Anda di halaman 1dari 33

BAB II

KEBANGKITAN REPUBLIK RAKYAT CINA DAN SENGKETA


PERBATASAN DI ASIA PASIFIK

1. Kebangkitan Cina Sebagai Raksasa Asia

Pasca berakhirnya Perang Dingin, Republik Rakyat Cina (RRC) menjadi sebuah
fenomena yang eksotis dalam peta hubungan internasional. Cina menjadi menarik perhatian
internasional, karena negeri itu bersikukuh mempertahankan ideologi komunisme dan sistem
partai tunggal, sementara di bagian dunia lain banyak negara mulai mencampakkan
komunisme serta mengadopsi sistem multi partai dan demokrasi. Hancurnya Uni Soviet dan
terhempasnya dominasi Partai komunis di seluruh Eropa Timur, menimbulkan resonansi
perubahan ke berbagai belahan dunia. Kini, hanya segelintir negara yang masih menampik
liberalisasi politik dan tetap mempertahankan jubah komunismenya, salah satu diantaranya
adalah RRC. Meskipun demikian, RRC menjadi negara dengan model perekonomian ala
barat yang tumbuh berkembang menjadi super power dunia menyaingi Amerika Serikat.

Sejarah Cina modern dimulai pasca runtuhnya Dinasti Manchu (Qing) berakhirnya
Perang Sipil dan Perang Kemerdekaan, RRC berdiri 1 Oktober 1949. Berdirinya RRC yang
diproklamirkan oleh Mao Zedong dilakukan setelah kemenangan Partai Komunis Cina (PKC)
melawan Partai Kuomintang (KMT) yang dipimpin oleh tokoh nasionalis, Dr. Sun Yat Sen.
Sementara PKC berhasil menguasasi seluruh dataran Cina dan kepulauan Hainan di selatan,
sisa-sisa pendukung kubu nasionalis terpinggirkan di wilayah kepualauan Formosa, atau yang
kita kenal saat ini sebagai Taiwan. Namun, untuk pertama kalinya kedaulatan dan persatuan
di daratan Cina kembali dapat dipastikan di bawah rezim komunis Mao setelah sekian lama
kedaulatan vakum di negeri tersebut setelah berakhirnya era dinasti.35

Sebagai sebuah negara dengan sistem komunis, pada awal berdirinya RRC menganut
pola pemerintahan yang sangat tertutup terhadap dunia luar. Rezim komunis mengontrol
kehidupan masyarakat secara totaliter, menyangkut kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Kultur feodalisme yang mengakar kuat pada masyarakat pedesaan, dihapus secara
paksa dengan pola totaliterisme negara. Banyak diantara tuan tanah yang kemudian

35
Suryadi, Umar, Pasca Deng Xiaoping, Cina, Quo Vadis?, Pustaka Sinar Harapan, 1997 hal.1

Universitas Sumatera Utara


dieksekusi selama masa reformasi agraria dalam kepemimpinan Mao. Banyak korban jiwa
yang berjatuhan tidak hanya sebagai dampak politik pada masa itu, melainkan juga karena
bencana kelaparan masal yang terjadi akibat pola kebijakan yang sentralistis.

Selama tiga dekade pertama, RRC memiliki sistem terencana yang sentralistis dalam
tradisi komunis, walaupun tidak sekaku komunis Uni Soviet. Sistem itu berubah-ubah, dan
seringkali berlangsung dramatis. Periode pertama, tahun 1949 sampai 1956, adalah salah satu
periode rekonstruksi dan transisi. Periode kedua, yang disebut manajemen tunggal (One Man
Management), berlangsung dari tahu 1956 sampai 1959 dimana periode ini merupakan
replika model Soviet yang kaku, Cina mengimpor teknologi dan pemikiran asal soviet
sehingga kurang mampu mengimprovisasi dirinya.36

Era selanjutnya adalah apa yang dikenal dengan Great Leap Forward atau Lompatan
Jauh Kedepan yang disusul dengan Revolusi Budaya (tahun 1959-1960). Era ini merupakan
saat-saat paling menyengsarakan dalam sejarah RRC karena diisi dengan bencana kelaparan
dan ortodoksi kebijakan ekonomi akibat konsekuensi penerapan ideologi Mao. Mao
menghancurkan sistem pendidikan dan sistem perekonomian yang sebagian besar telah
terkordinasi, karenanya banyak orang yang mencibir era itu sebagai Great Leap Backward
(lompatan jauh ke belakang). Meski berakhir pada 1960-an, efek dari kebijakan pada era ini
terus berdampak sampai 1970-an.37

Cina secara resmi memulai reformasi pada oktober 1978 di bawah kendali Deng
Xiaoping yang berhasil maju ke puncak pimpinan pasca wafatnya Mao. Deng merupakan
salah seorang tokoh PKC dari faksi reformis yang membawa sistem ekonomi RRC menuju
pola persaingan liberal. Setelah melewati berbagai sistem trial and error, negara itu
menggeser investasi dari yang berpusat pada turisme menjadi industri elektronik, dari
kebijakan yang memaksa investor asing untuk menerima mitra perusahaan Cina menjadi
kebijakan yang menerima perusahaan asing secara terbuka, dan dari fase mengejar mencapai
keberhasilan bersama.

Kini, hasil dari kebijakan reformasi ekonomi telah berbuah manis karena RRC
menjadi kekuatan besar dunia dan kelak bukan mustahil menyalip AS yang saat ini mulai
keteteran menghadapi krisis ekonomi dan gelombang ketidakpercayaan rakyatnya atas

36
Shenkar, Oded, The Chinese Century, Bangkitnya Raksasa China dan Dampaknya terhadap Perekonomian
Global, Pearson Education, Inc. 2005 hal.52
37
Ibid hal.52

Universitas Sumatera Utara


sistem kapitalisme. Hal itu setidaknya tercermin dari berbagai indikator makro semisal
pertumbuhan ekonomi yang tak pernah kurang dari angka dua digit, Produk Domestik Bruto
mencapai 4,758 miliar dollar AS (pada tahun 2009), total penduduk mencapai 2 miliar lebih,
dan merupakan negara paling atraktif bagi investor asing.38 Negeri dengan sumberdaya
manusia yang sangat besar ini merupakan pasar sekaligus ladang bagi bertumbuh suburnya
industri manufaktur. Kondisi kelas menengah yang sangat besar dan masih dalam taraf
belanja 2-6 dollar per hari membuat tingkat upah sangat kompetitif sehingga tak heran survei
Ernst & Young tahun 2009 menempatkan RRC sebagai negara tujuan investor terbesar (33
poin) mengalahkan AS (21 poin) dan Jerman (10 poin).

Berdasarkan kenyataan tersebut tak mengherankan pada tahun 2007 majalah TIME
menurunkan artikel berjudul China Takes on the World39, yang menyatakan bahwa RRC
telah menjadi sebuah pasar komersial raksasa, mengarah pada pertumbuhan yang akan
menjadikannya sebagai negara super power yang baru, serta mempertanyakan apakah hal
tersebut akan membawa konsekuensi berupa konfrontasi dengan Amerika Serikat. Banyak
ahli yang memprediksi bahwa abad-21 merupakan The Chinese Century, abad yang akan
didominasi oleh RRC dalam tak hanya aspek ekonomi melainkan juga politik internasional.

Pada tahun 1989, tembok Berlin runtuh sehingga menuntun sejumlah peristiwa yang
mengubah panggung politik internasional. Menyusul kemudian adalah runtuhnya Uni Soviet
pada 1991 dan kemerdekaan negara-negara satelit yang berada di bawahnya menyebabkan
banyak negara di dunia mulai mencampakkan komunisme dan beralih pada sistem demokrasi.
Francis Fukuyama dalam bukunya menyatakan bahwa sejarah pertentangan ideologi telah
berakhir dengan kemenangan demokrasi liberal barat yang cepat atau lambat akan menjadi
ideologi tunggal dan mengarahkan negara-negara pada homogenitas nilai dan sistem.40 Tak
hanya dalam sistem politik, sistem ekonomi pun mengalami transisi yang cenderung
mengarah pada sebuah gerakan pasar global yang bebas. RRC merupakan satu dari sedikit
negara yang ikut mereformasi sistem ekonominya sejalan dengan kecendrungan global yakni
dengan mengadopsi model pasar bebas, akan tetapi yang membuatnya unik, RRC sama sekali
tidak berubah terhadap nilai-nilai komunisme. Masih ada politbiro, dominasi partai tunggal,
serta suksesi kepemimpinan yang diwarisi secara hirarkis.

38
Survey Releases on 2009: www.ey.com: Ernst & Young
39
Elliot, Michael, China Takes on the World, TIME Magazine. Jan.2007
40
Fukuyama, Francis, The End of History and the Last Man, Free Press. 1992

Universitas Sumatera Utara


Selama proses pembangunan yang dilaksanakan oleh rezim reformis perkembangan
kehidupan sosial RRC mengalami masa-masa pergolakan yang cukup tinggi. Kemajuan
ekonomi yang dirasakan sebagian besar masyarakat RRC menyisakan kelompok-kelompok
kecil warga miskin, utamanya yang berada jauh dari daerah perkotaan. Dominasi etnis Han
dalam politik di seluruh belahan negeri meminggirkan kelompok etnis lainnya sehingga
menyebabkan munculnya potensi konflik, terutama di wilayah barat negeri itu yakni etnis
Urumqi di Xin Jiang serta Tibet dimana pada masa aneksasi wilayah tersebut menyebabkan
pemimpin spiritual Dalai Lama mengungsi ke India dan membentuk pemerintahan asing di
negara tersebut.

Secara resmi RRC memandang dirinya sendiri sebagai bangsa multi-etnis dengan 56
etnisitas yang diakui. Mayoritas etnis Han menyusun hampir 93% populasi; bagaimanapun
merupakan mayoritas dalam hanya hampir setengah daerah Cina. Revolusi Komunis di
negara ini sejak tahun 1949 meninggalkan kesan yang besar yaitu hampir 59% penduduknya
(lebih kurang 767 juta orang) menjadi Ateis atau tidak percaya Tuhan. Namun lebih kurang
33% dari mereka percaya kepada kepercayaan tradisi atau gabungan kepercayaan Buddha
dan Taoisme. Penganut agama terbesar di negara ini ialah Buddha Mahayana yang berjumlah
100 juta orang. Di samping itu, Buddha Therawada dan Buddha Tibet juga diamalkan oleh
golongan minoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini. Selain itu diperkirakan terdapat
18 juta penduduk Islam (kebanyakan Sunni) dan 14 juta Kristen (4 juta Katolik dan 10 juta
Protestan) di negara ini.

