Anda di halaman 1dari 27

HAKDANKEWAJIBANWARGANEGARA

Disusunoleh:

AndiAyuLestari:1501028

S1TEKNIKPERMINYAKAN
SEKOLAHTINGGITEKNOLOGIMINYAKDANGASBUMI
BALIKPAPAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah Hak dan Kewajiban
Warga Negara Indonesia dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia. Pemahaman
tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta
penarikan kesimpulan dalam malah ini .
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia ini disajikan dalam konsep
dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami
makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
mengenai hak dan kewajiban sebagai anggota warga negara.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyusun makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia. Tidak
lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang
tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-
saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Balikpapan, 28 April 2017



Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan.............................................6
2.2 Azas-azas Kewarganegaraan..........................................................................17
2.3. Masalah Status Kewarganegaraan...................................................................19
2.4. Hilangnya Kewarga Negaraan Seseorang.......................................................23
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia yang merupakan suatu Negara yang demokratis tentunya


mempunyai elemen, seperti masyarakat. Masyarakat disini sangat berperan
dalam pembangunan suatu Negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban
bagi warga negaranya begitu pula dengan warga negaranya juga
mempunyai hak dan kewajiban terhadap Negaranya. Seperti apakah hak
dan kewajiban tersebut yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh
masing-masing elemen tersebut. Dalam makalah ini akan mencoba
membahas tentang hak dan kewajiban yang dilakukan oleh masing-masing
elemen tersebut.

Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh


pemerintah. Dalam artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-harinya, tidak memperdulikan pendidikan dirinya
dan keluraganya, tidak mengobati penyakit yang dideritanya dan lain
sebagainya yang menggambarkan seakan-akan pemerintah tidak melihat
penderitaan yang dirasakan mereka. Dengan demikian mereka
menanyakan hak-hak mereka, akankah hak-hak mereka diabaikan begitu
saja, atau jangan-jangan hal semacam itu memang bukan hak mereka?
kalau memang bantuan pemerintah kepada mereka itu adalah hak yang
harus diterima mereka mengapa bantuan itu belum juga datang?

Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum


didapat, ada juga orang-orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga
negara telah didapat, akan tetapi mereka tidak mau menunaikan
kewajibannya sebagai warga negara. Mereka tidak mau membela
negaranya diakala hak-hak negeri ini dirampas oleh negara sebrang,
mereka tidak mau tahu dikala hak paten seni-seni kebudayaan Indonesia
dibajak dan diakui oleh negara lain, dan bahkan mereka mengambil dan
mencuri hak-hak rakyat jelata demi kepentingan perutnya sendiri.
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsur-unsur dari Negara yang
berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur Negara adalah
rakyat, rakyat yang tinggal di suatu Negara tersebut merupakan penduduk
dari Negara yang bersangkutan. Warga Negara adalah bagian dari
penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula
yang bukan merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain
yang bukan merupakan Negaranya sendiri. suatu Negara pasti mempunyai
suatu undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang
kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang siapa saja kah yang
bisa dianggap sebagai warga Negara. Di Indonesia merupakan salah satu
Negara yang mempunyai peraturan tentang kewarganegaraan tersebut.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini kami akan menguraikan dari mata
kuliah PKn II dengan pembahasan Hak dan Kewajiban Warga Negara
Indonesia. Demikianlah makalah ini kami buat dan sekiranya ada
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini kami mohon ma'af dan kami
siap menerima kritikan yang sifatnya membangun terutama dari Bapak
atau Ibu Dosen dan kepada teman-teman yang membaca makalah ini.
Kami berharap setelah membaca makalah yang sederhana ini kita dapat
memetik ilmu dan menambah wawasan kita semua.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan


2.1.1 Pengertian Warga Negara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah
penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga negara dari negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 angka
(1) pengertian warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundangundangan.
Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang
mempunyai keterikatan timbal balik dengan negaranya. Warga negara
dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata citizens. Seseorang dapat
menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
oleh suatu negara.
Menurut Kansil, warga negara adalah mereka yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan,
diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah
negara itu. Warga negara mempunyai kewajiban atas negaranya dan warga
negara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh
negara. Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui
oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia.
Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia
terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor
identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah
berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya
sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Setiap negara berdaulat untuk berwenang dalam menentukan siapa-siapa
saja yang menjadi warga negara. Dalam menentukan kewarganegaraan
seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada kriterium kelahiran
dan pewarganegaraan (naturalisasi).
1.Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
Ius Soli
Ius Soli adalah kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran. Di
dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan
negara tempat di mana dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga
negara dari negara tersebut. Pada awalnya asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran ini hanya satu, yakni ius soli saja. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa karena sesorang lahir di suatu wilayah
negara, maka otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut. Akan
tetapi dengan semakin tingginya tingkat mobilitas manusia, diperlukan
suatu asas lain yang tidak hanya berpatokan pada tempat kelahiran saja.
Selain itu, kebutuhan terhadap asas lain ini juga berdasarkan realitas
empirik bahwa ada orang tua yang memiliki status kewarganegaraan yang
berbeda. Hal ini akan bermasalah jika kemudian orang tua tersebut
melahirkan anak di tempat salah satu orang tuanya (misalnya, di tempat
ibunya). Jika tetap menganut asas ius soli, maka si anak hanya akan
mendapatkan status kewarganegaraan ibunya saja, sementara ia tidak
berhak atas status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah, maka
asas ius sanguinis dimunculkan, sehingga si anak dapat memiliki status
kewarganegaraan bapaknya.
Ius Sanguinis
Ius sanguinis adalah kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan. Di
dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara
berdasarkan asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia
dilahirkan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, seseorang
yang lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu
negara, seperti Indonesia, maka anak tersebut berhak mendapat status
kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga negara Indonesia.
Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan
mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik
antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya
kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak mempunya
kewarganegaraan sama sekali (a-patride). Berhubungan dengan itu, maka
untuk menentukan kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel
kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel aktif dan
stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelsel ini kita bedakan dalam hak opsi
dan hak reputasi. Hak opsi ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan
(pelaksanaan stelsel aktif) dan hak reputasi ialah hak untuk menolak
kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini,
orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah:
a) Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
b) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
c) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.
d) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah
yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
e) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
f) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
g) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.
h) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
i) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
j) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya.
k) Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan
ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
l) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:


a) Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing.
b) Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah
sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.
c) Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia.
d) Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara
sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk


dalam situasi sebagai berikut:
a) Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau
ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
b) Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang
diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak
oleh warga negara Indonesia.
Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah
diterangkan di atas yang menentukan status anak ialah ayahnya. Apabila tidak
ada hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya atau apabila ayahnya
tidak mempunyai kewarganegaraan ataupun (selama) tidak diketahui
kewarganegaraannya, maka barulah ibunya yang menentukan status anak itu.
Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu dan anak selalu mengadakan
hukum secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan ayahnya, setelah ayah
itu mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan hukum
itu baru diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut
kewarganegaraan ayahnya.

2. Kriterium Pewarganegaraan
Pewarganegaraan atau naturalisasi ialah proses perubahan status dari
penduduk asing menjadi warga negara suatu negara. Proses ini harus terlebih
dahulu memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan dalam peraturan
kewarganegaraan negara yang bersangkutan. Hukum naturalisasi di setiap
negara berbeda-beda. Di Indonesia, masalah kewarganegaraan saat ini diatur
dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2006. Adapun syarat-syarat memperoleh
naturalisasi menurut UU No. 12 Tahun 2006 yaitu:

