Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AKREDITASI RUMAH SAKIT

TUGAS FARMASI KLINIK DAN RS

Dosen: Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt

DISUSUN OLEH :

1. FITRI SULISTYANINGSIH (14330001)


2. NIA ALDA DASUKI (14330004)
3. SARA SENTIA CARALOSA (14330005)
4. RISTA OKTAVIANI (14330013)
5. FIPIT PITRI LESTARI (14330014)
6. JESSICA SUWARDI (14330018)
7. CHRISTIN NAOMI MARTINA (14330019)

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL (ISTN)
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena akhirnya
kami dapat menyelesaikan Makalah Akreditasi RS.

Makalah ini kami buat mengacu dengan referensi yang ada yang semoga dapat
dilaksanakan secara terarah, teratur, tertib, efektif dan efisien.

Kami menyadari bahwa Makalah Akreditasi RS ini masih perlu disempurnakan,


maka diharapkan pada berbagai pihak untuk memberikan koreksi, baik segi bahasa, isi,
maupun tata urutan atau sistematikanya.

Akhirnya, kami harap semoga Makalah Akreditasi RS ini berguna dan bermanfaat
dalam hasil Pelaksanaan Belajar Mengajar.

Jakarta, April 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
1.2 TUJUAN................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN AKREDITASI RUMAH SAKIT........................................................................3
2.2 VISI DAN MISI AKREDITASI RUMAH SAKIT......................................................................6
2.3 TUJUAN DAN MANFAAT AKREDITASI RUMAH SAKIT....................................................6
2.4 LANDASAN HUKUM AKREDITASI.......................................................................................8
2.5 INSTRUMEN AKREDITASI RS................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................12
PEMBAHASAN.................................................................................................................................12
3.1 PERSIAPAN SURVEI AKREDITASI.......................................................................................12
3.2 PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI...............................................................................14
3.3 KETENTUAN KELULUSAN..................................................................................................16
3.4 KETENTUAN PENILAIAN DAN KELULUSAN AKREDITASI RUMAH SAKIT.........17
3.5 KRITERIA KELULUSAN........................................................................................................19
3.6 PELAPORAN DAN KEPUTUSAN HASIL SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT.........20
3.7 PUBLIKASI AKREDITASI......................................................................................................21
3.9 JENIS SURVEIOR....................................................................................................................22
3.10 PEMBAGIAN TUGAS SURVEIOR.......................................................................................22
3.11 PEMBINAAN PASKA AKREDITASI................................................................................24
3.12 MASALAH DALAM PELAKSANAAN AKREDITASI.......................................................24
3.13 KEPUTUSAN STATUS AKREDITASI..................................................................................24
BAB IV...............................................................................................................................................25
PENUTUP..........................................................................................................................................25
KESIMPULAN...............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. Ruh sakit menyediakan
pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat alih pengetahuan dan teknologi
dan berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah sakit harus senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan untuk meningkatkan kepuasan pemakai jasa.
Dalam Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b
menyebutkan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala minimal tigatahun sekali. Dari undang-undang tersebut diatas akreditasi rumah sakit
penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu dan kualitas diintegrasikan dan
dibudayakan kedalam sistem pelayanan di rumah sakit ( Depkes, 2009 ).
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya
kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan pelayanannya.
Melalui proses akreditasi salah satu manfaatnya rumah sakit dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitikberatkan sasarannya pada keselamatan
pasien dan mutu pelayan. Standar akreditasi rumah sakit merupakan upaya Kementrian
Kesehatan RI menyediakan suatu perangkat yang mendorong rumah sakit senantiasa
meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan. Dengan demikian rumah sakit harus
menerapkan standar akreditasi rumah sakit, termasuk standar-standar lain yang berlaku bagi
rumah sakit sesuai dengan penjabaran dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi 2011.
Sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah
sakit secara teratur melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis
pasien (Depkes, 2011 ).
Standar akreditasi rumah sakit merupakan upaya KementrianKesehatan RI
menyediakan suatu perangkat yang mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu
dan keamanan pelayanan. Dengan demikian rumah sakit harus menerapkan standar akreditasi
rumah sakit, termasuk standar - standar lain yang berlaku bagi rumah sakit sesuai dengan
penjabaran dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi 2011. Sesuai dengan standar

1
akreditasi rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur
melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien ( Depkes,
2011). Pelayanan yang bermutu bukan hanya pada pelayanan medis saja,tetapi juga pada
penyelenggaraan rekam medis yang menjadi salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit
yang dapat diketahui melalui kelengkapan pengisian rekam medis.Rekam medis merupakan
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Pemanfaatan
rekam medis dapat dipakai sebagai pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti
dalam proses penegakan hukum, keperluan pendidikan dan penelitian, dasar pembayar biaya
pelayanan kesehatan dan data statistik kesehatan (Depkes, 2008).Sesuai dengan standar
akreditasi rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur
melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien(Depkes,
2011).

1.2 TUJUAN
1. Mempelajari dan memahami tentang akreditasi rumah sakit.
2. Memberikan wawasan lebih luas tentang program akreditasi.
3. Memberikan arahan dalam mempersiapkan akreditasi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN AKREDITASI RUMAH SAKIT

Menurut Depkes (1996: 113) Akreditasi Rumah Sakit dihubungkan dengan penilaian
mutu. Namun sebenarnya mutu itu sendiri sebagai outcome dari pelaksanaan akreditasi,
sedangkan akreditasi hanya menilai pelayanan tersebut telah memenuhi standar atau tidak
tanpa mengukur mutu pelayanannya.

Beberapa definisi lebih lanjut tentang akreditasi rumah sakit tingkat internasional
dijelaskan oleh beberapa lembaga, yaitu Menurut Depkes RI (2009) Akreditasi internasional
rumah sakit adalah akreditasi yang diberikan oleh pemerintah dan atau Badan Akreditasi
Rumah Sakit taraf Internasional yang bersifat Independen yang telah memenuhi standar dan
kriteria yang ditentukan.

