BAB 2
c.i
ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN
y.a
2.1. Kekuatan Bahan
Suatu sistem struktur yang menanggung beban luar (external forces) akan
menyebabkan timbulnya gaya dalam (internal forces) pada elemen-elemen
un
penyusun struktur tersebut, gaya dalam berfungsi untuk menahan beban yang
bekerja sesuai dengan hukum keseimbangan (equilibrium). Apabila gaya dalam
bertambah maka akan menyebabkan bertambahnya tahanan dalam material yang
@
digunakan sampai mencapai suatu nilai maksimum, jika penambahan beban masih
terus dilanjutkan maka akan terjadi kegagalan pada elemen struktur tersebut.
Batas maksimum kemampuan elemen struktur dalam memberikan tahanan guna
do
melawan beban luar yang bekerja disebut sebagai kekuatan, selanjutnya kekuatan
struktur sangat dipengaruhi oleh material yang digunakan, jenis pembebanan,
sistem struktur, temperatur, jangka waktu pembebanan dan lain sebagainya.
do
antar atom (interatomic spacing) akibat bekerjanya gaya luar. Analisis kekuatan
bahan perlu mempertimbangkan intensitas gaya dalam yang bekerja untuk
menahan seluruh beban luar yang bekerja pada elemen struktur. Intensitas gaya
dalam yang bekerja pada setiap titik material disebut sebagai tegangan, sedangkan
tegangan maksimum yang terukur pada saat terjadinya kegagalan disebut sebagai
:
ail
kekuatan bahan.
2.2. Tegangan
m
umumnya intensitas gaya ini berarah miring pada bidang potongan. Dalam
praktek keteknikan intensitas gaya tersebut diuraikan menjadi tegak lurus dan
22
d
sejajar dengan irisan yang sedang dianalisis. Penguraian intensitas gaya ini dapat
c.i
dilihat pada Gambar 2.1, sehingga menghasilkan tegangan normal dan geser.
y.a
t
un
Gambar 2.1. Komponen Tegangan Normal dan Geser dari Tegangan
@
Tegangan normal merupakan intensitas gaya yang bekerja tegak lurus
terhadap potongan tampang melintang, apabila tegangan normal tersebut bekerja
do
ke arah luar dari penampang maka disebut sebagai tegangan tarik dengan tanda
positif, sedangkan tegangan yang menuju potongan tampang disebut tegangan
tekan dengan tanda negatif. Besarnya tegangan normal dihitung menurut
do
Persamaan
P
= (2.1.)
A
Tegangan geser merupakan intensitas gaya yang bekerja sejajar dengan
i
sw
Gambar 2.2, di mana pada batang baja bekerja tegangan normal positif pada Abaja
ail
P
m
P
e-
23
d
2.3. Deformasi
c.i
Elemen struktur dapat berubah bentuk secara geometris, fenomena ini antara
lain disebabkan karena penempatan beban luar dan perubahan temperatur.
Bentuk-bentuk deformasi yang sering dijumpai antara lain perubahan panjang
y.a
(elongation), lentur (bending), geser (shearing) dan puntir (twisting).
Analisis deformasi pada suatu elemen batang dinyatakan dengan parameter
yang diukur pada suatu garis sistem batang. Garis sistem batang ini biasanya
un
ditentukan berimpit dengan garis berat, yaitu garis yang melewati titik-titik pusat
berat penampang melintang. Penampang itu sendiri diambil sebagai potongan
fiktif yang merupakan bidang datar dengan garis sistem sebagai sumbu normal.
@
Beberapa asumsi yang lazim digunakan dalam analisis struktur berbentuk rangka
batang (truss, beam, frame, grid) meliputi :
a.) Penampang elemen batang yang permukaannya datar/rata sebelum
do
deformasi, tetap datar/rata sesudah terjadi deformasi.
b.) Apabila elemen batang dianggap tersusun dari lapisan-lapisan serat
yang sejajar dengan garis sistem, maka diasumsikan bahwa tidak ada
do
setelah deformasi.
24
d
2.4. Regangan
c.i
Deformasi yang terjadi pada elemen batang yang menerima beban luar
tergantung pada ukuran awal penampang, sehingga lebih tepat jika dinyatakan
dalam bentuk regangan yang merupakan nilai banding perubahan dimensi per
y.a
satuan ukuran terhadap dimensi awalnya, regangan dapat juga didefinisikan
sebagai ekspresi non-dimensional dari deformasi.
2.4.1. Regangan Normal
un
Berdasarkan dimensi panjang elemen batang (L0) yang menerima beban
tarik sebesar P (Gambar 2.3), akan terjadi perpanjangan sebesar L pada elemen
batang. Besaran regangan normal dapat dinyatakan dalam bentuk Persamaan
berikut :
=
L
L0
@ (2.1.)
do
P P
do
L/2 L0 L/2
i
sw
Seperti halnya dalam penandaan arah gaya, regangan juga diberi tanda
positif jika terjadi gaya tarik yang menyebabkan bertambahnya dimensi batang,
:
sebaliknya digunakan tanda negatif jika diberikan gaya tekan yang menyebabkan
ail
Regangan ini timbul akibat bekerjanya gaya geser pada elemen batang.
Fenomena regangan geser dapat dilihat pada Gambar 2.4.
e-
25
d
L
c.i
L
y.a
Gambar 2.4. Regangan Geser
un
Regangan geser = tan = , karena nilai yang sangat kecil maka digunakan
L
= (2.2.)
L
v = (2.3.)
V0
menerima beban ke segala arah akan mengalami perubahan pada setiap sisinya
sebesar dx, dy dan dz. Sehingga perubahan volume benda tersebut dapat dihitung
sebesar :
V = (x + dx).(y + dy).(z + dz) x.y.z
:
=
x. y.z
dx dy dz
= + +
x y z
e-
= X + Y + Z (2.5.)
26
d
Dapat disimpulkan bahwa regangan volumetric adalah hasil penjumlahan
c.i
regangan normal ke arah sumbu x, y dan z.
y.a
Apabila suatu batang menerima beban tarik dalam arah longitudinal, maka
akan terjadi perubahan dimensi dalam bentuk perpanjangan ke arah longitudinal
dan penyempitan ke arah lateral, sebaliknya jika bekerja beban aksial tekan maka
akan terjadi pemendekan dalam arah longitudinal dan pemekaran dalam arah
un
lateral. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya regangan yang terjadi dalam
arah longitudinal dan lateral akan memiliki tanda yang berlawanan (positif dan
negatif). Perubahan dimensi dalam arah lateral selalu terjadi secara proporsional
@
dengan perubahan dimensi ke arah longitudinal. Konstanta yang menghubungkan
antara regangan ke arah lateral dan longitudinal disebut poissons ratio.
do
lateral
= (2.6.)
longitudinal
Dari Persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa regangan lateral dapat timbul
do
dengan penambahan beban secara konstan maka akan terlihat pula terjadinya
perpanjangan batang, sehingga grafik dihasilkan grafik yang merupakan hubungan
antara laju penambahan beban dengan laju penambahan deformasi batang. Grafik
tersebut akan tersaji dalam bentuk linear sampai pada titik a yang merupakan
:
batas proporsional. Sampai pada batas ini bahan yang diuji masih mengikuti
ail
27
d
proporsional. Sedikit di atas titik a adalah titik b yang merupakan batas elastis.
c.i
Jika beban yang telah diterapkan sampai pada batas elastis ini dilepaskan lagi
maka dimensi benda uji akan kembali ke ukuran awalnya. Pada kenyataannya
letak titik a dan b sangat berdekatan sehingga akan sangat sulit membedakan
y.a
keduanya. Secara matematis hubungan antara tegangan dan regangan dapat
dinyatakan dalam Persamaan berikut :
=E (2.7.)
un
Pada pelaksanaan uji tarik dapat dihitung pula besarnya pertambahan
panjang benda uji dengan Persamaan berikut :
P.L0
L = .L0 =
A.E
@
Apabila pengujian telah mencapai titik b dan jalannya pembebanan tetap
(2.8.)
do
diteruskan maka akan dijumpai fenomena leleh sampai pada titik c baru terjadi
penambahan tegangan yang berarti kekuatan bahan bertambah secara progresif,
fenomena ini disebut sebagai strain hardening. Pada titik d beban maksimum
do
tercapai, sehingga disebut sebagai titik maksimum, mulai titik ini gejala necking
terlihat dengan mengecilnya dimensi lateral (luas tampang) sampai mencapai titik
e yang disebut sebagai titik putus.
i
Titik leleh d
sw
atas
b e
c
Beban
a
:
Titik leleh
bawah
ail
m
Deformasi
e-
28
d
Diagram -
Kuat Tarik
c.i
sebenarnya
Maksimum d
y.a
e
Tegangan ()
b c Diagram -
a Teknis
un
@ Regangan ()
do
Gambar 2.6. Hubungan Tegangan Regangan
Pada Gambar 2.6 terlihat dua grafik hasil uji tarik baja, diagram tegangan-
regangan teknis dihitung dengan anggapan luas tampang melintang (A) tetap,
do
Sistem tegangan biaksial terjadi apabila dalam suatu sistem struktur bekerja
beban aksial dalam dua arah sumbu yang saling tegak lurus (Gambar 2.7),
sedangkan triaksial terjadi jika tegangan bekerja dalam tiga arah sumbu koordinat
(Gambar 2.8).
:
Y
ail
X X X
m
Y
e-
29
d
Menurut Gambar 2.7, regangan total dalam arah sumbu x (X), dipengaruhi
c.i
oleh tegangan ke arah sumbu X dan Y (X dan Y), sehingga dengan
menggunakan hukum Hooke dan angka Poisson dapat ditentukan
y
y.a
x
x = .
E E
1
x =
E
(
x . y ) (2.9.)
un
1
y =
E
(
y . x ) (2.10.)
Y Y
@ Z
do
X X
do
Z
Y
i
X
sw
besarnya regangan total dalam semua arah dipengaruhi oleh besarnya tegangan
ail
E
1
(
y = y .( x + z )
E
) (2.12.)
1
e-
(
z = z . x + y
E
( )) (2.13.)
30
d
c.i
2.8. Tegangan pada Bidang Miring
Pada suatu batang dengan luas tampang A yang menanggung beban tarik
uniaksial P seperti terlihat pada Gambar 2.9, menyebabkan terjadinya tegangan
y.a
normal sepanjang sumbu batang yang dihitung menurut persamaan berikut
C A
un
@
Gambar 2.9. Beban Uniaksial
do
P
= (2.14.)
A
do
dalam perbandingan panjang garis AB dan BC. Tegangan yang bekerja pada
potongan penampang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
x BC x AB
ail
x BC
m
31
d
Gambar 2.10. Tegangan pada Bidang Miring
c.i
Kesimbangan gaya pada Gambar 2.10 dapat diperoleh dengan mengikuti
prinsip equilibrium bahwa jumlah gaya dalam semua arah harus bernilai nol,
sehingga
y.a
xBC = (xAB). cos
xBC = (xAB).sin
AB
= x . cos = . cos 2 (2.15.)
BC
un
AB
= x .sin = .sin . cos = .sin 2 (2.16.)
BC 2
b.) Tegangan geser maksimum terjadi pada sudut = 450, yang nilainya
Pada suatu elemen berbentuk empat persegi panjang per satuan ketebalan
i
sw
yang menerima beban berupa tegangan normal x dan y ke arah sumbu X dan Y,
y y
ail
A
C
x x
x
m
B
y
e-
(a.) (b.)
32
d
Gambar 2.11. Tegangan Akibat Beban Campuran
c.i
Tegangan yang bekerja pada bidang ABC seperti terlihat pada Gambar
2.11.b, dimana elemen dan irisannya dianalisis dalam setiap satuan tebal dengan
luasan penampang dihitung pada bidang X-Y. Berdasarkan hukum keseimbangan
y.a
(equilibrium), jumlah semua komponen gaya yang bekerja pada irisan tampang ke
segala arah harus sama dengan nol. Atas dasar uraian di atas maka sistem
keseimbangan gaya yang bekerja pada arah tegak lurus bidang BC dapat diuraikan
sebagai berikut :
un
xBC = x . AB. cos + y .CA.sin + . AB. sin + .CA. cos
AB CA AB CA
= x.
BC
@
. cos + y
BC
.sin + .
BC
. sin + .
BC
. cos
2 2
Sedangkan gaya yang bekerja pada arah bidang BC dapat diuraikan dalam
i
AB CA AB CA
= x. . sin y . cos . . cos + . .sin
BC BC BC BC
:
( )
= x y .sin . cos .(cos 2 sin 2 )
x y
= .sin 2 . cos 2 (2.18.)
m
2
e-
33
d
Persamaan-persamaan di atas berlaku secara valid baik untuk tegangan
c.i
normal positif (tarik) maupun negatif (desak), demikian pula dengan tegangan
geser yang bertanda positif maupun negatif.
