Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II

ASUHAN KEPERAWATAN KEKERASAN PADA WANITA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK VI (SEMESTER VI/B)

1. Ifke A. Manuho ` (14061100)

2. Andani R.B Areros (14061062)

3. Lavenia G. Malinggato (14061068)

4. Engeline Kawulusan (14061070)

5. Natalia Kalangi (14061111)

6. Julia Oroh (14061059)

7. Mourein Sagiman (14061127)

PROGRAM STUDI STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah
memberikan kami akal budi sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen pengajar. Dalam
makalah ini penulis membahas tentang KEKERASAN PADA PEREMPUAN
dengan pertimbangan materi atas merupakan bahan pembelajaran sehingga dapat
membantu lebih memahami KEKERASAN PADA PEREMPUAN .
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan,
baik isi materi atau penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan
hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini
sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar serta
teman-teman sekalian yang telah membaca makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini, kasus kekerasan (termasuk pembunuhan) dalam rumah tangga di


Indonesia cenderung meningkat. Di dalam rumah tangga, ketegangan maupun konflik
merupakan hal yang biasa. Namun, apabila ketegangan itu berbuah kekerasan, seperti:
menampar, menendang, memaki, menganiaya dan lain sebagainya, ini adalah hal yang tidak
biasa. Hal itulah yang sering disebut dengan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dlm UU N0. 23/2004 pasal 1 adalah perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya penderitaan fisik, seksual,
psikologis, penelantaran rumah tangga, ancaman, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam rumah tangga.

Pada tanggal 14 September 2004 telah disahkan Undang-Undang No. 23 tahun 2004
mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) yang terdiri dari 10 bab
dan 56 pasal, yang diharapkan dapat menjadi payung perlindungan hukum bagi anggota
dalam rumah tangga, khususnya perempuan, dari segala tindak kekerasan. Dengan
menimbang :

1. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk
kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

2. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, merupakan
pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta
bentuk diskriminasi yang harus di hapus.

3. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah perempuan,
harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan
terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau per lakuan yang meren
dahkan derajat dan mar tabat kemanusiaan.

4. Bahwa dalam kenyataannya kasus ke keras an dalam rumah tangga banyak terjadi,
sedangkan sistem hukum di Indonesia belum menjamin perlin dungan terhadap korban
kekerasan dalam rumah tangga.

5. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf


c, dan huruf d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Peng ha pus an Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Agar mampu memahami secara menyeluruh tentang tindakan kekerasan pada istri
dalam rumah tangga.

2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk serta factor-faktor yang


menyebabkan terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

3. Dapat mengimplikasikan dan mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan


dalam masalah kekerasan rumah tangga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEKERASAN
Secara terminologi kekerasan atau violence adalah gabungan dua kata latin vis
(daya, kekuatan) dan latus berasal dari kata ferre yang berarti membawa). Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, kekerasan diartikan dengan perihal yang bersifat, berciri
keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada paksaan, ada beberapa
pengertian menurut para ahli:
1. Menurut Wignyosoebroto (1997) pengertian kekerasan adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang
tengah merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih
lemah (atau yang tengah dipandang berada dalam keadaan lebih lemah),
berdasarkan kekuatan fisiknya yang superior, dengan kesenjangan untuk dapat
ditimbulkannya rasa derita di pihak yang tengah menjadi objek kekerasan itu.
Namun, tak jarang pula tindak kekerasan ini terjadi sebagi bagian dari tindakan
manusia untuk tak lain daripada melampiaskan rasa amarah yang sudah tak tertahan
lagi olehnya.
2. Menurut Santoso (2002 : 24) kekerasan juga bisa diartikan dengan serangan
memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum yang mengacu pada
tindakan illegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi actual kekuatan fisik kepada
orang lain. Serangan dengan memukul dan pembunuhan secara resmi dipandang
sebagai tindakan individu meskipun tindakan tersebut dipengaruhi oleh tindakan
kolektif.
3. Soetandy mendefinisikan:kekerasanadalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang tengah merasa kuat)
terhadap seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih lemah), bersaranakan
kekuatannya, fisik maupun non fisik yang superior dengan kesengajaan untuk
menimbulkan rasa derita di pihak yang tengah menjadi objek kekerasan.
4. Kekerasan menurut Galtung adalah any avoidable impediment to self realization
yang maksudnya : Kekerasan adalah segala sesuatu yang menyebabkan orang
terhalang mengaktualisasikan potensi diri secara wajar .Berdasarkan konsep
tersebut jelas bahwa kekerasan selalu berhubungan dengan tindakan atau perilaku
kasar, mencemaskan, menakutkan dan selalu menimbulkan dampak (efek) yang
tidak menyenangkan bagi korbannya, baik secara fisik,psikis maupun sosial.
5. Menurut Faqih kata kekerasan merupakan padanan dari kata violence dalam
bahasa Inggris, meskipun keduanya memiliki konsep yang berbeda. Kata violence
diartikan disini sebagai suatu serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun
integritas mental psikologis seseorang. Sedangkan kekerasan dalam bahasa
Indonesia umumnya dipahami hanya menyangkut serangan fisik belaka. Kekerasan
terhadap sesama manusia ini sumbernya maupun alasannya bermacam-macam,
seperti politik atau keyakinan keagamaan atau bahkan rasisme. .
(curhatnisa.blogspot:2011),
6. Kekerasan adalah penganiayaan, penyiksaan atau perlakuan salah, menurut WHO
dalam (E-book,SUMUT: 1) kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindkaan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang dan atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan
besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan atau perampasan hak. Menurut depkes.RI :2006 dalam
(yudhim.blogspot :2008) Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan
yang berkaitan atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan,
secara fisik, seksual, psikologis, ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan dan
perampasan kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun di
lingkungan rumah tangga.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang kekerasan menurut para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu bentuk tindakan
yang menyakiti atau membuat penderitaan terhadap perempuan secara fisik, seksual,
psikologi yang mengakibatkan trauma terhadap perempuan atau korban.