Menurut beberapa kepustakaan, pengertian akreditasi adalah sebagai berikut:

1. Widjaja (1996) dalam Kumpulan Makalah Seminar Sehari Pelayanan Keperawatan


Dalam Menghadapi Berbagai Tantangan untuk Mencapai Sukses menyatakan bahwa,
Akreditasi adalah suatu rangkaian kegiatan untuk menilai tingkat perkembangan
rumah sakit yang ditujukan utuk kepentingan pembinaan rumah sakit yang pada
akhirnya memberikan pengakuan karena telah memenuhi standar yang telah
ditentukan
2. Definisi lain mengatakan akreditasi berarti recognition give to institution that meets
certain standards.

3. Sedangkan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, akreditasi berarti suatu bentuk


pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk suatu lembaga / institusi.

Maka berdasarkan definisi diatas maka akreditasi Rumah Sakit adalah satu pengakuan yang
diberikan oleh pemerintah kepada Rumah Sakit karena telah memenuhi standar yang telah
ditentukan.

3
A. Akreditasi Nasional Rumah Sakit
Pada Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit,
disebutkan bahwa pengertian akreditasi adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar
Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit secara berkesinambungan.
Di Indonesia akreditasi rumah sakit baik tingkat nasional maupun
internasional sudah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang maupun
peraturan tertulis lainnya, yaitu: UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40
ayat 1. dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali, ayat 2. Akreditasi Rumah
Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga independen
baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah
memberikan dukungan sepenuhnya terhadap rumah sakit untuk mengembangkan
kualitas pelayanan kesehatan sehingga mendapat akreditasi internasional.Dengan
demikian diharapkan setiap organisasi rumah sakit mampu mengembangkan potensi
dan kualitas pelayanan kesehatan dengan semaksimal mungkin.
Kementerian Kesehatan berupaya untuk menjaga mutu layanan melalui
kegiatan akreditasi rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Dasar
hukum pelaksanaan akreditasi rumah sakit adalah UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga)
tahun sekali. Dari Undang-Undang tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu/kualitas
diintegrasikan dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di Rumah Sakit.
Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi
tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah sakit merupakan
organisasi yang bergerak dalam bidang jasa dengan ciri-ciri padat karya, padat modal,
padat teknologi, padat masalah dan padat umpatan. Sejalan dengan lajunya
pembangunan nasional maka tuntutan akan mutu pelayanan kesehatan oleh rumah

4
sakit juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan berbagai kritikan tentang
ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit berbagai upaya termasuk melalui jalur
hukum. Oleh karena itu upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu layanan rumah
sakit baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik internal maupun eksternal
rumah sakit perlu dilaksanakan.
B. Akreditasi Internasional oleh Joint Commission International (JCI)
Menurut Joint Comission International (JCI) Tahun 2011, akreditasi adalah
proses penilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit utamanya
rumah sakit non pemerintah, oleh lembaga akreditasi internasional berdasarkan
standar internasional yang telah ditetapkan. Akreditasi disusun untuk meningkatkan
keamanan dan kualitas pelayanan kesehatan.
Joint Commission International (JCI) merupakan lembaga akreditasi
internasional yang berwenang melakukan akreditasi. Kementerian Kesehatan
menetapkan JCI sebagai lembaga atau badan yang dapat melakukan akreditasi rumah
sakit bertaraf Internasional yang ditetapkan dalam Keputusan Menkes No.
1195/MENKES/SK/VIII/2010.
JCI didirikan tahun 1998 sebagai perpanjangan tangan untuk kawasan
internasional dari The Joint Commission (United States). JCI bermarkas di Amerika
Serikat. JCI telah bekerja sama dengan 80 menteri kesehatan di seluruh dunia.
Fokusnya ialah peningkatan pengawasan terhadap keamanan pasien dengan cara
memberikan sertifikasi akreditasi dan pendidikan untuk mengimplementasikan solusi
berkelanjutan berbagai organisasi pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan
kesehatan itu meliputi rumah sakit, klinik, laboratorium klinik dan sebagainya
Pada tahun 2012 penilaian Akreditasi Rumah Sakit akan mengacu pada
Standar JCI, yang dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu, (1) kelompok sasaran
yang berfokus pada pasien, (2) kelompok standar manajemen rumah sakit, (3)
kelompok keselamatan pasien dan (4) sasaran MDGs.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam langkah dan strategi
pelaksanaan keselamatan pasien (Depkes RI. 2010), salah satunya adalah mengikuti
Akreditasi Rumah Sakit. Selanjutnya dalam Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Depkes RI. 2007) disebutkan rumah sakit mutlak
memerlukan sistem tanggap darurat sebagai bagian dari manajemen K3RS.

5
2.2 VISI DAN MISI AKREDITASI RUMAH SAKIT
Visi
Instrumen Menuju Indonesia Sehat 2010 melalui continuous quality improvement
pelayanan perumahsakitan
Misi
1. Menjadi landasan utk memelihara & meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata & terjangkau;
2. Bermanfaat untuk masyarakat (public good and private good)

2.3 TUJUAN DAN MANFAAT AKREDITASI RUMAH SAKIT


A. Tujuan

Menurut Depkes RI (1996: 14), Tujuan Umum dari Akreditasi Rumah Sakit adalah
mendapatkan gambaran seberapa jauh Rumah Sakit di Indonesia telah memenuhi berbagai
standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat
dipertanggungjawabkan.

