Anda di halaman 1dari 9

TELAAH KEPUSTAKAAN

Viral Load pada Infeksi HIV


(Viral Load in HIV Infection)
Linda Astari, Sawitri, Yunia Eka Safitri, Desy Hinda P
Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya

ABSTRAK
Viral load menggambarkan jumlah virus HIV di dalam darah, yang dinyatakan dalam satuan copies per mililiter (mL) darah.
Mengukur HIV RNA di dalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya replikasi virus. Pemeriksaan viral load HIV mulai
rutin dilakukan oleh para klinisi sebagai prediktor yang lebih baik daripada pemeriksaan sel limfosit T-CD4 untuk memprediksi
progresivitas perjalanan infeksi HIV. Pemeriksaan viral load HIV juga sering digunakan untuk menentukan efektivitas atau
kegagalan terapi antiretroviral. Pengukuran plasma viral load secara serial dan berkala membantu penderita dan dokter untuk
menentukan waktu permulaan pemberian terapi antiretroviral.

Kata kunci: viral load, limfosit T-CD4, infeksi HIV, terapi antiretroviral

ABSTRACT
Viral load represents the amount of HIV in blood, given as copies per mililiter (mL) of blood. The HIV RNA level has become
the laboratory marker of viral replication. Measurement of plasma viral load is now being used routinely in clinical practice.
Plasma viral load was found to be a better predictor of the risk of HIV infection progression than CD4 lymphocyte count.
Plasma viral load testing is also often used to evaluate antiretroviral treatment response and to identify treatment failure. Serial
measurements of plasma viral load help patients and physicians decide when to begin antiretroviral drug therapy.

Key words: viral load, CD4 lymphocyte, HIV infection, antiretroviral therapy

Korespondensi: Linda Astari, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya. Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 68 Surabaya 60286
Indonesia. Telp. +6231 5501609

PENDAHULUAN virus HIV dalam darah. Dari beberapa penelitian, di


antaranya yang dilakukan oleh John Mellors, MD dkk
Infeksi HIV dan penyakit AIDS saat ini telah
dan Bryan Lau, MD dkk yang ditampilkan pada 14th
menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun
Annual Conference on Retroviruses and Opportunistic
waktu 25 tahun, infeksi HIV telah berkembang
Infections (14th CROI) di Los Angeles Februari tahun
dengan pesat, bermula dari beberapa kasus di area
2007 menunjukkan bahwa pemeriksaan viral load HIV
dan populasi tertentu hingga menyebar ke seluruh
merupakan prediktor yang lebih baik untuk melihat
area dan negara di dunia.1
progresivitas infeksi HIV dibandingkan pemeriksaan
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah
jumlah sel CD4.4
sindroma penyakit defisiensi imunitas seluler yang
didapat, disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang merusak sel yang berfungsi untuk STRUKTUR HIV
sistem kekebalan tubuh yaitu CD4 (Lymphocyte HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan
T-helper).2,3 Sejak awal HIV/AIDS menjadi epidemik di dalam famili Retroviridae, subfamili Lentivirinae, genus
seluruh negara di dunia, para klinisi telah melakukan Lentivirus. HIV termasuk virus RNA dengan berat
pemeriksaan jumlah sel CD4 pasien sebagai indikator molekul 9,7 kb (kilobases). Jenis virus RNA dalam
penurunan sistem imun dan untuk memantau risiko proses replikasinya harus membuat sebuah salinan
progresivitas dari infeksi HIV. Pada pertengahan tahun DNA dari RNA yang ada di dalam virus. Gen DNA
1990, para klinisi mulai juga memantau secara rutin tersebut yang memungkinkan virus untuk bereplikasi.
viral load HIV, yang secara langsung mengukur jumlah Seperti halnya virus yang lain, HIV hanya dapat

Pengarang Utama 2 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP


(SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990)

31
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

bereplikasi di dalam sel pejantan. HIV merupakan virus limfosit T pada fase ini masih diatas 500 sel/mm3 dan
yang memiliki selubung virus (envelope), mengandung kemudian akan mengalami penurunan setelah enam
dua kopi genomik RNA virus yang terdapat di dalam minggu terinfeksi HIV.3,7,8
inti. Di dalam inti virus juga terdapat enzim-enzim
Fase Infeksi Laten
yang digunakan untuk membuat salinan RNA, yang
diperlukan untuk replikasi HIV yakni antara lain: Setelah terjadi infeksi primer HIV akan timbul
reverse transcriptase, integrase, dan protease. RNA diliputi respons imun spesifik tubuh terhadap virus HIV. Sel
oleh kapsul berbentuk kerucut terdiri atas sekitar sitotoksik B dan limfosit T memberikan perlawanan
2000 kopi p24 protein virus.1,3,5 yang kuat terhadap virus sehingga sebagian besar
virus hilang dari sirkulasi sistemik. Sesudah terjadi
peningkatan respons imun seluler, akan terjadi
peningkatan antibodi sebagai respons imun humoral.
Selama periode terjadinya respons imun yang kuat,
lebih dari 10 milyar HIV baru dihasilkan tiap harinya,
namun dengan cepat virus-virus tersebut dihancurkan
oleh sistem imun tubuh dan hanya memiliki waktu
paruh sekitar 56 jam. Meskipun di dalam darah dapat
dideteksi partikel virus hingga 108 per ml darah, akan
tetapi jumlah partikel virus yang infeksius hanya
didapatkan dalam jumlah yang lebih sedikit, hal
ini menunjukkan bahwa sejumlah besar virus telah
Gambar 1. Struktur HIV (Dikutip dari kepustakaan berhasil dihancurkan. Pembentukan respons imun
no. 6) spesifik terhadap HIV menyebabkan virus dapat
dikendalikan, jumlah virus dalam darah menurun
PERJALANAN INFEKSI HIV dan perjalanan infeksi mulai memasuki fase laten.
Secara ringkas perjalanan infeksi HIV dapat Namun demikian sebagian virus masih menetap di
dijelaskan dalam tiga fase, yaitu: (1) Fase Infeksi dalam tubuh, meskipun jarang ditemukan di dalam
Akut (Sindroma Retroviral Akut); (2) Fase Infeksi plasma, virus terutama terakumulasi di dalam kelenjar
Laten; (3) Fase Infeksi Kronis.3 limfe, terperangkap di dalam sel dendritik folikuler,
dan masih terus mengadakan replikasi. Sehingga
Fase Infeksi Akut (Sindroma Retroviral Akut) penurunan limfosit T-CD4 terus terjadi walaupun
Keadaan ini disebut juga infeksi primer HIV. virion di plasma jumlahnya sedikit. Pada fase ini
Sindroma akut yang terkait dengan infeksi primer HIV jumlah limfosit T-CD4 menurun hingga sekitar 500
ini ditandai oleh proses replikasi yang menghasilkan sampai 200 sel/mm3. 3,7
virus-virus baru (virion) dalam jumlah yang besar. Jumlah virus, setelah mencapai jumlah tertinggi
Virus yang dihasilkan dapat terdeteksi dalam darah pada awal fase infeksi primer, akan mencapai jumlah
dalam waktu sekitar tiga minggu setelah terjadinya pada titik tertentu atau mencapai suatu "set point"
infeksi. Pada periode ini protein virus dan virus yang selama fase laten. Set point ini dapat memprediksi
infeksius dapat dideteksi dalam plasma dan juga onset waktu terjadinya penyakit AIDS. Dengan jumlah
cairan serebrospinal, jumlah virion di dalam plasma virus kurang dari 1000 kopi/ml darah, penyakit AIDS
dapat mencapai 106 hingga 107 per mililiter plasma. kemungkinan akan terjadi dengan periode laten
Viremia oleh karena replikasi virus dalam jumlah lebih dari 10 tahun. Sedangkan jika jumlah virus
yang besar akan memicu timbulnya sindroma infeksi kurang dari 200 kopi/ml, infeksi HIV tidak mengarah
akut dengan gejala yang mirip infeksi mononukleosis menjadi penyakit AIDS. Sebagian besar pasien dengan
akut yakni antara lain: demam, limfadenopati, bercak jumlah virus lebih dari 100.000 kopi/ml, mengalami
pada kulit, faringitis, malaise, dan mual muntah, yang penurunan jumlah limfosit T-CD4 yang lebih cepat
timbul sekitar 36 minggu setelah infeksi. Pada fase dan mengalami perkembangan menjadi penyakit
ini selanjutnya akan terjadi penurunan sel limfosit AIDS dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun.
T-CD4 yang signifikan sekitar 28 minggu pertama Sejumlah pasien yang belum mendapatkan terapi
infeksi primer HIV, dan kemudian terjadi kenaikan memiliki jumlah virus antara 10.000 hingga 100.000
limfosit T karena mulai terjadi respons imun. Jumlah kopi/ml pada fase infeksi laten. Pada fase ini pasien

32
Telaah Kepustakaan Viral Load pada Infeksi HIV

umumnya belum menunjukkan gejala klinis atau VIRAL LOAD HIV


asimtomatis. Fase laten berlangsung sekitar 810
Tes viral load HIV adalah tes yang digunakan
tahun (dapat 3-13 tahun) setelah terinfeksi HIV.3,7
untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah,
Fase Infeksi Kronis sedangkan jumlah virus HIV di dalam darah disebut
viral load, yang dinyatakan dalam satuan kopi per
Selama berlangsungnya fase ini, di dalam kelenjar mililiter (mL) darah. Dengan mengukur HIV RNA
limfa terus terjadi replikasi virus yang diikuti dengan di dalam darah dapat secara langsung mengukur
kerusakan dan kematian sel dendritik folikuler serta besarnya replikasi virus. Untuk melakukan replikasi,
sel limfosit T-CD4 yang menjadi target utama dari virus membutuhkan RNA sebagai "cetakan" atau "blue
virus HIV oleh karena banyaknya jumlah virus. print" agar dapat menghasilkan virus baru. Tiap virus
Fungsi kelenjar limfa sebagai perangkap virus HIV membawa dua
kopi
RNA. Ini artinya jika pada
menurun atau bahkan hilang dan virus dicurahkan hasil tes didapatkan jumlah HIV RNA sebesar 20.000
ke dalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan kopi per mL maka berarti di dalam tiap mililiter
jumlah virion secara berlebihan di dalam sirkulasi darah terdapat 10.000 partikel virus.10,11,12
sistemik. respons imun tidak mampu mengatasi Sejak infeksi HIV/AIDS menjadi epidemik di
jumlah virion yang sangat besar. Jumlah sel limfosit seluruh negara di dunia, pemeriksaan sel T-CD4
T-CD4 menurun hingga dibawah 200 sel/mm3, jumlah rutin dilakukan untuk memantau perjalanan infeksi
virus meningkat dengan cepat sedangkan respons dan sebagai indikator penurunan sistem imun.4 Pada
imun semakin tertekan sehingga pasien semakin pertengahan tahun 1990-an, sejak ditemukan teknologi
rentan terhadap berbagai macam infeksi sekunder baru untuk mengukur secara kuantitatif HIV RNA
yang dapat disebabkan oleh virus, jamur, protozoa di dalam plasma atau dikenal sebagai viral load HIV,
atau bakteri. Perjalanan infeksi semakin progresif pemeriksaan ini mulai rutin dilakukan oleh para
yang mendorong ke arah AIDS. Setelah terjadi AIDS klinisi sebagai prediktor yang lebih baik daripada
pasien jarang bertahan hidup lebih dari dua tahun pemeriksaan sel limfosit T-CD4 untuk memprediksi
tanpa intervensi terapi. Infeksi sekunder yang sering progresifitas perjalanan infeksi HIV.4 Pemeriksaan viral
menyertai antara lain: pneumonia yang disebabkan load HIV juga sering digunakan untuk menentukan
Pneumocytis carinii, tuberkulosis, sepsis, toksoplasmosis efektivitas relatif dari obat antiretroviral pada beberapa
ensefalitis, diare akibat kriptosporidiasis, infeksi uji klinis.9,10
virus sitomegalo, infeksi virus herpes, kandidiasis Tes viral load HIV ditujukan pada pasien-pasien
esofagus, kandidiasis trakea, kandidiasis bronkhus yang telah didiagnosa mengalami infeksi HIV atau
atau paru serta infeksi jamur jenis lain misalnya AIDS. Tes ini dapat juga dilakukan pada bayi yang
histoplasmosis dan koksidiodomikosis. Kadang- baru lahir, yang ibunya diketahui menderita HIV
kadang juga ditemukan beberapa jenis kanker yaitu, atau AIDS oleh karena dapat mendeteksi HIV dalam
kanker kelenjar getah bening dan kanker sarkoma darah lebih cepat dibandingkan tes-tes yang lain.
Kaposi's.3,7,8 Dengan demikian jika memang didapatkan virus HIV
Selain tiga fase tersebut di atas, pada perjalanan di dalam sampel darah bayi tersebut, dokter dapat
infeksi HIV terdapat periode masa jendela atau mempertimbangkan untuk memberikan terapi lebih
"window period" yaitu, periode saat pemeriksaan tes awal. Wanita hamil yang pernah mengalami atau baru
antibodi terhadap HIV masih menunjukkan hasil saja mengalami paparan terhadap HIV dapat juga
negatif walaupun virus sudah ada dalam darah melakukan tes viral load HIV. Tes ini akan membantu
pasien yang terinfeksi HIV dengan jumlah yang mereka membuat keputusan, seperti misalnya kapan
banyak. Antibodi yang terbentuk belum cukup mereka harus memulai terapi antiretroviral untuk
terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium oleh menghindari penularan infeksi HIV pada bayi mereka.
karena kadarnya belum memadai. Periode ini dapat Deteksi RNA virus penting juga dilakukan pada
berlangsung selama enam bulan sebelum terjadi penderita dengan infeksi yang masih akut (sebelum
serokonversi yang positif, meskipun antibodi terhadap terbentuk antibodi) atau pada kasus yang sangat
HIV dapat mulai terdeteksi 36 minggu hingga 12 jarang, pada seseorang yang terinfeksi tanpa terbentuk
minggu setelah infeksi primer. Periode jendela sangat antibodi (antibodi negatif).9,10,12
penting diperhatikan karena pada periode jendela ini HIV RNA dalam plasma dapat diukur melalui
pasien sudah mampu dan potensial menularkan HIV beberapa metode atau teknik pemeriksaan, yakni:
kepada orang lain.3,7,8

33
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

(1) Polymerase Chain Reaction (PCR); (2) branched- versi yang standar dan telah disetujui oleh Food and
chain DNA (b-DNA); (3) Nucleic acid sequence-based Drug Administration (FDA).9,14,15
amplification (NASBA). Ketiga metode tersebut dapat Alat standar Roche ini dilaporkan memiliki
mengukur HIV RNA dalam plasma secara kuantitatif rentang deteksi HIV RNA berkisar antara 400750.000
dengan akurat, namun masing-masing metode bekerja copies/mL, sedangkan metode ultrasensitif yang saat
dengan cara yang berbeda-beda sehingga menunjukkan ini telah dikembangkan dapat mendeteksi HIV RNA
hasil yang berbeda untuk pemeriksaan sampel yang pada kisaran 5075.000 kopi

/mL. Antikoagulan sampel
sama. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan darah yang dapat digunakan adalah EDTA atau ACD
supaya menggunakan satu jenis tes atau metode yang (acid citrate dextrose).9,14,15
sama pada setiap pemeriksaan viral load agar hasil
yang diperoleh dapat dibandingkan dari waktu ke Pengukuran HIV RNA dengan branched chain
waktu.10,11,13,14 deoxyribonucleic acid (b-DNA)
Sensitivitas dari masing-masing metode Metode pemeriksaan b-DNA merupakan metode
pemeriksaan bervariasi tergantung tipe alat yang hibridisasi secara kuantitatif yang didasarkan pada
digunakan. Namun ketiga metode saat awal ditemukan amplifikasi sinyal branched DNA, secara luas telah
memiliki batas sensitivitas berkisar 200500 RNA dipakai untuk memonitor pasien-pasien yang sedang
RNA kopi
per mililiter plasma, dengan batas atas dalam terapi antiviral HIV, hepatitis C, dan hepatitis
yang dapat dideteksi mencapai 100.000 hingga lebih B serta untuk mengelompokkan pasien-pasien yang
dari 1 juta
kopi per mL. Saat ini teknik pemeriksaan akan mendapatkan terapi.
Secara komersial peralatan
yang lebih sensitif, dapat mendeteksi 2050 kopi
HIV metode pemeriksaan ini dibuat oleh Bayer, sehingga
10,11,13,14
RNA per mL telah tersedia. dikenal juga dengan nama Bayer VERSANT HIV-1
Dalam pengukuran HIV RNA dalam plasma, RNA 3.0. Karakteristik yang penting dari pemeriksaan
sebaiknya pada tiap penderita diambil pengukuran saat hibridisasi ini adalah sensitif, memiliki rentang
baseline sehingga hasil pengukuran yang didapat pada dinamik yang luas, tepat, serta akurat.16
saat berikutnya dapat dibandingkan. Nilai baseline Rentang dinamik metode ini mencapai 1.000.000
ini dapat diperoleh dengan cara menghitung rata- kopi RNA/mL, sedangkan sensitivitasnya hingga 50
rata hasil dua tes viral load yang dilakukan dalam kopi RNA/mL plasma, dan batas kuantifikasinya
rentang waktu 24 minggu. Hasil pemeriksaan viral sekitar 75-100 kopi

/mL. Antikoagulan sampel darah
load sebanyak beberapa kali dikatakan mengalami yang digunakan adalah EDTA.9,16
perubahan bermakna jika didapatkan penurunan atau
peningkatan viral load sebanyak tiga kali lipat atau Pengukuran HIV RNA dengan Nucleic acid
lebih dari hasil tes yang sebelumnya.10,11,13,14 sequence-based amplification (NASBA)
Beberapa faktor dapat memengaruhi hasil Pemeriksaan NASBA meliputi isolasi asam
pengukuran HIV RNA dalam plasma misalnya, nukleat melalui proses lisis dan ikatan RNA virus
vaksinasi atau infeksi virus yang lain. Hal tersebut pada mikropartikel silicon dioxide (silica), diikuti
dapat meningkatkan replikasi HIV di dalam darah, dengan amplifikasi isotermal (sehingga disebut
oleh karena itu sebaiknya pasien tidak melakukan target amplification) menggunakan sebuah reverse
pemeriksaan viral load HIV dalam waktu empat minggu transcriptase, RNAase H, dan T7 RNA polymerase.
setelah mendapatkan vaksinasi atau mengalami infeksi Sensitivitas pemeriksaan ini sekitar 40 RNA
kopi/
apa pun.10,11,13,14 mL, batas kuantifikasi berkisar 500
kopi
/mL, dan
rentang dinamik hingga mencapai 10.000.000 RNA
Pengukuran HIV RNA dengan Polymerase Chain
/mL (bioMerieux NuclisensTM QT HIV-1 RNA
kopi
Reaction (PCR)
assay). Antikoagulan yang dapat dipakai antara lain:
Alat yang secara komersial tersedia untuk EDTA, ACD, dan heparin.9
mengukur HIV RNA dengan menggunakan PCR
dibuat oleh Roche yakni, the Roche Amplicor HIV-1 PENGOLAHAN SPESIMEN UNTUK
Monitor TM. Pemeriksaan dengan menggunakan alat PENGUKURAN HIV-1 RNA
ini didasarkan pada sistem amplifikasi target dan
menggunakan teknologi reverse transcriptase-polymerase Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
chain reaction (RT-PCR). Alat ini tersedia dalam dua pengolahan spesimen yang akan digunakan untuk
versi yakni, versi 1.0 dan versi 1.5. Versi 1.0 merupakan pengukuran HIV-1 RNA. Untuk meminimalkan

34
Telaah Kepustakaan Viral Load pada Infeksi HIV

variabilitas hasil pengukuran HIV-1 RNA, sampel Telah banyak pengukuran klinis dan laboratoris
yang akan diperiksa dengan metode tertentu harus yang digunakan untuk menentukan prognosis infeksi
diproses pada waktu yang sama dengan waktu HIV. Pada suatu studi komparatif sebelumnya,
pengambilan darah, dengan menggunakan tipe tabung yang mengkaji delapan macam penanda selular
yang berisi antikoagulan yang sama. Secara umum dan serologik, didapatkan hasil bahwa prediktor
tipe antikoagulan yang lebih banyak dipilih adalah tunggal yang terbaik dalam memprediksi perjalanan
EDTA. Direkomendasikan untuk memisahkan dan AIDS adalah prosentase atau jumlah absolut limfosit
menyimpan plasma pada suhu 70 derajat dalam T-CD4 yang beredar dalam sirkulasi. Sejak hasil studi
waktu 6 jam setelah pengambilan sampel.9 tersebut dipublikasikan, metode-metode baru mulai
dikembangkan untuk menghitung plasma viral load,
PERAN VIRAL LOAD PADA INFEKSI HIV yang diukur sebagai konsentrasi HIV RNA. Studi-
studi yang pernah dilakukan telah menunjukkan
Pemeriksaan viral load HIV RNA memiliki peran
bahwa konsentrasi HIV RNA dalam plasma setelah
yang penting dalam perjalanan infeksi HIV dan
infeksi akut HIV (fase serokonversi) memberikan
telah menjadi landasan dalam manajemen penyakit
informasi yang prognostik, yang tidak terkait dengan
HIV. Saat ini pemeriksaan viral load mulai rutin
jumlah limfosit T-CD4. Pada suatu studi terbaru
dilakukan oleh para klinisi. Pengukuran plasma viral
menyebutkan bahwa plasma viral load diketahui
load yang dilakukan pada beberapa bulan setelah
merupakan indikator prognosis yang lebih baik
fase serokonversi atau disebut juga "baseline" viral
dibandingkan pengukuran jumlah limfosit T-CD4.
load merupakan suatu prediktor yang penting untuk
Namun studi kohort tersebut hanya dilakukan pada
meramalkan perkembangan infeksi HIV menjadi
populasi dengan jumlah sampel yang kecil dan tidak
penyakit AIDS. Pengukuran plasma viral load secara
meneliti nilai prognostik penanda lain atau kombinasi
serial dan berkala membantu penderita dan dokter
dari penanda-penanda yang sudah ada.10,17
untuk menentukan waktu permulaan pemberian
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh John W.
terapi antiretroviral, menentukan efektivitas atau
Mellors, MD dkk dari Universitas Pittsburg mengkaji
kegagalan terapi serta membantu memastikan jika
nilai prognostik viral load, yang diukur sebagai
efek yang menguntungkan dari terapi antiretroviral
konsentrasi HIV RNA dalam plasma, dibandingkan
gagal dicapai dan terapi harus diganti. Pemeriksaan
dengan penanda-penanda klinis, serologik dan selular
viral load juga penting dan bermanfaat dilakukan pada
yang lain dalam suatu studi kohort dengan jumlah
seseorang yang baru saja terpapar HIV atau mengalami
sampel yang besar, dengan objek penelitian laki-laki
infeksi yang masih akut, namun belum terbentuk
yang terinfeksi HIV-1. Dari studi tersebut didapatkan
antibodi. Sehingga dapat segera diketahui apakah
hasil bahwa plasma viral load merupakan prediktor
seseorang tersebut terinfeksi HIV atau tidak. Akan
tunggal terbaik dalam menentukan keluaran klinis
tetapi setelah itu tetap perlu dilakukan tes serologis
infeksi HIV, diikuti diurutan kedua (berdasarkan
untuk konfirmasi diagnosis infeksi HIV.9,10
nilai prediktif) jumlah limfosit T-CD4, selanjutnya
Penggunaan Viral Load untuk Memantau berturut-turut level neopterin, level 2-mikroglobulin,
Progresivitas Perjalanan Infeksi HIV dan thrush atau demam.10,17
Studi tersebut menemukan hubungan yang
Waktu yang diperlukan untuk terjadinya penyakit kuat antara viral load dengan kecepatan penurunan
AIDS pada pasien-pasien dengan infeksi HIV sangat jumlah limfosit T-CD4 yang terjadi setelahnya dan
bervariasi. Sekitar 5% pasien yang terinfeksi HIV hal ini belum pernah dilaporkan oleh studi-studi
mengalami perkembangan menjadi penyakit AIDS sebelumnya.17
dalam waktu 3 tahun setelah terjadinya infeksi Plasma viral load juga diketahui memberikan
pertama kali. Namun, sebanyak 12% orang yang informasi prognostik pada seluruh strata jumlah limfosit
terinfeksi HIV dapat mengalami perkembangan T-CD4 yang umum dipakai sebagai pedoman. Namun,
menjadi AIDS dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun. meskipun plasma viral load diketahui merupakan
Perjalanan infeksi HIV yang sangat bervariasi tersebut prediktor yang lebih baik dibandingkan limfosit
menyebabkan ketidakpastian bagi orang-orang yang T-CD4, penggabungan kedua penanda tersebut dalam
telah terinfeksi HIV mengenai progresivitasnya dan analisis regresi memberikan informasi prognostik
menimbulkan permasalahan menyangkut keputusan yang lebih baik dibandingkan jika masing-masing
kapan seharusnya terapi antiretroviral dimulai.17 penanda tersebut berdiri sendiri. Konsentrasi HIV

35
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

RNA yang diukur pada saat baseline sangat prediktif pejamu dengan manifestasi primer menurunnya
untuk memperkirakan kecepatan penurunan limfosit limfosit T-CD4 dan terjadinya infeksi, keganasan,
T-CD4, memperkirakan perjalanan infeksi menjadi serta tanda-tanda lain yang menunjukkan kerusakan
AIDS dan memprediksi kematian selama 10 tahun sistem imun. Interaksi yang terjadi antara pejamu
kedepan setelah infeksi.10,15,17 yang terinfeksi dengan HIV-1 merupakan interaksi
Adanya hubungan yang kuat antara plasma viral yang saling memengaruhi antara replikasi virus
load dan keluaran klinis yang terjadi memberikan dan kemampuan imun pejamu. Tujuan terapi pada
bukti yang kuat bahwa patogenesis penyakit HIV-1 infeksi HIV adalah untuk menurunkan atau jika
terpusat pada viremia yang terjadi. Selain itu, plasma memungkinkan, untuk menghilangkan replikasi
viral load menjadi suatu indikator langsung dari HIV-1. Kombinasi yang poten dari tiga atau lebih
keseluruhan jumlah sel yang diproduksi oleh virus obat anti HIV yang dikenal dengan nama highly active
pada seseorang yang terinfeksi HIV. Secara singkat antiretroviral therapy (HAART) dapat menurunkan
dapat disimpulkan, semakin rendah viral load, semakin jumlah virus HIV dalam sirkulasi ke tingkat yang
lama waktu yang diperlukan untuk menjadi AIDS dan sangat rendah. Pada sebagian besar kasus terapi
semakin lama waktu ketahanan hidupnya. Sebaliknya, antiretroviral telah terbukti memperbaiki perjalanan
pasien dengan plasma viral load yang tinggi dapat klinis penyakit HIV dan menghasilkan masa hidup
mengalami perkembangan menjadi AIDS dalam yang lebih panjang.5,9
waktu yang lebih pendek oleh karena produksi virus Terapi antiretroviral dapat diberikan pada
dalam jumlah yang besar akan membuat kemampuan pasien-pasien dengan sindroma HIV akut, pasien
dan tenaga host untuk menekan kerusakan limfosit yang mengalami fase serokonversi selama 6 bulan,
T-CD4 lebih cepat habis. Mekanisme spesifik yang pasien HIV dengan berbagai gejala simptomatik, serta
bertanggung jawab terhadap terjadinya kerusakan wanita hamil untuk mencegah transmisi vertikal.
limfosit T-CD4 dan faktor-faktor penting yang Pada pasien-pasien dengan gejala asimptomatik,
mengendalikan produksi virus hingga saat ini masih keputusan untuk memulai terapi didasarkan pada
belum dapat dijelaskan.10,15,17 kesediaan pasien untuk mengikuti komplek regimen
Sebuah studi yang serupa, yang dilakukan obat yang direkomendasikan serta didasarkan pada
pada wanita-wanita yang terinfeksi HIV juga parameter imunologik dan virologik. Pasien dengan
menunjukkan adanya hubungan antara plasma viral jumlah limfosit T-CD4 kurang dari 500/mm3 dan
load dengan prognosis penyakit. Peneliti tersebut HIV RNA viral load lebih dari 10.000
kopi
/mL
juga mengkonfirmasi kemampuan nilai baseline merupakan kandidat untuk mendapatkan terapi
plasma viral load dan jumlah limfosit T-CD4 untuk antiretroviral.18
memprediksi keluaran klinis dan mengetahui bahwa Analisis multipel yang dilakukan pada lebih
setelah pemberian terapi antiretroviral, perubahan dari 5.000 pasien yang dilibatkan dalam sekitar 18
yang terjadi pada penanda tersebut dapat memprediksi uji obat antiretroviral telah menunjukkan adanya
keluaran klinis. Tiap penurunan log 0,5 pada plasma hubungan yang kuat dengan penurunan plasma
viral load terkait dengan penurunan sebesar 30% risiko viral load dan perbaikan klinis.
Oleh karenanya,
terjadi progresivitas klinis, sedangkan peningkatan U.S. Department of Health and Human Services
jumlah limfosit T-CD4 sebesar 10% terkait dengan (DHHS) Panel on Antiretroviral Guidelines for Adult
penurunan risiko sebesar 15%. Lebih lanjut, pada and Adolescents dan International AIDS Society USA
wanita hamil yang terinfeksi HIV, plasma viral load (ISA-USA) menyarankan agar hasil tes plasma
dapat memprediksi risiko transmisi yang mungkin viral load dijadikan sebuah parameter yang penting
terjadi. Saat ini pedoman manajemen infeksi HIV yang dalam pengambilan keputusan untuk memulai atau
digunakan secara luas telah menyertakan pemeriksaan mengganti terapi antiretroviral.
Pengukuran plasma
plasma viral load untuk menentukan stadium penyakit viral load dan limfosit T-CD4 sebaiknya dilakukan
dan prognosis penderita.10 secara periodik selama perjalanan infeksi HIV. Untuk
menghindari variabilitas, pengukuran plasma viral load
Penggunaan Viral Load untuk Menentukan hendaknya dilakukan pada minimal dua sampel yang
Permulaan Waktu Terapi terpisah, menggunakan jenis atau metode pemeriksaan
Human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) yang sama, dan dikerjakan di laboratorium yang
menyebabkan suatu penyakit virus yang kronis, sama, sebelum keputusan untuk memulai terapi
menimbulkan kerusakan perlahan pada sistem imun diambil.9,10

36
Telaah Kepustakaan Viral Load pada Infeksi HIV

Pedoman-pedoman utama yang telah ada saat yang berbeda harus dilakukan sebelum dilakukan
ini memiliki nilai batasan jumlah plasma viral load perubahan terapi.10,14,18
dan limfosit T-CD4 yang sedikit bervariasi dalam Idealnya, level HIV RNA harus menurun
memberikan rekomendasi untuk memulai atau secara cepat setelah terapi antiretroviral dimulai.
menunda pemberian terapi antiretroviral (Tabel 1). Pedoman mengenai penurunan plasma viral load yang
Pengukuran plasma viral load yang berkisar antara diharapkan, bervariasi, respons terapi yang optimal
10.00030.000
kopi
/mL dan jumlah limfosit T-CD4 didefinisikan sebagai penurunan viral load sebesar 10
kurang dari 350 hingga 500/mm3 merupakan indikasi kali lipat atau log 1-2 dalam waktu empat atau delapan
untuk memulai pemberian terapi antiretroviral pada minggu dan tidak didapatkan virus (kurang dari
sebagian besar pasien.9,10 50 kopi/mL) dalam waktu 46 bulan setelah terapi.
Pertimbangan adanya komplikasi pengobatan, efek Penurunan plasma viral load hingga kurang dari
simpang, kemungkinan munculnya resistensi virus, 50 kopi/mL terkait dengan peningkatan supresi
dan adanya keterbatasan pilihan di masa yang akan virus. Kegagalan untuk mencapai level target plasma
datang merupakan faktor-faktor yang penting dalam viral load kurang dari 50 kopi/mL atau viral load
menentukan batasan nilai ambang berkaitan dengan masih lebih dari 500 kopi/mL setelah terapi selama
pemberian terapi antiretroviral. Tidak semua pasien 46 bulan menunjukkan adanya kegagalan terapi yang
mampu mencapai tujuan supresi virus, dan oleh karena kemungkinan disebabkan resistensi obat, absorbsi
itu regimen terapi perlu disesuaikan pada masing- obat yang tidak adekuat atau kurangnya kepatuhan
masing penderita. Biaya yang dikeluarkan dan efek penderita. Supresi virus yang maksimal sering kali
samping terapi jangka panjang memerlukan perhatian memerlukan waktu yang lebih lama pada pasien-
yang lebih dari penderita sebelum menentukan terapi pasien dengan level baseline viral load yang lebih
yang akan digunakan.10 tinggi, yakni diatas 100.000 kopi/mL. Level HIV
RNA harus dimonitor secara periodik tiap 34 bulan
Penggunaan Viral Load untuk Memantau selama pemberian terapi antiretroviral.10,14,18
Efektivitas Terapi Antiretroviral Pada pasien-pasien yang telah berhasil mencapai
Setelah dimulai pemberian terapi antiretroviral, plasma viral load di bawah level yang dapat dideteksi,
perlu dilakukan monitor terhadap pasien berkaitan terdapat petunjuk untuk merubah terapi antiretroviral
dengan efek simpang yang terjadi serta respons jika didapatkan peningkatan konsentrasi plasma
terapi. Jumlah limfosit T-CD4 dan level HIV RNA HIV RNA. Idealnya, berapa pun nilai plasma HIV
merupakan alat penting untuk evaluasi respons RNA yang dapat dideteksi merupakan indikasi untuk
terapi. Pengukuran limfosit T-CD4 dan plasma viral merubah terapi, untuk menghindari munculnya
load minimal dua kali pengukuran pada kunjungan mutan virus yang resisten terhadap obat. Untuk pasien

Tabel 1. Rekomendasi memulai terapi antiretroviral pada penderita dewasa yang belum pernah mendapatkan
terapi dan pasien usia muda dengan infeksi HIV kronisa
Stadium Klinis Rekomendasi
Simptomatik
Penyakit AIDS atau gejala berat Memulai terapi antiretroviral
Asimptomatik
CD4 < 200 sel/mm3 Memulai terapi antiretroviral
CD4 > 200 350 sel/mm3 Menawarkan terapi (DHHS)
Mempertimbangkan terapi (IAS-USA)
CD4 > 350 500 sel/mm3 Sebagian besar klinisi menunda, beberapa
merekomendasi terapi (DHHS)
HIV RNA > 100.000 c/mL Mempertimbangkan terapib (IAS-USA)
HIV RNA < 100.000 c/mL Menunda terapi (DHHS)
Umumnya tidak direkomendasikan (IAS-USA)
CD4 > 500 sel/mm3c Umumnya tidak direkomendasikan (IAS-USA)
a
Laki-laki dan wanita yang tidak hamil
b
Pedoman IAS-USA juga merekomendasikan mempertimbangkan terapi jika didapatkan penurunan CD4 yang cepat
c
Strata nilai CD4 ini tidak ditulis secara terpisah pada pedoman DHHS (Dikutip dari kepustakaan no. 19)

37
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

yang pada awalnya mengalami penurunan HIV RNA progresifitas klinis penyakit, adanya toksisitas obat
yang signifikan (tetapi belum sampai di bawah level atau efek samping obat yang tidak dapat ditoleransi
yang dapat terdeteksi), adanya peningkatan lebih dari oleh penderita.10
5.000 sampai 10.000 kopi/mL mengindikasikan bahwa
pasien tersebut memerlukan perubahan terapi.10 KEPUSTAKAAN
Namun terdapat beberapa hal yang perlu
1. Knoll B, Lassmann B, Temesgen Z. Current Status
diperhatikan dalam mengintepretasi hasil pengukuran of HIV Infection: a review for non HIV-treating
plasma viral load. Adanya variabilitas biologik dan physicians. Int J of Dermatol 2007; 46: 121928.
intra-assay dapat memengaruhi hasil yang didapatkan.
2. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual.
Selain itu penyakit atau vaksinasi yang terjadi saat Edisi 1. Surabaya: Airlangga University Press, 2008.
pemeriksaan, dapat menimbulkan peningkatan HIV
3. Nasronudin. HIV & AIDS Pendekatan Biologi
RNA secara sementara. Sebagai tambahan, seluruh Molekuler Klinis dan Sosial. Edisi 1. Surabaya:
spesimen sampel yang diperoleh harus diproses Airlangga University Press; 2008.

4. Highleyman L. HIV viral load predicts disease
dengan benar. Oleh karena adanya proses replikasi
progression better than CD4 cell count. Available from:
virus yang berlangsung cepat secara in vivo, maka
http://www.hivandhepatic.com/2007icr/docs/041307a.
pasien-pasien yang tidak mengkonsumsi beberapa html.
dosis obat antiretroviral sebelum kunjungan 5. NIAID. How HIV causes AIDS. November 2004.
pemeriksaan mungkin telah mengalami viral rebound Available from: http://www.aegis.com/topics/basics/
dan terapi antiretroviral yang telah mereka jalani hivandaids.html.
dapat disalahartikan mengalami kegagalan.10 6. Structure and Genome of HIV. Wikipedia: the Free
Sebelum melakukan tes plasma viral load, dokter Encyclopedia.htm. Available from: http://en.wikipedia.
harus menggali terlebih dahulu kepatuhan penderita org/wiki/HIV_structure_and_genome.
7. Coffin JM, Hughes SH, Varmus HE. Course of infection
terhadap regimen pengobatan dan harus menunda
with HIV and SIV. Available from: http://www.ncbi.
pemeriksaan jika didapatkan beberapa dosis obat
nml.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=rv.
yang tidak atau belum dikonsumsi. Sering kali adanya 8. Hunt R. HIV and AIDS: The Course of the disease.
ketidakpatuhan penderita dalam menyelesaikan Available from: http://pathmicro.med.sc.edu/lecture/
pengobatan merupakan penyebab utama terjadinya HIV3htm.
kegagalan pengobatan, sehingga perubahan regimen 9. Holmes King K, Sparlking PF, Starnm WE, Piot P,
obat mungkin tidak menyelesaikan masalah kegagalan Wasserheit JN, Corey L, et al. Sexually Transmitted
tersebut.10 Diseases. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Para peneliti telah banyak menggunakan tes 10. Mylonakis E, Paliou M, Rich JD. Plasma Viral load
testing in the management of HIV Infection. Am Fam
plasma viral load selama bertahun-tahun dalam riset
Physician 2001; 63: 48390, 4956.
mengenai obat-obatan AIDS untuk membantu mereka
11. Yayasan Spiritia. Tes viral load. Available from: http://
mengevaluasi efektivitas obat AIDS. Dalam waktu spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=125
yang tidak terlalu lama, tes viral load dapat menjadi 12. HIV and Plasma Viral Load Testing. Available from:
metode yang disetujui oleh FDA untuk menunjukkan http://familydoctor.org/online/famdocen/home/
kemampuan suatu obat anti-HIV atau kombinasi common/sexinfection/hiv/654.html.
beberapa obat tanpa perlu menunggu perubahan 13. What is Viral Load. Available from: http://www.aids.
klinis yang terjadi. Penggunaan tes viral load juga org/factsheets/125-viral-load-test.html.
dapat memperpendek waktu yang diperlukan untuk 14. Centers for Disease Control and Prevention.
Guidelines for laboratory test result reporting of
mengevaluasi efektivitas obat secara signifikan. Hal
human immunodeficiency virus type 1 ribonucleic
ini dapat menghemat beberapa juta dolar biaya riset
acid determination. MMWR 2001; 50: 12.
oleh karena waktu yang diperlukan untuk uji klinis 15. Baker R. HIV viral load supercedes CD4 count as best
tidak memerlukan jangka waktu yang lama.15 marker for predicting risk of AIDS and death. Available
Meskipun pemeriksaan plasma viral load cukup from: http://www.sfaf.org/treatment/beta/b29/b29vload.
penting, namun bukan satu-satunya faktor yang harus html.
dipertimbangkan dalam mengevaluasi regimen terapi 16. Collins ML, Irvine B, Tyner D, Fine E, Zayati C,
antiretroviral atau merubah pengobatan. Perubahan Horn T, et al. A branched DNA signal amplification
terapi antiretroviral juga harus dipertimbangkan assay for quantification of nucleic acid targets below
100 molecules/mL. Nucleic Acids Research 1997; 25:
jika terjadi penurunan limfosit T-CD4, terjadi
297984.

38
Telaah Kepustakaan Viral Load pada Infeksi HIV

17. Mellors JW, Munoz A, Giorgi JV, et al. Plasma viral 19. Hammer SM, Saag MS, Schechter M. Treatment for
load and CD4 lymphocytes as prognostic markers of adult HIV infection: 2006 Recommendations of the
HIV-1 infection. Annals of Internal Medicine 1997; International AIDS Society-USA panel. JAMA 2006;
126: 94654. 296: 82743.
18. Carrasco DA, Straten MV, Tyring SK.
A review
of antiretroviral drugs. Dermatol Ther 2000; 13:
30517.

39

Anda mungkin juga menyukai