DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL (ISTN)
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena akhirnya
kami dapat menyelesaikan Makalah Akreditasi RS.
Makalah ini kami buat mengacu dengan referensi yang ada yang semoga dapat
dilaksanakan secara terarah, teratur, tertib, efektif dan efisien.
Akhirnya, kami harap semoga Makalah Akreditasi RS ini berguna dan bermanfaat
dalam hasil Pelaksanaan Belajar Mengajar.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
1.2 TUJUAN................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN AKREDITASI RUMAH SAKIT........................................................................3
2.2 VISI DAN MISI AKREDITASI RUMAH SAKIT......................................................................6
2.3 TUJUAN DAN MANFAAT AKREDITASI RUMAH SAKIT....................................................6
2.4 LANDASAN HUKUM AKREDITASI.......................................................................................8
2.5 INSTRUMEN AKREDITASI RS................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................12
PEMBAHASAN.................................................................................................................................12
3.1 PERSIAPAN SURVEI AKREDITASI.......................................................................................12
3.2 PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI...............................................................................14
3.3 KETENTUAN KELULUSAN..................................................................................................16
3.4 KETENTUAN PENILAIAN DAN KELULUSAN AKREDITASI RUMAH SAKIT.........17
3.5 KRITERIA KELULUSAN........................................................................................................19
3.6 PELAPORAN DAN KEPUTUSAN HASIL SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT.........20
3.7 PUBLIKASI AKREDITASI......................................................................................................21
3.9 JENIS SURVEIOR....................................................................................................................22
3.10 PEMBAGIAN TUGAS SURVEIOR.......................................................................................22
3.11 PEMBINAAN PASKA AKREDITASI................................................................................24
3.12 MASALAH DALAM PELAKSANAAN AKREDITASI.......................................................24
3.13 KEPUTUSAN STATUS AKREDITASI..................................................................................24
BAB IV...............................................................................................................................................25
PENUTUP..........................................................................................................................................25
KESIMPULAN...............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
akreditasi rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur
melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien ( Depkes,
2011). Pelayanan yang bermutu bukan hanya pada pelayanan medis saja,tetapi juga pada
penyelenggaraan rekam medis yang menjadi salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit
yang dapat diketahui melalui kelengkapan pengisian rekam medis.Rekam medis merupakan
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Pemanfaatan
rekam medis dapat dipakai sebagai pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti
dalam proses penegakan hukum, keperluan pendidikan dan penelitian, dasar pembayar biaya
pelayanan kesehatan dan data statistik kesehatan (Depkes, 2008).Sesuai dengan standar
akreditasi rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur
melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien(Depkes,
2011).
1.2 TUJUAN
1. Mempelajari dan memahami tentang akreditasi rumah sakit.
2. Memberikan wawasan lebih luas tentang program akreditasi.
3. Memberikan arahan dalam mempersiapkan akreditasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Depkes (1996: 113) Akreditasi Rumah Sakit dihubungkan dengan penilaian
mutu. Namun sebenarnya mutu itu sendiri sebagai outcome dari pelaksanaan akreditasi,
sedangkan akreditasi hanya menilai pelayanan tersebut telah memenuhi standar atau tidak
tanpa mengukur mutu pelayanannya.
Beberapa definisi lebih lanjut tentang akreditasi rumah sakit tingkat internasional
dijelaskan oleh beberapa lembaga, yaitu Menurut Depkes RI (2009) Akreditasi internasional
rumah sakit adalah akreditasi yang diberikan oleh pemerintah dan atau Badan Akreditasi
Rumah Sakit taraf Internasional yang bersifat Independen yang telah memenuhi standar dan
kriteria yang ditentukan.
Maka berdasarkan definisi diatas maka akreditasi Rumah Sakit adalah satu pengakuan yang
diberikan oleh pemerintah kepada Rumah Sakit karena telah memenuhi standar yang telah
ditentukan.
3
A. Akreditasi Nasional Rumah Sakit
Pada Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit,
disebutkan bahwa pengertian akreditasi adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar
Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit secara berkesinambungan.
Di Indonesia akreditasi rumah sakit baik tingkat nasional maupun
internasional sudah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang maupun
peraturan tertulis lainnya, yaitu: UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40
ayat 1. dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali, ayat 2. Akreditasi Rumah
Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga independen
baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah
memberikan dukungan sepenuhnya terhadap rumah sakit untuk mengembangkan
kualitas pelayanan kesehatan sehingga mendapat akreditasi internasional.Dengan
demikian diharapkan setiap organisasi rumah sakit mampu mengembangkan potensi
dan kualitas pelayanan kesehatan dengan semaksimal mungkin.
Kementerian Kesehatan berupaya untuk menjaga mutu layanan melalui
kegiatan akreditasi rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Dasar
hukum pelaksanaan akreditasi rumah sakit adalah UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga)
tahun sekali. Dari Undang-Undang tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu/kualitas
diintegrasikan dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di Rumah Sakit.
Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi
tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah sakit merupakan
organisasi yang bergerak dalam bidang jasa dengan ciri-ciri padat karya, padat modal,
padat teknologi, padat masalah dan padat umpatan. Sejalan dengan lajunya
pembangunan nasional maka tuntutan akan mutu pelayanan kesehatan oleh rumah
4
sakit juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan berbagai kritikan tentang
ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit berbagai upaya termasuk melalui jalur
hukum. Oleh karena itu upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu layanan rumah
sakit baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik internal maupun eksternal
rumah sakit perlu dilaksanakan.
B. Akreditasi Internasional oleh Joint Commission International (JCI)
Menurut Joint Comission International (JCI) Tahun 2011, akreditasi adalah
proses penilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit utamanya
rumah sakit non pemerintah, oleh lembaga akreditasi internasional berdasarkan
standar internasional yang telah ditetapkan. Akreditasi disusun untuk meningkatkan
keamanan dan kualitas pelayanan kesehatan.
Joint Commission International (JCI) merupakan lembaga akreditasi
internasional yang berwenang melakukan akreditasi. Kementerian Kesehatan
menetapkan JCI sebagai lembaga atau badan yang dapat melakukan akreditasi rumah
sakit bertaraf Internasional yang ditetapkan dalam Keputusan Menkes No.
1195/MENKES/SK/VIII/2010.
JCI didirikan tahun 1998 sebagai perpanjangan tangan untuk kawasan
internasional dari The Joint Commission (United States). JCI bermarkas di Amerika
Serikat. JCI telah bekerja sama dengan 80 menteri kesehatan di seluruh dunia.
Fokusnya ialah peningkatan pengawasan terhadap keamanan pasien dengan cara
memberikan sertifikasi akreditasi dan pendidikan untuk mengimplementasikan solusi
berkelanjutan berbagai organisasi pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan
kesehatan itu meliputi rumah sakit, klinik, laboratorium klinik dan sebagainya
Pada tahun 2012 penilaian Akreditasi Rumah Sakit akan mengacu pada
Standar JCI, yang dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu, (1) kelompok sasaran
yang berfokus pada pasien, (2) kelompok standar manajemen rumah sakit, (3)
kelompok keselamatan pasien dan (4) sasaran MDGs.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam langkah dan strategi
pelaksanaan keselamatan pasien (Depkes RI. 2010), salah satunya adalah mengikuti
Akreditasi Rumah Sakit. Selanjutnya dalam Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Depkes RI. 2007) disebutkan rumah sakit mutlak
memerlukan sistem tanggap darurat sebagai bagian dari manajemen K3RS.
5
2.2 VISI DAN MISI AKREDITASI RUMAH SAKIT
Visi
Instrumen Menuju Indonesia Sehat 2010 melalui continuous quality improvement
pelayanan perumahsakitan
Misi
1. Menjadi landasan utk memelihara & meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata & terjangkau;
2. Bermanfaat untuk masyarakat (public good and private good)
Menurut Depkes RI (1996: 14), Tujuan Umum dari Akreditasi Rumah Sakit adalah
mendapatkan gambaran seberapa jauh Rumah Sakit di Indonesia telah memenuhi berbagai
standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada Rumah Sakit yang telah mencapai
tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Memberikan jaminan kepada petugas Rumah Sakit bahwa semua fasilitas, tenaga dan
lingkungan yang diperlukan tersedia
3. Memberikan jaminan dan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit
- Pasal 1
- Pasal 2
6
2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
b. Manfaat
7
c) Self assessment akan menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan standar
dan peningkatan mutu sehingga dapat memotivasi pegawai.
Instrumen akreditasi disusun berdasarkan standar pelayanan rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Menkes Nomor 436/93 Tentang Berlakunya
8
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis, disana disebutkan bahwa
standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 20 pelayanan yaitu :
Dari 20 (dua puluh) pelayanan rumah sakit ini kemudian disusunlah instrumen akreditasi
lengkap berjumlah 16 (enam belas) pelayanan dan bukan 20 (dua puluh) pelayanan, hal ini
dikarenakan ada penggabungan-penggabungan pelayanan yaitu Sterilisasi Sentral
dimasukkan kedalam instrumen Pengendalian Infeksi, Pemeliharaan Sarana dan Perpustakaan
dimasukkan kedalam instrumen Pelayanan Administrasi dan Manajemen, dan Pelayanan
Anestesi dimasukkan kedalam instrumen Pelayanan Intensif dan Pelayanan Kamar Operasi.
9
6. Pelayanan Kamar Operasi;
7. Pelayanan Laboratorium;
8. Pelayanan Radiologi;
9. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi;
10. Pengendalian Infeksi;
11. Pelayanan Farmasi dan
12. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3).
Masing-masing pelayanan tersebut diatas terdapat instrumen standar dan parameter dan
masing-masing standar dalam setiap pelayanan memiliki jumlah parameter yang berbeda.
10
BAB III
PEMBAHASAN
a. Pimpinan rumah sakit mengisi berkas permohonan survei akreditasi dan hasil self
asesmen (minimal capaian 80 % untuk setiap bab) dan mengirimkan ke KARS paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum jadwal survei yang diinginkan. Untuk akreditasi ulang,
surat permohonan survei yang dilengkapi dengan isian berkas permohonan survei
harus diterima KARS 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlaku sertifikat.
b. Survei akreditasi dapat dilaksanakan bila pimpinan tertinggi di rumah sakit (Direktur
utama/Kepala) sudah memenuhi ketentuan pasal 34 undang undang no 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
c. Pimpinan rumah sakit menandatangani penjanjian kontrak survei dan mengirimkan ke
KARSselambat-lambatnya 10 hari kerja sebelum pelaksanaan kerja.
d. Pimpinan rumah sakit menandatangani surat pernyataan tentang kesediaan pimpinan
tertinggi rumah sakit untuk berada di RS selama proses survei dan mengirimkan
kembali ke KARS paling lambat 10 hari kerja sebelum pelaksanaan survei.
e. Setelah pemberitahuan jadwal survei dari KARS maka rumah sakit harus :
- Segera melunasi biaya survei akreditasi paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja.
- sebelum pelaksanaan survei. Bukti transfer dikirimkan dengan faksimil atau
e-mail keKARS.
- Menghubungi Sekretariat Komisi Akreditasi Rumah Sakit; untuk melakukan
koordinasi dan membahas rencana pelaksanaan survei di rumah sakit tersebut.
- Bila diperlukan Rumah Sakit mengirimkan e-file (digital) kebijakan, pedoman
& SPO yang terlampir ke KARS untuk ditelaah terlebih dahulu oleh surveior.
11
- Mempersiapkan dokumen yang diperlukan pada waktu survei di tempat,
antara lain sebagai berikut. :
Struktur organisasi rumah sakit
Daftar akurat dari pasien yang menerima pelayanan pada saat
pelaksanaan survei, termasuk diagnosis, umur, unit pelayanan, dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan tanggal dirawat.
Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien, monitoring dan
data indikator yang harus ada.
Panduan Praktik Klinis, Alur klinis (Clinical pathways).
Proaktif kajian risiko, seperti failure mode and effects analysis
(FMEA), hazard
vulnerability analysis (HVA), dan infection control risk assessment
(ICRA).
Rencana rumah sakit (misalnya facilty management and safety plan).
Kebijakan dan prosedur yang dipersyaratkan, dokumen tertulis, atau
bylaws.
Daftar operasi dan tindakan invasif yang diacarakan pada waktu
survei,termasuk operasi di kamar operasi, day surgery, kateterisasI
jantung, endoskopi / kolonoskopi, dan fertilisasi in vitro.
Contoh semua formulir rekam medis
Daftar kebijakan, prosedur, pedoman dan program yang dibutuhkan.
a. KARS menerima aplikasi permohonan survei dari rumah sakit dan hasil self asesmen
rumah sakit serta perjanjian kontrak dan surat pernyataan Direktur rumah sakit.
b. KARS memberitahu tanggal pelaksanaan survey, biaya survei yang dilampiri jadwal
acara kegiatan survei, yang dikirimkan ke rumah sakit paling lambat 10 hari sebelum
tanggal pelaksanaan survei.
c. KARS menetapkan tim surveior akreditasi rumah sakit dengan jumlah tim 3 - 7
orang surveior, masa survei 2 4 hari; tergantung besar dan kompleksitas rumah
sakit.
d. KARS menetapkan Ketua Tim Surveior butir c) di atas.
e. KARS memberitahu nama dan nomer HP kontak person dari rumah sakit ke Ketua
Tim Survei.
f. Ketua Tim Survei mempunyai tugas sebagai berikut. :
- Menghubungi rumah sakit paling lambat 3 hari sebelum survei untuk koordinasi
dan membahas rencana pelaksanaan survei akreditasi di rumah sakit tersebut.
- Menetapkan area dan jenis pelayanan yang dicakup dalam telaahan dan
mengharuskan keberadaan staf yang terlibat di setiap kegiatan survei.
12
3.2 PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI
Bila rumah sakit dinyatakan lulus dengan status akreditasi penuh, maka setiap 3 (tiga)
tahun akan dilakukan survei ulang dan dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum habis masa
berlakunya sertifikat akreditasi, sedangkan aspek penilaian akan ditingkatkan secara bertahap
dimulai dari aspek struktur, aspek proses dan aspek outcomes dan untuk keperluan penilaian
aspek outcomes, dikembangkan indikator mutu pelayanan.
Tujuan survei akreditasi ialah untuk menilai seberapa jauh rumah sakit mematuhi
standar yang ditetapkan. Rumah sakit yang menjalani survei akreditasi untuk pertama kali
diharuskan memiliki catatan balik ke belakang (track record) 4 (empat) bulan bukti sudah
mematuhi standar. Rumah sakit yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukkan
catatan balik ke belakang selama 12 (duabelas) bulan. Dalam melakukan survei akreditasi
rumah sakit, surveior akan menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar melalui
mekanisme sebagai berikut :
13
a. Pembukaan pertemuan.
b. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien dan MDGs.
c. Perencanaan survei.
d. Telaah dokumen.
e. Verifikasi dan masukan.
f. Telaah rekam medis pasien secara tertutup (pasien sudah pulang).
g. Kunjungan ke area pelayanan pasien yang dipandu oleh kegiatan telusur.
h. Kegiatan survei yang terarah (terfokus/di luar rencana; karena ada temuan).
i. Telaah dari lingkungan; bangunan; sarana dan prasarana.
j. Wawancara dengan pimpinan (beberapa jenjang).
k. Persiapan surveior membuat laporan.
l. Pertemuan penutup survei dengan pimpinan (exit conference)
Dalam pelaksanaan survei akreditasi, KARS membagi tugas sesuai dengan pembidangannya
dan jadwal waktu pelaksanaan kepada para surveior. Adapun pembagian tugas dan jadual
waktu ditentukan sebagai berikut :
- Pelayanan Radiologi;
- Pelayanan Laboratorium;
- Pelayanan Rehabilitasi Medis;
- Pelayanan darah.
d. Bidang Keperawatan
- Pelayanan Keperawatan;
- Pelayanan Perinanat Risiko Tinggi;
- Pengendalian Infeksi;
- Pelayanan Gizi
14
Jumlah Surveior : 3 orang (1 orang surveior Administrasi, 1 orang surveior Medis
dan 1 orang surveior Keperawatan)
b. Survey Akreditasi Tingkat Lanjut (12 pelayanan)
Lama Survei : 4 hari
Jumlah Surveior : 3 orang (1 orang surveior Administrasi, 1 orang surveior Medis
dan 1 orang surveior Keperawatan.
c. Survey Akreditasi Tingkat Lengkap (16 pelayanan)
Lama Survei : 4 hari
Jumlah Surveior : 4 orang (1 orang surveior Administrasi, 2 orang surveior Medis
dan 1 orang surveior Keperawatan)
Proses akreditasi terdiri dari kegiatan survei oleh Tim Surveior dan proses
pengambilan keputusan kelulusan akreditasi oleh Ketua KARS, melalui Tim Penilai Laporan
Survei Akreditasi Rumah Sakit. Bab yang dilakukan survei akreditasi sebagai berikut :
15
b. Tercapai Sebagian (TS) diberikan skor 5.
c. Tidak Tercapai (TT) diberikan skor 0.
d. Tidak Dapat Diterapkan (TDD) tidak masuk dalam proses penilaian dan
perhitungan.
a. Temuan tunggal negatif tidak menghalangi nilai tercapai penuh dari minimal 5
telusur pasien / pimpinan / staf.
b. Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan
dokumen (misalnya, 8 dari 10) dipenuhi.
c. Data mundur tercapai penuh adalah sebagai berikut :
- Untuk survei awal : selama 4 bulan ke belakang.
- Survei lanjutan : selama 12 bulan ke belakang.
a. Jika 20% sampai 79% (misalnya, 2 sampai 7 dari 10) dari temuan atau yang
dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen.
b. Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagian area / unit kerja yang
seharusnya dilaksanakan.
c. Regulasi tidak dilaksanakan secara penuh / lengkap.
d. Kebijakan / proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi tidak dapat
dipertahankan.
e. Data mundur sebagai berikut :
- Untuk survei awal : 1 sampai 3 bulan mundur.
- Untuk survei lanjutan : 5 sampai 11 bulan mundur.
a. Jika < 19 % dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan
dokumen.
b. Bukti pelaksanaan tidak dapat ditemukan di area / unit kerja di mana harus
dilaksanakan.
c. Regulasi tidak dilaksanakan.
d. Kebijakan / proses tidak dilaksanakan.
e. Data mundur sebagai berikut :
- Untuk survei awal : kurang 1 bulan mundur.
- Untuk survei lanjutan : kurang 5 sampai 11 bulan mundur.
16
Sebuah Elemen Penilaian (EP) dinilai tidak dapat diterapkan jika persyaratan dari EP
tidak dapat diterapkan berdasar atas organisasi rumah sakit, pelayanan, populasi,
pasien dan sebagainya, contohnya organisasi rumah sakit tidak melakukan riset.
17
Rumah sakit yang mendapat status akreditasi Dasar, Madya, atau Utama, pada waktu
dilakukan akreditasi ulang 3 (tiga) tahun lagi, harus terjadi peningkatan status akreditasinya
dari akreditasi pertama.
Laporan hasil survei akreditasi akan di telaah oleh Tim Penilai yang dibentuk oleh
Ketua KARS.Berdasarkan hasil telaah, Tim penilai mengusulkan status survei akreditasi
kepada Ketua KARS dan kemudian Ketua KARS menerbitkan sertifikat kelulusan akreditasi
berdasarkan usulan dari Tim Penilai.
18
yang memungkinkan setiap orang untuk mengetahui lokasi rumah sakit dan status
akreditasinya.
Setiap hasil keputusan status akreditasi rumah sakit oleh KARS dilaporkan ke
Kementerian Kesehatan untuk di publikasikan sesuai ketentuan berlaku.
Proses akreditasi tidak berakhir pada saat survei setempat (on-site survei) selesai
dilakukan. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun ditengah antara 2 survei setempat (on-site
survei), KARS meminta bukti tentang kelanjutan kepatuhan dan tindakan koreksi seperti,
hasil self assessment, penyerahan data secara periodik, root cause analysis, dan tindak lanjut
dari keluhan (complaint). Oleh karena itu, sangat penting bagi rumah sakit mematuhi standar
diantara 2 survei setempat termasuk mematuhi standar baru. Kepatuhan terhadap standar
terus menerus berarti bahwa rumah sakit akan mengurangi kesibukan menghadapi survei
setiap 3 tahun dan dapat lebih memusatkan perhatian pada perbaikan terus menerus dari
sistem, sehingga menghindari kesibukan luar biasa pada waktu mempersiapkan survei
berikutnya. Mematuhi standar akreditasi berpengaruh langsung untuk mempertahankan dan
meningkatkan keamanan, mutu asuhan tinggi dan meningkatkan kinerja rumah sakit.
Dalam rangka memantau kepatuhan standar akreditasi secara berkelanjutan maka satu
tahun setelah survei akreditasi dilaksanakan, KARS akan menugaskan surveior verifikasi
untuk melakukan verifikasi pelaksanaan perencanaan perbaikan strategis, pelaksanaan self
asesmen di rumah sakit dan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan
pasien. Bila hasil verifikasi, rumah sakit belum melaksanakan perbaikan strategis maka
KARS akan melakukan evaluasi status akreditasi rumah sakit tersebut. Dua tahun setelah
pelaksanaan survei akreditasi KARS kembali menugaskan surveior verifikasi untuk
melakukan verifikasi perencanaan perbaikan strategis yang belum dilaksanakan dan melihat
persiapan rumah sakit untuk akreditasi ulang.
19
3.10 PEMBAGIAN TUGAS SURVEIOR
Standar akreditasi versi 2012 terdiri dari 15 bab maka agar pelaksanaan survei lebih
terarah, diperlukan pembagian tugas para surveior. Pembagian tugas lebih dititik beratkan
untuk penanggungjawab penetapan skor, nilai dan pelaporan. Karena pada waktu pelaksanaan
survei, kegiatan dilakukan secara terintegrasi dan setiap surveior harus saling melengkapi
survei yang dilakukan untuk pengumpulan informasi yang diperlukan.
1. Surveior manajemen
3. Surveior Keperawatan
Yang perlu diperhatikan adalah walaupun sudah ada pembagian tugas namun surveior
harus tetap memahami dan menguasai semua standar dan elemen penilaian (EP) di setiap
20
standar akreditasi yang terdiri dari 15 bab tersebut. Pembagian tugas lebih diperuntukkan
untuk penanggung jawab penetapan skor dan nilai serta pelaporan. Surveior lainnya dapat
memberikan masukan hasil temuan ke penanggung jawab penetapan skor dan nilai sehingga
skor dan nilai tersebut dapat lebih obyektif. Untuk survei akreditasi yang dilakukan lebih dari
3 orang maka Ketua Tim Survei mempunyai kewajiban untuk membagi tugas ke anggotanya
sesuai kompetensi yang bersangkutan dengan mengacu pembagian tugas tersebut di atas.
Mengingat rumah sakit di Indonesia sangat bervariasi, maka jumlah surveior dan
jumlah hari survei tergantung besar kecil dan kompleksitas rumah sakit. Ketentuan jumlah
surveior dan Jumlah hari survei sebagai berikut.
b. Tujuan Khusus
1. Memantau rumah sakit dalam hal pelaksanaan rekomendasi surveior
2. Memberikan arahan untuk dapat memenuhi rekomendasi surveior
3. Melakukan evaluasi terhadap penerapan standar di rumah sakit
4. Meningkatkan interaksi antara Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Provinsi dan KARS
21
Masalah lain yang belum difahami oleh rumah sakit adalah kegiatan pelayanan
administrasi dan manajemen yang umumnya dianggap hanya sebagai kegiatan administrasi
atau sekertariat rumah sakit. Padahal pelayanan administrasi dan manajemen merupakan
payung untuk seluruh kegiatan pelayanan yang ada di rumah sakit. Dengan demikian maka
rumah sakit harus memiliki rencana strategik yang mengandung visi, misi dan tujuan
organisasi, rencana kerja jangka panjang. Pendek, dan tahunan. Dalam rencana strategic
tersebut telah mencantumkan kegiatan akreditasi sebagai program yang perlu dilaksanakan
dalam menjaga mutu pelayanan rumah sakit.
22
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan oleh pemerintah kepada rumah sakit karena
telah memenuhi standart yang telah ditentukan. Setiap rumah sakit memilki kewajiban
diakreditasi minimal 3 tahun sekali. akreditasi rumah sakit merupakan hal yang wajib
dilaksanakan dan diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit
dengan penetapan standar-standar mutu pelayanan, yang pada pelaksanaannya membutuhkan
komitmen, dukungan, dan motivasi dari pemerintah, pimpinan, dan seluruh SDM yang ada di
rumah sakit. Penilaian akreditasi di Indonesia dilakukan oleh lembaga independen yang
diakui oleh pemerintah yaitu Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan Joint Commission
International (JCI). Akreditasi versi 2012 terdiri 4 kelompok standar yaitu standar berfokus
kepada pasien, standar manajemen sakit, kelompok sasaran keselamatan pasien dan
kelompok sasaran MDGs.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://akreditasi2007.wordpress.com/2010/05/18/akreditasi-rumah-sakit/
Triwibowo, Cecep. 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit. Sebuah Kajian
Hukum Kesehatan, Yogyakarta.
Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pasal 52 ayat 1, Jakarta.
Keputusan Menkes No. 1195/MENKES/SK/VIII/2010.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam
Medis Rumah Sakit Di Indonesia Revisi II, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik.
Menteri Kesehatan dengan SK Menkes Nomor 436/93 Tentang Berlakunya Standar
Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis
Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 59
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 558 tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan
Tatalaksana Departemen Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Menkes/Per/II/1998 tentang pengaturan cara-
cara akreditasi Rumah Sakit.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/93 tentang berlakunya standar
pelayanan Rumah Sakit dan standar pelayanan medis
Tunggono, Darmadi. 2011. Statistik Pelayanan Kesehatan, Jakarta.
Widjaya, Lily. 2009. Pengelolaan Sistem Rekam Medis 1 Manajemen Informasi
Kesehatan (Modul 1A), Jakarta.
Permenkes RI 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis, Jakarta.
Permenkes RI Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah
Sakit, Jakarta.
Barsasella, Diana. 2012. Sistem Informasi Kesehatan, Jakarta.
Kemenkes RI., 2011, Standar Akreditas Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Jakarta
24