Tujuan Khusus Akreditasi Rumah Sakit:

1. Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada Rumah Sakit yang telah mencapai
tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Memberikan jaminan kepada petugas Rumah Sakit bahwa semua fasilitas, tenaga dan
lingkungan yang diperlukan tersedia
3. Memberikan jaminan dan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit

- Pasal 1

Akreditasi adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh


lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah
dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku
untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

- Pasal 2

1. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

6
2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit

3. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah


sakit dan rumah sakit sebagai institusi dan

4. Mendukung program pemerintahan di bidang kesehatan

b. Manfaat

Bagi Rumah Sakit menurut Depkes RI (1996:14)


a) Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultasi antara Rumah Sakit dan
badan akreditasi.
b) Dengan self evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada
dibawah standar atau perlu ditingkatkan.
c) Penting untuk rekruitmen dan membatasi turn over staf Rumah Sakit.
d) Status akreditasi menjadi alat untuk negosiasi
e) Status akreditasi menjadi alat pemasaran kepada masyarakat
f) Suatu saat pemerintah akan mempersyaratkan akreditasi sebagai kriteria untuk
memberi izin Rumah Sakit pendidikan
g) Status akreditasi merupakan status simbol bagi Rumah Sakit dan dapat
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat kepada Rumah Sakit.
Bagi pemerintah : Depkes (1996:15)
a) Salah satu pendekatan untuk mengingkatkan dan membudayakan konsep mutu
pelayanan Rumah Sakit
b) Memberikan gambaran keadaan perumah sakitan di Indonesia dalam pemenuhan
standar yang ditentukan
Bagi perusahaan Asuransi
a. Negosiasi klaim asuransi kesehatan dengan Rumah Sakit
b. Memberi gambaran, Rumah Sakit mana yang dapat dijadikan mitra kerja
Bagi masyarakat: Depkes (1996: 16)
a. Masyarakat dapat mengenal dan memilih Rumah Sakit yang dianggap baik
pelayanannya
b. Masyarakat akan merasa lebih aman
Bagi Pemilik Rumah Sakit : Depkes (1996: 16)
a) Pemilik mempunyai rasa kebanggaan
b) Dapat menilai seberapa baik pengelolaan sumber daya (efisiensi Rumah Sakit, ini
dilakukan oleh manajemen dan seluruh tenaga yang ada, sehingga misi dan
program rumah sakit dapat lebih mudah tercapai (efektifitas)
Bagi Pegawai/Petugas di Rumah Sakit : Depkes (1996:16)
a) Petugas Rumah Sakit merasa lebih senang dan aman serta terjamin bekerja.
b) Biasanya pada unit pelayanan yang mendapat nilai baik sekali akan mendapat
imbalan (materi/non materi) dalam usahanya memenuhi standar

7
c) Self assessment akan menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan standar
dan peningkatan mutu sehingga dapat memotivasi pegawai.

2.4 LANDASAN HUKUM AKREDITASI


Undang-Undang (UU) mengenai Rumah Sakit sudah disahkan pada bulan Oktober
2009, yaitu UU No 44 tahun 2009 dimana dalam UU tersebut dibahas mengenai Akreditasi
pada pasal 40 yang berbunyi :
a) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
b) Akreditasi rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu
lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar
akreditasi yang berlaku.
c) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh menteri.

Menurut Depkes (1996:12) ada beberapa landasan hukum pelaksanaan akreditasi


Rumahsakit yakni:

a) Sistem Kesehatan Nasional tahun 1982 sebagai Komitmen Nasional dibidang


kesehatan. Komitmennya ialah; Dalam waktu dekat harus ditetapkan caracara
akreditasi pelayanan Rumah Sakit, dengan demikian dapat dilakukan penilaian
terhadap mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit secara berkala yang dapat
digunakan untuk menetapkan kebijaksanaan pengembangan atau peningkatan mutu.
b) Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 59 menegaskan
bahwa mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit harus dipertimbangkan sebagai
salah satu kriteria untuk perizinan Rumah Sakit.
c) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 558 tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan
Tatalaksana Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa Seksi Akreditasi
mempunyai tugas mempersiapkan dan melakukan layanan akreditasi.
d) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Menkes/Per/II/1998, memuat antara lain
tentang pengaturan cara-cara akreditasi Rumah Sakit.
e) Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/93 menyatakan berlakunya standar
pelayanan Rumah Sakit dan standar pelayanan medis di Indonesia.

2.5 INSTRUMEN AKREDITASI RS

Instrumen akreditasi disusun berdasarkan standar pelayanan rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Menkes Nomor 436/93 Tentang Berlakunya

8
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis, disana disebutkan bahwa
standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 20 pelayanan yaitu :

1. Pelayanan Administrasi dan Manajemen;


2. Pelayanan Medis;
3. Pelayanan Gawat Darurat;
4. Pelayanan Keperawatan;
5. Pelayanan Rekam Medis;
6. Pelayanan Radiologi;
7. Pelayanan Laboratorium;
8. Pelayanan Kamar Operasi;
9. Pelayanan Farmasi;
10. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3);
11. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi;
12. Pengendalian Infeksi;
13. Pelayanan Anestesi;
14. Pelayanan Rehabilitasi Medis;
15. Pelayanan Gizi;
16. Pelayanan Intensif;
17. Strerilisasi Sentral;
18. Pemeliharaan Sarana;
19. Pelayanan Lain, dan
20. Pelayanan Perpustakaan.

Dari 20 (dua puluh) pelayanan rumah sakit ini kemudian disusunlah instrumen akreditasi
lengkap berjumlah 16 (enam belas) pelayanan dan bukan 20 (dua puluh) pelayanan, hal ini
dikarenakan ada penggabungan-penggabungan pelayanan yaitu Sterilisasi Sentral
dimasukkan kedalam instrumen Pengendalian Infeksi, Pemeliharaan Sarana dan Perpustakaan
dimasukkan kedalam instrumen Pelayanan Administrasi dan Manajemen, dan Pelayanan
Anestesi dimasukkan kedalam instrumen Pelayanan Intensif dan Pelayanan Kamar Operasi.

Akreditasi dengan 16 (enam belas) pelayanan tersebut adalah :

a. Akreditasi tingkat dasar dengan 5 (lima) Pelayanan, terdiri dari :


1. Pelayanan Administrasi dan Manajemen;
2. Pelayanan Medis;
3. Pelayanan Gawat Darurat;
4. Pelayanan Keperawatan dan
5. Pelayanan Rekam Medis
b. Akreditasi tingkat lanjut dengan 12 (dua belas) Pelayanan, terdiri dari :
1. Pelayanan Administrasi dan Manajemen;
2. Pelayanan Medis;
3. Pelayanan Gawat Darurat;
4. Pelayanan Keperawatan;
5. Pelayanan Rekam Medis;

9
6. Pelayanan Kamar Operasi;
7. Pelayanan Laboratorium;
8. Pelayanan Radiologi;
9. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi;
10. Pengendalian Infeksi;
11. Pelayanan Farmasi dan
12. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3).

c. Akreditasi tingkat lengkap dengan 16 (enam belas) Pelayanan, terdiri dari :


1. Pelayanan Administrasi dan Manajemen;
2. Pelayanan Medis;
3. Pelayanan Gawat Darurat;
4. Pelayanan Keperawatan;
5. Pelayanan Rekam Medis;
6. Pelayanan Kamar Operasi;
7. Pelayanan Laboratorium;
8. Pelayanan Radiologi;
9. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi;
10. Pengendalian Infeksi;
11. Pelayanan Farmasi;
12. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
(K-3);
13. Pelayanan Rehabilitasi Medis;
14. Pelayanan Intensif;
15. Pelayanan Gizi dan
16. Pelayanan Darah.

Masing-masing pelayanan tersebut diatas terdapat instrumen standar dan parameter dan
masing-masing standar dalam setiap pelayanan memiliki jumlah parameter yang berbeda.

Adapun 7 (tujuh) standar pada masing-masing pelayanan terdiri dari :

a) Standar 1 : Falsafah dan Tujuan


b) Standar 2 : Administrasi dan Pengelolaan
c) Standar 3 : Staf dan Pimpinan
d) Standar 4 : Fasilitas dan Peralatan
e) Standar 5 : Kebijakan dan Prosedur
f) Standar 6 : Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
g) Standar 7 : Evaluasi dan Pengendalian Mutu

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PERSIAPAN SURVEI AKREDITASI


Persiapan survei akreditasi dimulai setelah Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
menerima surat permohonan untuk dilakukan survei akreditasi rumah sakit dan isian lengkap
Berkas Permohonan Survei Akreditasi Rumah Sakit. Berkas Permohonan Survei Akreditasi
Rumah Sakit dapat diunduh dari web site KARS (www.kars.or.id), di mana kedua belah
pihak (rumah sakit dan KARS) membuat persiapan untuk pelaksanaan survey. Untuk
membantu rumah sakit mempersiapkan diri, KARS menyediakan beberapa jenis kegiatan:
seminar, lokakarya (workshop), bimbingan dan survei simulasi akreditasi.

1. Persiapan rumah sakit

a. Pimpinan rumah sakit mengisi berkas permohonan survei akreditasi dan hasil self
asesmen (minimal capaian 80 % untuk setiap bab) dan mengirimkan ke KARS paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum jadwal survei yang diinginkan. Untuk akreditasi ulang,
surat permohonan survei yang dilengkapi dengan isian berkas permohonan survei
harus diterima KARS 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlaku sertifikat.
b. Survei akreditasi dapat dilaksanakan bila pimpinan tertinggi di rumah sakit (Direktur
utama/Kepala) sudah memenuhi ketentuan pasal 34 undang undang no 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
c. Pimpinan rumah sakit menandatangani penjanjian kontrak survei dan mengirimkan ke
KARSselambat-lambatnya 10 hari kerja sebelum pelaksanaan kerja.
d. Pimpinan rumah sakit menandatangani surat pernyataan tentang kesediaan pimpinan
tertinggi rumah sakit untuk berada di RS selama proses survei dan mengirimkan
kembali ke KARS paling lambat 10 hari kerja sebelum pelaksanaan survei.
e. Setelah pemberitahuan jadwal survei dari KARS maka rumah sakit harus :
- Segera melunasi biaya survei akreditasi paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja.
- sebelum pelaksanaan survei. Bukti transfer dikirimkan dengan faksimil atau
e-mail keKARS.
- Menghubungi Sekretariat Komisi Akreditasi Rumah Sakit; untuk melakukan
koordinasi dan membahas rencana pelaksanaan survei di rumah sakit tersebut.
- Bila diperlukan Rumah Sakit mengirimkan e-file (digital) kebijakan, pedoman
& SPO yang terlampir ke KARS untuk ditelaah terlebih dahulu oleh surveior.

11
- Mempersiapkan dokumen yang diperlukan pada waktu survei di tempat,
antara lain sebagai berikut. :
Struktur organisasi rumah sakit
Daftar akurat dari pasien yang menerima pelayanan pada saat
pelaksanaan survei, termasuk diagnosis, umur, unit pelayanan, dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan tanggal dirawat.
Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien, monitoring dan
data indikator yang harus ada.
Panduan Praktik Klinis, Alur klinis (Clinical pathways).
Proaktif kajian risiko, seperti failure mode and effects analysis
(FMEA), hazard
vulnerability analysis (HVA), dan infection control risk assessment
(ICRA).
Rencana rumah sakit (misalnya facilty management and safety plan).
Kebijakan dan prosedur yang dipersyaratkan, dokumen tertulis, atau
bylaws.
Daftar operasi dan tindakan invasif yang diacarakan pada waktu
survei,termasuk operasi di kamar operasi, day surgery, kateterisasI
jantung, endoskopi / kolonoskopi, dan fertilisasi in vitro.
Contoh semua formulir rekam medis
Daftar kebijakan, prosedur, pedoman dan program yang dibutuhkan.

2. Persiapan Komisi Akreditasi Rumah Sakit sebagai berikut :

a. KARS menerima aplikasi permohonan survei dari rumah sakit dan hasil self asesmen
rumah sakit serta perjanjian kontrak dan surat pernyataan Direktur rumah sakit.
b. KARS memberitahu tanggal pelaksanaan survey, biaya survei yang dilampiri jadwal
acara kegiatan survei, yang dikirimkan ke rumah sakit paling lambat 10 hari sebelum
tanggal pelaksanaan survei.
c. KARS menetapkan tim surveior akreditasi rumah sakit dengan jumlah tim 3 - 7
orang surveior, masa survei 2 4 hari; tergantung besar dan kompleksitas rumah
sakit.
d. KARS menetapkan Ketua Tim Surveior butir c) di atas.
e. KARS memberitahu nama dan nomer HP kontak person dari rumah sakit ke Ketua
Tim Survei.
f. Ketua Tim Survei mempunyai tugas sebagai berikut. :
- Menghubungi rumah sakit paling lambat 3 hari sebelum survei untuk koordinasi
dan membahas rencana pelaksanaan survei akreditasi di rumah sakit tersebut.
- Menetapkan area dan jenis pelayanan yang dicakup dalam telaahan dan
mengharuskan keberadaan staf yang terlibat di setiap kegiatan survei.

12
3.2 PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI

Suvei akreditasi dilaksanakan berdasarkan permohonan rumah sakit yang


bersangkutan, rencana kerja Dinas Kesehatan Propinsi dan KARS. Survei dilaksanakan
secara bertahap dimulai dari tingkat dasar untuk 5 (lima) pelayanan, tingkat lanjut untuk 12
(dua belas) pelayanan dan tingkat lengkap untuk 16 (enam belas) pelayanan.

Bila rumah sakit dinyatakan lulus dengan status akreditasi penuh, maka setiap 3 (tiga)
tahun akan dilakukan survei ulang dan dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum habis masa
berlakunya sertifikat akreditasi, sedangkan aspek penilaian akan ditingkatkan secara bertahap
dimulai dari aspek struktur, aspek proses dan aspek outcomes dan untuk keperluan penilaian
aspek outcomes, dikembangkan indikator mutu pelayanan.

Tujuan survei akreditasi ialah untuk menilai seberapa jauh rumah sakit mematuhi
standar yang ditetapkan. Rumah sakit yang menjalani survei akreditasi untuk pertama kali
diharuskan memiliki catatan balik ke belakang (track record) 4 (empat) bulan bukti sudah
mematuhi standar. Rumah sakit yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukkan
catatan balik ke belakang selama 12 (duabelas) bulan. Dalam melakukan survei akreditasi
rumah sakit, surveior akan menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar melalui
mekanisme sebagai berikut :

a. Menerima informasi lisan tentang pelaksanaan standar atau contoh dari


pelaksanaan standar.
b. Melakukan pengamatan pelayanan, kegiatan, fasilitas, sarana dan prasarana dan
lingkungan rumah sakit.
c. Melakukan telah dokumen yang dapat membuktikan adanya kepatuhan dan
membantu memberi wawasan kepada surveior tentang fungsi dan tugas rumah
sakit secara operasional.

Pelaksanaan survei menggunakan metoda telusur untuk mengikuti contoh dari


pengalaman pasien memperoleh pelayanan di rumah sakit dan melakukan evaluasi komponen
dan sistem pelayanan. Karakteristik penting proses survei adalah edukasi setempat oleh
surveior. Bantuan ini berlangsung sepanjang pelaksanaan survei; dan surveior memberi saran
dan strategi yang dapat membantu rumah sakit mencapai maksud yang disebut standar dan
elemen penilaian, dan yang lebih penting lagi adalah dapat memperbaiki kinerja.

Pelaksanaan survei memuat langkah-langkah sebagai berikut :

13
a. Pembukaan pertemuan.
b. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien dan MDGs.
c. Perencanaan survei.
d. Telaah dokumen.
e. Verifikasi dan masukan.
f. Telaah rekam medis pasien secara tertutup (pasien sudah pulang).
g. Kunjungan ke area pelayanan pasien yang dipandu oleh kegiatan telusur.
h. Kegiatan survei yang terarah (terfokus/di luar rencana; karena ada temuan).
i. Telaah dari lingkungan; bangunan; sarana dan prasarana.
j. Wawancara dengan pimpinan (beberapa jenjang).
k. Persiapan surveior membuat laporan.
l. Pertemuan penutup survei dengan pimpinan (exit conference)

Dalam pelaksanaan survei akreditasi, KARS membagi tugas sesuai dengan pembidangannya
dan jadwal waktu pelaksanaan kepada para surveior. Adapun pembagian tugas dan jadual
waktu ditentukan sebagai berikut :

1. Pembagian Tugas Surveior


a. Bidang Administrasi, terdiri dari :
- Pelayanan Administrasi dan Manajemen
- Pelayanan Rekam Medis;
- Pelayanan Farmasi
- Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3);

b. Bidang Medis I, terdiri dari :


- Pelayanan Medis;
- Pelayanan Gawat Darurat;
- Pelayanan Kamar Operasi;
- Pelayanan Intensif.

c. Bidang Medis II, terdiri dari :

- Pelayanan Radiologi;
- Pelayanan Laboratorium;
- Pelayanan Rehabilitasi Medis;
- Pelayanan darah.

d. Bidang Keperawatan

- Pelayanan Keperawatan;
- Pelayanan Perinanat Risiko Tinggi;
- Pengendalian Infeksi;
- Pelayanan Gizi

2. Jadwal Waktu Survei


a. Survei Akreditasi Tingkat Dasar (5 pelayanan)
Lama Survei : 2 s.d 3 hari

14
Jumlah Surveior : 3 orang (1 orang surveior Administrasi, 1 orang surveior Medis
dan 1 orang surveior Keperawatan)
b. Survey Akreditasi Tingkat Lanjut (12 pelayanan)
Lama Survei : 4 hari
Jumlah Surveior : 3 orang (1 orang surveior Administrasi, 1 orang surveior Medis
dan 1 orang surveior Keperawatan.
c. Survey Akreditasi Tingkat Lengkap (16 pelayanan)
Lama Survei : 4 hari
Jumlah Surveior : 4 orang (1 orang surveior Administrasi, 2 orang surveior Medis
dan 1 orang surveior Keperawatan)

3.3 KETENTUAN KELULUSAN

Proses akreditasi terdiri dari kegiatan survei oleh Tim Surveior dan proses
pengambilan keputusan kelulusan akreditasi oleh Ketua KARS, melalui Tim Penilai Laporan
Survei Akreditasi Rumah Sakit. Bab yang dilakukan survei akreditasi sebagai berikut :

a. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit


b. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
c. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
d. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
e. Millenium Development Goals (MDGs)
f. Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
g. Asesmen Pasien (AP)
h. Pelayanan Pasien (PP)
i. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
j. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
k. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
l. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
m. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
n. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
o. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

3.4 KETENTUAN PENILAIAN DAN KELULUSAN AKREDITASI RUMAH SAKIT


1. Penilaian akreditasi rumah sakit dilakukan melalui evaluasi penerapan Standar
Akreditasi Rumah Sakit KARS yang terdiri dari 4 kelompok standar :
a. Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien, terdapat 7 bab.
b. Standar Manajemen Rumah Sakit, terdapat 6 bab.
c. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit, merupakan 1 bab.
d. Sasaran Millenium Development Goals (MDGs), merupakan 1 bab.
2. Penilaian suatu Bab ditentukan oleh penilaian pencapaian (semua) Standar pada bab
tsb, dan menghasilkan nilai persentase bagi bab tersebut.
3. Penilaian suatu Standar dilaksanakan melalui penilaian terpenuhinya Elemen
Penilaian (EP), menghasilkan nilai persentase bagi standar tersebut.
4. Penilaian suatu EP dinyatakan sebagai :
a. Tercapai Penuh (TP) diberikan skor 10.

15
b. Tercapai Sebagian (TS) diberikan skor 5.
c. Tidak Tercapai (TT) diberikan skor 0.
d. Tidak Dapat Diterapkan (TDD) tidak masuk dalam proses penilaian dan
perhitungan.

5. Penentuan skor 10 (Sepuluh)

a. Temuan tunggal negatif tidak menghalangi nilai tercapai penuh dari minimal 5
telusur pasien / pimpinan / staf.
b. Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan
dokumen (misalnya, 8 dari 10) dipenuhi.
c. Data mundur tercapai penuh adalah sebagai berikut :
- Untuk survei awal : selama 4 bulan ke belakang.
- Survei lanjutan : selama 12 bulan ke belakang.

6. Penentuan skor 5 (Lima)

a. Jika 20% sampai 79% (misalnya, 2 sampai 7 dari 10) dari temuan atau yang
dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen.
b. Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagian area / unit kerja yang
seharusnya dilaksanakan.
c. Regulasi tidak dilaksanakan secara penuh / lengkap.
d. Kebijakan / proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi tidak dapat
dipertahankan.
e. Data mundur sebagai berikut :
- Untuk survei awal : 1 sampai 3 bulan mundur.
- Untuk survei lanjutan : 5 sampai 11 bulan mundur.

7. Penentuan skor 0 (Nol)

a. Jika < 19 % dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan
dokumen.
b. Bukti pelaksanaan tidak dapat ditemukan di area / unit kerja di mana harus
dilaksanakan.
c. Regulasi tidak dilaksanakan.
d. Kebijakan / proses tidak dilaksanakan.
e. Data mundur sebagai berikut :
- Untuk survei awal : kurang 1 bulan mundur.
- Untuk survei lanjutan : kurang 5 sampai 11 bulan mundur.

8. Penentuan Tidak Dapat Diterapkan (TDD)

16
Sebuah Elemen Penilaian (EP) dinilai tidak dapat diterapkan jika persyaratan dari EP
tidak dapat diterapkan berdasar atas organisasi rumah sakit, pelayanan, populasi,
pasien dan sebagainya, contohnya organisasi rumah sakit tidak melakukan riset.

3.5 KRITERIA KELULUSAN

Kelulusan dibagi menjadi 4 tingkat.

1. Akreditasi Tingkat Dasar


RS mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila hanya 4 (empat) bab yang
mempunyai nilai diatas 80% dan 11 (sebelas) bab lainnya minimal nilainya diatas
20% Bila nilai dari 11 bab lainnya ada yang diatas 60% makar umah sakit dapat :
- dilakukan remedial (re-survei) 3 6 bulan lagi, pada 11 bab lainnya yang
nilainya diatas 60 %.
- Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat dasar dapat
ditetapkan.

2. Akreditasi Tingkat Madya


RS mendapat sertifikat tingkat madya bila 8 (delapan) bab mendapat nilai 80% dan
nilai 7 (tujuh) bab lainnya minimal diatas 20% Bila nilai dari 7 (tujuh) bab lainnya
ada yang diatas 60% maka rumah sakit dapat:
- dilakukan remedial (re-survei) 3 6 bulan lagi, pada 7 (tujuh) bab lainnya
yang nilainya diatas 60 %.
- Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat Madya dapat
ditetapkan.
3. Akreditasi Tingkat Utama
RS mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila ada 12 (dua belas) bab
mempunyai nilai minimal 80% dan 3 (tiga) bab lainnya minimal diatas 20% Bila nilai
bab yang lainnya diatas 60% maka rumah sakit dapat mengajukan Re- survei
(Remedial) Bila nilai dari 3 (tiga) bab lainnya ada yang diatas 60% maka rumah sakit
dapat :
- dilakukan remedial (re-survei) 3 6 bulan lagi, pada 3 (tiga) bab lainnya yang
nilainya diatas 60 %.
- Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat utama dapat
ditetapkan.
4. Akreditasi Tingkat Paripurna
RS mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila setiap bab dari standar
akreditasi rumah sakit mempunyai nilai minimal 80 %.

17
Rumah sakit yang mendapat status akreditasi Dasar, Madya, atau Utama, pada waktu
dilakukan akreditasi ulang 3 (tiga) tahun lagi, harus terjadi peningkatan status akreditasinya
dari akreditasi pertama.

3.6 PELAPORAN DAN KEPUTUSAN HASIL SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT


Setelah survei dilakukan, maka surveior wajib membuat laporan dengan format yang
sudah ditetapkan KARS. Laporan dikirim dengan e-mail ke KARS paling lambat 1 (satu)
minggu setelah survei dilakukan. Yang harus dilaporkan:

a. Hasil penilaian untuk masing-masing bab dan capaiannya.


b. Rekomendasi per elemen penilaian yang skor kurang dari 10.
c. Formulir pendukung yang telah diisi.

Laporan hasil survei akreditasi akan di telaah oleh Tim Penilai yang dibentuk oleh
Ketua KARS.Berdasarkan hasil telaah, Tim penilai mengusulkan status survei akreditasi
kepada Ketua KARS dan kemudian Ketua KARS menerbitkan sertifikat kelulusan akreditasi
berdasarkan usulan dari Tim Penilai.

Keputusan akhir akreditasi diberikan berdasar kepatuhan rumah sakit melaksanakan


standar akreditasi. Rumah sakit tidak menerima hasil akhir dalam skor angka sebagai bagian
dari keputusan akhir. Jika rumah sakit berhasil memenuhi ketentuan, maka Akreditasi akan
diberikan. Keputusan ini menunjukkan bahwa rumah sakit sudah mematuhi semua standar
pada saat dilakukan survei setempat (on-site survei).

Berdasarkan hasil rekomendasi survei, Komisi Akreditasi Rumah Sakit mewajibkan


rumah sakit membuat Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS) yang harus dikirimkan ke
Komisi Akreditasi Rumah Sakit paling lambat 2 (dua) minggu setelah rekomendasi diterima
oleh rumah sakit. Setelah pelaksanaan survei akreditasi rumah sakit, KARS akan
mengirimkan kuesioner evaluasi pelaksanaan survei (angket survei) yang harus diisi oleh
rumah sakit dan dikirimkan kembali ke KARS.

3.7 PUBLIKASI AKREDITASI


Setelah rumah sakit menerima pemberitahuan tentang keputusan akreditasi, rumah
sakit dapat mempublikasikan pencapaian akreditasi ini kepada masyarakat, media massa,
pihak asuransi (third-party payers), dan sumber rujukan rumah sakit. Untuk keperluan
publikasi, rumah sakit dapat menggunakan logo dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Informasi tentang status akreditasi akan dimuat di Web site Komisi Akreditasi Rumah Sakit

18
yang memungkinkan setiap orang untuk mengetahui lokasi rumah sakit dan status
akreditasinya.

Setiap hasil keputusan status akreditasi rumah sakit oleh KARS dilaporkan ke
Kementerian Kesehatan untuk di publikasikan sesuai ketentuan berlaku.

3.8 SIKLUS AKREDITASI BERKESINAMBUNGAN

Proses akreditasi tidak berakhir pada saat survei setempat (on-site survei) selesai
dilakukan. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun ditengah antara 2 survei setempat (on-site
survei), KARS meminta bukti tentang kelanjutan kepatuhan dan tindakan koreksi seperti,
hasil self assessment, penyerahan data secara periodik, root cause analysis, dan tindak lanjut
dari keluhan (complaint). Oleh karena itu, sangat penting bagi rumah sakit mematuhi standar
diantara 2 survei setempat termasuk mematuhi standar baru. Kepatuhan terhadap standar
terus menerus berarti bahwa rumah sakit akan mengurangi kesibukan menghadapi survei
setiap 3 tahun dan dapat lebih memusatkan perhatian pada perbaikan terus menerus dari
sistem, sehingga menghindari kesibukan luar biasa pada waktu mempersiapkan survei
berikutnya. Mematuhi standar akreditasi berpengaruh langsung untuk mempertahankan dan
meningkatkan keamanan, mutu asuhan tinggi dan meningkatkan kinerja rumah sakit.

Dalam rangka memantau kepatuhan standar akreditasi secara berkelanjutan maka satu
tahun setelah survei akreditasi dilaksanakan, KARS akan menugaskan surveior verifikasi
untuk melakukan verifikasi pelaksanaan perencanaan perbaikan strategis, pelaksanaan self
asesmen di rumah sakit dan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan
pasien. Bila hasil verifikasi, rumah sakit belum melaksanakan perbaikan strategis maka
KARS akan melakukan evaluasi status akreditasi rumah sakit tersebut. Dua tahun setelah
pelaksanaan survei akreditasi KARS kembali menugaskan surveior verifikasi untuk
melakukan verifikasi perencanaan perbaikan strategis yang belum dilaksanakan dan melihat
persiapan rumah sakit untuk akreditasi ulang.

3.9 JENIS SURVEIOR


Surveior akreditasi rumah sakit terdiri dari 3 (tiga) katagori yaitu :

a. Surveior Manajemen disingkat MJ adalah surveior dengan pendidikan dokter dengan


tambahan pendidikan manajemen/ manajemen rumah sakit.
b. Surveior Medis disingkat MD adalah surveior dengan pendidikan dokter spesialis.
c. Surveior Keperawatan disingkat PW adalah surveior dengan pendidikan S1 / S2
Keperawatan.

19
3.10 PEMBAGIAN TUGAS SURVEIOR
Standar akreditasi versi 2012 terdiri dari 15 bab maka agar pelaksanaan survei lebih
terarah, diperlukan pembagian tugas para surveior. Pembagian tugas lebih dititik beratkan
untuk penanggungjawab penetapan skor, nilai dan pelaporan. Karena pada waktu pelaksanaan
survei, kegiatan dilakukan secara terintegrasi dan setiap surveior harus saling melengkapi
survei yang dilakukan untuk pengumpulan informasi yang diperlukan.

Pembagian tugas sebagai berikut :

1. Surveior manajemen

a. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)


b. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
c. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
d. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
e. Kualifikasi Pendidikan dan Staf (KPS)
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)* Khusus Standar MKI 9. 17,
18, 20,20.1, 20.2
2. Surveior medis
a. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
b. Asesmen Pasien (AP)
c. Pelayanan Pasien (PP)
d. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
e. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
f. Kualifikasi Pendidikan dan Staf (KPS)*, khusus untuk standar KPS 9; 9.1; 10;
11
g. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)* khusus standar TKP 3.2;
5.3;5.5

3. Surveior Keperawatan

a. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)


b. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
c. Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI)
d. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
e. Sasaran Program MDGs
f. Kualifikasi Pendidikan dan Staf (KPS)*, khusus standar KPS 12; 13; 14
g. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)* Khusus MKI 3, 6, 20, 20.1,
20.2
h. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)* khusus standar TKP 3.2;
5.3;5.5

Yang perlu diperhatikan adalah walaupun sudah ada pembagian tugas namun surveior
harus tetap memahami dan menguasai semua standar dan elemen penilaian (EP) di setiap

20
standar akreditasi yang terdiri dari 15 bab tersebut. Pembagian tugas lebih diperuntukkan
untuk penanggung jawab penetapan skor dan nilai serta pelaporan. Surveior lainnya dapat
memberikan masukan hasil temuan ke penanggung jawab penetapan skor dan nilai sehingga
skor dan nilai tersebut dapat lebih obyektif. Untuk survei akreditasi yang dilakukan lebih dari
3 orang maka Ketua Tim Survei mempunyai kewajiban untuk membagi tugas ke anggotanya
sesuai kompetensi yang bersangkutan dengan mengacu pembagian tugas tersebut di atas.

4. Penentuan jumlah surveior dan jumlah hari survei

Mengingat rumah sakit di Indonesia sangat bervariasi, maka jumlah surveior dan
jumlah hari survei tergantung besar kecil dan kompleksitas rumah sakit. Ketentuan jumlah
surveior dan Jumlah hari survei sebagai berikut.

JML TT RS JML HARI JML JENIS SURVEIOR


MJ MD PW
SURVEI SURVEIOR
Kelas 2 hari 2 orang 1/0 orang 1/0 orang 1 orang
Pratama
< 300 TT 3 hari 3 orang 1 orang 1 orang 1 orang
301700 TT 4 hari 4 orang 1/2 orang 1/2 orang 1 orang
7011000 TT 4 hari 6 orang 1/2 orang 1/2 orang 1/2 orang
>1000 TT 4 hari 6 orang 1/2 orang 1/2 orang 1/2 orang

3.11PEMBINAAN PASKA AKREDITASI


a. Tujuan Umum
Mendorong manajemen rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan

b. Tujuan Khusus
1. Memantau rumah sakit dalam hal pelaksanaan rekomendasi surveior
2. Memberikan arahan untuk dapat memenuhi rekomendasi surveior
3. Melakukan evaluasi terhadap penerapan standar di rumah sakit
4. Meningkatkan interaksi antara Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Provinsi dan KARS

3.12 MASALAH DALAM PELAKSANAAN AKREDITASI


Penataan rumah sakit di Indonesia melalui kegiatan akreditasi, ditinjau dari sisi
manajemen, sebenarnya sudah sesuai dengan kaidah kaidah organisasi. Hanya saja dalam
pelaksanaan ada hal hal yang merupakan masalah dan perlu diselesaikan tetapi itu perlu
memahami kegiatan akreditasi rumah sakit. Masalah yang timbul karena rumah sakit kurang
memahami bagaimana melakukan self assessment yang baik meskipun sudah ada pembinaan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Hal ini mungkin terjadi karena belum memahami keterkaitan
pelaksanaan akreditasi dengan mutu pelayanan rumah sakit.

21
Masalah lain yang belum difahami oleh rumah sakit adalah kegiatan pelayanan
administrasi dan manajemen yang umumnya dianggap hanya sebagai kegiatan administrasi
atau sekertariat rumah sakit. Padahal pelayanan administrasi dan manajemen merupakan
payung untuk seluruh kegiatan pelayanan yang ada di rumah sakit. Dengan demikian maka
rumah sakit harus memiliki rencana strategik yang mengandung visi, misi dan tujuan
organisasi, rencana kerja jangka panjang. Pendek, dan tahunan. Dalam rencana strategic
tersebut telah mencantumkan kegiatan akreditasi sebagai program yang perlu dilaksanakan
dalam menjaga mutu pelayanan rumah sakit.

3.13 KEPUTUSAN STATUS AKREDITASI


- Tidak Diakreditasi
- Akreditasi Bersyarat : nilai total >65 % -<75 %, tdk ada <=60%, 1 tahun dinilai lagi.
- Akreditasi Penuh : nilai total >= 75 %, tdk ada <=60%, 3 tahun masa berlaku.
- Akreditasi Istimewa : 5 tahun masa berlaku, didapat setelah 3 X berturut -turut.

22
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan oleh pemerintah kepada rumah sakit karena
telah memenuhi standart yang telah ditentukan. Setiap rumah sakit memilki kewajiban
diakreditasi minimal 3 tahun sekali. akreditasi rumah sakit merupakan hal yang wajib
dilaksanakan dan diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit
dengan penetapan standar-standar mutu pelayanan, yang pada pelaksanaannya membutuhkan
komitmen, dukungan, dan motivasi dari pemerintah, pimpinan, dan seluruh SDM yang ada di
rumah sakit. Penilaian akreditasi di Indonesia dilakukan oleh lembaga independen yang
diakui oleh pemerintah yaitu Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan Joint Commission
International (JCI). Akreditasi versi 2012 terdiri 4 kelompok standar yaitu standar berfokus
kepada pasien, standar manajemen sakit, kelompok sasaran keselamatan pasien dan
kelompok sasaran MDGs.

23
DAFTAR PUSTAKA
https://akreditasi2007.wordpress.com/2010/05/18/akreditasi-rumah-sakit/
Triwibowo, Cecep. 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit. Sebuah Kajian
Hukum Kesehatan, Yogyakarta.
Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pasal 52 ayat 1, Jakarta.
Keputusan Menkes No. 1195/MENKES/SK/VIII/2010.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam
Medis Rumah Sakit Di Indonesia Revisi II, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik.
Menteri Kesehatan dengan SK Menkes Nomor 436/93 Tentang Berlakunya Standar
Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis
Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 59
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 558 tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan
Tatalaksana Departemen Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Menkes/Per/II/1998 tentang pengaturan cara-
cara akreditasi Rumah Sakit.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/93 tentang berlakunya standar
pelayanan Rumah Sakit dan standar pelayanan medis
Tunggono, Darmadi. 2011. Statistik Pelayanan Kesehatan, Jakarta.
Widjaya, Lily. 2009. Pengelolaan Sistem Rekam Medis 1 Manajemen Informasi
Kesehatan (Modul 1A), Jakarta.
Permenkes RI 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis, Jakarta.
Permenkes RI Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah
Sakit, Jakarta.
Barsasella, Diana. 2012. Sistem Informasi Kesehatan, Jakarta.
Kemenkes RI., 2011, Standar Akreditas Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai