah tepi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di RW II, RW XIV dan RW XXI
Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Analisa ini sesuai dengan teori Dewi dan
Puskesmas Nanggalo Padang dapat ditarik
Familia yang menjelaskan bahwa hubungan
kesimpulan :
antara stres dan hipertensi diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Peningkatan saraf 1. Tekanan darah lansia hipertensi di RW II,
simpatis akan meningkatkan tekanan darah RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau
secara tidak menentu. Jika stes terjadi secara Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
terus menerus, maka akan mengakibatkan Padang Tahun 2012 sebelum dilakukan
tekanan darah yang menetap tinggi. Ini senam lansia dapat dilihat bahwa (46,7%)
disebabkan oleh peningkatan hormon adrenalin memiliki tekanan darah 150 mmHg, dan
akan meningkatkan denyut jantung dan (3,3%) memiliki tekanan darah 170 mmHg
menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. karena disebabkan oleh faktor usia, semakin
Pengeluaran hormon ini diatur oleh saraf tua usia seseorang maka resiko terhadap
simpatis. Saraf simpatis ini bekerja keras pada penyakit semakin meningkat pula termasuk
orang yang berada pada kondisi stres. Karena penyakit hipertensi.
itulah orang yang berada pada kondisi stres, 2. Tekanan darah lansia hipertensi di RW II,
jantungnya berdebar-debar. RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Dengan adanya latihan fisik atau senam
Padang Tahun 2012 setelah dilakukan
lansia yang teratur dan terus menerus maka
senam lansia dapat dilihat bahwa paling
katup-katup jantung yang tadinya mengalami
banyak (36,7%) berada pada tekanan darah
sklerosis dan penebalan berangsur kembali pada
140 mmHg, dan paling sedikit (3,3%)
kondisi dasar atau normal, miokard tidak terjadi
memiliki tekanan darah 160 mmHg karena
kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi
Hal ini disebabkan karena responden rutin 3
sekuncup dan curah jantung tidak lagi
kali seminggu melakukan senam lansia,
mengalami peningkatan. Hal ini akan
selain itu efek dari olahraga senam lansia
mengakibatkan tekanan darah tidak lagi
yang dilakukan secara teratur dapat
meningkat atau mengalami penurunan tekanan
melancarkan peredaran darah sehingga
darah (Maryam, 2008).
dapat menurunkan tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian Margiyati 3. Ada Pengaruh Senam Lansia Terhadap
(2010) menunjukkan 91,67% responden Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
mengalami penurunan rata-rata tekanan darah Hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI
sistolik 10,69 mmHg dan diastolik 6,11 mmHg. Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Sebanyak 50% responden dengan hipertensi Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012
derajat 1 turun menjadi 41,67% sesudah dengan nilai p=0,000, karena Dengan
perlakuan. Berdasarkan uji Paired Sampel T-test adanya latihan fisik atau senam lansia yang
diperoleh hasil 0.000 untuk nilai sistolik dan teratur dan terus menerus maka katup-
0.001 untuk nilai diastolik, keduanya lebih kecil katup jantung yang tadinya mengalami
dari p value 0.05 sehingga disimpulkan terdapat sklerosis dan penebalan berangsur kembali
pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap pada kondisi dasar atau normal, miokard
penurunan tekanan darah pada lansia penderita tidak terjadi kekakuan lagi, adanya
hipertensi. kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan
curah jantung tidak lagi mengalami
peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan
tekanan darah tidak lagi meningkat atau 3. Instruktur senam tempat peneliti
mengalami penurunan tekanan darah. melakukan Penelitian di Kelurahan Surau
Saran yang dapat diberikan adalah: Gadang.
