Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ALAT-ALAT EKSPLORASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Eksplorasi Batubara

Disusun Oleh :
Aji Pratama Putra (1504024)
Agus Saputra (1504025)
Novalita (1504026)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2016
PEMBORAN TAMBANG

1. Pengertian Pemboran
Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat
sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan
peledak untuk diledakkan. Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi
pemboran memiliki fungsi lain seperti pengumupulan data sebaran cadangan.
Karena pentingnya kegiatan pemboran maka perlu adanya materi yang
menjelaskan tetang pemboran serta segala sesuatu yang ada di dalam kegiatan
pemboran secara terperinci sebagai bahan pembantu atau penuntun dalam
melakukan kegiatan pemboran.
Sistem pemboran berdasarkan dengan tingkat keterterapannya dibagi
menjadi 8 (delapan) macam yaitu :
1. Mekanik : perkusif, rotari, rotari-perkusif
2. Termal : pembakaran, plasma, cairan panas, pembekuan
3. Hidroulik : pancar (jet), erosi, cavitasi
4. Sonik : vibrasi frekuensi tinggi
5. Kimiawi : microblast, disolusi
6. Elektrik : elektric arc, induksi magnetis
7. Seismik : sinar laser
8. Nuklir : fusi, dan fisi

Meskipun banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan


pemboran untuk penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan
dengan mesin sistem mekanik (perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan
berbagai ukuran dan kemampuan, tergantung pada kapasitas produksi yang
diinginkan yang didasarkan pula pada pertimbangan teknik dan ekonomi,
sistem pemboran secara mekanik lebih applicable dari pada sistem pemboran
yang lain. Oleh sebab itu maka sangat penting untuk mengetahui produktivitas
alat bor untuk pembuatan lubang ledak untuk masing-masing jenis
batuan,sehingga di peroleh hasil yang maksimal dalam proses produksi.
Pemboran memiliki banyak fungsi antara lain :
a. Explorasi tubuh bijih
b. Informasi stratigrafi
c. Survey seismik (pembacaan gelombang pada batuan)
d. Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia
e. Kontrol kadar bijih
f. Perhitungan cadangan bijih
g. Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir dan lain-lain)

2. Faktor yang mempengaruhi pemboran

Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan


yang dibor, rock drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin
bor, dan ketrampilan operator.

A. Sifat Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai
konsekuensi pada pemilihan metode pemboran yaitu : kekerasan,
kekuatan, elastisitas, plastisitas, abrasivitas, tekstur, struktur, dan
karakteristik pembongkaran.
1. Kekerasan
Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap
goresan. Batuan yang keras akan memerlukan energy yang besar untuk
menghancurkanya. Pada umumnya batuan yang keras mempunyai
kekuatan yang besar pula . Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan
skala Fredrich Van Mohs (1882).

2. Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan
terhadap gaya dari luar, baik bersifat static maupun dinamik. Kekuatan
batuan dipengaruhi oleh komposisi mineralnya, terutama kandungan
kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkanya.

3. Bobot isi / Berat jenis


Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per
satuan volume. Batuan dengan bobot isi yang besar untuk
membongkarnya memerlukan energy yang besar pula.

4. Kecepatan Rambat Gelombang Seismik


Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang
yang besar. Pada umumnya batuan yang mempunyai kecepatan
rambat gelombang yang besar akan mempunyai bobotisi dan
kekuatan yang besar pula sehingga sangat mempengaruhi
pemboran.

5. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh
batuan lain yang lebih keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan
butiran batuan, bentuk butir, ukuran butir, porositas batuan, dan
sifat heterogenitas batuan.

6. Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral
yang menyusun batuan tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh
yang sama dengan bentuk batuan, porositas batuan, dan sifat-sifat
batuan lainya. Semua aspek ini berpengaruh dalam keberhasilan
operasi pemboran.

7. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus
elastisitas atau modulus Young (E). Modulus elastisitas batuan
bergantung pada komposisi mineral dan porositasnya. Umumnya
batuan dengan elastisitas yang tinggi memerlukan energi yang besar
untuk menghancurkanya.

8. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang
menyebabkan deformasi permanen setelah tegangan dikembalikan
ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat ini
sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusunya, terutama
kuarsa. Batuan yang plastisitasnya tinggi memerlukan energi yang
besar untuk menghancurkannya.

9. Struktur Geologi
Struktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang
perlapisan akan berpengaruh terhadap peledakan batuan. Adanya
rekaha-rekahan dan rongga-rongga di dalam massa batuan akan
menyebabkan terganggunya perambatan gelombang energy akibat
peledakan. Namun adanya rekahan-rekahan tersebut juga sangat
menguntungkan untuk mengetahui bidang lemahnya, sehingga
pemboran akan dilakukan berlawanan arah dengan bidang
lemahnya.