Ketentuan penggunaan tanda dalam analisis tegangan normal dan geser
y.a
dapat dilihat pada Gambar 2.12.
un
+ +
-
-
@
do
Gambar 2.12. Tanda Tegangan
yang telah diuraikan di atas, juga dapat dilakukan secara grafis dengan metode
Lingkaran Mohr. Adapun langkah-langkah analisis dengan cara Lingkaran Mohr
adalah sebagai berikut :
i
a.) Tentukan suatu tata sumbu Kartesius dengan besaran x dan y diukurkan
sw
pada sumbu absis dan besaran xy pada ordinat dengan skala yang tepat.
b.) Tentukan titik O sebagai pusat lingkaran dengan nilai (x + y)/2 pada arah
sumbu mendatar.
c.) Pada titik dengan absis x dan y, masisng-masing diukurkan txy sebagai
:
ail
ordinat, sehingga diperoleh titik A(x, txy) dan titik B(y, -txy).
d.) Gambarkan lingkaran dengan pusat titik O((x + y)/2,0) melalui titik A
dan titik B. Jari-jari Lingkaran Mohr ini merupakan nilai tegangan geser
m
maksimum yaitu :
2
x y
e-
34
d
e.) Perpotongan lingkaran dengan sumbu absis memberikan nilai x dan y
c.i
ekstrim (maksimum di sebelah kanan (C) dan minimum di sebelah kiri (A)).
f.) Arah sumbu ekstrim p untuk mendapatkan tegangan maksimum diberikan
y.a
oleh setengah sudut AOC yang setara dengan besar sudut ADC, atau
setengah sudut BOD. Arah sumbu ekstrim s diberikan sebagai setengah
sudut AOE atau setengah sudut BOF. Dalam hal ini perputaran sumbu
dianggap positif jika searah dengan putaran jarum jam.
un
x + y
2
@ E
do
A
i do
D OO C
sw
B
:
ail
F
x y
2
m
Keterangan :
A(x, xy) B(y, -xy) C(x max, 0)
e-
35
d
D(y min, 0) E(0, xy max) F(0, xy min)
c.i
Gambar 2.13. Lingkaran Mohr untuk Analisis Tegangan
2.10. Analisis Tegangan Utama
y.a
Dalam kasus tegangan tegangan dua dimensi, akan dijumpai dua bidang
yang saling tegak lurus, di mana nilai tegangan geser ( ) bernilai nol dan
tegangan normalnya mencapai nilai ekstrim. Kedua bidang yang saling tegak lurus
un
tersebut dikenal sebagai bidang-bidang utama (principal planes) sedangkan
tegangan yang bekerja pada bidang utama disebut tegangan utama (principal
stresses). Pada irisan elemen yang tergambar (ABC) dianggap bidang BC
utama (p). @
merupakan bidang utama, sehingga sudut CBA merupakan sudut kemiringan
y
do
C A
do
p
x
sw
AB CA
= x. + .
BC. cos p BC. cos p
e-
= x + . tan p (a.)
36
d
Analog Persamaan di atas untuk penguraian gaya dalam arah sumbu Y
c.i
diperoleh :
.BC sin p = y .CA + . AB
CA AB
y.a
= y. + .
BC. sin p BC. sin p
= x + . cot p (b.)
un
Dengan menggunakan Persamaan (a) dan (b) diperoleh
( x ).( y ) = 2 (2.20.)
(
2 ( x y ). + x . y 2 = 0 )
1 2
=
@
( x + y ) ( x + y )2 4.1.( x . y 2 )
2 .1
do
=
( x + y ) x y
+ 2
2
(2.21.)
1 2 2 2
do
dihitung dengan;
sw
x y
= .sin 2 p . cos 2 p
2
x y
0 = .sin 2 p . cos 2 p
2
:
2.
tan 2 p = (2.22.)
( )
ail
x y
atau dapat juga diperoleh dengan mencari turunan dari Persamaan 2.17 terhadap
sudut
m
x + y x y
= + . cos 2 + .sin 2 ; sehingga
2 2
e-
37
d
d x y
= .sin 2 + . cos 2 =0; maka
c.i
d 2
2.
tan 2 p = (2.22.)
(
x y )
y.a
Besarnya tegangan geser maksimum (max) dapat diperoleh dengan
mensubstitusikan Persamaan 2.19 ke dalam Persamaan 2.12, sehingga diperoleh :
x + y
1 = + max (a.)
2
un
x + y
2 = max (b.)
2
Apabila Persamaan b dikurangkan terhadap Persamaan a, maka akan diperoleh
@
besarnya tegangan geser maksimum adalah :
1 2 = 2. max
do
max =
(1 2 ) (2.23.)
2
Sudut potongan yang menyebabkan dicapainya nilai tegangan geser
do
d x y
sw
tan 2 s =
( x y ) (2.24.)
2.
:
Contoh 2.1. : Suatu batang baja dengan penampang berupa lingkaran yang
berdiameter 32 mm dan panjang 75 cm, nilai elastisitas dan angka
m
Penyelesaian :
P P
38
L/2 L0 L/2
d
c.i
Gambar 2.15. Kasus Tegangan Aksial
y.a
Luas tampang batang yang menerima beban yaitu :
un
P 170000
= = = 211,377 MPa
A 804,25
Contoh 2.2. : Tiga buah pelat baja disambung menggunakan dua buah baut yang
e-
39
d
MPa, berapakah besarnya gaya aksial P yang dapat menyebabkan
c.i
kegagalan geser pada alat sambung tersebut ?
y.a
P/2
P
P/2
un
Penyelesaian : @
do
Luasan alat sambung
Abaut = 2. .r 2
Abaut = 2. .82
do
Abaut = 402,124 mm 2
i
P = ijin x Abaut
P = 200 x 402,124
:
P = 80424,77 N
ail
P = 80,425 kN
m
Jadi beban aksial yang menyebabkan gagal geser pada alat sambung sebesar
80,425 kN
e-
40
d
Contoh 2.3. : Pada suatu titik material dalam elemen struktur diketahui
c.i
komponen tegangan meliputi x = 60 MPa, y = 10 MPa dan =
20 MPa. Tentukan sudut potong bidang utama berikut komponen
tegangannya dan tentukan juga besarnya tegangan geser
y.a
maksimum berikut sudut potongnya.
Penyelesaian :
un
2.
tan 2 p =
(
x y )
2.20
= = 0,80
2 p
(60 10)
= 380 39 35 @
do
p = 190 19 48
( x + y ) x y
2
do
= + 2
1 2 2 2
2
(60 + 10) 60 10 2
= + 20
i
1 2 2 2
sw
= 2,984 MPa
ail
tan 2 s =
( x y ) = (60 10) = -1,25
2. 2.20
m
2 s = -510 20 25
s = -250 40 12
e-
41
d
max =
(1 2 )
c.i
2
max =
(67,017 2,984) = 32,017 MPa
2
y.a
Analisis tegangan dengan lingkaran Mohr
x + y
un
2
@ A
do
do
D OO C
i
sw
F
:
x y
ail
2
Gambar 2.16. Lingkaran Mohr
m
= 67 MPa
42
d
min = 3 MPa
c.i
b.) Besarnya sudut putar untuk mendapatkan tegangan maksimum pada titik C
dapat diukur menurut sudut AOC
2.p = 380
y.a
p = 190
c.) Besarnya tegangan geser maksimum pada titik E dapat diukur menurut jari-
jari lingkaran Mohr, atau sebesar
un
max min 67 3
max =R= =
2 2
= 32 MPa
d.)
@
Besarnya sudut putar untuk mendapatkan tegangan geser maksimum pada
titik E dapat diukur menurut sudut AOE
2.s = 520
do
s = 260
do
Soal Latihan
2.1. Sebuah batang komposit tersambung secara kaku dan konsentris, terdiri dari
dua batang baja masing-masing berdiameter 20 mm dan panjang 100 mm
i
sw
Tembaga
P Baja Baja
P
e-
43
d
c.i
2.2. Sebuah plat baja dengan panjang 100 mm dan lebar 50 mm menerima beban
yang bekerja ke arah sumbu X dan sumbu Y, sehingga timbul tegangan
y.a
biaksial. Hitung perubahan luas plat, jika diketahui nilai elastisitas baja (E)
200 GPa dan besarnya angka Poisson () adalah 0,28.
30 MPa
un
50 mm
50 MPa
@ 100 mm
50 MPa
do
30 MPa
do
2.3. Pada suatu potongan penampang bekerja sistem tegangan biaksial seperti
ditunjukkan gambar di bawah ini.
i
penampang tersebut !
b. Hitung komponen tegangan pada penampang yang diputar dengan sudut
300 !
:
60 MPa
ail
25 MPa
Y
m
25 MPa
60 MPa
44
e-
mail
: sw
ido
do
@
un
y.a
45
c.i
d