Anda di halaman 1dari 27

ETIKA HUKUM KEPERAWATAN

ETIKA HUKUM KEPERAWATAN


BY : Ns Viera

A. Defenisi etika hukum kesehatan

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut

Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang

diharapkandan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala

sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar

atau tidaknya suatu perbuatan.

Dalam Oxford Advanced Learners Dictionary of Curret English ASHornby

mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan

prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik

salah atau benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik

adalah Segala sesuatu yang berhubungan / alasan tentang isu moral.

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu etos yang berarti watak, kebiasaan, model

perilaku cara berkata atau bertindak dimana melalui etika orang lain akan mengenal

siapa diri kita sedangkan moral berasal dari kata latin mos-(gen:moris) yang berarti

tata adat atau kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan

manusia, sedangkan objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan atau soal

bermoral atau tidaknya perbuatan manusia, maka perbuatan yang dilakukan tanpa

sadar atau secara tidak bebas tidak bisa dikenai penilaian dan sanksi moral.

Masalah etika dewasa ini sering di artikan sebagai motif atau dorongan yang

mempengaruhi suatu perilaku manusia.

Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg bagaimana sepatutnya manusia hidup

di dalammasyarakat yg melibatkan aturan atau prinsip yg menentukan tingkah

lakuyang benar. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yg

merupakan standar perilakudan nilai yang harus diperhatikan bila seseorang

menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu
yang dikenal, diketahui, diulang serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu

masyarakat baik berupa kata- kata maupun bentuk perbuatan yang nyata. Etika,

moral dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika lebih dititik

beratkan pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan

mendekati aturan, hukum dan undang - undang yang membedakan benar atau salah

secaramoralitas nilai-nilai moral yang ada dalam kode etik keperawatan

Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan

keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang

atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi

digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang

memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik

berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.

Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta

ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara

umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang

berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk

penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral

mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang

atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu

pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar

seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah

dideskripsikan sebagai etik perawatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat

disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan

bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan

seseorang terhadap, oranglain


Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan

langsung pada pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata,

hukum administrasi dan hukum pidana (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).

Hukum kesehatan adalah kumpulan peraturan yang berkaitan langsung

dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata,

hukum pidana dan hukum administrasi (Prot. Van der Miju).

Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan

1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan.

2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain

3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan

posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum

B. Tujuan Etika Keperawatan

Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral

dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil

berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku

moral perawat.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika

keperawatan adalah mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur norma dalam praktek keperawatan.

2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah norma yang terjadi dalam

praktek keperawatan.

3. Menghubungakn prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan

kepercayaan.

Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghungkan dan

mempertimbangkan peran prinsipmoralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan

yang dihubungkan ajaran agama dan perintah tuhan dalam :


1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri,

maupun masyarakat

2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal

yang dianggap benar). Menurut veatch, yang mengambil keputusan tentang etika

profesi keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainya; dan etika

yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam

yang menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Menurut nasional league for nursing (NLN [pusat pendidikan keperawatan milik

perhimpunan perawat amerika] ),pendidikan keperawatan bertujuan:

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antarprofesi kesehatan lain

dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut

2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas, keputusan

tentang baik dan buruk yang akan pertanggung jawabkan kepada tuhan sesuai

dengan kepercayaannya.

3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap prefesional peserta didik.

4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik

keperawatan prefesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini dilema

etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan yang

baik dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan,

kesehatan dan keperawatan.

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika

keperawatan dan dalam situasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keperawatan yang berfungsi

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang

timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya

diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakinin oleh peserta didik melalui
pembinaan, tidak saja dipendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan

lingkungan profesi.

C. Defenisi profesi keperawatan

Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi menurut :

1. Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun

suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di masyarakat.

2. Hughes (1963) Profesi merupakan mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal

dari orang lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi

pada kliennya.

3. Wilensky (1964) Profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu

pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi

perkembangan teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena

itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik

orientasi utamanya adalah melayani (alturism)

Keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam

dan isinya untuk bertindak. Sementara menurut Calilista Roy (1976), keperawatan

merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang

memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.

Pada lokakarya nasional tahun 1983, disepakati pengertian keperawatan adalah

pelayanan professional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio

spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan

masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan

manusia. Dari beberapa macam definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

keperawatan merupakan upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat

humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan
dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional

secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.

Profesi keperawatan sendiri lebih mengacu pada individu yang menekuni karir di

bidang tenaga kesehatan sebagai seorang perawat. Perawat menurut UU RI no. 23

tahun 1992 tentang Kesehatan adalah mereka yang memiliki kemampuan dan

kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki

diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Menurut Virginia Henderson, profesi

keperawatan (nursing) didefinisikan dari sisi fungsional, bahwa tugas unik seorang

perawat adalah membantu seseorang. Sakit atau sehat dengan aksi-aksinya dalam

memberikan sumbangan bagi kesehatan atau penyembuhan (atau kematian yang

damai) yang akan mereka kerjakan tanpa bantuanseandainya dia memiliki

kekuatan, kehendak atau pengetahuan. Dan melakukan hal ini dengan suatu cara

untuk membantunya meraih kemandirian secepat mungkin.

Menurut Taylor C. Lillis C. Lemone (1989), perawat adalah seseorang yang

berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi

seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan. Sedangkan menurut ICN

(International Council of Nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah

menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi pendidikan keperawatan

yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan,

pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.

D. Keperawatan Sebagai Profesi

Berdasarkan definisi oleh para ahli diatas menganai profesi, mari kita lihat

mengapa keperawatan itu sebagai profesi.

1. Mempunyai body of knowledge.


Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan

( nursing science ) yang mencakup ilmu ilmu dasar (alam, sosial, perilaku), ilmu

biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan

klinis dan ilmu keperawatan komunitas.

2. Pendidikan Berbasis Keahlian Pada Jenjang Pendidikan Tinggi.

Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan

mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai

dengan S3 akan dikembangkan.

3. Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik Dalam Bidang Profesi.

Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan

Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian

integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang

terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan/ askep yang

dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan

klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.

4. Memiliki Organisasi Profesi.

Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi profesi ini sangat

menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai

profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan

profesional dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di Indonesia.

Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI,

dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi

keperawatan di dunia dengan nama internasional Council Of Nurse (ICN)

5. Pemberlakuan Kode Etik Keperawatan.

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional selalu

menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik

keperawatan.
6. Otonomi

Keperawatan memiliki kemandirian,wewenang, dan tanggung jawab untuk

mengatur kehidupan profesi,mencakup otonomi dalam memberikan askep dan

menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan,

penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam

bentuk legislasi keperawatan.

7. Motivasi Bersifat Altruistik.

Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina

dan mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional

dalam pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat

keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan

masyarakat.

E. Masalah Etika dalam Praktik Keperawatan

Pada bagian ini masalah etika keperawatan lebih khusus yang dapat ditemui

dalam praktik keperawatan, sesuai dengan yang diuraikan oleh Elis, Hartley (1980),

yang meliputi self-evaluation (evaluasi diri), evaluasi kelompok, tanggung jawab

terhadap peralatan dan barang, merekomendasikan klien pada dokter, menghadapi

asuhan keperawatan yang buruk, serta masalah peran merawat dan mengobati.

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti

berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian

pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa

permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti:

evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang,

memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan

yang buruk, masalah peran merawat dan mengobati.

Disini akan dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik

yang berkaitan langsung pada praktik keperawatan, yaitu:


1. Konflik Etik antara Teman Sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian

kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka

perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk

dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah

yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan

keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga

nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan

pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.

2. Menghadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk

pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang

memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan

pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa

factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social

dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan

merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih,

menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya,

yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak

terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3. Masalah antara peran merawat dan mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah

memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali

peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai

perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan

yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang
ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

kepada masyarakat.

Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara

peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan

saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara

lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai

implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk

perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak jelas

penyelesaiannya.

4. Berkata Jujur atau Tidak jujur

Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak

merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat

adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan. Sebagai contoh: sering

terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan

dengan kondisinya, perawat sering menjawab tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu

akan baik, suntikan ini tidak sakit. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien

karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut

akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah

mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan

menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak

pasien.

5. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan dan Barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti

mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah

meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan

sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-
obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga

pasien.

Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada

artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga

kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan

informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu

merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus

tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain

bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak

dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap

peralatan dan barang ditempat kerja.

F. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan

1. Otonomi

Prinsip otonomi merupakan bentuk resfek terhadap seseorang atau dipandang

sebagai persetujuan tanpa paksaan dan bertindak secara rasional. Otonomi

merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan

diri.

2. Berbuat Baik

Berbuat baik berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan

memerlukan pencegahan kesalahan atau kejahatan, dan peningkatan kebaikan oleh

diri dan orang lain.

3. Keadilan.

Keadilan dibutuhkan demi tercapainya derajat dan keadilan terhadap orang

lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.

4. Tidak Merugikan.
Prinsip tidak merugikan ini mengandung arti tidak meninbulkan bahasa fisik

dan psikologis pada klien.

5. Kejujuran.

Prinsip kejujuran artinya penuh kebenaran yang berhubungan dengan

kemampuan seseorang mengatakan kebenaran.

6. Menepati Janji

Prinsip menepati janji dibutuhkan individuuntuk menghargai janji dan

komitmennya terhadap orang lain

7. Kerahasiaan

Prinsip kerahasiaan adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga

sunguh-sunguh sebab merupakan sesuatu yang privasi.

8. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan standar pasti bahwa tindakan seseorang yang

profesional harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

G. Kode Etik Keperawatan.

Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat,

kebiasaaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik

adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara

moral. Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang

menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang

menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku

yang benar, yaitu :

1. Baik dan buruk

2. Kewajiban dan tanggung jawab.

Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada

metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku

manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik
adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu

mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan

standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari

martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari

profesi.

Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.

Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang

merupakan standar perilaku dan nilai-nilai yang harus diperhatikan bila

seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal.

Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta

menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu

bentuk perbuatan yang nyata.

Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar

kesempurnaan dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan

oleh semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka

sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk tindakan profesional

mereka.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina

profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik

keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan

Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada

tanggal 29 November 1989.

Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.

1. Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.


2. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap tugasnya.

3. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap

sesama perawat dan profesi kesehatan lain.

4. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap profesi keperawatan.

5. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air. Dengan penjabarannya sebagai

berikut:

a. Tanggung jawab Perawat terhadap klein

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan

peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai

berikut :

1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada

tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan

individu, keluarga, dan masyarakat.

2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara

suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan

kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.

3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan

masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan

tradisi luhur keperawatan.

4) Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan

masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya

kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas

dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

b. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas


1) Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran

profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan

sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.

2) Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan

dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang

berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan

yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma

kemanusiaan.

4) Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha

dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan

kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama

yang dianut, dan kedudukan sosial.

5) Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam

melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan

kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada

hubungannya dengan keperawatan.

c. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat

Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain

sebagai berikut :

1) Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga

kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan

kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.

2) Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya

kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari

profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

d. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi


1) Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-

sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan

keperawatan.

2) Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan

menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.

3) Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan

keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan

keperawatan.

4) Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi

profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

e. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara

1) Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah

digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.

2) Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada

pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada

masyarakat.

Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code

for Nurses) . ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh

dunia yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di

Hanover Squar, London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini

diuraikan sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab Utama Perawat.

Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan, mencegah

timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk

melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus meyakini bahwa :

a. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.


b. Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang

bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.

c. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada

individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan

kelompok dan institusi terkait.

2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat.

Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam

menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan

dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat

kebiasaan serta kepercayaan inidividu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

yang menjadi pasien atau klien. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi

(privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak

yang berkepentingan atau pengadilan.

3. Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan.

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan

melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang

sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat

mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang

perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat

dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.

4. Perawat dan lingkungan Masyarakat

Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif,

dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan

dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

5. Perawat dan Sejawat


Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja,

baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan.

Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa

perawatannya merasa terancam.

6. Perawat dan Profesi Keperawatan

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan

standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan

ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan

perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi,

berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan

kondisi pelaksanaan praktek keperawatan.

H. Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan

1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan

2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain

3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan

posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

I. Masalah Hukum dalam Praktik Keperawatan

Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh

para ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi :

1. Menandatangani Pernyataan Hukum.

Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta untuk sebagai saksi.

Dalam hal ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat

diinterprestasikan menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan kesaksian

perawat disarankan mengacu pada kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari

atasan.
2. Format Persetujuan (Consent).

Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam bentuk

yang cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit memberikan format persetujuan pada

awal pasien masuk rumah sakit yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien

untuk dirawat dan menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan lain adalah format

persetujuan operasi. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya berperan

sebagai saksi. Sebelum informasi dari dokter ahli bedah atau perawat tentang

tindakan yang akan dilakukan beserta resikonya.

3. Report

Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai pasien,

pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera membuat suatu

laporan tertulis yang disebut incident report. Dalam situasi klinik, kecelakaan sering

terjadi misalnya pasien jatuh dari kamar mandi, jarinya terpotong oleh alat sewaktu

melakuakan pengobatan, kesalahan memberikan obat dan lain-lain.

Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus segera diberi tahu. Beberapa

rumah sakit telah menyediakan format untuk keperluan ini. Bila format tidak ada

maka kejadian dapat ditulis tanpa menggunakan format buku. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pencatatan incident report antara lain

a. Tulis kejadian sesuai apa adanya

b. Tulis tindakan yang anda lakukan

c. Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas

d. Sebutkan waktu kejadian ditemukan

4. Pencatatan

Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan merupakan salah satu

komponen yang penting yang memberikan sumber kesaksian hukum. Betapapun

mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan, jika tidak dicatat atau
dicatat tetapi tida lengkap, tidak dapat membantu dalam persidangan. Setiap selesai

melakukan suatu tindakan maka perawat harus segera mencatat secara jelas

tindkan yang dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan serta mencantumkan

waktu tindakan diberikan dan tanda tangan yang memberikan tindakan.

5. Pengawasan Penggunaan Obat

Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat. Obat

ada yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus dengan resep

dokter. Obat-obat tersebut misalnya narkotik disimpan disimpan ditempat yang aman

dan terkunci dan hanya oprang-orang yang berwenang yang dapat

mengeluarkannya. Untuk secara hukum hanya dapat diterima dalam pengeluaran

dan penggunaan obat golongan nartkotik ini, perawat harus selalu memperhatikan

prosedur dan pncatatan yang benar

6. Abortus Dan Kehamilan Diluar Secara Alami

Abortus merupakan pengeluaran awal fetus pada periode gestasi sehingga

fetus tidak mempunya kekuatan untuk bertahan hidup. Abortus merupakan tindakan

pemusnahan yang melanggar hukum, atau menyebabkan lahir prematur fetus

manusia sebelum masa lahir secara alami.

Abortus telah menjadi masalah internasional dan berbagai pendapat telah

diajukan baik yang menyetujui maupun yang menentang. Factor-faktor yang

mendorong abortus antara lain karena :

a. Pemerkosaan

b. Pria tidak bertanggung jawab

c. Demi kesehatan mental

d. Kesehatan tubuh

e. Tidak mampu merawat bayi

f. Usia remaja

g. Masih sekolah
h. Ekonomi

Yang dimaksud dengan kelahiran yang diluar secara alami meliputi kelahiran

yang diperoleh dengan tidak melalui hubungan intim suami istri sebagai mana

mestinya. Misalnya melalui fertilisasi invirto (bayi tabung).

7. Kontroversi Aborsi

Aborsi di Indonesia masih merupakan perbuatan yang secara jelas dilarang,

terkecuali jika ada indikasi medis tertentu yang mengakibatkan terancamnya hidup

dari sang Ibu. Di dunia Internasional sendiri dikenal dua kelompok besar yaitu pro

life (yang menentang aborsi) dan pro choice (yang tidak menentang aborsi) berikut

dengan berbagai argumentasi yang melatarbelakanginya.

Di Indonesia sendiri, meski aborsi dilarang, namun tetap banyak perempuan-

perempuan yang melakukan aborsi. Baik dilakukan berdasarkan indikasi medis

tertentu maupun indikasi non medis.

Dalam aborsi, kami cenderung melihatnya dari sisi non moral, karena problem

moral haruslah diletakkan dalam koridor moral semata dan tentu bukan dalam

koridor moral yang dimasukkan unsur-unsur hukum. Beberapa contoh bagaimana

terkadang moral dan hukum, dalam pandangannya, tidak mampu untuk menjawab

persoalan persoalan ini.

Contoh A: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan

kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan

dalam terminologi adanya kekuatan yang melakukan pembersihan etnis dimana dia

adalah salah satu etnis yang hendak disapu bersih.

Contoh B: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan

kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan

dalam konteks kejahatan dalam keluarga.

Contoh C: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan

kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan
dalam konteks kejahatan di lingkungan kerja. Dia sendiri sudah bersuami dan

memiliki anak-anak yang baik dan lucu-lucu.

Contoh D: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan

kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan

dalam konteks kejahatan biasa. Dia diperkosa karena ada perampok yang

memasuki rumahnya.

Contoh E: Seorang perempuan yang hendak melangsungkan perkawinan,

ternyata telah hamil sebelum perkawinannya berlangsung. Sementara calon

suaminya sendiri kabur entah kemana dan tak dapat dilacak kembali

Jika perempuan-perempuan ini diharuskan memelihara kehamilannya, kami yakin

dia akan menanggung beban psikologis yang berat dan melahirkan anak yang tidak

diinginkan akan merupakan beban dan pukulan kedua yang berat bagi mereka. Dan

bisa jadi anak yang dilahirkannya malah tidak diurus dengan baik, baik oleh dirinya

maupun keluarganya. Kalau sudah begini terjadi lingkaran kekerasan yang tak ada

habisnya

8. Kematian dan Masalah yang Terkait

Masalah hukum yang berkaitan denagn kematian antara lain meliputi

pernyataan kematian, bedah mayat/otopsi dan donor organ. Kematian dinyatakan

oleh dokter dan ditulis secara sah dalam surat pernyataan kematian.

Surat pernyataan ini biasanya dibuat beberapa rangkap dan keluarga

mendapat satu lembar untuk digunakan sebagai dasar pemberitahuan kepada

kerabat serta keperluan ansuransi. Pada keadaan tertentu misalnya untuk keperluan

keperluan peradilan, dapat dilakukan bedah mayat pada orang yang telah

meninggal.

J. Mencegah Masalah Hukum dan Etika yang Terkait dengan

Pelayanan Keperawatan

1. Strategi Penyelesaian Masalah Hukum


Malpraktik masih menjadi topik dalam dunia kesehatan. Berbagai praktik

kesehatan termasuk keperawatan ini sudah diarahkan untuk mencegah terjadinya

malpraktik. Berbagai UU praktik kesehatan telah mulai diupayakan untuk

memberikan arahan bagi praktik professional dan perlindungan bagi praktik

kesehatan. Peradilan profesi semakin banyak dibicarakan bagi pemikir hukum

kesehatan (misalnya PERHUKI dan pemerintah) yang nantinya dapat memberikan

pengayoman hukum bagi tenaga kesehatan dan bagi masyarakat.

Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut

nasib manusia. Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama mencegah lebih baik

dari pada mengobati. Kiranya mencegah masalah hukum lebih baik dari pada

memberikan sanksi hukum. Untuk ini sebagai perawat harus mengetahui prinsip-

prinsip dalam mencegah hukum.

2. Strategi Penyelesaian Masalah Etik.

Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan

dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut

dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat

perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988)Salah satu cara

menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde ( Bioetics

Rounds ) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk

menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang

kemungkinan terdapat permasalahan etis.

3. Pembuatan Keputusan dalam Dilema Etik.

Menurut Thompson dan Thompson (1985). dilema etik merupakan suatu

masalah yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan

atau suatu situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan

sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Dan untuk membuat

keputusan etis, seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional dan
bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh

beberapa ahli yang pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan

dengan pemecahan masalah secara ilmiah.

Setiap perawat harus dapat mengintegrasikan dasar-dasar yang dimilikinya

dalam membuat keputusan termasuk agama, kepercayaan atau falsafah moral

tertentu yang menyatakan hubungan kebenaran atau kebaikan dengan keburukan.

Beberapa orang membuat keputusan dengan mempertimbangkan segi baik dan

buruk dari keputusannya, ada pula yang membuat keputusan berdasarkan

pengalamannya.

a. Teori dasar pembuatan keputusan Etis

1) Teleologi

Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir). Istilah teleologi

dan utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu

doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau

konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan

The end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil

akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan

maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987). Teori

teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan act

utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu

tindakan tergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau

kebahagiaan pada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak

melibatkan aturan umum tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu,

dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan

sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh

penerapan teori ini misalny a bayi-bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan

meninggal daripada nantinya menjadi beban di masyarakat.


2) Deontologi (Formalisme)

Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas) berprinsip pada

aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil

akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam

konteknya di sini perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab

moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral

benar atau salah.

Kant berpendapat prinsip-prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus

bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Kant percaya bahwa tindakan

manusia secara rasional tidak konsisten, kecuali bila aturan-aturan yang ditaati

bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Dua aturan yang diformulasi oleh

Kant meliputi: pertama, manusia harus selalu bertindak sehingga aturan yang

merupakan dasar berperilaku dapat menjadi suatu hukum moral universal. Kedua,

manusia harus tidak memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu

makna, tetapi selalu sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri. Contoh penerapan

deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu

tentang apa yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat

menyakitkan. Contoh lain misalnya seorang perawat menolak membantu

pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan

membunuh.

Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan

pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk menyela-matkan

nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi)

merupakan tindakan yang secara moral buruk. Secara lebih luas, teori deontologi

dikembangkan menjadi lima prinsip penting; kemurahan hati, keadilan, otonomi,

kejujuran, dan ketaatan

b. Kerangka dan strategi pembuatan keputusan etis.


Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu

persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan

dalam membuat keputusan etis perlu memperhatikan beberapa nilai dan

kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip-

prinsip etis.

Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan

dengan mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis

Beberapa kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan,

sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan

masalah seperti yang diajarkan di pendidikan keperawatan. Berikut ini merupakan

contoh model yang dikembangkan oleh Thompson dan Thompson dan model oleh

Jameton. Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien. terdiri dari

lima tahap:

1) Identifikasi masalah.

2) Perawat harus mengumpulkan data tambahan.

3) Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.

4) Pembuat keputusan harus membuat keputusan.

5) Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.

Sedangkan Pembuatan keputusan/pemecahan dilema etik menurut, Kozier, erb

(1989), adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan data dasar; untuk melakukan ini perawat memerlukan

pengumpulan informasi sebanyak mungkin, dan informasi tersebut meliputi: Orang

yang terlibat, Tindakan yang diusulkan, Maksud dari tindakan, dan konsekuensi dari

tindakan yang diusulkan.

2) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut


3) Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan

mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

4) Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil

keputusan yang tepat

5) Mendefinisikan kewajiban perawat


6) Membuat keputusan.

Anda mungkin juga menyukai