a. Naturalisasi biasa
Syarat-syarat naturalisasi biasa yaitu:
Bertempat tinggal terakhir di Indonesia minimal 5 tahun
Seseorang pemain atau atlit bisa di naturalisasi secara biasa jika dia
sudah menetap di Indonesia minimal 5 tahun. Dan dalam kurun waktu
lima tahun tersebut dia tidak keluar dalam waktu yang lama ke negara
lain.
Telah berusia 21 tahun atau lebih
Pada usia 21 tahun seseorang berhak untuk menentukan status
kewarganegaraannya.
Sudah menikah dan mendapatkan persetujuan dari pasangannya
Seseorang yang sudah menikah jika ingin berpindah kewarganegaraan
harus terlebih dahulu mendapatkan ijin dari pasangannya yang sah.
Sehat jasmani dan rohani
Harus dalam keadaan sehat baik jasmaninya maupun rohaninya
sebelum masuk menjadi warga negara Indonesia, hal tersebut ditunjukkan
oleh surat keterangan dari pihak dokter.
Mampu berbahasa Indonesia secara lancar
Berbahasa Indonesia menjadi syarat pendukung seseorang dalam
mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.
Tidak mempunyai kewarganegaraan lain selain Indonesia
Jika ingin mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, seorang pemain
atau atlit harus terlebih dahulu melepas kewarganegaraannya yang lama.
Karena tidak memungkinkan seseorang mempunyai kewarganegaraan
ganda.

b. Naturalisasi khusus
Naturalisasi khusus diberikan kepada pemain (atlit) atau individu yang
telah menunjukkan jasanya kepada Indonesia. Dia bisa mengajukan
diri atau atas permintaan pemerintah untuk menjadi WNI. Untuk lebih
jelasnya mengenai ketentuan naturalisasi pemain ataupun warga negara
asing (WNA) kita bisa mengacu pada UU Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan RI sebagai pengganti UU Nomor 62 Tahun
1958.

2.1.2 Pengertian Kewarganegaraan


Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara.
Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara
yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang
yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang
berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
1) Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya
ikatan hukum antara orang-orang dengan negara.
2) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan
ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan,
ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah
air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat
kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah
kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2) Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat
hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan
kewajiban warga negara.
Pengertian kewarganegaraan menurut beberapa ahli sebagai berikut:
a. Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia
sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam
hubungan dengan negara.
b. Stanley E. Ptnord dan Etner F. Peliger
Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas
pemerintahan dan hak-kewajiban warga negara.
c. Daryono
Kewarganegaraan ialah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban
warga negara.
d. Wolhoff
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni
sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan
bahasa kehidupan sosial-budaya serta kesadaran nasionalnya.

2.1.3 Hak-Hak Dan Kewajiban Warga Negara


Dalam konteks kata, hak dan kewajiban mengandung 2 kata yaitu
hak dan kewajiban. Dari masing-masing kata tersebut tentunya
mempunyai arti tersendiri. Menurut Prof. Dr. Notonegoro Hak adalah
kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melalui oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh
pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya. Menurut pengertian tersebut, individu maupun kelompok ataupun
elemen lainnya, jika menerima hak hendaknya dilakukan sesuai dengan
aturan yang berlaku dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi
harus pihak yang menerimannya lah yang melakukan itu. Dari pengertian
yang lain, hak bisa berarti sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunanya tergantung kepada kita sendiri contohnya hak mendapatkan
pengajaran. Dalam hak mendapatkan pengajaran ini adalah tergantung dari
diri kita sendiri. Kalau memang menganggap bahwa pengajaran itu penting
bagi kita pasti kita akan senantiasa belajar atau sekolah atau mungkin
kuliah. Tapi kalau ada yang menganggap itu tidak penting pasti tidak akan
melakukan hal itu.
Kata yang kedua adalah kewajiban. Kewajiban berasal dari kata
wajib. Menurut Prof. Dr. Notonegoro wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melalui
oleh pihak tertentu, tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.
Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan. Disini
kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan
kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apapun. Dari
pengertian yang lain kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan
dengan penuh rasa tanggung jawab atau pembatasan atau beban yang
timbul karena hubungan dengan sesama atau dengan Negara.

A. Hak-Hak Warga Negara


Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara
berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat
2).
Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.(pasal 28A).
Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang Hak untuk mengembangkan diri dan
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak mendapat pendidikan,
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C
ayat 2).
Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak,hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).
B. Kewajiban Warga Negara
Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28J ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

2.1.4 Hak-Hak Dan Kewajiban Negara


Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Keberadaan
negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan
anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Negara
memiliki kekuasaan yang kuat terhadap rakyatnya. Kekuasaan, dalam arti
kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi orang
lain atau kelompok lain, dalam ilmu politik biasanya dianggap bahwa
memiliki tujuan demi kepentingan seluruh warganya. Dengan demikian,
kekuasaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang berperan sebagai
penyelenggara negara adalah semata-mata demi kesejahteraan warganya.
Hak negara terhadap warga negaranya :
1. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahannya;
2. Hak negara untuk dibela;
3. Hak negara untuk menguasai bumi, air dan kekayaan untuk
kepentingan rakyatnya.
Kewajiban negara terhadap warga negara :
1. Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil;
2. Kewajiban negara untuk menjamin HAM;
3. Kewajiban negara untuk memberikan kebebasan beribadah;
4. Kawajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan
nasional;
5. Kewajiban negara untuk memajukan kebudayaan nasional;
6. Kewajiban negara untuk menyejahterakan rakyat;
7. Kewajiban negara untuk memberi jaminan dan perlindungan dan
perlindungan sosial.

Adapun Kewajiban Negara yang seharusnya dilakukan adalah sebagai


berikut:
1. Mensejahterakan kehidupan rakyat;
2. Membela rakyat;
3. Menjamin keamanan dan kenyamanan rakyat;
4. Menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok rakyat;
5. Memberi pendidikan formal, non formal dan in formal kepada
rakyat;
6. Mengurus orang miskin dan anak terlantar;
7. Memberi pekerjaan kepada rakyat;
8. Membela negara dari ancaman negara lain;
9. Mengelola kekayaan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat;
10. Memberantas korupsi dan manipulasi kekuasaan atau kewenangan;
11. Menjaga kerukunan umat beragama.

2.2 Azas-azas Kewarganegaraan


Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara
tertentu. Pada umumnya asas dalam menentukan kewarganegaraan
dibedakan menjadi dua,yaitu:
a. Asas ius sanguinis (asas keturunan), yaitu kewarganegaraan seseorang
ditentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan.
Misalnya, Seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warga negara B. Jadi
berdasarkan asas ini,kewarganegaraan anak selalu mengikuti
kewarganegaraan orang tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu
lahir.

b. Asas ius soli (asas kedaerahan), yaitu kewarganegaraan seseorang


ditentukan
berdasarkan tempat kelahirannya. Misalnya, seseorang dilahirkan di
Negara B, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara A, maka ia
adalah warga negara B. Jadi menurut asas ini kewarganegaraan seseorang
tidak terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena yang
menjadi patokan adalah tempat kelahirannya.
Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam
penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:
a. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang
berdasarkan keturunan,bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan.
b. Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan
terbatas
bagi anak-anak seseuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang.
c. Asas kewarganegraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur
dalam undang-undang.
Adapun asas kewarganegaraan khusus dalam kewiraan yaitu :
a) Asas kepentingan nasional, yaitu asas yang menentukan bahwa
peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional
Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatan sebagai
negara kesatuan yang memiliki cita cita dan tujuan sendiri.
b) Asas perlindungan maksimum, adalah asas yang menentukan
pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap
warga negara Indonesia dalam keadaan apa pun baik di dalam
maupun di luar negeri.
c) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan, yaitu asas
yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapat
perlakuan yang sama didalam hukum pemerintahan.
d) Asas kebenaran substantif, adalah prosedur pewarganegaraan
seseorang tdak hanta bersifat administratif, tetapi disertai substansi
dan syarat syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e) Asas non diskriminatif, yaitu asas yang tidak membedakan
perlakuan dalam segala hal yang berhubungan dengan warga
negara atas dasar suku, ras, agama, golongan dan gender.
f) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,
adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan
memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak waga
negara pada umumnya.
g) Asas keterbukaan, yaitu asas yang menentukan bahwa dalam
segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus
dilakukan secara terbuka
h) Asas publisitas, adalah asas yang menentukan bahwa seseorang
yang memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan Republik
Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
agar masyarakat mengetahunya.
2.3 Masalah Status Kewarganegaraan
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa
negara, baik yang menerapkan asas ius soli maupun ius sanguinis, dapat
menimbulkan dua kemungkinan status kewarganegaraan seorang
penduduk.
Masalah status kewarganegaraan seseorang akan muncul apabila azas
kewarganegaraan tersebut diatas diterapkan secara tegas dalam sebuah
negara. Sehingga muncul permasalahan sebagai berikut:
Apatride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak
mempunyai kewarganegaraan. Misalnya, seorang keturunan bangsa A
yang menganut asas ius soli lahir di negara B yang menganut asas ius
sanguinis. Maka orang tersebut tidaklah menjadi warga negara A dan
juga tidak dapat menjadi warga negara B. Dengan demikian orang
tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan.

Bipatride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua


macam kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap).
Misalnya, seseorang keturunan bangsa B yang menganut asas ius
sanguinis lahir di negra A yang menganut asas ius soli. Oleh karena ia
keturunan bangsa B, maka ia dianggap sebagai warga negara B. Akan
tetapi, negara A juga mengganggap dia warga negaranya karena
berdasarkan tempat lahirnya.

Dalam menetukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu


Negara lazim menggunakan dua stelsel, yaitu:
o Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu
secara aktif untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
o Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi
warga negara tanpa melakukan sutu tindakan hukum tertentu
(naturalisasi Istimewa)
Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu
negara pada dasarnya mempunyai:
a. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam
stelsel aktif)
b. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel
pasif)
Kewarganegaraan Ganda, bila dikaji dari segi hukum perdata
internasional, kewarganegaraan ganda juga memiliki potensi masalah,
misalnya dalam hal penentuan status personal yang didasarkan pada
asas nasionalitas, maka seorang anak berarti akan tunduk pada
ketentuan negara nasionalnya. Bila ketentuan antara hukum negara
yang satu dengan yang lain tidak bertentangan maka tidak ada
masalah, namun bagaimana bila ada pertentangan antara hukum negara
yang satu dengan yang lain, lalu pengaturan status personal anak itu
akan mengikuti kaidah negara yang mana. Lalu bagaimana bila
ketentuan yang satu melanggar asas ketertiban umum pada ketentuan
negara yang lain.
Sebagai contoh adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum
Indonesia, terdapat syarat materil dan formil yang perlu
dipenuhi.Ketika seorang anak yang belum berusia 18 tahun hendak
menikah maka harus memuhi kedua syarat tersebut.Syarat materil
harus mengikuti hukum Indonesia sedangkan syarat formil mengikuti
hukum tempat perkawinan dilangsungkan.Misalkan anak tersebut
hendak menikahi pamannya sendiri (hubungan darah garis lurus ke
atas), berdasarkan syarat materiil hukum Indonesia hal tersebut
dilarang (pasal 8 UU No. 1 tahun 1974), namun berdasarkan hukum
dari negara pemberi kewarganegaraan yang lain, hal tersebut diizinkan,
lalu ketentuan mana yang harus diikutinya.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan
adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.Dalam penentuan
kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua asas
yaitu asas ius soli dan ius sanguinis.Ius artinya hukum atau dalil.Soli
berasal dari kata solum yang artinya negari atau tanah.Sanguinis
berasal dari kata sanguis yang artinya darah.Asas Ius Soli; Asas yang
menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari
tempat dimana orang tersebut dilahirkan.Asas Ius Sanguinis; Asas
yang menyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan
beradasarkan keturunan dari orang tersebut.
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat
didasarkan pada aspek perkawinan yang mencakupa asas kesatuan
hukum dan asas persamaan derajat.Asas persamaan hukum didasarkan
pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak
terpecahkan sebagai inti dari masyarakat.Dalam menyelenggarakan
kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan
yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan
asas ini diusahakan ststus kewarganegaraan suami dan istri adalah
sama dan satu.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara
dapat menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang
warga.Secara ringkas problem kewarganegaraan adalah munculnya
apatride dan bipatride.Appatride adalah istilah untuk orang-orang yang
tidak memiliki kewarganegaraan.Bipatride adalah istilah untuk orang-
orang yang memiliki kewarganegaraan ganda (rangkap dua).Bahkan
dapat muncul multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang
memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2).

2.3.1 Syarat Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia


a. Pewarga negaraan
Yang dimaksud pewarga negaraan adalah tata cara bagi orng asising untuk
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui pemohon.
Permohonan pewarga negaraan dapat diajukan dengan syarat syarat (a)
telah berusia 18 (delapan belas tahun) atau sudah kawin; (b) pada waktu
mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut turut atau paling singkat
10 (sepuluh) tahun tdak berturut turut; (c) sehat jasmani dan rohani; (d)
dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (e) tidak
pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih; (f) jika dengan
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
kewarganegaraan ganda; (g) mempunyai pekerjaan dan/atau penghasilan
tetap; dan (h) membayar uang pewarga negaraan ke Kas Negara.

b. Perkawinan secara sah dengan Warga Negara Indonesia


1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara
indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat
(Pasal 19 ayat 1).
2) Pernyataan dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat
tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima)
tahun berturut turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut
turut kecuali dengan peroleh kewarganegaraan tersebut mengakibatkan
kewarganegaraan ganda .
3) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda, yang
bersangkutan dapat diberi izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan
perundang undangan.

2.4 Kehilangan Status Kewarganegaraan


Kehilangan kewarganegaraan bagi warga negara indonesia lebih di
sebabkan perbuatan dan tingkah laku warga negara itu sendiri. Pasal 23
Undang Undang nomor 12 Tahun 2006, juga menyebutkan bahwa warga
negara indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauanya sendiri.


b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain,
sedangkan orang bersangkutan mendapat kesempatan itu.
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan
belas tahun) atau sudah kawin,bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan
dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan.
d. Masuk dalam dinas tentara izin terlebih dahulu dari presiden.
e. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan
dalam dinas semacam itu di indonesia sesuai dengan peraturan perundang
undangan hanya dapat dijabat oleh warga negara indonesia.
f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia
pada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut.
g. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
h. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya.
i. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama
5 (lima) tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa
alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginanya untuk
tetap menjadi warga negara indonesia kepada Perwakilan Repulik
Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Sebagai tambahan dan penjelasan bahwa pasal 23 huruf d (masuk dalam
dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden) tidak berklaku
bagi mereka yang mengikuti program pendidikan di negara lain yang
mengharuskan wajib militer (Pasal 24)

BAB III
KESIMPULAN

Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Kedua harus menyatu, maksudnya
dikala hak-hak kita sebagai warga negara telah didapatkan, maka kita juga harus
menenuaikan kewajiban kita kepada negara seperti: membela negara, ikut andil
dalam mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif yang bisa memajukan
bangsa ini.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang
bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam
wilayah negara itu.
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2
kriterium, yaitu:
1. Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi
2, yaitu:
a) Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.
b) Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli.

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang


menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan
negara lain.
Hak-Hak kita warga negara sebagai anggota masyarakat telah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar sebagai berikut:
Pasal 27 (2): Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupannya yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.
Pasal 31 (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Di samping adanya pasal-pasal yang menyebutkan tentang hak-hak warga negara,
di Undang-Undang Dasar juga terdapat di dalamnya tentang kewajiban-kewajiban
kita warga negara sebagai anggota masyarkat, adapun bunyinya sebagai berikut:.
Pasal 27 (1): Segala Warga negara.....wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.
DAFTAR PUSTAKA

https://hepikampus.wordpress.com/2010/01/15/pendidikan-
kewarganegaraankewiraan-maksud-dan-tujuan-landasan-hukum-ruang-
lingkup/
http://kwn2012.blogspot.com/2012/10/definisikewarganegaraan.html
http://elsagustianristiani.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-kewarganegaraan-
dan.html
http://ahmad-zam-11.blogspot.co.id/2015/05/normal-0-false-false-false-iu-
latn-ca-x.html
http://www.edukasippkn.com/2015/09/pengertian-warga-negara-
kewarganegaraan.html
https://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-
indonesia/
http://coretan-berkelas.blogspot.com/2014/09/asas-asas-kewarganegaraan-
indonesia.html
http://rovisulistiono.blogspot.co.id/2013/04/kewarganegaraan_2.html

Anda mungkin juga menyukai