S1 2014 268471 Chapter1 PDF
S1 2014 268471 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
pada awalnya digunakan sebagai tempat untuk bernaung, hidup dan berlindung dari
cuaca dan alam yang mengancam. Kehadiran arsitektur dalam kehidupan manusia
memberikan kontribusi positif yakni sebagai tempat manusia untuk bertahan hidup
sebagai ruang yang disiapkan untuk mereka menjadi kesatuan dalam komunitas
diwujudkan atas ide-ide manusia yang dikondisikan oleh zaman yang menaunginya.
Transisi zaman menuju zaman modern adalah salah satu puncak keberhasilan
modernisme mencetak sejarah baru dunia. Modernisme lahir sebagai sebuah pilihan
yang menghendaki sesuatu yang baru dan yang berbeda, tidak terus berkutat pada
1
2
yang ditandai dengan keyakinan atas rasio, memudarnya regiusitas serta lahirnya
ornamen pada sebuah bangunan. Yulianto Sumalyo (1997: 3), menyebutkan terjadi
transisi signifikan dari gaya arsitektur klasik murni menyatu dalam gaya modern di
era Neo-klasik abad ke-15. Beranjak dari transisi arsitektur tersebut, revolusi industri
adalah penggunaan teknologi yang terbarukan, maka tercetuslah ide bahwa bangunan
harus sejalan dengan fungsi penghunian, artinya bangunan harus tepat guna sesuai
kecepatan dalam pembangunan dan perhitungan efisiensi biaya secara matang demi
memenuhi kebutuhan hunian layak dan siap pakai. Para arsitek modern
merealisasikan ungkapan less is more atau form follow function ke dalam bentuk
bangunan baru yang berlandaskan geometri abstrak, bersih dan sederhana, tanpa
balutan ornamen, bercat putih, tembok beton bertulang, dan bentukan sudut sumbu
3
fungsional sebuah bangunan menciptakan bangun dan ruang yang bersih dan menilai
ornamen dan dekorasi sebatas pertunjukan seni berperetensi palsu daripada alasan
penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, kubisme dan bentuk-
bentuk modern lainnya memiliki banyak kelemahan untuk jangka panjang. Arsitektur
mengalami fase kekeringan sejarah yang berdampak pada kehilangan identitas dan isi
yang terkandung dalam sebuah bangunan, hingga akhirnya kasus terburuk melanda
Louis, Amerika Serikat pada 15 Juli 1972 yang dianggap sebagai kematian arsitektur
pada pengembalian unsur kesejarahan yang telah lama menghilang berdasarkan tiga
titik utama pemikirannya yaitu no where, no memory, dan no rich content pada
bangunan arsitektur modern. Pendapat ini diutarakan oleh sejumlah arsitek yang
sudah bosan dengan bentuk bangunan modern, tidak berkaca pada sejarah,
sehingga bangunan bergaya peti mati putih menjamur di seluruh kota dunia. Solusi
berdasarkan olah bentuk yang beragam dalam metafora arsitektur yang berfokus pada
paradigma ragam bentuk arsitektur dan memperkaya makna dan bahasanya dengan
dan isi bangunan pada titik kedaerahan mereka berpijak. Arsitektur postmodern
merasakan ekspresi dan kreasinya yang penuh dengan emosi, juga membedakan
mendobrak tradisi rasionalisme arsitektur, dunia seni dan filsafat seni dapat menjadi
pedoman yang berjalan beriringan, karena seni dan arsitektur memiliki keterkaitan
yang kuat satu sama lain. Dalam filsafat seni dibahas mengenai ragam bentuk, isi,
ekspresi, kreasi, nilai, dan sekelumit permasalahan tentang pengalaman estetis dan
5
lainnya, maka landasan filsafat seni dan dunia arsitektur memiliki korelasi yang kuat
Sebagaimana arsitektur, seni juga ikut mengalami pasang surut perubahan zaman
yang mengantarkan seni pada dinamika postmodern dan kontemporer. Seni arsitektur
berbeda dengan jenis seni yang lain karena terikat dan terbatasi oleh material seni
bangunannya dan fungsi bangunan tersebut, sehingga arsitektur termasuk dalam seni
gerakan seni postmodern juga aktif berperan dalam mengkritisi seni modern yang
antara seni tinggi dan seni rendah dan mengkomunikasikannya pada masyarakat,
sehingga tidak lagi terjadi kesenjangan sosial dan keberpihakan seni pada golongan
tertentu. Seniman postmodern lebih suka mengambil dari manapun hasil karya seni
untuk dikembangkan dalam pola dan konteks yang baru, sehingga seni postmodern
(Norma, 1998: xxvii-xxviii). Karena seni selalu memuat sifat yang berakar pada
konteks sosio-kultural, maka dalam penafsirannya dapat berbeda satu sama lain.
6
1. Rumusan Masalah
arsitektur?
2. Keaslian Penelitian
mengenai arsitektur postmodern dalam kajian filsafat seni, tetapi setidaknya terdapat
terhadap kenyataan.
Tinjauan Filsafat Seni, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini secara
c. Anastasia Jessica Adinda Susanti, 2010, Relasi Novel Arok Dedes Karya
Chernyshevsky.
Skripsi Fakultas Filsafat UGM. Karya tulis ini menjelaskan tentang nilai-
nilai keindahan yang terkandung dalam rumah adat Jawa yaitu Joglo
3. Manfaat Penelitian
secara terperinci.
B. Tujuan Penelitian
postmodernisme
postmodernisme
C. Tinjauan Pustaka
akhir abad 20. Arsitektur postmodern adalah sebuah manifesto yang hendak
10
(2005: 20), menyebutkan di era modern, arsitektur adalah bentuk yang paling mudah
hingga mengakibatkan efek alienasi pada citra komunitas lokal dan eksistensi
jaringan kota. Serangan tersebut menjadi fondasi dasar bagi kekuatan gerakan
lebih luas seperti seni, sastra, ilmu sosial atau politik. postmodern adalah nama
gerakan dalam kebudayaan kapitalisme lanjut (late capitalism) yang secara khusus
merujuk pada bidang seni (Munir, 2008: 125). Dalam bentuk manifesto arsitektur
spektakuler dari asosiasi historis arsitektur melalui lukisan, grafis dan pahat
(Anderson, 2008: 33). Gerakan postmodern sendiri kemudian bergerak menjadi sikap
tindak kriminal kerap terjadi, desainnya berbentuk kotak bercat putih dinilai tidak
manusiawi, hanya kekuatan beton yang tidak dapat mencitrakan wujud lain selain peti
11
mati saja. Kritik tersebut ditujukan pada perintis arsitektur modern dengan menyusun
kembali dan menetapkan identitas baru berdasarkan literasi yang merujuk pada
disiplin ilmu lain seperti sejarah, psikologi, sosiologi, dan bahasa. Sementara
nilai lokal kebudayaan yang melekat di lingkungan sekitar. Tiga acuan dasar kritik
arsitektur modern terdapat pada no where, no memory, dan no rich content kian
rancang bangunnya dengan tiga acuan tersebut. Berdasarkan ketiga acuan kritik
tidaklah meninggalkan apa yang telah diwariskan arsitektur modern, Charles Jencks
tersirat, istilah ini menjelaskan bahwa karya arsitektural harus memiliki bahasa yang
berganda sehingga dapat dikaitkan dengan objek apapun yang diperhatikan manusia.
Arsitektur sendiri dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat yang ada di
perpaduan unsur modern dan tradisional. Senada dengan pendapat Jencks ini, Kisho
sebuah media komunikasi yang dibentuk lewat ragam budaya yang melingkupinya.
atas identitas suatu masyarakat dapat terbaca. Sebagai contoh terdapat pada rumah
(Pramana, 2000: 74). Arsitektur adalah bagian yang integral dari pengembangan
kebudayaan, maka segenap perwujudan dari seluruh hasil pikiran (logika), kemauan
masyarakat tanpa bisa mengenali identitas bangunan dalam sebuah kota semakin
memperkaya gaya dan bentuk oleh perancangnya. Terlebih lagi ditemukan benang-
benang penghubung yang terjalin antara arsitektur modern dan postmodern dalam
gaya internasional adalah penyebab lenyap, luntur, atau pudarnya jati diri arsitektur
dan terputusnya mata rantai kesinambungan budaya lokal, regional maupun nasional.
Budaya Barat yang merebak ditudingnya sebagai coitus interruptus, yaitu pemenuhan
kepuasan dan ekspresi jati diri tersedia tetapi sengaja tidak diolah sampai puncak
negara berkembang mengalami rendah diri teknologi dan kultural dengan mudah
akan mengadopsi sumber daya superior tersebut ke semua aspek kehidupan termasuk
berkembang di Indonesia saat ini. Dalam skripsinya yang berjudul Nilai Estetis yang
14
Terdapat dalam Gaya Arsitektur Rumah Minimalis, Ardiansyah Ashar (2008: 94),
menyebutkan nilai estetis rumah minimalis tidak mengandalkan ornamen dan objek
artifisial, tetapi lebih merujuk pada bentuk yang jujur, fungsi, dan penjiwaan ruang
sangat minim. Pernyataan tersebut akan bertolak belakang dengan kondisi masyarakat
postmodern yang digambarkan memiliki kehidupan yang plural dan komunal, serta
masyarakat yang hidup dan bekerja dengan imajinasi dan kreativitas (Griffin, 2005:
40). Apa yang diwujudkan dalam bangunan berarsitektur minimalis akan berasosiasi
kenyataannya sikap penghuni rumah tersebut akan berdampak pada nilai sosial yang
dalam gaya jukstaposisi; dan arsitektur postmodern lahir sebagai schizophrenia, suatu
berlawanan satu sama lain, namun tetap terhubung dalam dinamika sebuah kelompok
D. Landasan Teori
tidak dapat didefinisikan secara utuh dengan pengertian yang beragam pula. Seni
diartikan secara umum sebagai sebuah perbuatan apapun yang dilakukan dengan
sengaja dan maksud tertentu yang mengacu pada apa yang indah. Seni memiliki
lewat pengalaman estetis seseorang agar memperoleh hasil karya yang diingingkan
memberikan kenikmatan, menjadi teman saat berduka, menghibur, dan seni seringkali
digunakan untuk memikat dan meyakinkan tiap individu dengan ragam ekspresi dan
bentuk juga citranya (Smiers, 2009: ix). Berkesenian berarti usaha manusia untuk
penyajian bentuk selesai. Seni juga memiliki fungsi sebagai sebuah penyampaian
sesuatu dari dalam diri pembuatnya, seperti fungsi spiritual, edukatif, komunikatif,
personal, sosial, serta fungsi fisik yang berusaha dijelaskan lewat ragam bentuk yang
tidak dapat dibahasakan secara verbal (Gie, 1996: 47-52; Dharsono, 2003: 26-28).
dalamnya. Seni bukan sebatas benda seni saja, tetapi esensi yang dikandung memiliki
dua batasan, yang pertama adalah nilai, karena seni bukanlah apa yang diperlihatkan
oleh benda seni, tetapi nilainya. Kedua yang bersifat empiris-ilmiah, mencakup
16
keterangan yang menjelaskan persepsi seseorang apakah suatu benda termasuk benda
seni atau bukan, kemudian keindahan atau pengalaman seni terletak pada perasaan
individu manusia, bukan pada benda yang menimbulkan pengalaman seni. Benda seni
dikatakan berhasil jika publik dapat menggali nilai yang terkandung dalam artefak
persamaan pada setiap jenis seni dalam menetapkan sebuah karya seni, yaitu ekspresi,
bentuk, isi, dan kreasi yang ketiganya tidak dapat terpisahkan (Langer, 2006: 17).
kaidah estetik yang bersifat umum baik itu alam atau kehidupan sehingga dapat
disejajarkan dengan filsafat tentang nilai, atau etika. Jakob Sumardjo (2000: 26),
menambahkan:
benda seni, nilai-nilai seni, pengalaman estetis seseorang serta komunikasi seni. Di
17
dalamnya juga terkandung nilai konteks seni sehingga pada akhirnya karya dapat
dipahami oleh publik seni yang bergantung pada aspek pokok filsafat seni seperti
sikap estetik, bentuk formal, pengalaman estetik, persoalan nilai, dan pengetahuan
yang digunakan sebagai pisau analisis bagi cabang-cabang seni lainnya. Penelitian
tentang korelasi antara arsitektur dan filsafat seni ini memiliki kesinambungan yang
khas karena dunia arsitektur dan dunia seni beriringan membangun pandangan di era
yang disebut postmodern. Arsitektur adalah bagian dari cabang seni karena memiliki
yang diungkap dalam problematika seni, arsitektur juga memiliki nilai-nilai yang
dari apa yang dipikirkan pembuatnya. Pada dasarnya arsitektur ingin selalu
menyampaikan pesan karena tidak dapat diutarakan secara verbal (Budihardjo [ed.],
1996: 33). Begitu juga dalam tradisi zaman yang berubah, postmodernisme dalam
18
seni dan arsitektur semakin memperkuat landasan filosofisnya yang mengarah pada
wacana kearifan lokal sehingga tak lagi terdapat batasan seni tinggi dan rendah
(Prawira, 2000: 170). Filsafat seni sebagai kerangka sekaligus pendekatan penelitian
ini akan menjabarkan relasi di antara keduanya hingga berujung pada evaluasi kritis
E. Metode Penelitian
1. Bahan Penelitian
Penelitian sederhana ini merupakan sebuah riset yang berbasis pada studi
kepustakaan yang diambil dari beberapa studi yang terkait dengan materi penelitian.
Pustaka primer yaitu buku, hasil penelitian, jurnal atau artikel yang memiliki
otoritas terkait objek material dan objek formal. Data yang digunakan sebagai rujukan
sebagai objek material dan filsafat seni sebagai objek formalnya. Buku-buku yang
menjadi sumber primer objek formal dalam penelitian ini antara lain: Problematika
Seni (2006), karya Suzanne K. Langer; Filsafat Seni (2000), karya Jakob Soemardjo;
Teks-Teks Kunci Estetika Filsafat Seni (2005), kumpulan esai oleh Mudji Sutrisno,
dkk; Postmodernisme (1996), karya I. Bambang Sugiharto; dan Vodka dan Birahi
Seorang Nabi: Esai-Esai Seni dan Estetika (2012), karya St. Sunardi.
19
Arsitektur (2005), karya Ikhwanuddin; Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad
XX Edisi ke-2 (1997), karya Yulianto Sumalyo; Pengantar Arsitektur (1984), karya
Sementara pustaka sekunder adalah buku, hasil penelitian, jurnal atau artikel
sebagai rujukan kedua setelah pustaka primer yang berguna sebagai pembanding dan
membantu memahami pengertian atau istilah kunci dalam pustaka primer. Pada objek
formal antara lain: Seni, Politik, Pemberontakan (1998), disunting oleh Ahmad
Norma; Sejarah Seni Rupa Modern (2000), karya Nanang Ganda Prawira; Visi-Visi
Postmodern (2005), karya David Ray Griffin; Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat
Sedangkan dalam objek material antara lain: Dimensi Estetika pada Karya
Arsitektur dan Desain (2004), karya Artini Kusmiati; Arsitektur dan Perilaku
Manusia (2004), karya Joyce Marcella Laurens; Wujud Arsitektur Sebagai Ungkapan
Complexity and Contradiction in Architecture (1966), karya Robert Venturi; Jati Diri
20
2. Jalan Penelitian
b. Klasifikasi data: memilah data yang telah diperoleh menjadi data primer dan
data sekunder. Pemisahan dan klasifikasi dilakukan pada sumber seperti buku,
jurnal, dan artikel yang memiliki keterkaitan dengan objek formal dan objek
dengan metode yang dipilih untuk melakukan penelitian. Data yang dianalisis
3. Analisis Hasil
menangkap dan memberi penafsiran baru dalam memahami teks yang terkait dengan
21
b. Deskripsi, data yang terkait dengan arsitektur postmodern dan filsafat seni
d. Interpretasi, semua bahan dari data yang sudah ada kemudian dianalisis dan
dipahami untuk menemukan arti dan makna sejelas mungkin. Langkah ini
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah mampu memperoleh jawaban
modernisme.
postmodernisme.
G. Sistematika Penulisan
penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang akan
Bab kedua, berisi tentang pembahasan mengenai objek formal terkait yaitu
periodisasi seni, aliran-aliran dalam filsafat seni, serta bentuk umum yang dapat
postmodern.
23
Bab keempat, berisi tentang analisis mengenai filsafat seni yang terdapat
Bab terakhir, merupakan bagian penutup dari seluruh rangkaian penelitian ini
yang memuat kesimpulan sebagai refleksi pemikiran dari hasil penelitian, dan saran