1. Bagi Lansia 4. H. Muslim, SKM, selaku Ketua Yayasan
Diharapkan lansia yang mengalami STIKes MERCUBAKTI JAYA Padang.
hipertensi melakukan latihan senam 5. Hj. Elmiyasna K,SKp.MM, selaku Ketua
lansia secara efektif dan teratur serta hal STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
lain yang tercakup dalam 6. Ns.Nova Fidalni, S.Kep. M. Biomed
penatalaksanaan senam lansia. Selain itu selaku Ketua penelitian dan
juga diharapkan tidak cepat berpuas diri, pengembangan STIKes
walaupun telah terjadi penurunan MERCUBAKTIJAYA Padang.
tekanan darah, sehingga dapat 7. Pihak pihak lain yang turut membantu
meningkatkan kualitas hidup lansia dan terujudnya penelisan penelitian ini.
produktifitas dalam kehidupan sehari- Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh
hari. dari kesempurnaan, dengan kesungguhan
dan kerja keras penulis berupaya
2. Bagi Instansi Kesehatan memberikan hasil yang semaksimal mungkin
Diharapkan kepada Kepala Puskesmas demi tercapainya kesempurnaan.
Nanggalo Padang untuk dapat Tanggapan, kritikan dan saran akan sangat
berkoordinasi dengan pemegang berarti bagi penulis dan mencapai
program lansia untuk dapat kesempurnaan skripsi ini. Dan dengan segala
meningkatkan penyuluhan secara kerendahan hati, penulis harapkan semoga
merata dan menyeluruh tentang bermanfaat bagi semua pihak.
pencegahan dan penanggulangan
hipertensi pada lansia dan mengaktifkan DAFTAR PUSTAKA
kembali pelaksanaan senam lansia di RW
II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian Suatu
Nanggalo Padang Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

UCAPAN TERIMA KASIH Dalimartha, Setiawan dkk. 2008. Care Your Self
Hipertensi. Jakarta : Penebar plus.
Dalam menyelesaikan penelitian
ini penulis banyak mendapatkan Dewi dan Familia, 2010. Hidup Bahagia dengan
masukan, bantuan, dukungan, Hipertensi. Jogjakarta : A+ plus Books.
bimbingan dan arahan dari berbagia
Hidayat, aziz alimul. Uliyah,musrufatul. 2004.
pihak, untuk itu dengan segala
Kebutuhan dasar manusia. Jakarta : EGC.
kerendahan hati dan penuh
penghargaan penulis mengucapkan Maryam, Siti R dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut
terima kasih banyak yang tak terhingga Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
kepada:
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi
1. DIPA DP2M Kemenrian Pendidikan dan Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
KebudayaanTahun 2012 selaku pemberi
dana dalam penelitian ini. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
2. Drg. Darius selaku pimpinan Puskesmas Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Nanggalo Padang beserta staf.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik
dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stanley dan Baere. 2008. Buku Ajar Keperawatan Sumsardjuno. 1998. Aktivitas Olahraga Pada
Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. Lansia. Jakarta : http://indonesia
nursing.com/p=19. diakses 17 Oktober 2010.
Suroto. 2004. Pengertian Senam, Manfaat Senam, 21.00
dan Urutan Gerakan.
Subagio. 2008. Melangit di Langit Perempuan.
Pedoman Penyusunan Skripsi Program Studi S1 Jakarta: http://langit
Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA. perempuan.com/2008/09/
2010. Padang. antisipasi_ledakan_penduduk_lansia_di
Indonesia/ diakses 14 Oktober 2010. 20.00
Depsos. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia
dan Masalah Kesejahteraannya. Jakarta : Margiyati. 2010. Pengaruh senam lansia terhadap
http://www.depsos.go.id diakses 17 oktober penurunan tekanan darah pada lansia
2010. 21.00. penderita hipertensi di posyandu lansia ngudi
Powel. 2000. Latihan Fisik Lansia. Jakarta. waras, dusun kemloko, desa bergas kidul
http://Indonesia Nursing.com/p=19.diakses semarang:
17 Oktober 2010. 21.00 http://eprints.undip.ac.id/16652/ diakses
9 agustus 2011.R11.00

Anda mungkin juga menyukai