Ada banyak catatan mengenai HAM yang terjadi di RRC. Masih teringat jelas dalam
benak masyarakat dunia peristiwa Tiananmen, dimana rezim membubarkan paksa ribuan
demonstran yang berujung pada tragedi di Beijing. Protes di lapangan Tiananmen ditujukan
terhadap ketidakstabilan ekonomi dan korupsi politik yang kemudian merembet menjadi
demonstrasi pro-demokrasi yang memang merupakan suatu yang belum lazim di Cina yang
otoriter. Lebih dari 3.000 orang meninggal sebagai akibat tindakan dari pasukan bersenjata.

Pemerintah RRC berpendapat bahwa hak asasi manusia sepatutnya mencakup


kepuasan hidup dan kemajuan ekonomi. Dengan kata lain, saat mengkaji dirinya, ia melihat
kemajuan ekonomi dan kepuasan hidup rakyatnya sebagai meningkatkan situasi hak asasi
manusianya, dan saat melihat situasi di negara-negara maju ia seringkali menotakan terdapat
tingkat kriminalitas dan kemiskinan yang tinggi di tempat-tempat yang dikatakan mempunyai

Universitas Sumatera Utara


penghormatan terhadap hak asasi manusia yang tinggi. Praktik melihat HAM seperti ini,
diamalkan di kebanyakan negara timur yang lain.

Tetapi pemerintah Barat dan organisasi non-pemerintahan (NGO) mengatakan bahwa


penahanan secara sewenang-wenang dan menafikan hak tahanan untuk berkomunikasi
dengan pihak luar, di samping pengakuan yang dipaksa, penyiksaan, dan pencabulan hak
tawanan disamping menyekat kebebasan pers, bersuara, berkumpul, agama, privasi, dan hak
pekerja adalah melanggar definisi hak asasi manusia menurut mereka yang masih dilakukan
rezim komunis Cina. Mereka mendakwa semua masalah ini bersumber pada keengganan
RRC memberikan hak menentang dan ketidaksempurnaan sistem kehakiman dalam
melindungi hak asasi politik individu.

Terlepas dari persoalan praktik penegakan HAM yang masih minim di RRC, calon
adidaya dunia tersebut tengah melesat menjadi kekuatan regional yang disegani. Untuk
mengetahui secara lebih komprehensif mengenai kebangkitan RRC menjadi salah satu
kekuatan di Asia serta apa implikasinya, perlu kiranya bagi kita untuk menilik beberapa
aspek yang relevan. Beberapa aspek tersebut ialah sektor ekonomi, kekuatan pertahanan,
serta peran RRC dalam konstelasi perpolitikan dunia saat ini.

1.1. Peningkatan Skala Ekonomi

Republik Rakyat Cina mencirikan ekonominya sebagai Sosialisme dengan ciri


Cina. Sejak akhir 1978, kepemimpinan Cina telah memperharui ekonomi dari
ekonomi terencana Soviet ke ekonomi yang berorientasi-pasar tapi masih dalam
kerangka kerja politik yang kaku dari Partai Komunis. Untuk itu para pejabat
meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang manajer dalam industri,
mengizinkan perusahaan skala-kecil dalam jasa dan produksi ringan, dan membuka
ekonomi terhadap perdagangan asing dan investasi. Kearah ini pemerintah mengganti
ke sistem pertanggungjawaban para keluaga dalam pertanian dalam penggantian
sistem lama yang berdasarkan penggabunggan, menambah kuasa pegawai setempat
dan pengurus kilang dalam industri, dan membolehkan berbagai usahawan dalam
layanan dan perkilangan ringan, dan membuka ekonomi pada perdagangan dan
pelabuhan asing. Pengawasan harga juga telah dilonggarkan. Ini mengakibatkan Cina
daratan berubah dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran.

Universitas Sumatera Utara


Reformasi sektor ekonomi di RRC terutama dimotori oleh Deng Xiaoping
yang pada masa Revolusi kebudayaan, mengalami pengasingan dari panggung politik
Cina, pada tahun 1977-an, mulai muncul kembali ke ranah politik Cina dengan
dukungan dari kelompok-kelompok pragmatis-realis. Deng dapat menyalurkan
kembali pemikirannya mengenai pembangunan ekonomi di Cina. Deng dengan
pemikiran-pemikirannya yang berbeda dengan Mao yang terus menyalurkan
pemikirannya untuk pembangunan sosialis Cina. Rencana ini berjalan tanpa adanya
kemelut yang mengacaukan Cina seperti halnya kesalahan dalam Revolusi
Kebudayaan waktu itu. Dan ini menjadi dukungan tersendiri bagi Deng dan kawan-
kawan. Karena setelah Mao meninggal, kelompok Pragmatis-realis lah yang
mendominasi dalam kepartaian juga pemerintahan di Cina.

Jika Mao mempunyai perspektif yang spesifik tentang sosialisme, maka Deng
juga demikian. Dalam pemikiran Deng, sosialisme yang berusaha diterapkan di RRC
adalah sosialisme dengan karateristik Cina, dimana prinsip- prinsip dasar Marxisme
diintegrasikan dengan kondisi aktual Cina.41 Menurut Deng, apapun dapat ditempuh
untuk perkembangan pembangunan sosialis RRC, walaupun itu dianggap konvergensi
terhadap ideologi. Karena menurut Deng ideologi tidak dapat dilaksanakan secara
dogmatis, tetapi harus mengalir dan dapat diterima. Sosialisme yang dimaksudkan
oleh kelompok pragmatis-realis adalah seperti halnya di Yugoslavia, dimana yang
diperhitungkan dalam pembangunan ekonomi adalah kekuatan pasar dan mengakui
kepemilikan swasta, disamping kepemilikan negara, dalam sektor pertanian.

Selama periode perencanaan reformasi ekonomi, Deng dan kawan-kawan


sebagai perumus kebijakan pembangunan di RRC, mengadopsi pada model soviet
yang memberikan penekanan terhadap pembangunan sektor industri, khususnya
bidang produksi padat modal.42 Begitu pula di Cina, hal serupa diterapkan pada
kemajuan sektor industri, dimana industrialisasi dilaksanakan dengan devisa dari
sektor pertanian. Sedangkan dalam pemilihan teknologi produksi barang-barang
industri lebih diperhatikan metode padat modalnya, dibandingkan dengan padat karya.

41
Poltak Partogi Nainggolan, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta, PT Fajar Inter Pertama,
1995 hal.83
42
Reformasi ekonomi merupakan salah satu program di era Deng Xiaoping untuk membenahi sistem ekonomi
Cina pasca Revolusi kebudayaan.

Universitas Sumatera Utara


Dalam reformasi ekonomi RRC pasca 1978, pembaharuan ekonomi RRC yang
dilakukan Deng dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penghapusan Komune Rakyat


Komune merupakan bagian terbesar dari sistem komune rakyat,
menghimpun semua fungsi pemerintahan lokal, yang meliputi bidang
ekonomi, baik dalam produksi, distribusi, maupun konsumsi masyarakat dan
kesehatan serta pendidikan dan pertahanan rakyat. seperti halnya yang terjadi
pada masa revolusi kebudayaan, komune rakyat sangat terlihat fungsinya,
sehingga masyarakat sangat bergantung padanya. komune rakyat dan brigade
produksi kemudian digantikan dengan pemerintah administratif, berbeda
dengan komune rakyat pemerintah administratif sangat berbeda. Peran
pemerintah administratif berfungsi sebagai organisasi penggantinya, terdiri
dari pemerintah kotapraja dan komite penduduk desa.43 Adapun pemerintah
kotapraja mempunyai fungsi mengurus rencana administratif dan produksi
nasional, sementara komite penduduk desa memiliki otonomi lokal dalam
menjaga keamanan umum, penyelesaian pertengkaran dan urusan-urusan
umum lainnya.

2. Penghapusan Monopoli Negara


Pemerintah RRC menghapus kebijakan mengenai pembelian hasil
panen dengan sistem monopoli oleh negara. Kebijakan ini merupakan langkah
terbesar Cina untuk merombak pembanguna ekonominya. Ini juga merupakan
langkah perbaikan terbesar terhadap struktur ekonomi pedesaan, setelah
penghapusan sistem ekonomi rakyat. Penghapusan monopoli negara, dan
pemberlakuan makanisme pasar, dimana harga barang-barang kini tidak
ditetapkan oleh pemerintah, tetapi diserahkan pada kekuatan tarik-menarik
antara besarnya jumlah permintaan dengan besarnya jumlah penawaran yang
beredar di masyarakat, pertama kali dikemukakan oleh pemerintah RRC dalam
Sidang Pleno ke- 3 Komite Sentral PKC XII, tanggal 20 oktober 1984.44

3. Liberalisasi Usaha dan Manajemen

43
Ibid hal.84
44
Ibid hal.84

Universitas Sumatera Utara


Perdana Menteri Zhao yang merupakan keprcayaan Mao, pada bulan
November 1981 menyampaikan rancangan kerja pemerintah kepada parlemen
(Kongres Rakyat Nasional), yang berupa sepuluh petunjuk pembangunan RRC
yang isinya:45
Pemerintah ingin mempercepat pembangunan pertanian dengan
menggunakan kebijakan yang tepat dan pemikiran yang ilmiah.
Pemerintah memberikan perhatian terhadap pembangunan industri
barang-barang konsumsi dan mengatur orientasi pembangunan industri
berat.
Pemerintah meningkatkan rasio penggunaan energi dan transportasi.
Pemerintah mengadakan transformasi teknik setahap dalam unit-unit
kunci, dan menjalankan penggunaan yang maksimal terhadap perusahaan-
perusahaan yang ada.
Pemerintah melakukan konsolidasi di segala bidang dan penstrukturan
kembali perusahaan-perusahaan menurut kelompoknya.
Pemerintah meningkatkan dana-dana pembangunan dan menggunakannya
secara hemat, melalui perbaikan metode persyaratan, akumulasi dan
pengeluaran.
Pemerintah tetap melaksanakan kebijakan pintu terbuka dan
meningkatkan kemampuan untuk Berdikari.
Pemerintah dengan aktif melakukan reformasi sistem ekonomi negara dan
memperlihatkan inisiatif dalam setiap hal yang berkaitan dengan usaha
ini.
Pemerintah berupaya mempertinggi taraf keilmuan dan kebudayaan
seluruh rakyat pekerja dan mengorganisasikan kemampuan untuk
menjalankan proyek- proyek penelitian ilmiah yang penting
Pemerintah berusaha mewujudkan konsep segalanya ditunjukan untuk
rakyat dan memberikan perhatian menyeluruh terhadap produksi,
pembangunan dan penghidupan rakyat.

45
Ibid hal.85

Universitas Sumatera Utara


4. Pembukaan Diri Terhadap Modal Asing
Mulai tahun 1979, pemerintah RRC mulai melaksanakan kebijakan
keterbukaannya terhadap negara luar. Beberapa wilayah di RRC dijadikan
tempat untuk kawasan ekonomi terhadap modal asing. Sejak reformasi ini,
RRC mulai melakukan hubungan ekonomi dengan negara luar, misalnya
Amerika Serikat. Pembukaan diri terhadap modal asing ini memberikan
kemajuan terhadap perekonomian di cina dari era reformasi ekonomi Cina
sampai saat ini.

5. Integrasi dalam Ekonomi Internasional


Setelah 1978, situasi perekonomian RRC mulai terlihat
perkembangannya. Negara ini mulai terlihat eksistensinya dalam
perekonomian internasional. RRC tidak hanya mentolelir adanya pendekatan
kapitalisme terhadap kebijakan ekonomi domestiknya, namun juga kebijakan
ekonomi luar negerinya. Impor RRC terdiri dari peralatan transportasi, mesin,
besibaja dan bahan-bahan kimia. Di kawasan Asia Tenggara komoditi ekspor
RRC prospeknya sangat baik. Ini terlihat pada potensial RRC dalam merebut
pasar.

Pemerintah RRC tidak suka menekankan kesamarataan saat mulai membangun


ekonominya, sebaliknya pemerintah menekankan peningkatan pendapatan pribadi dan
konsumsi dan memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan
produktivitas. RRC juga memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai
kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi, untuk itu mereka mendirikan lebih
dari 2000 Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones, SEZ) di mana hukum
investasi direnggangkan untuk menarik modal asing.

Hasilnya adalah PDB yang berlipat empat sejak 1978. Pada 1999 dengan
jumlah populasi 1,25 miliar orang dan PDB hanya $3.800 per kapita, Cina menjadi
ekonomi keenam terbesar di dunia dari segi nilai tukar dan ketiga terbesar di dunia
setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam daya beli. Pendapatan tahunan rata-rata
pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi Cina diyakini sebagai salah satu
yang tercepat di dunia, sekitar 7-8% per tahun menurut statistik pemerintah Cina. Ini
menjadikan Cina sebagai fokus utama dunia pada masa kini dengan hampir semua

Universitas Sumatera Utara


negara, termasuk negara Barat yang mengkritik Cina, ingin sekali menjalin hubungan
perdagangan dengannya.

Biaya bahan mentah yang rendah merupakan salah satu aspek ekonomi RRC.
Ini disebabkan persaingan di sekitarnya yang menyebabkan hasil berlebihan yang
turut menurunkan biaya pembelian bahan mentah. Ada juga pengawasan harga dan
jaminan sumber-sumber yang tinggal dari sistem ekonomi lama berdasarkan Soviet.
Saat negara terus menswastakan perusahaan-perusahaan miliknya dan pekerja
berpindah ke sektor yang lebih menguntungkan, pengaruh yang bersifat deflasi ini
akan terus menambahkan tekanan keatas harga dalam ekonomi.

Ekspor Cina ke Amerika Serikat sejumlah $125 miliar pada 2002; ekspor
Amerika ke Cina sejumlah $19 miliar. Perbedaan ini disebabkan utamanya atas fakta
bahwa orang Amerika mengonsumsi lebih dari yang mereka produksi dan orang Cina
yang dibayar rendah tidak mampu membeli produk mahal Amerika. Amerika sendiri
membeli lebih dari yang dibuatnya dan sekalipun rakyat RRC ingin membeli
barangan buatan Amerika, mereka tidak dapat berbuat demikian karena harga barang
Amerika terlalu tinggi.

Faktor lainnya adalah pertukaran valuta yang tidak menguntungkan antara


Yuan Cina dan dolar AS yang di"kunci" karena RRC mengikatkannya kepada kadar
tetap 8 renminbi pada 1 dolar. Pada 21 Juli 2005, Bank Rakyat Cina mengumumkan
untuk membolehkan mata uang renminbi ditentukan oleh pasaran, dan membolehkan
kenaikan 0,3% sehari. Ekspor Cina ke Amerika Serikat meningkat 20% per tahun,
lebih cepat dari ekspor AS ke Cina. Dengan penghapusan kuota tekstil, RRC sudah
tentu akan menguasai sebagian besar pasaran baju dunia.46

Pada 2003, PDB Cina dari segi purchasing power parity mencapai $6,4
trilyun, menjadi terbesar kedua di dunia. Menggunakan penghitungan konvensional
RRC diurutkan di posisi ke-7. Meski jumlah populasinya sangat besar, ini masih
hanya memberikan PNB rata-rata per orang hanya sekitar $5.000, sekitar 1/7 Amerika
Serikat. Laporan pertumbuhan ekonomi resmi untuk 2003 adalah 9,1%. Diperkirakan
oleh CIA pada 2002 bahwa agrikultur menyumbangkan sebesar 14,5% dari PNB
RRC, industri dan konstruksi sekitar 51,7% dan jasa sekitar 33,8%. Pendapatan rata-

46
Law of the People's Republic of China on the Standard Spoken and Written Chinese Language (Order of the
President No.37): www.gov.cn/english/laws/2005-09/19/content_64906.htm diakses pada 26 September 2013

Universitas Sumatera Utara


rrata pedesaaan sekitar sepertiga ddi daerah perkotaan,
p sebuah perrbedaan yan
ng telah
melebar di dekade teraakhir.47
m

Tabel 1 Meenunjukkan tren pertum B Cina dan India 19500-200248


mbuhan PDB

Makka tidak meengherankann fenomenaa kebanjiran


n orang bukaan Cina dun
nia yang
lain mau mempelajari
m Bahasa Ciina ini dan kegeraman
n Amerika ddan Barat terhadap
t
Cina secaraa umum teerjadi pada skenario politik
p duniia pada harri ini. Akan
n tetapi,
jjurang penggagihan kek
kayaan di anntara pesisiiran pantai dan
d kawasan
an pendalam
man Cina
m
masih amatt besar. Un
ntuk menanddingi keadaaan yang beerpotensi m
mengundang
g bahaya
ini, pemeriintah melak
ksanakan sttrategi Pem
mbangunan Cina Baratt pada tahu
un 2000,
Pembangunnan Kemballi Cina Tim
mur Laut pad
da tahun 2003, dan Kebbangkitan Kawasan
K
Cina Tengaah pada tah
hun 2004, ssemuanya bertujuan
b membantu
m kkawasan ped
dalaman
Cina turut membangun
m n bersama.

Selaain itu saat ini RRC teergabung daalam forum


m ekonomi nnegara berk
kembang
yyang disebbut sebagai BRICS. B
BRICS (sing
gkatan darii Brasil, Ru
Rusia, India,, China,
South Africca) saat ini menjadi tiitik sentral portofolio investasi gllobal. Istilaah BRIC
m
muncul perrtama kali pada awal dekade ini. Ekonom Goldman SSachs, Jim O Neil
m
merupakan pencetus laahirnya BRI
RICs di tahun
n 2001. Kem
mudian, bar
aru pada tah
hun 2010
Cina sebaggai pemegan
ng kendali B
BRICs men
ngundang Afsel
A untuk bergabung. BRICs

47
CIA W
World Fact Boook: www.cia.g gov/library/puublications/thee-world-factbo
ook diakses paada 1 Mei 201
13
48
Wikipeedia: en.wikipedia.org/wiki//Historical_G
GDP_of_the_P Peoples_Repub blic_of_Chinaa di akses pad
da 26
Septembeer 2013

Universitas Sumatera Utara


lahir ditenggah melamb
batnya pertuumbuhan ek
konomi yan
ng dialami ooleh negara- negara
anggota G--8. Menurutt Goldman Sachs, pada tahun 205
50, gabungaan ekonomi kelima
nnegara itu akan
a mengaalahkan negaara-negara terkaya
t di dunia
d saat inni.49

Neggara-negara anggota BR
RICS telah
h mengadak
kan KTT keetiga pada 14
1 April
2011 di Saanya-Hainan, RRC. P
Pertemuan ini
i menitikberatkan paada perkem
mbangan
ekonomi dan
d keuangaan global. Secara um
mum, negara-negara B
BRICS berp
pendapat
bbahwa neggara-negara Barat tellah mendom
minasi pro
oses pembuuatan peratturan di
bberbagai leembaga pen
nting keuanngan dan perdagangan
p n internasioonal. Merek
ka ingin
m
mengubah itu sekaran
ng dan dappat berperan
n lebih efektif dalam proses pem
mbuatan
aturan.

Neggara-negara BRICS ssecara bersama-sama saat ini mewakili hampir


seperlima dari
d onomian gloobal. Adapun total PD
pereko DB (Produkk Domesticc Bruto)
BRICS saaat ini dikisaaran 11 triiliun dollar AS. Angk
ka tersebut masih dap
pat terus
ttumbuh bahhkan diperk
kirakan secaara pasti daapat melamp
paui PDB N
Negeri Pam
man Sam
dikisaran 155 triliun dolllar AS.50

Tabel 2 Seepuluh ekon


nomi terbessar di duniia pada tah
hun 2050, ddiukur dala
am PDB
nominal (m Goldman Sachs51
miliar USD), menurut G

49
Goldmman Sachs studdy of BRIC an
nd N11 nationns, BRICS And
d Beyond, Nov
vember 23, 20007.
50
Ibid
51
Ibid

Universitas Sumatera Utara


Jika RRC pada masa Mao Zedong nasionalisme dikendalikan bagi kepentingan
politik saja, maka di era modernisasi dan reformasi saat ini, nasionalisme RRC
condong membentuk semangat Cina baru yang bercita-cita setara dengan kejayaan
Qin Shihuang Di, kaisar kuning yang mempersatukan seluruh daratan Cina.52 Dan ini
menjadikan Cina semakin belajar untuk menemukan arah sistem politik dan ekonomi
yang tepat untuk negaranya sesuai dengan budaya Cina yakni Kapitalisme keluar,
tetapi sosialisme ke dalam.

1.2. Peningkatan Kekuatan Pertahanan

Peningkatan kekuatan militer RRC merupakan implikasi logis dari laju


pertumbuhan ekonominya yang ditopang oleh anggaran pertahanan yang besar untuk
membangun industri strategis dalam negeri dan mengembangkan teknologi alat utama
sistem persenjataan. Dalam dua dekade belakangan, anggaran pertahanan RRC
meningkat setiap tahun dan diyakini merupakan yang terbesar ketiga di dunia, setelah
Amerika Serikat dan Rusia.

Berdasarkan proporsi Produk Domestik Bruto, anggaran pertahanan RRC


memang lebih rendah dibanding Amerika Serikat dan Inggris, namun para pengamat
pertahanan menduga anggaran yang sebenarnya bisa jadi dua kali lebih tinggi dari
angka resmi yang diumumkan. Fakta itu membuat membuatkan kebanyakan
organisasi hak asasi manusia Barat merasa geram dan khawatir dengan kata-kata Cina
yang menginginkan keamanan, sekalipun telah diakui di dalam dan di luar republik
bahwa kemampuan tentara RRC melaksanakan operasi ketenteraan di luar kawasan
negerinya sangat terbatas dan jumlah anggota tidak begitu berguna untuk menentukan
dominasi kekuatan tentaranya di dunia.

RRC mempunyai pasukan tentara terbesar di dunia, meski ada kepercayaan


umum baik di dalam kalangan Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA) maupun pengamat
luar bahwa jumlah bukanlah ukuran kekuatan militer yang baik. PLA terdiri dari
angkatan laut Cina dan angkatan udara. Pada 2012, militer Cina dan pasukan
keamanan terdiri dari sekitar 2.285.000 aktif prajurit PLA (Peoples Liberation
Army/Tentara Pembebasan Rakyat), 660.000 personil kepolisian, dan setidaknya
510.000 cadangan aktif.
52
FX. Sutopo, China Sejarah Singkat, Yogyakarta, Garasi, 2009, hal.135

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, sesuai dengan buku putih pertahanan, terdapat lebih dari 8 juta
anggota milisi di seluruh negeri. Dalam hal tenaga personil, pasukan darat PLA
mendominasi. Jelas mereka menyumbang lebih dari dua-pertiga dari keseluruhan
prajurit PLA (70%). Sedangkan PLAN (Angkatan Laut) dan PLAAF (Angkatan
Udara); masing-masing berjumlah 11 persen dan 15 persen dari PLA. Adapun Korps
Artileri Kedua dengan 100.000 personil membentuk 4 persen dari keseluruhan prajurit
PLA.53 Berikut adalah kekuatan militer RRC dari setiap matra:

1. Peoples Liberation Army (Angkatan Darat)

Angkatan Darat PLA secara holistik baik dari segi tenaga dan kemampuan
terdiri dari 800.000 personil reguler di samping 800.000 wajib militer. Angkatan
Darat berjumlah sebesar 76% dari seluruh angkatan bersenjata. Angkatan Darat
dikonfigurasi untuk pertahanan teritorial, pertahanan internal, perbatasan dan
keamanan pesisir terbatas untuk membendung Taiwan. Kekuatan-kekuatan tersebut
akan disusun dalam 18 kelompok tentara, masing-masing dengan kekuatan tenaga
personil antara 30.000 dan 65.000 orang. Struktur, ukuran dan kesiapan perang
mereka bervariasi sesuai dengan peran dan lokasi geografis. Angkatan Darat diatur
tujuh daerah infanteri, komando militer, armor, artileri dan unit rudal juga diatur
dalam kombinasi divisi dan brigade yang digelar oleh tujuh komando militer.

Selain itu PLA memiliki sejumlah pasukan yang dikonfigurasi secara khusus
untuk perbatasan dan keamanan pesisir, dengan peran spesialis lebih seperti
pertempuran gunung, penerbangan dan logistik pendukung seperti teknik dan sinyal.
Dalam cadangan terdapat divisi infanteri sekitar 30 unit, masing-masing dengan tiga
infanteri dan satu resimen artileri, 12 pertahanan udara dan tujuh divisi logistik
brigade pendukung.54

Kemampuan militer Cina masih tergantung pada Uni Soviet untuk sebagian
besar dari kemampuan Angkatan Darat generasi kedua atau bahkan generasi ketiga
teknologinya diproduksi dalam negeri, berdasarkan desain Soviet asli dari tahun 1950-
an, 60-an dan 70-an. Secara keseluruhan PLA menyebarkan sekitar 7.660 tank tempur
utama (Main Battle Tank/MBT) (terutama T-59, T-79, T-88, T-96 dan T-99), 1.000
53
Anthony H. Cordesman And Nicholas S. Yarosh, Chinese Military Modernization And Force Development A
Western Perspective, Center For Strategic and International Studies, Washington DC, 2006 hal 59
54
Claire Taylor And Tim Youngs, Chinas Military Posture, International Affairs And Defence Section, House
Of Commons Library, 2008, hal 26

Universitas Sumatera Utara


tank ringan (Tipe 62-I dan Tipe 63A), 3.500 kendaraan lapis baja (varian, Tipe 63 T-
77, T-89 dan WZ-523) dan lebih dari 17.700 artileri. Pengiriman pertama dari
theType-99 (ZTZ-99) MBT tahun 2006 ke divisi elit PLA lapis baja di daerah Beijing
dan Shenyang. Resimen penerbangan PLA juga dilengkapi dengan berbagai serangan
(Z-9), penyerangan (Gazelle), dukungan dan utilitas (Z-11) helikopter dan sejumlah
kendaraan udara tak berawak (Unmanned Aerial Vechicle/UAV). PLA juga saat ini
tengah menguji penerbangan helikopter penyerang Z-10, helikopter pertama yang
diproduksi Cina dan beroperasi pada 2008 atau 2009.55

2. Peoples Liberation Army Navy (Angkatan Laut)

Meskipun tidak setara dari segi jumlah personil dengan Angkatan Darat PLA,
kekuatan personil Angkatan Laut lebih dari cukup. PLAN (Peoples Liberation Army
Navy) terdiri dari 215.000 personil, 40.000 di antaranya adalah wajib militer dan
mencakup 26.000 personil penerbangan angkatan laut dan 10.000 marinir. Dalam
beberapa tahun terakhir, armada angkatan laut telah mengalami kemajuan daya
tempur seiring dengan peningkatan kemampuan alutsista. Kapal Angkatan Laut
khusus telah ditambah dengan dua kapal Guangzhou tipe penyerang yang mulai
beroperasi pada tahun 2004.

Empat kapal kelas perusak dilengkapi dengan meriam SS-N-22 serta rudal
anti-kapal pesiar yang telah beroperasi sejak 2002, dua kapal kelas Lanzhou dan
kapal-kapal armada terbaru: dua kelas Luzhou, yang pertama diluncurkan pada tahun
2005. Keempat kapal kelas ini dilengkapi kemampuan siluman yang lebih baik,
persenjataan canggih dan kemampuan pertahanan udara jauh lebih baik. Hal tersebut
dianggap kelemahan utama dalam kapal perang Cina sebelumnya karena mereka
terbatas kegiatan operasionilnya secara geografis. Penyebaran kapal perusak kelas
Luzhou dikabarkan dilengkapi dengan sistem SA-N-20 rudal permukaan-ke-udara
Rusia, yang memiliki jangkauan sekitar 150 km, lebih dari dua kali lipat kisaran
sistem pertahanan udara sebelumnya.56

Selain armada kapal utamanya, AL juga mengoperasikan 46 frigat. Terutama


terdiri dari varian Jianghu-class 97 yang telah diuntungkan dengan adanya tambahan
armada terbaru: kelas Jiangwei-I dan II (empat dan 10 kapal masing-masing) dan dua

55
Ibid 2008 hal 27
56
Ibid 2008, hal 29

Universitas Sumatera Utara


kapal dari kelas Jiangkai, yang mulai beroperasi pada tahun 2007 dan merupakan
frigat pertama dengan roket berpenuntun. Seperti halnya armada kapal perusak,
tambahan frigat baru ini meningkatkan kemampuan pertahanan udara. PLAN juga
memiliki 233 kapal patroli dan kombatan pesisir termasuk 63 kapal patroli cepat
dilengkapi dengan rudal permukaan-ke-permukaan, 65 kapal tempur, sekitar 234
kapal pendaratan amfibi dari berbagai jenis, termasuk 74 kapal pendarat menengah
hingga berat, serta 160 kapal logistik dan transportasi57

Kapal Perusak China yang paling canggih adalah kapal perusak kelas
Sovremenny Rusia. Sovremenny, khusus dirancang untuk melawa kapal Aegis kelas
perusak milik Amerika Serikat. The Sovremenny membawa rudal anti-kapal Sunburn
Rusia, yang merupakan salah satu yang paling canggih di dunia. Angkatan Laut juga
tengah mengembangkan rudal jelajah anti-kapal yang lebih mumpuni serta rudal
jelajah serangan darat (LACMs), Kapal selam kelas Kilo, yang juga diperoleh dari
Rusia, merupakan kemajuan yang mengesankan untuk AL. PLAN dibatasi oleh
kurangnya integrasi dalam komando, kontrol, dan sistem komunikasi, penargetan,
pertahanan udara, dan kemampuan melawan kapal selam. Kapal PLAN rentan
terhadap serangan oleh pesawat, torpedo, rudal dan senjata anti-kapal musuh.58

3. Peoples Liberation Army Air Force (Angkatan Udara)

Angkatan Udara China terdiri dari sekitar 250.000 personel. Wajib militer
membentuk sekitar 37% dari jumlah pasukan. Meskipun sejalan dengan kebijakan
keseluruhan PLA pada wajib militer, tetapi proporsinya diupayakan untuk terus
dikurangi. Dari perspektif peralatan, PLAAF memiliki sekitar 1.762 pesawat tempur
aktif. Pesawat tersebut adalah pesawat tempur yang sebagian besar varian J-7 dan J-8
yang mulai beroperasi pada tahun 1970-an dan 1980-an, meskipun varian terbaru dari
J-7, J-7G hanya dioperasikan PLAAF pada tahun 2003, dan Su-27 SK/J-11B. Sejak
tahun 2004 PLAAF juga telah ditambah armadanya dengan 10-J pesawat tempur
multi-peran dengan avionik canggih dan senjata yang lebih canggih yang telah
dianggap sebagai pesawat tempur Cina yang dikembangkan pertama untuk memenuhi
kinerja dan tolok ukur kemampuan terhadap pesawat tempur barat.

57
Ibid 2008, hal 30
58
Harold Brown, Chinese Military Power, Report Of An Independent Task Force, Council On Foreign
Relations Maurice R. Greenberg Center For Geoeconomic Studies, New York , 2003 Hal 36

Universitas Sumatera Utara


Resimen ketiga telah menerima J-10 pada tahun 2007 di bawah Divisi Udara 2
di Provinsi Guangdong. Beberapa analis memperkirakan bahwa PLAAF akan
memperoleh 300 J-10 pesawat pada 2010. Meskipun Intelijen Pertahanan AS
melaporkan diperkirakan secara keseluruhan PLAAF akan mengoperasikan J-10
sampai dengan 1.200 pesawat.

Saat ini tidak jelas apakah PLAAF akan mengoperasikan pesawat tempur
multi-peran JF-17/FC-1 produksi bersama Cina dengan Pakistan pada 2007. Pesawat
ini dianggap kurang laik, meskipun lebih murah dibandingkan dengan beberapa
pesawa. Selain itu, Cina juga dilaporkan mulai pengembangan generasi pesawat
tempur keempatnya, JX (atau J-XX/J-14). Jet tempur Cina / pesawat pencegat ini
dilengkapi dengan sejumlah arsenal seperti AA-12, P-27/AA- 10, P-37/AA-11 PL-2B,
PL-PL-5B dan berkapasitas menampung 8 rudal udara-ke-udara, di samping PL-12
visual-range luar rudal udara-ke-udara (BVRAAM) baru yang digunakan pada
pesawat J-10 dan J-11B.59

Dengan diperkenalkannya senjata baru dan peningkatan pelatihan pilot,


personil Tentara Pembebasan Rakyat Angkatan Udara (PLAAF) telah membuat
beberapa kemajuan memperluas kemampuan jelajah udara. Cina telah mengakuisisi
100 lebih jet tempur generasi keempat (SU-27s dan SU-30-an) dari Rusia sejak 1990-
an. Diantara seluruh jet tempur PLAAF, jet tempur ini merupakan jenis yang terbaik.
Digunakan terutama untuk kegiatan intersepsi di ketinggian, mampu melesat hingga
kecepatan Mach 2,35, dan mampu bermanuver di ketinggian ekstrem. SU-27
merupakan lawan seimbang F-15C milik Amerika Serikat. Pesawat membawa enam
radar-homing Alamo, rudal udara-ke-udara (AAMs) dan AAMs Archer berpenuntun
inframerah. Sedangkan variannya SU-30, yang memiliki jangkauan 3.000 kilometer,
memiliki kemampuan tempur udara lebih baik dari SU-27 serta menjadi pendukung
kemampuan serangan darat dan udara yang dekat. SU-30 memiliki avionik dan radar
yang lebih canggih dari SU-27 serta memberikan PLAAF untuk pertama kalinya
kemampuan untuk terbang misi jauh dari garis pantai. Selain itu, pilot PLAAF
sekarang terlibat dalam pelatihan tempur realistis.60

4. Peoples Armed Police (Kepolisian)

59
Log Cit 2008, Hal 27
60
Log Cit 2003 Hal 36

Universitas Sumatera Utara


Polisi Rakyat Bersenjata, dalam konfigurasi saat ini, didirikan pada tahun
1980 menyusul keputusan oleh pemerintah Cina untuk membangun kembali kekuatan
khusus untuk keamanan internal dan penegakan hukum. Personel Kepolisian terdiri
dari 1,5 juta personel aktif dipecah menjadi 45 divisi dan disebar di 22 provinsi Cina
dan empat daerah otonom. Selama masa damai, PAP bertanggung jawab untuk
menjaga target utama, termasuk personil dan instalasi ekonomi dan industri kunci,
berurusan dengan krisis darurat termasuk kerusuhan, pemberontakan dan insiden
massa lainnya, anti-terorisme, termasuk anti-pembajakan dan pembuangan bom, dan
membantu dalam pembangunan ekonomi negara, termasuk pertambangan dan
mengambil bagian dalam transportasi besar dan proyek-proyek energi konstruksi.
Dalam situasi konflik PAP juga dapat digunakan untuk keperluan pertahanan teritorial
dan dalam mendukung pasukan darat reguler.61

Berdasarkan situs pemeringkat kekuatan militer dunia, Global Firepower


mencatatkan RRC sebagai negara dengan kekuatan militer terbesar ketiga di bawah
Amerika Serikat dan Rusia. Berikut perbandingan kekuatan militer RRC
dibandingkan dengan Amerika Serikat menurut Global Firepower :

United States of America Peoples Republic of China

1 (dari68) Peringkat Sementara 3 (dari 68)

313,847,465 Total Populasi 1,344,130,000

145,212,012 Ketersediaan Tenaga 749,610,775


Kerja

4,217,412 Jumlah Populasi Yang 19,538,534


Mencapai Usia Militer

1,477,896 Prajurit Aktif 2,285,000

1,458,500 Cadangan Aktif 800,000

15,293 Pesawat Tempur 5,048

61
Log Cit 2008, Hal 27

Universitas Sumatera Utara


6,665 Helikopter Tempur 901

15,079 Jumlah Bandara Aktif 497

8,325 Tank 7,950

18,539 Kendaraan Angkut 18,700


Personel

1,934 Kendaraan Taktis 2,500

1,791 Artileri 25,000

7,500 Infanteri Mortar 10,050

28,000 Senjata Anti-Tank 31,250

106,407 Kendaraan Logistik 75,850

21 Pelabuhan Utama dan 8


Terminal

290 Total Kapal Angkatan 972


Laut

10 Kapal Induk 1

71 Kapal Selam 63

24 Kapal Frigat 47

24 Kapal Perusak 25

0 Korvet 0

14 Kapal Penyapu Ranjau 52

12 Kapal Patroli Pantai 322

28 Kendaraan Taktis Amfibi 228

Universitas Sumatera Utara


153,600,000 Kekuatan Buruh 795,500,000

10,128,000 bbl Produksi Minyak 4,289,000 bbl


(Barel Per Hari)

18,949,000 bbl Konsumsi Minyak 8,924,000 bbl


(Barel Per Hari)

20,680,000,000 bbl Cadangan Minyak 20,350,000,000 bbl


Terbukti (Barel Per Hari)

6,506,204 Km Jalan Aspal (Km) 3,860,800 Km

224,729 Km Rel Kereta (Km) 86,000 Km

41,009 Km Pipa Air (Km) 110,000 Km

19,924 Km Panjang Garis Pantai (Km) 14,500 Km

12,034 Km Panjang Garis Perbatasan 22,117 Km


dengan Negara Lain (Km)

9,826,675 Km Luas Wilayah Darat (Km) 9,596,961 Km

Tabel 3 Perbandingan Kekuatan Militer Amerika Serikat - Republik Rakyat Cina


Menurut Global Firepower62

Memperkirakan dana militer Cina akan menghasilkan berbagai angka-angka


yang berbeda berdasarkan apa yang dianggap militer, bagaimana mengartikan
informasi terbatas yang tersedia, dan bagaimana seseorang menghadapi faktor-faktor
nilai tukar mata uang. Perkiraan-perkiraan yang ada memberikan nilai US$9 miliar
sebagai yang terendah dan US$60 miliar sebagai yang tertinggi (dari segi purchasing
power parity) pada tahun 2003; namun angka resmi (perkiraan terendah) senilai
US$60 miliar tersebut membuat Cina sebagai negara kedua terbesar setelah Amerika
Serikat yang mempunyai dana anggaran US$400 miliar.

62
Global Firepower: www.globalfirepower.com/countries-comparison-detail.asp diakses pada 26 September
2013

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4 Perrtumbuhan Anggaran
A B
Belanja Milliter RRC 19
989-2012 (M D)63
Miliar USD)

Pem
mbelanjaan militer RR
RC pada tah dalah AS$ 330 miliar, tetapi ini
hun 2005 ad
ttidak termaasuk uang yang
y digunnakan untuk
k pembelian
n senjata daari luar, kajjian dan
ppembangunnan prajurit, ataupun pparamiliter (Polisi RRC
C), dan krittikus menju
ulukinya
sebagai perrcobaan yan
ng sengaja dilakukan untuk men
nipu dunia. Baru-baru ini satu
kkajian RAN
ND mempeerkirakan bbahwa perb
belanjaan militer
m Cinaa yang seb
benarnya
adalah 1,4--1,7 kali lipat lebih bbesar daripaada pengeluaran resm
minya. Akan
n tetapi,
A
Amerika juuga pernah
h mencoba menipu belanja miliiternya denngan mengeeluarkan
pperbelanjaaannya di Affghanistan dan Irak dari
d pada beelanja dari Kantor Perrtahanan
rresminya.644

Cinaa, meski mempunyai


m sistem sen
njata nuklirr dan pengiiriman yan
ng maju,
secara luas dipandan
ng, di dallam negerii maupun di luar, hhanya mem
mpunyai
kkemampuann yang terb
batas untuk mengerahk
kan kekuataan militernyya ke luar Cina
C dan
ttidak diangggap sebag
gai sebuah adidaya meski
m sering
g dianggapp sebagai kekuatan
k
rregional yaang besar karena
k kebaayakan peraalatan senjaata yang diggunakan oleh RRC
m
masih kunoo dan perlu dimodernkkan dari segi standar Amerika Seri
rikat. Akan tetapi ia
63
World Military Expeenditure: www
w.globalsecuriity.org diakses pada 28 Sepptember 2013
64
Chan, K Kam Wing. Misconception
M s and Compleexities in the Study
S of China
a's Cities: Deffinitions, Statiistics, and
Implicatiions, 2007

Universitas Sumatera Utara


masih dilihat sebagai kuasa setingkat adidaya regional. Angkatan udaranya masih
memerlukan pesawat perang pengangkut dan kebanyakan pesawat perangnya sudah
ketinggalan zaman.

Tentara RRC kini berusaha bersungguh-sungguh menguatkan dirinya sebagai


persiapan kemungkinan berperang dengan Amerika Serikat dikarenakan krisis yang
berkepanjangan dengan Taiwan. PLA dan cabang ketentaraannya yang lain adalah
suatu ancaman besar kepada dominasi Amerika atas dunia pada masa kini, terutama di
kawasan-kawasan Asia Timur seperti Selat Taiwan, dimana Cina menempatkan dan
mengumpulkan tentaranya, dan juga secara langsung mengarahkan senjata peluru
kendalinya ke arah Taiwan.65

1.3. Peran Republik Rakyat Cina dalam Konstelasi Global

Republik Rakyat Cina telah lama melakukan perubahan dalam kebijakan luar
negerinya. Dimulai sejak tahun 1978, Cina berusaha menjadi salah satu dari negara
yang mapan.Pada saat masa pemerintahan Mao Zhedong, Cina sudah menjadi salah
satu negara yang diperhitungkan karena bermacam-macam pemikiran Mao yang
merupakan jalan dijadikannya Cina modern. Marxisme dan Leninisme adalah buah
pikiran Mao yang menjadi kekuatan tawar menawar Cina di politik internasional.
Akan tetapi hal ini juga membuahkan konflik dengan Uni Soviet. Namun, karena
kepentingan ekonomi merupakan poros utama politik luar negerinya, sebenarnya Cina
telah mengalihkan sumber ideologis dan orientasinya, yaitu dari komunisme militan
menjadi nasionalisme pragmatik.

Untuk itu RRC telah menyusun Comprehensive National Power (CNP) untuk
perumusan nasionalisme dalam praktik. Konsep power mengacu kekuatan bangsa
mencakup seluruh sumber daya aktual maupun potensial yang dimiliki Cina
(comprehensive), baik kultural, ekonomi, militer, geografi, jumlah penduduk, dan
sebagainya yang, setelah dikalkulasi, diharapkan bisa mengetahui kekuatan tawar
Cina.

Republik Rakyat Cina mempertahankan hubungan diplomatik dengan hampir


seluruh negara di dunia, namun menetapkan syarat bahwa negara-negara yang ingin

65
What are China's largest and richest cities? University of Southern California US-China Institute, 2007.

Universitas Sumatera Utara


menjalin kerjasama diplomatik dengannya harus menyetujui klaim Cina terhadap
Taiwan dan memutuskan hubungan resmi dengan pemerintah Republik Cina. Cina
juga secara aktif menentang perjalanan ke luar negeri yang dilakukan pendukung
kemerdekaan Taiwan seperti Lee Teng-hui dan Chen Shui-bian serta Tenzin Gyatso,
Dalai Lama ke-14.

Pada 1971, RRC menggantikan Republik Cina sebagai wakil untuk "Cina" di
PBB dan sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Cina juga
pernah menjadi anggota Gerakan Non-Blok, dan kini tetap berperan sebagai anggota
pengamat. Banyak dari kebijakan luar negerinya yang sekarang didasarkan pada
konsep kebangkitan Cina yang damai.

Bergabungnya RRC dengan WTO (World Trade Organitation) tidak juga bisa
dikatakan, Cina lebih memihak pada negara-negara maju dan mapan. Bergabungnya
Cina dengan WTO dan kerja sama regional seperti APEC (Asia-Pacific Economic
Forum), ARF (ASEAN Regional Forum), kemitraan strategisnya dengan India dan
semacamnya merupakan wujud pendekatan instrumental yang kalkulatif. Dengan
begitu Cina tidak akan menunjukan antusiasme berlebihan maupun sikap antipati
terhadap skema organisasi-organisasi multilateral yang ada.

Berdasar CNP, tujuan strategis politik luar negeri Cina bisa diidentifikasi
sebagai berikut: pertama, melindungi kemerdekaan, kedaulatan, dan keamanan Cina;
kedua, melindungi dan menopang pembangunan ekonomi dan teknologi; ketiga,
menciptakan situasi yang kondusif dan damai di Asia-Pasifik; keempat, memberi
respons efektif pada tantangan dan ancaman dari luar; kelima, mencegah konflik
internal dan eksternal; keenam, meningkatkan status dan prestise Cina di mata
internasional.

Tentunya, tujuan itu bisa menjadi acuan politik luar negeri negara-negara lain.
Namun, yang menarik dari kasus Cina adalah setelah kurang lebih 27 tahun
menjalankan proses modernisasi, kecepatan pertumbuhannya begitu mencengangkan
(di atas sembilan persen per tahun) dan menjadi tonggak tersendiri dalam wacana
teori-teori ekonomi pembangunan dan kajian-kajian strategi serta teknologi
pertahanan.

Universitas Sumatera Utara


Kekuatan ekonomi RRC juga diramalkan akan ditunjang oleh kekuatan
pertahanan yang tangguh pada sekitar 2025, mengingat Cina sedang memodernisasi
angkatan bersenjatanya dengan menggabungkan upaya alih teknologi militer,
terutama dari Rusia, serta pengembangannya lebih lanjut berdasar kemampuan
sendiri. Penggabungan kekuatan ekonomi dan militer yang tangguh di masa depan ini
dilihat banyak pengamat tidak pernah bisa diraih Uni Soviet di masa-masa jayanya
sekalipun.

Pemikiran nasionalisme pragmatis ini diramalkan tetap mewarnai kebijakan


baik faksi konservatif maupun faksi reformis pimpinan Cina di abad ke-21. Kedua
faksi itu didorong rasa kebanggaan nasional, keutuhan wilayah, dan kehendak
memulihkan kebesaran Cina. Karena itu, bisa saja nasionalisme pragmatik menjadi
militan dan agresif, jika para pemimpin Cina melihat komunitas internasional
menghalanginya untuk bangkit menjadi pemain strategis dunia.

Bahwa perdamaian menjadi prinsip politik luar negeri Cina, telah jelas
dinyatakan Deng Xiaoping sendiri, "politik luar negeri Cina memegang teguh dua
prinsip. Pertama, menentang hegemonisme dan politik adu kekuatan, serta menjaga
perdamaian dunia. Kedua, menegakkan tatanan politik dan ekonomi internasional
yang baru"66 RRC berpedirian semua negara baik besar maupun kecil, kuat maupun
lemah serta miskin maupun kaya sama-sama adalah anggota masyarakat internasional
yang sama derajat. Persengketaan dan konfrontasi antar negara seharusnya
diselesaikan secara damai melalui musyawarah, tidak seharusnya menggunakan
kekuatan bersenjata atau mengacam dengan kekuatan bersenjata, tidak boleh
mencampuri urusan dalam negeri negara lain dengan dalih apapun. Cina dengan aktif
mendorong pembinaan tata baru politik dan ekonomi internasional yang adil dan
rasional.

Dengan prinsip politik luar negeri yang demikian, sebenarnya nasionalisme


pragmatis merupakan prinsip dasar Cina untuk memasuki komunitas internasional
dengan penuh percaya diri, sebagaimana 55 tahun lalu, Marxisme-Leninisme
merupakan prinsip dasar Cina untuk menjadikannya negara independen dan modern.
Cina melaksanakan politik terbuka terhadap dunia luar secara menyeluruh, bersedia di
66
Zheng, Yongnian, Discovering Chinese Nationalism in China, Joseph Fewsmith Political Science Quarterly
Vol. 115, No. 2. Summer, 2000

Universitas Sumatera Utara


atas dasar prinsip persamaan derajat dan saling menguntungkan mengembangkan
hubungan perdagangan, kerjasama ekonomi dan teknik serta pertukaran ilmu dan
budaya secara luas dengan berbagai negara dan daeah di dunia, untuk mendorong
kemakmuran bersama.

Meskipun demikian, sebagian kalangan non-Barat dan pemerintah Barat


mengkritik Cina karena dianggap menafikan hak asasi manusia dan hubungan luar
negerinya dengan pemerintah-pemerintah Barat sempat redup oleh kejadian di
Tiananmen pada tahun 1989. Hak asasi manusia seringkali diungkit oleh
pemerintahan-pemerintahan ini. Meskipun begitu, dengan pembangunan ekonomi
Cina yang mendadak, pemerintahan-pemerintahan ini mulai menutup sebelah mata
karena mau mengadakan hubungan perdagangan dengan Cina, sejajar dengan sikap
hipokrit mereka. Ini dilihat semasa pemerintahan Bill Clinton di AS pada masa yang
lalu, yang melihat isu hak asasi manusia tidak lagi ditekankan dalam perhubungan.

Di tengah-tengah dunia yang sedang berubah, RRC muncul sebagai sebuah


raksasa baru dalam panggung politik global sehingga mau tidak mau
mengharuskannya berhadapan dengan dominasi Amerika Serikat. RRC yang menjadi
salah satu negara anggota Dewan Keamanan Tetap Perserikatan Bangsa Bangsa (DK-
PBB) kerap menjadi penyeimbang keputusan resolusi yang dikeluarkan oleh lembaga
tersebut dari keputusan yang didominasi oleh kehendak negara-negara barat (Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, serta Rusia). Sebagai satu-satunya wakil dari benua Asia
pada badan internasional yang menjamin perdamaian dunia, RRC seringkali
berseberangan sikap dengan negara-negara barat yang sangat berambisi untuk
sesegera mungkin menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan
model ekonomi pasar bebas ke seluruh penjuru dunia yang terkadang justru
berbenturan dengan rezim serta nilai-nilai peradaban yang bersifat relatif.

Perbedaan sikap terhadap kebijakan politik luar negeri barat kerap ditunjukkan
RRC dalam beragam isu internasional seperti misalnya dalam menyikapi embargo
terhadap Iran dan Korea Utara yang dianggap oleh barat beraliansi untuk menciptakan
senjata nuklir, dimana Iran berambisi memperkaya uranium sedangkan Korea Utara
mengembangkan rudal penjelajah yang saat ini telah melampaui tahap menengah.
Barat dengan tegas melarang hubungan ekonomi dengan kedua negara tersebut
sebagai sanksi atas ambisi mereka yang dikhawatirkan menganggu perdamaian dunia,

Universitas Sumatera Utara


sedangkan RRC alih-alih ikut mengembargo, justru memiliki hubungan perdagangan
yang signifikan dengan kedua negara. RRC memasok sebagian besar kebutuhan
minyaknya dari Iran, sedangkan Korea Utara merupakan sekutu dekat komunis di
wilayah regional.

Sikap serupa ditunjukkan RRC sebagai salah satu anggota DK-PBB dalam
menyikapi beragam isu. Terakhir, RRC bersama Rusia menolak proposal negara-
negara barat yang dimotori oleh Amerika Serikat untuk melakukan serangan militer
terbatas terhadap rezim Bashar Al Assad di Suriah sebagai bentuk hukuman terhadap
rezim tersebut karena telah menggunakan senjata kimia untuk melawan kelompok
oposisi yang menewaskan lebih dari seribu orang di negeri yang sudah satu setengah
tahun terakhir mengalami pergolakan internal tersebut. Selain karena memiliki
kedekatan ideologis pada rezim Assad yang berhaluan sosialis, RRC sebenarnya ingin
menunjukkan bahwa dunia tidak selalu harus didikte oleh kehendak barat.

Hubungan Cina-Amerika sendiri telah dirusak beberapa kali dalam beberapa


dekade terakhir. Titik-titik permasalahan termasuk pengeboman pesawat perang B-2
Stealth Bomber Amerika Serikat terhadap kedubes Cina di Beograd pada tahun 1998
yang menewaskan tiga wartawan Cina, sebuah insiden yang disebut Cina sebagai
kesengajaan namun oleh AS dinyatakan sebagai suatu kesalahan; jatuhnya pesawat
EP-3E Aries II milik Amerika Serikat yang berada di atas pulau Hainan, Cina pada
tahun 2001. Pesawat mata-mata tersebut bertemu dengan pesawat jet Cina yang
memperhatikan gerak-gerinya. Pesawat Cina terkait terhempas dan pemandunya
terbunuh saat pesawat AS terpaksa mengadakan pendaratan darurat di pulau Hainan.
Cerita Amerika dan Cina mengenai kejadian ini berbeda. Versi Amerika menyatakan
bahwa pesawatnya berada di atas lautan internasional sedangkan RRC menyatakan ia
berada di atas Zona Ekonomi Eksklusifnya, di mana kemudian Cina menahan 24
awak pesawat tersebut dan merebut informasi yang sensitif dari pesawat tersebut;
yang terakhir, laporan Cox yang mengungkap aksi mata-mata Cina terhadap rahasia
nuklir AS beberapa dekade sebelumnya.

2. Sengketa Perbatasan di Asia Pasifik

Di tengah bangkitnya Cina dalam aspek ekonomi, kekuatan pertahanan, serta


pengaruhnya dalam konstelasi global muncul persoalan regional seputar perbatasan

Universitas Sumatera Utara


yang melibatkan sejumlah negara tetangga RRC seperti Jepang dan Taiwan di
kawasan Laut Cina Timur, serta Filipina, Vietnam, Brunei, dan Malaysia di Laut Cina
Selatan. Apakah munculnya sejumlah persoalan sengketa kedaulatan tersebut
berkaitan dengan semakin gencarnya kebangkitan RRC adalah sebuah persoalan yang
hendak ditelusuri dalam penelitian ini. Berikut ini dijabarkan gambaran umum seputar
permasalahan sengketa perbatasan yang terjadi serta bagaimana hal tersebut
mempengaruhi hubungan bilateral RRC dengan negara-negara yang bersengketa
dalam politik dan ekonomi.

2.1. Sengketa Perbatasan di Laut Cina Timur

Sengketa perbatasan di Laut Cina Timur terjadi antara RRC dengan Jepang.
Persoalan tumpang-tindih kedaulatan bermula saat kedua negara saling mengklaim
atas wilayah Kepulauan yang disebut Senkaku oleh Jepang atau Diayou oleh Cina
(Diayoutai oleh Taiwan). Lantas apa saja yang dipersengketakan oleh kedua belah
pihak dalam kasus kepemilikan pulau Senkaku/Diayou ini?

Pertama, perbedaan paham garis perbatasan laut di Laut Cina Timur antara
Jepang dan RRC hingga kini belum dicapai kesepakatan bersama. Walau keduanya
sama-sama meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, tetapi
mereka membangun pemahaman sendiri yang belum tuntas dibicarakan. Jepang
mengusulkan pembagian wilayah berdasar garis tengah di zona ekonomi eksklusifnya
(berjarak 200 mil dari garis dasar/baseline), sedangkan Cina mengacu pada kelanjutan
alamiah dari landas kontinennya (berjarak di luar 200 mil).

Mengenai paham garis tengah ala Jepang memang tidak sesuai dengan isi
konvensi. Sebab, jika sudah berkait dengan hal kedaulatan, keputusan yang bersifat
sepihak tak punya basis legal. Landasan kontinental seharusnya didasarkan pada
sebuah perjanjian antarkedua pihak agar tercapai solusi adil. Selanjutnya, pengukuran
wilayah berdasarkan garis tengah hanya sebuah cara pengukuran, bukan sebuah
prinsip dari hukum internasional kebiasaan dalam delimitasi.

Kedua, perbedaan persepsi sejarah kepemilikan Senkaku di setiap pihak


bermuara pada klaim berbeda. Cina yakin kepemilikan atas Senkaku berdasarkan pada
aspek historis yakni sejak Dinasti Ming (1368-1644), di mana namanya sudah

Universitas Sumatera Utara


tercantum di sebuah buku berjudul Departure Along the Wind (terbit 1403). Selain itu,
kepulauan ini beserta pulau-pulau kecil yang mengitari kerap kali disebutkan dalam
lingkup pertahanan maritim Cina saat itu.

Lagi pula, Kepulauan Diaoyu yang saat itu menjadi bagian dari Taiwan biasa
digunakan para nelayan Cina sebagai basis operasional. Pada saat kekalahan Cina
dalam perang Sino-Jepang (1894-1895), Taiwan (termasuk Kepulauan Diaoyu)
diserahkan ke Jepang. Namun, akhir PD II, kepulauan ini dikembalikan oleh AS ke
Cina berdasarkan perjanjian Tiga Besar (AS, Inggris, Cina) di Kairo tahun 1943.

Jepang setelah kemenangannya dalam perang Sino-Jepang menerima


penyerahan Senkaku dari Cina. Ini dianggap sebagai bagian teritorial Jepang secara
resmi. Sejak itu, survei atas kepulauan ini dilakukan Jepang dan diyakini bahwa
kepulauan ini tidak berpenghuni. Survei saat itu menunjukkan tiadanya tanda-tanda
bahwa kepulauan Senkaku berada di bawah kontrol Cina.

Berdasarkan keputusan Kabinet 14 Januari 1895, kepulauan ini dimasukkan ke


teritorial Jepang. Sejak itu, Senkaku menjadi bagian integral dari Kepulauan Nansei
Shoto, di mana ini diyakini tidak menjadi bagian dari Taiwan ataupun lainnya, yang
diserahkan ke Cina setelah PD II. Lagi pula, sebuah peta tahun 1969 buatan
Pemerintah RRC berlabel rahasia memasukkan Kepulauan Senkaku ke wilayah
Jepang. Berarti ada pengakuan resmi sejak itu bahwa Senkaku masuk dalam wilayah
otoritas Jepang.

Ketiga, munculnya sengketa ini dipicu setelah kedua pihak menyadari adanya
sumber cadangan minyak dan gas di sekitar Kepulauan Senkaku pada pertengahan
1990-an, yang berlanjut hingga kini. Ketika kepentingan nasional dipicu kepentingan
bisnis prospektif berupa temuan cadangan minyak dan gas, segala daya penguat dan
bukti pembenaran akan dihimpun demi basis legal untuk penguasaan sumber energi
itu. Apalagi Jepang dan Cina adalah dua negara yang sangat bergantung pada suplai
minyak dan gas dari luar. Dan, ketika keduanya menyadari adanya cadangan energi
yang tidak jauh dari wilayah mereka, keduanya akan mati-matian
memperjuangkannya.

Universitas Sumatera Utara


Dengan latar tiga faktor di atas, kemarahan rakyat Cina dengan membakar
bendera Jepang, menyerang kantor perwakilan Jepang, dan yang menyebabkan
banyak perusahaan besar Jepang di Cina ditutup, sesungguhnya hanya puncak es
saja. Jika faktor pertama terutama dan kedua tidak segera dicari jalan keluarnya,
hubungan ekonomi keduanya menjadi terganggu. Apalagi bila ditambah dengan
luapan kemarahan yang semakin kencang, bertepatan dengan peringatan hari
Manchuria Incident 18 September 1931 (invasi militer Jepang ke wilayah utara
Cina, yaitu Manchuria) di Cina dipakai sebagai momen yang mengantar emosional
rakyat Cina semakin garang.

Belakangan hubungan Cina dan Jepang kian memanas terkait sengketa ini.
Beberapa bulan yang lalu pemerintah Jepang mengumumkan untuk membeli pulau-
pulau di wilayah sengketa tersebut. Sejak itu aksi-aksi unjuk rasa anti-Jepang marak
digelar di dalam negeri RRC. Hubungan bilateral RRC-Jepang yang memburuk juga
berakibat pada menurunnya penjualan produk-produk Jepang di Cina sehingga
merugikan banyak perusahaan. Memburuknya situasi di Laut Cina Timur juga
diperparah dengan sejumlah manuver kapal patroli dan kapal angkatan laut dari kedua
negara di wilayah yang dipersengketakan.

Selain itu, entah berkaitan dengan peroalan sengketa atau tidak PLAN
(Angkatan Laut RRC) mulai mengoperasikan kapal induk pembawa pesawat tempur
pertama milik Cina. Penggunaan kapal bernama Liaoning ini merupakan bagian dari
peningkatan kemampuan militer Cina dalam fungsi pertahanan, di tengah ketegangan
maritim di kawasan tersebut. Liaoning merupakan kapal bekas milik Soviet yang
dibeli dari Ukraina, kemudian diperbaiki dan dimodifikasi untuk digunakan oleh
militer Cina. RRC menapik kehadiran kapal induk tersebut sebagai upaya
memberikan tekanan kepada Jepang, namun upaya tersebut jelas-jelas sebuah
ancaman yang ditujukan langsung pada siapa saja yang ingin berhadapan dengan
RRC.

2.2. Sengketa Perbatasan di Laut Cina Selatan

Bulan Juli 2012 menjadi catatan sejarah paling mencengangkan dalam


hubungan diplomatik negara-negara ASEAN. Pasalnya, selama hampir 45 tahun
berdirinya organisasi yang menghimpun negara-negara di kawasan Asia Tenggara,

Universitas Sumatera Utara


untuk pertama kalinya para menteri luar negeri perhimpunan ini gagal menyepakati
komunike bersama untuk kode tata berperilaku di Laut Cina Selatan. Hal tersebut
bukan saja menjadi peristiwa yang memalukan bagi Indonesia sebagai ketua ASEAN
pada waktu itu melainkan juga menunjukkan betapa Cina sudah demikian besar
memainkan pengaruh mereka kepada sejumlah anggota ASEAN yang tidak terlibat
sengketa.