B. Drilabilitas Batuan (Drillability of Rock)


Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata
bor terhadap batuan. Nilai drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian
terhadap toughness berbagai tipe batuan oleh Sievers dan Furby. Hasil
pengujian mereka memperlihatkan kesamaan nilai penetration speed
dan net penetration rate untuk tipe batuan yang sejenis.

C. Umur dan Kondisi Mesin Bor


Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan
pemboran, kemampuan mesin bor akan menurun sehingga sangat
berpengaruh pada kecepatan pemboran. Umur mata bor dan batang bor
ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam melakukan
pemboran. Untuk menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan
mengetahui empat tingkat ketersediaan alat, yaitu:
a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)
Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui
kondisi mekanik yang sesungguhnya dari alat yang digunakan.
Kesediaan mekanik (MA) menunjukkan ketersediaan alat secara
nyata karena adanya waktu akibat masalah mekanik. Persamaan
dari ketersediaan mekanik adalah:

MA = x 100%

Keterangan:
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh
operator untuk melakukan kegiatan pemboran.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk
perbaikan dan waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan
termasuk juga waktu penyediaan suku cadang serta waktu perawatan.

b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)


Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk
beroperasi didalam seluruh waktu kerja yang tersedia. Persamaan
dari ketersediaan fisik adalah :

PA = x 100%

Keterangan:
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan
padahal alat tersebut siap beroperasi.
(W+R+S) = jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalanmatau
jumlah jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk
beroperasi.

c. Penggunaan Efektif
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut
dapat digunakan. Penggunaan efektif sebenarnya sama dengan
pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari kesediaan penggunaan
efektif adalah:

EU = x 100%
d. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)
Ketersediaan Penggunaan menunjukkan berapa persen
waktu yang dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat
tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif EUsebenarnya sama
dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari ketersediaan
penggunaan adalah:

UA = x 100%

Penilaian Ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui kondisi dan


kemampuan alat bor untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat dikatakan
sangat baik jika persen 90%, dikatakan sedang jika berkisar antara 70%-80%,
dikatakan buruk (kecil) jika persen kesediaan alat 70%.

D. Geometri Pemboran
1. Diameter Lubang ledak
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang ledak
adalah :
a. Volume batuan yang dibongkar
b. Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
c. Tingkat Fragmentasi yang diinginkan
d. Mesin bor yang tersedia
e. Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan.

2. Arah Lubang ledak


Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu arah
tegak dan arah miring. Pada tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang
ledak miring > dari pemboran tegak selain itu pemboran miring
penempatan posisi awal lebih sulit karena harus menyesuaikan dengan
kemiringan lubang ledak yang direncanakan.

Gambar 1.1 Arah Lubang ledak a. vertical (tegak lurus), b. miring

3. Kedalaman Lubang ledak


Penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi
jenjang, dimana kedalaman lubang ledak>tinggi jenjang. Kelebihan
kedalaman lubang bor (subdrilling) dimaksudkan untuk memperoleh
jenjang yang rata.

3. Pola Pemboran
Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan
bidang bebas yag mencukupi. Pola pemboran merupakan suatu pola pada
kegiatan pemboran dengan mendapatkan lobang-lobang tembak secara
sistematis. Pola pemboran yang bisa diterapkan pada tambang terbuka
bisaanya ada tiga macam pola pemboran yaitu:
a) Pola Bujur Sangkar (square pattern)
Pola pemboran ini adalah dimana jarak antara burden dan spasinya
sama panjang yang membentuk bujursangkar.
b) Pola Persegi Panjang (rectangular pattern)
Pola pemboran persegi panjag dimana ukuran spacing dalam satu
baris lebih besar dari jarak burden yang membentuk pola persegi
panjang. Untuk mendapatkan fragmentasi yang baik, pola ini kurang
tepat karena daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup
besar.

Gambar 1.2 Pola Pemboran Pola Bujur Sangkar (square pattern) dan
Pola Persegi Panjang (rectangular pattern)

c) Pola selang-seling (staggered pattern)


Dalam pemboran selang seling lobang tembak dibuat seprti zig zag
sehingga membentuk pola segi tiga. Dimana jarak spacing besar sama
atau lebih besar dari pada jarak burden. Pada pola ini daerah yang
tidak terkena pengaruh peledakan cukup kecil dibandingkan dengan
pola yang lainya. Namun pada penerapan dilapangan pola ini cukup
sulit melakukan pemboran dan pengaturan lebih lanjut. Tetapi untuk
menperbaiki fragmentasi batuan hasil peledakan maka pola ini lebih
cocok untuk digunakan. (sumber ; diktat pelaksanaan peledakan pada
kegiatan penambangan bahan galian)

Gambar 1.3 Pola selang-seling (staggered pattern)

4. Alat-alat yang digunakan dalam pemboran


1. Wing Bit
Dipergunakan untuk dilapisan permukaan, umumnya dipakai pada
lubang-lubang besar untuk stove pipe yang dalamnya berkisar antara 0
30m. Ukuran pahat tersebut biasanya 36 inchi.
Gambar 1.4 Wing Bit
2. Roller Cone
Pahat roller cone biasa dipakai untuk lapisan lunak sampai lapisan
keras. Roller Cone dibagi juga dengan klasifikasi dan kekerasan pahat
itu sendiri yaitu dengan no. code misalnya untuk yang soft IADC
code : 111, 114 ( International Assosiation Drilling Code ). Kekerasan
pahat disesuaikan dengan formasi yang akan dilaluinya misalnya : soft
to medium, medium to hard, untuk mempermudah mengenal apakah
pahat itu untuk formasi lunak, sedang dan keras maka yang perlu
diperhatikan adalah bentuk gigi pahat tersebut. Pemilihan Pahat.
Didalam pemilihan pahat adalah, Pahat yang dipergunakan untuk
mengebor formasi tertentu, tergantung pada kekerasan batuan dari
formasi tersebut. Pahat yang dipakai untuk mengebor batuan lunak
tidak dapat berfungsi dengan baik bila dipakai untuk mengebor batuan
sedang atau batuan keras.Pengetahuan tentang pemilihan pahat untuk
mengoptimasikan pemboran tidak seluruhnya teoritas, tetapi dalam
banyak hal pemilihan ini tergantung pada pengalaman-pengalaman
yang didapat dalam pemboran didaerah yang sudah diketahui atau
dikenal.
Hasil pemilihan pahat ini sangat penting karena menyangkut :Biaya
dari pahat. Rig cost Round trip / cabut masuk. Dari ketiga biaya ini
barulah dapat menghitung operation cost ( biaya operasi).

Gambar 1.5 Roller Cone

3. Pahat Diamond
Pahat Diamond merupakan sejenis bahan yang mempunyai kekerasan
yang sama dengan intan (intan industri) dipakai apabila pahat biasa
sudah tidak dapat menembus formasi, umumnya untuk lapisan-lapisan
yang keras.
Gambar 1.6 Pahat Diamond

METODA-METODA GEOFISIKA
1. METODA SEISMIK
Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan karena
adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya
ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam
oleh seismometer.
Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan
alami (seperti: pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktifitas
gunung api (vulkanik), dsb) adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa
bumi.
Gelombang seismik digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu
a. Gelombang Badan (body wave)
b. Gelombang Permukaan (surface wave)
Merupakan salah satu metoda geofisika yang digunakan untuk eskplorasi
sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan
bantuan gelombang seismik. Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan
menggunakan metode seismik banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan
minyak untuk melakukan pemetaan struktur di bawah permukaan bumi untuk bisa
melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak berdasarkan interpretasi
dari penampang seismiknya.Dalam metoda seismic pengukuran dilakukan dengan
menggunakan sumber seismik (ledakan, vibroseis dll). Setelah sumber diberikan
maka akan terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang
memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan
ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada
suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu.
Berdasar data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di
dalam tanah (batuan).
Menurut SANNY (1998), kualitas data seismik sangat ditentukan oleh
kesesuaian antara parameter pengukuran lapangan yang digunakan dengan
kondisi lapangan yang ada. Kondisi lapangan yang dimaksud adalah kondisi
geologi dan kondisi ( Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI,
Jakarta)
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting
yaitu pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk
memperoleh data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data
seismik sehingga dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah
permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi
data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan
bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah permukaan.
2. METODE GEOMAGNET (Magnetic)
Berbicara tentang metoda magnetik, kita tidak dapat melupakan jasa
Bangsa China. Mereka adalah penemu pertama magnet, dengan menggunakan
batu lapis (batuan yang kaya kandungan magnetik) sebagai penunjuk arah,
Penemuan ini terjadi sekitar abad kedua Sebelum Masehi. Kemudian pada abad
ke 20, Bangsa Eropa mengembangkan alat navigasi: kompas magnetik.
Pengamatan medan magnet bumi dimulai secara sistematik sejak hampir 500
tahun lalu. Pengamatan ini pertama kali dikemukakan fisikawan Inggris Sir
Wiliam Gilbert (1514-1603) dalam bukunya De Magnete. Ia melakukan
pengamatan jarum kompas yang selalu mengarah pada bagian utara bumi, yang
diakibatkan oleh pengaruh medan magnet utara bumi.
Selanjutnya, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa di mana medan
magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh
lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara
keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya
disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan
remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik pada batuan ini,
pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metoda magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap: akuisisi data lapangan, prosessing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan/kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap prosessing, Koreksi pada metoda magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi serbagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari susceptibilitas magnetic masing-masing batuan. Harga
susceptibilitas ini sangat penting didalam pencarian benda anomaly karena
sifatnya yang sangat khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.
Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetic pada
batuan semakin banyak
Pengukuran magnetic dilkukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan
interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. batuan dengan kandungan
mineral- mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet
yang dimunculkan sebagai anomaly yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada
medan magnetic yang diakibatkan oleh material magnetic dari kerak bumi atau
mungkin juga dari bagian atas mantel
Di bawah permukaan tanah terdapat perlapisan batuan yang terbedakan
antara yang satu dengan yang lain karena mempunyai karakteristik fisika tertentu.
Dengan metoda geofisika kita bisa menduga jenis litologi, kedalaman dan struktur
lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Metoda geofisika secara garis besar
terbagi dua yaitu yang bersifat statis dan dinamis. Disebut metoda geofisika statis
karena kita mengukur besaran fisika yang sudah ada dalam batuan tanpa pengaruh
dari luar, misalnya metoda gravity, magnetik dan paleomagnetik. Sedangkan
untuk metoda geofisika dinamis digunakan perlakuan khusus terhadap perlapisan
batuan, sehingga kita bisa menduga jenis litologinya dari respon
yang terjadi.Di bawah permukaan tanah terdapat perlapisan batuan yang
terbedakan antara yang satu dengan yang lain karena mempunyai karakteristik
fisika tertentu. Dengan metoda geofisika kita bisa menduga jenis litologi,
kedalaman dan struktur lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Metoda
geofisika secara garis besar terbagi dua yaitu yang bersifat statis dan dinamis.
Disebut metoda geofisika statis karena kita mengukur besaran fisika yang sudah
ada dalam batuan tanpa pengaruh dari luar, misalnya metoda gravity, magnetik
dan paleomagnetik. Sedangkan untuk metoda geofisika dinamis digunakan
perlakuan khusus terhadap perlapisan batuan, sehingga kita bisa menduga jenis
litologinya dari respon yang terja
3. METODA GEOLISTRIK
Adalah metoda eksplorasi geofisika yang kompleks karena terdiri dari
bermacam-macam metoda. Diantaranya metode tahanan jenis (resisitivity),
metode potensial diri (self potential), metoda potensial terimbas (induced
potential), metoda misse a la masse, metode potensial dan lain-lain.
Metode tahanan jenis (resistivity) ini dilakukan berdasarkan perbadaan
harga tahanan jenis batuan yang terdapat pada daerah yang ingin diselidiki.
Metoda ini mempunyai dua pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Horizontal (sounding)
b. Pendekatan Vertikal (profiling)
Umumnya metoda tahanan jenis ini dilakukan dengan memasukkan arus
listrik ke dalam tanah, lalu mengukur potensial yang timbul akibat adanya
perbedaan tekanan jenis batuan. Aturan yangdigunakan umumnya aturan
elektroda Wenner atau Schlumberger. Makin jauh rentang elektroda arus, makn
dalam penetrasi pendugaan yang dihasilkan.

Metode geolistrik ini memiliki banyak macamnya antara lain:


a. Metode potensial diri
b. Arus telluric
c. Magnetotelluric
d. Elektromagnetik
e. Induced polarization
f. Metode resistivitas
Disini akan lebih dijabarkan terkait metode resistivitas ( tahanan jenis ).

Metode resistivitas
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat
tahanan jenis listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Berdasarkan tujuan
penyelidikan metode resistivitas ini dibagi menjadi dua kelompok besar:
1. Metode resistivitas mapping
2. Metode resistivitas sounding
3. Metode resistivitas imaging
Metode ini dikenal berbagai macam konfigurasi. Diantaranya yang sring digunakan
adalah :
a. Konfigurasi wenner
b. Konfigurasi schlumberger
c. Konfigurasi Bipole-dipole
Konfigurasi diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu harus
dilakukan pemilihan terlebih dahulu jenis konfigurasi yang sesuai dengan kasus yang
dihadapi
1. GPR (Ground Penetrating Radar)
Ground Penetrating Radar (GPR) biasa disebut georadar. Berasal dari dua
kata yaitu geo berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and ranging.
Jadi, arti harfiahnya adalah alat pelacak bumi menggunakan gelombang radio.
GPR baik digunakan untuk eksplorasi dangkal (nearsurface) dengan ketelitian
(resolusi) yang amat tinggi, sehingga mampu mendeteksi benda sasaran bawah
permukaan hingga benda yang berdimensi beberapa sentimeter sekali pun.
GPR merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan sumber
gelombang elektromagnetik. Karena itu, GPR tergolong metode geofisika tidak
merusak (nondestructive). Kelebihan lain GPR adalah biaya operasionalnya yang
rendah, prosedur pengerjaan mudah, dan ketelitian sangat tinggi (resolusi tinggi).
Kelemahannya, penetrasinya tidak terlalu dalam atau daya tembus metode ini
hanya sampai puluhan meter ( 100 meter).
Itu sebabnya, metode ini bisa dikatakan cocok untuk pencarian situs (atau
harta karun). Dengan catatan: tempat itu benar-benar diyakini atau barang
tambang yang tempatnya tidak terlalu dalam. Karena panjang gelombang itu
mencerminkan ukuran minimum benda yang dapat terdeteksi. Makin tinggi
frekuensi makin kecil panjang gelombang, sehingga makin kecil ukuran benda
yang dapat terdeteksi (makin tinggi pula ketelitiannya). Hasil pencitraan GPR bisa
memunculkan informasi semacam ketebalan permukaan aspal jalan, jalur pipa
bawah tanah untuk mencari bedrock yang pas guna pondasi bangunan hingga
mencari mayat hilang dan fosil arkeologis.
Seperti dijelaskan di awal, radar memancarkan semacam gelombang
elektromagnet yang kemudian ditangkap balik oleh sensor alat. Spektrum
frekuensi yang digunakan disesuaikan kebutuhan pengukurannya. Gelombang
yang dipancarkan adalah gelombang pendek (mikro) agar bisa terpenetrasi ke
bawah permukaan bumi. Respons data yang diterima, diolah berdasarkan hukum
pantulan (refleksi) dan pembiasaan (gelombang). Tentu saja banyak hal yang
mempengaruhi penjalaran (propagasi) gelombang.
Secara keseluruhan, alat GPR berbobot tidak lebih dari lima kilogram,
sehingga sangat leluasa bergerak. Alat ini bekerja dengan dua antena. Satu
berfungsi sebagai transmiter, yaitu bertugas memancarkan gelombang radar.
Lainnya sebagai receiver, bertugas menerima gelombang radar yang dipantulkan
bahan di sekelilingnya kemudian diolah grafiknya ke dalam komputer.
Pada prinsipnya, metode georadar dengan metode seismik sama yaitu
membangkitkan gelombang buatan ke dalam bumi. Perbedaannya hanya pada
jenis gelombang yang digunakan.
Kesimpulan

1. Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri


pertambangan. Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya
penambangan. Pemboran masuk dalam kegiatan eksplorasi detail yaitu
pengambila conto sistematik dengan pemboran inti.
2. Pemboran sangat bermanfaat dalam berbagai kegiatan dalam proses penambangan
dari sebelum dilakukan kegiatan penambangan contohnya survey tinjau dan
prospeksi umum yaitu sampling batuan sedangkan dalam proses pemanbangan
pemboran sangan di perlukan dalam proses pembokaran burden atau tanah
penutup dengan menggunakan peledak serta pemetaan geologi daerah persebaran
bahan galian.

3. Mekanisme pemboran berhubungan dengan berbagai hal seperti jenis batuan di


lapangan, kondisi geologi dan keahlian dari operator alat itu sendiri.

4. Pemilihan alat bor didasarkan pada:


a. Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotary-
rushingdipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting dipakai untuk batuan
sedimen.
b. Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi
jenjanditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau
ditentukan setelah mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang
terbuka dan quarry diusahakan tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu,
dengan beracuan pada peralatan bor yang tersedia. Tinggi jenjang jarang
melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain.
c. Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter
lubangledak adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan
memberikan laju produksi yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi
pemilihan ukuran diameter lubang ledak adalah fragmentasi batuan yang
dikehendaki dan batasan getaran yang diijinkan.
d. Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan
peralatan.
e. Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan
setelah peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses
selanjutnya.
5. Dalam kegiatan pemboran penting agar operator dapat memilih alat bor sesui
keadaan dilapangan hal ini sangat berhubungan erat dengan skil dari oporator alat
bor dan pengalaman di bagian pemboran.

Anda mungkin juga menyukai