2.2. BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Berdasaran ruang lingkup dan agen pelakunya, seperti dalam Deklarasi Penghapusan
Kekerasan terhadap Perempuan Pasal 2, kekerasan terhadap perempuan mencakup, tetap
tidak terbatas pada:
1. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang terjadi di keluarga, termasuk pemukulan,
penganiayaan, seksual anak perempuan dalam keluarga, perkosaan dalam perkawinan,
pemotongan kelamin perempuan, dan praktek-praktek tradisional lainnya yang
menyengsarakan perempuan, kekerasan yang dilakukan bukan merupakan pasangan
hidup dan kekerasan yang terkait dengan eksplotasi.
2. Kekerasan, seksual dan psikologis yang terjadi dalam komunitas berupa perkosaan,
penganiyaan seksual, pelecehan dan intimidasi seksual di tempat kerja, institusi
pendidikan, tempat umum dan lainnya, perdagangan perempuan dan pelacur paksa.
3. Kekerasan, sesksual dan psikologis yang dilaksanakan atau dibiarkan terjadinya oleh
Negara, dimanapun kekerasan tersebut terjadi.
(amrulloh. 2009. Bentuk kekerasan terhadap perempuan)
Adapun Tindak kekerasan seksual meliputi:
Pernaksaan hubungan seksual (perkosaan) yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut : Perkosaan ialah hubungan seksual
yang terjadi tanpa dikehendaki oleh korban. Seseorang laki-laki menaruh penis,
jari atau benda apapun kedalam vagina, anus, atau mulut atau tubuh perempuan
tanpa sekendak perempuan itu.
Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang anggota dalam lingkup
rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan / atau tujuan
tertentu.
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak diinginkan oleh orang yang menjadi
sasaran. Pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti di
tempat kerja, dikampus/ sekolah, di pesta, tempat rapat, dan tempat urnum
lainnya. Pelaku pelecehan seksual bisa teman, pacar, atasan di tempat kerja.
Tindak kekerasan ekonomi: yaitu dalam bentuk penelantaran ekonomi dimana
tidak diberi nafkah secara rutin atau dalarn jumlah yang cukup, membatasi dan/
atau metarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga
korban di bawah kendati orang tersebut. (yudhim. blogspot : 2008)
2.3 PENYEBAB KEKERASAN PADA PEREMPUAN
Aspek Budaya :

Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang memisahkan


peran dan sifat gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan tidak setara.
Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga, lembaga pendidikan, agama,
dan media massa, menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan:

laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri yang


khas dalam keluarga/perkawinan/berpacaran.

laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak penuh


untuk memperlakukan perempuan seperti barang miliknya

keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di
bawah kendali laki-laki

Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik.

Aspek Ekonomi

Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;

perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di


lingkup formal dan informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan
pelatihan.

Aspek Hukum
Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-
undangan maupun dalam praktek penegakan hukum;

Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya


kebutuhan perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku;

Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum

Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada


perempuan dan anak perempuan korban kekerasan.

Aspek Politik

Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan


keputusan di bidang politik, hukum, kesehatan, maupun media.

Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai


persoalan yang berdampak serius bagi negara,

Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,

Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik.

Terkait dengan kondisi situasional yang memudahkan, seperti terisotasi,


kondisi konflik dan perang. Dalam situasi semacam ini sering terjadi
perempuan sebagai korban, misaInya dalam lokasi pengungsian rentan
kekerasan seksual, perkosaan. Dalam kondisi kemiskinan perempuan mudah
terjebak pada pelacuran. Sebagai imptikasi maraknya teknologi informasi,
perempuan terjebak pada kasus pelecehan seksual, pornografi dan
perdagangan.

2.4 DAMPAK KEKERASAN PADA WANITA

Pada Korban

Kesehatan Fisik seperti memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah tulang dan
luka dalam), gangguan kesehatan yang khronis, gangguan pencernaan, perilaku
seksual beresiko, gangguan makan, kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, terinfeksi penyakit menular seksual,
HIV/AIDS Kesehatan Mental: seperti depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku
obsesif kompulsif, disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma Produktivitas
kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit berkonsentrasi,
berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan medis, atau memenuhi
panggilan polisi/meng-hadiri sidang. Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku,
kematian karena aborsi/kegugur-an/AIDS

Pada Anak

Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah, Terhambatnya kemampuan untuk


menjalin hubungan yang dekat dan positif dengan orang lain, Kecenderungan lari dari
rumah, adanya keinginan bunuh diri Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung
menjadi korban kekerasan yang serupa di masa remaja/dewasanya

Pada Masyarat & Negara

Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut serta
dalam kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan dan menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat.

Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun pengadilan,


serta biaya untuk perawatan kesehatan bagi korban

Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan

2.5 PENCEGAHAN TERHADAP KEKERASAN PADA PEREMPUAN

Pencegahan, penanganan korbandan pelaku adalahtanggung jawab semua pihak: laki-


laki, perempuan, lingkungan tetangga, tokoh agama/masyarakat, lembaga pendidikan/
agama, dunia usaha maupun pemerintah Kerjasama antara pusat penanganan krisis bagi
perempuan korban (womens crisis center) dengan masyarakat, dunia usaha, dan
pemerintah merupakan suatu kemutlakan.

Upaya pencegahan dan penanganan korban maupun pelaku yang ada masih jauh dari
memadai. Bagi para perempuan penyandang cacat, kondisi ini lebih berat dirasakan Khusus
tentang dukungan bagi korban untuk dapat melanjutkan hidupnya secara mandiri, sehat dan
bermartabat, dibutuhkan beragam dukungan yang bentuknya fleksibel sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan korban, dan bersifat memberdayakan Jalan keluar, pemecahan
masalah gender dalam tindak kekerasan terhadap perempuan perlu dilakukan secara
serempak, baik upaya yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dari segi
pemecahan praktis jangka pendek, dapat dilakukan upaya program aksi yang melibatkan
perempuan agar mereka mampu menghentikan masalah mereka sendiri, seperti kekerasan,
pelecehan dan berbagai stereotype terhadapnya.

Mereka sendiri harus mulai memberikan pesan penolakan secara jelas kepada pelaku
yang melakukan kekerasan dan pelecehan agar kegiatan kekerasan dan pelecehan tersebut
terhenti. Sementara usaha perjuangan strategis jangka panjang perlu dilakukan untuk
memperkokoh usaha praktis tersebut. Perjuangan strategis ini meliputi berbagai peperangan
ideologis di masyarakat. Bentuk-bentuk peperangan tersebut misalnya, dengan
melancarkan kampanye kesadaran kritis dan pendidikan umum masyarakat untuk meng-
hentikan berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan. Upaya strategis lain perlu
melakukan studi tentang berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan untuk selanjutnya
dipakai sebagai advokasi guna merubah kebijakan, hukum dan aturan pemerintah yang
dinilai tidak adil terhadap kaum perempuan. Menghentikan ketidakadilan gender dalam
aspek kekerasan terhadap perempuan, berarti mengangkat kepentingan perempuan dan
membuat mereka lebih berdaya, hal ini merupakan bagian dalam rangka mengangkat
harkat dan martabat perempuan. (SUSANTO. 2005)

2.6 ANALISIS GENDER TERHADAP TINDAK KEKERASAN

Pemahaman terhadap konsep gender sangat diperlukan mengingat dengan konsep ini
telah lahir suatu analisis gender. Analisis gender dalam sejarah pemikiran manusia tentang
ketidakadilan sosial dianggap suatu analisis baru, dan mendapat sambutan akhir-akhir ini.
Analisis gender merupakan analisis kritis yang mempertajam dari analisis kritis yang sudah
ada, seperti analisis kelas oleh Karl Marx, analisis hegemony ideologi oleh Gramsci, analisis
kritis (Critical Theory) dari mazhab Frankfurt, dan analisis wacana oleh Fucoult. Tanpa
analisis gender kritik mereka kurang mewakili semangat pluralisme yang diimpikan. Tanpa
mempertanyakan gender terasa kurang mendalam. Peran gender yang berbeda juga
menimbulkan ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Diantara beberapa manifestasi
ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi gender Berikut akan diuraikan dari
aspek terjadinya kekerasan terhadap perempuan disertai analisis dari temuan penelitian.
Kekerasan (violence) terhadap perempuan karena adanya perbedaan gender.
Kekerasan terhadap perempuan belakangan ini diduga meningkat. Berbagai macam bentuk
kekerasan menimpa perempuan, mulai yang ringan hingga yang berat (mengancam jiwa).
Banyak sekali kekerasan terjadi pada perempuan yang ditimbulkan oleh adanya stereotype
gender. Perbedaan gender dan sosialisasi gender yang amat lama mengakibatkan kaum
perempuan secara fisik lemah dan kaum lelaki umumnya kuat. Hal itu tidak menimbulkan
masalah sepanjang anggapan lemahnya perempuan tersebut tidak mendorong dan
memperbolehkan lelaki untuk bisa seenaknya memukul dan memperkosa perempuan. Banyak
terjadi pemerkosaan justru bukan karena unsur kecantikan, melainkan karena kekuasaan dan
stereotype gender yang dilabelkan pada kaum perempuan, Berbagai macam dan bentuk
kejahatan yang bisa dikategorikan
kekerasan gender, di antaranya adalah sebagai berikutpemerkosaan, pemukulan dan
serangan non fisik yang terjadi dalam rumah tangga, penyiksaan, prostitusi atau
pelacuran, pornografi, sterilisasi dalam KB, kekerasan terselubung dengan memegang
bagian dari tubuh perempuan, dan pelecehan sex.
Sampai saat ini kita belum dapat menekan terjadinya tindak kekerasan terhadap
perempuan. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa pernah
mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami perempuan Indonesia cenderung
tinggi. Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 persen dari total penduduk Indonesia pernah
mengalami tindak kekerasan (Jawa Pos, 30 April 2003).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemahaman terhadap konsep gender sangat diperlukan mengingat dengan
konsep ini telah lahir suatu analisis gender. Analisis gender dalam sejarah
pemikiran manusia tentang ketidakadilan sosial dianggap suatu analisis baru, dan
mendapat sambutan akhir-akhir ini. Analisis gender merupakan analisis kritis
yang mempertajam dari analisis kritis yang sudah ada, seperti analisis kelas oleh
Karl Marx, analisis hegemony ideologi oleh Gramsci, analisis kritis (Critical
Theory) dari mazhab Frankfurt, dan analisis wacana oleh Fucoult. Tanpa analisis
gender kritik mereka kurang mewakili semangat pluralisme yang diimpikan.
Tanpa mempertanyakan gender terasa kurang mendalam. Peran gender yang
berbeda juga menimbulkan ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Diantara
beberapa manifestasi ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi gender
Berikut akan diuraikan dari aspek terjadinya kekerasan terhadap perempuan
disertai analisis dari temuan penelitian.

Kekerasan (violence) terhadap perempuan karena adanya perbedaan


gender. Kekerasan terhadap perempuan belakangan ini diduga meningkat.
Berbagai macam bentuk kekerasan menimpa perempuan, mulai yang ringan
hingga yang berat (mengancam jiwa). Banyak sekali kekerasan terjadi pada
perempuan yang ditimbulkan oleh adanya stereotype gender. Perbedaan gender
dan sosialisasi gender yang amat lama mengakibatkan kaum perempuan secara
fisik lemah dan kaum lelaki umumnya kuat. Hal itu tidak menimbulkan masalah
sepanjang anggapan lemahnya perempuan tersebut tidak mendorong dan
memperbolehkan lelaki untuk bisa seenaknya memukul dan memperkosa
perempuan. Banyak terjadi pemerkosaan justru bukan karena unsur kecantikan,
melainkan karena kekuasaan dan stereotype gender yang dilabelkan pada kaum
perempuan, Berbagai macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan

kekerasan gender, di antaranya adalah sebagai berikutpemerkosaan, pemukulan


dan serangan non fisik yang terjadi dalam rumah tangga, penyiksaan, prostitusi
atau pelacuran, pornografi, sterilisasi dalam KB, kekerasan terselubung deng an
memegang bagian dari tubuh perempuan, dan pelecehan sex.
Sampai saat ini kita belum dapat menekan terjadinya tindak kekerasan terhadap
perempuan. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa
pernah mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami perempuan Indonesia
cenderung tinggi. Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 persen dari total penduduk
Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan (Jawa Pos, 30 April 2003).

3.2 SARAN
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk memahami kekerasan pada
perempuan Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini
melakukan penyuluhan mengenai pentingnya kekerasan pada perempuan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.savyamirawcc.com/kekerasan-terhadap-perempuan-ktp
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/sekilas-kekerasan-terhadap-perempuan.html
http://curhatnisa.blogspot.com/2011/09/konsep-kekerasan-terhadap-perempuan-dan.html

Amrulloh. 2009. Pengertian Kekerasan terhadap Perempuan.blogspot.

http://e-book. sumatera utara.chapter II.pdf.html.

Anda mungkin juga menyukai