Kegagalan penyepakatan komunike tersebut sangat erat kaitannya dengan


sengketa klaim tumpang tindih atas perairan Laut Cina Selatan. Munculnya persoalan
ini bukan persoalan baru, karena perebutan sejumlah wilayah di perairan ini telah
lebih dulu terjadi, misalnya perang Cina-Vietnam atas Pulau Spratly pada tahun 1974
dan 1988 yang menewaskan personil militer kedua negara. Namun, yang membuatnya
menarik ialah, skala perebutan kedaulatan atas wilayah di kawasan ini menjadi
memanas belakangan seiring dengan kebangkitan RRC sebagai sebuah kekuatan
regional yang disegani serta respon negara-negara ASEAN lainnya yang terbelah
dalam menyikapi isu klaim RRC di kawasan tersebut.

Kamboja yang menjadi tuan rumah dalam forum yang bertujuan menyepakati
komunike bersama bersikap jauh dari harapan negara-negara anggota ASEAN
lainnya. Phnom Penh justru menolak tindakan-tindakan yang dinilai dapat memicu
kemarahan Cina. Tidak mengherankan bila Filipina langsung menuding Kamboja
yang kukuh menentang setiap pernyataan keras itu sebagai biang kegagalan
penyepakatan komunike tersebut. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Kamboja Hor
Namhong menyangkal tudingan itu. Dia menyatakan kegagalan tersebut adalah
kegagalan bersama ASEAN.

Kawasan Laut Cina Selatan yang disengketakan diperkirakan memiliki


cadangan kandungan minyak sebanyak 30 miliar metrik ton dan 16 triliun meter kubik
gas. Menurut kantor berita Cina Xinhua, jumlah itu sama dengan sepertiga cadangan
gas dan minyak Cina. Karena itu, tidak berlebihan bila Negeri Tirai Bambu yang
dikenal haus akan energi itu berkeras mengklaim hampir seluruh kawasan Laut Cina
Selatan. Klaim Cina termasuk perairan yang berada di dekat negara-negara tetangga
mereka.

Universitas Sumatera Utara


Di sisi lain, Filipina mengatakan wilayah yang disengketakan berada dalam
zona eksklusif ekonomi mereka, yang berjarak 200 mil laut dari bibir pantai. Filipina
bersama Vietnam menolak peta wilayah perairan yang dikeluarkan Cina sebagai basis
bagi pengembangan bersama kawasan itu. Mereka gencar mencari penyelesaian
masalah itu di tingkat regional, terutama dengan dukungan Amerika Serikat, sekutu
Filipina yang juga memiliki kepentingan besar di wilayah tersebut.

Kegagalan ASEAN dalam menyepakati komunike bersama sangat


menguntungkan Beijing disatu sisi dan sangat merugikan Amerika Serikat di sisi yang
lain. Perpecahan ASEAN dalam menyikapi persoalan ini membuat posisi tawar
mereka rendah dalam menghadapi Cina yang kian ekspansif. Sedangkan Amerika
Serikat menyadari kegagalan ASEAN sebagai langkah mundur dalam upaya
membendung pengaruh RRC di kawasan tersebut.

Kepentingan Amerika Serikat di Laut Cina Selatan terkait dengan kebebasan


pelayaran di perairan seluas 1,2 juta mil persegi yang menghubungkan Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia. Setiap tahun, nilai perdagangan yang melintasi perairan
tersebut mencapai US$5,3 triliun. Dari jumlah itu, sekitar US$1,2 triliun merupakan
nilai perdagangan AS. Banyak pengalihan kapal kargo di wilayah tersebut. Jika terjadi
konflik di Laut Cina Selatan, itu akan menimbulkan dampak ekonomi yang sangat
besar.

Setelah perang Vietnam-Cina tahun 1974, RRC menguasai Paracel. Juni 2012
yang lalu Cina membangun kota Sansha di Provinsi Hainan dan memasukkan Paracel
sebagai bagian kota tersebut. Pada tahun 1988 kedua negara itu berkonflik lagi, kali
ini di Kepulauan Spratly, tepatnya di Karang Johnson. Cina memenangi konflik ini
dan 60 orang tewas di pihak Vietnam. Bila dibandingkan dengan kedua konflik ini,
perselisihan antara Filipina, baik dengan Cina, Vietnam, maupun Malaysia, tergolong
minor.

Cina mendeklarasikan memiliki bagian terbesar teritori Laut Cina Selatan,


mencakup ratusan kilometer di selatan dan timur Hainan, provinsi paling selatan
negara itu. Cina mengklaim berhak berdasarkan sejarah berusia dua ribu tahun yang
menyatakan Paracel dan Spratly sebagai bagian integral bangsa Cina. Pada tahun 1947
Cina menerbitkan sebuah peta yang memerinci klaim wilayahnya, tentu saja

Universitas Sumatera Utara


menyertakan kedua kepulauan tersebut. Taiwan, yang memiliki nama resmi Republik
Cina, juga mengklaim Paracel dan Spratly sebagai bagian teritorinya dengan alasan
historis yang sama.

Vietnam jelas menentang klaim peta Cina tersebut. Vietnam berpendapat Cina
tidak pernah menyatakan kedaulatannya di kedua kepulauan tersebut sebelum tahun
1940-an. Sama seperti Cina dan Taiwan, Vietnam bersikeras Paracel dan Spratly ada
di teritorinya. Vietnam menyatakan memiliki dokumen-dokumen yang membuktikan
telah berkuasa di Paracel dan Spratly sejak abad ke-17. Sedangkan Filipina hanya
menginginkan Spratly. Yang kerap menjadi sengketa adalah Beting Scarborough,
berjarak 160 km dari pulau terluar Filipina dan sekitar 800 km dari daratan terdekat
Cina.

Filipina bersenjatakan Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang menetapkan


zona ekonomi eksklusif tidak boleh melebihi 200 mil laut (sekitar 321 km) dari garis
pangkal pengukuran lebar laut teritorial. Sama-sama memakai senjata Konvensi PBB
tersebut, Malaysia dan Brunei Darussalam mengklaim memiliki beberapa pulau kecil
di gugus Spratly. Militer Malaysia telah menduduki tiga pulau kecil di gugus
kepulauan tersebut, sedangkan Brunei menyatakan memiliki bagian terselatan Spratly.

Alasan utama sengketa perebutan wilayah Laut Cina Selatan adalah


kandungan gas alam dan minyak buminya. Cina menerbitkan estimasi tertinggi,
menyatakan Paracel dan Spratly mungkin mengandung 213 miliar barel minyak bumi.
Angka ini sekitar tujuh kali lipat perkiraan para peneliti Amerika Serikat. Gas
alamnya pun melimpah. Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat,
Laut Cina Selatan memiliki sekitar 25 triliun meter kubik gas alam, sama besar
dengan cadangan gas alam Qatar.

Belum lagi kekayaan ekosistem perairannya. Selain itu, lebih dari 50 persen
perdagangan dunia melewati Laut Cina Selatan. Lokasinya pun strategis untuk pos
pertahanan militer. Akhir Februari lalu Filipina mengundang perusahaan-perusahaan
asing untuk berinvestasi melalui eksplorasi minyak bumi di lepas pantai Laut Cina
Selatan. Izin eksplorasi direncanakan diberikan kepada 15 blok, tiga di antaranya ada
di wilayah sengketa. Cina menyatakan tindakan Filipina tersebut ilegal karena tanpa
izin mereka.

Universitas Sumatera Utara


Urusan tuduh-menuduh bukan hal baru dalam sejarah sengketa Laut Cina
Selatan. Tahun lalu Filipina menuduh Cina masuk tanpa izin ke wilayah perairannya
dan mencoba mengganggu sebuah eksplorasi minyak bumi lepas pantai di dekat Pulau
Palawan. Filipina juga menuduh Cina mencoba membangun pertahanan militer di
Spratly. Vietnam juga pernah menuduh Cina mencoba menyabotase dua operasi
eksplorasi Vietnam. Tuduhan ini memicu protes anti-Cina di jalan-jalan di Hanoi dan
Ho Chi Minh. Sebaliknya, Cina menuduh Vietnam memprovokasinya karena pernah
melakukan latihan menembak di salah satu pesisirnya.

Cina berusaha bernegosiasi dengan negara-negara lain yang menginginkan


kedaulatan di Laut Cina Selatan. Namun Cina cenderung ingin bersepakat di belakang
layar, yang kemudian ditentang pihak seberang meja dengan membawa isu ini ke
mediasi internasional. Salah satu hasil mediasi internasional adalah Konvensi PBB
tahun 1982 yang mencantumkan kesepakatan berisi kerangka solusi. Saat
dipraktikkan, konvensi itu malah memicu salip-menyalip pengakuan kedaulatan.
Konvensi itu juga tidak berpengaruh apa-apa terhadap klaim historis Cina dan
Vietnam atas Paracel dan Spratly.

Pada 4 November 2002, ASEAN dan Cina juga mendeklarasikan kesepakatan


kode etik, salah satunya menyelesaikan sengketa tanpa ancaman atau penggunaan
senjata. Filipina dan Vietnam juga telah mempunyai perjanjian bilateral dengan Cina,
namun perjanjian itu hampir tidak berpengaruh dalam menyelesaikan sengketa di Laut
Cina Selatan.

Perkembangan sengketa wilayah kedaulatan di kawasan ini meningkat


menjelang akhir periode kepemimpinan Presiden Hu Jintao yakni pada tahun 2012,
dimana sikap, tindakan, maupun kebijakan politik luar negeri RRC kian bertambah
agresif dengan dimasukkannya wilayah kepualauan Paracel yang masih
dipersengketakan sebagai bagian dari kota administratif Sansha yang berada di pulau
Hainan. Pada bulan september, menjelang pemilihan Sekretaris Jenderal Komite
Sentral Partai Komunis Cina, People Liberation Army Navy secara resmi
mengoperasikan kapal induk yang disinyalir kuat sebagai upaya RRC untuk mendikte
kepentingan-kepentingan nasionalnya di kawasan regional Asia Pasifik, terutama
dalam merespon sengketa perbatasan di Laut Cina Selatan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai