istilah "jarimah" yang diartikan sebagai larangan syara yang dijatuhi sanksi
oleh pembuat syari'at (Allah) dengan hukuman had atau ta'zir. Para fuqaha
saja. Sedangkan yang dimaksud dengan kata "jinayah" ialah perbuatan yang
dilarang oleh syara, apakah perbuatan mengenai jiwa atau benda dan
lainnya.2
maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup pembahasan hukum pidana Islam
meliputi dua aspek, yakni aspek tindak pidana dan aspek hukuman (sanksi
1
Kedua istilah tersebut memang berbeda namun memiliki esensi arti yang sama. Salah satu
fuqaha yang menggunakan istilah jarimah untuk menyebut hokum pidana Islam adalah Ahmad
Abu Rus, sedangkan salah satu fuqaha yang menggunakan istilah jinayah untuk penyebutan
hokum pidana Islam adalah Abdul Qadir Audah.
2
Penjelasan mengenai istilah tersebut diperkenalkan oleh Abdul Qadir Audah yang ditulis
dalam kitab aslinya. Lihat dalam Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri al-Jinay al-Islamy, Beirut: Daar
al-Kitab, t.th., hlm. 67. Pengertian istilah jinayah itu juga dapat dilihat dalam Rahmad Rosyadi dan
Rais Ahmad, Formulasi Syari'at Islam dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2006, hlm. 123.
16
17
pidana). Aspek tindak pidana meliputi aspek unsur dan syarat tindak pidana
kata "jana". Secara etimologi "jana" berarti berbuat dosa atau salah,
buah dari pohonnya". Orang yang berbuat jahat disebut jani dan orang
istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak pidana. Secara
3
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung Pustaka,
2004, hlm. 1.
4
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,
2004, hlm. hlm. 9.
18
dilarang oleh syara, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda,
Dan perbuatan yang dilarang itu menurut syara' adalah dilarang untuk
dan berbeda antara jarimah satu dengan jarimah yang lain. Adapun
berikut:
Selain ketiga unsur tersebut diatas yang harus ada dalam suatu
5
Ibid.
19
unsur khusus pada jenis jarimah yang satu dengan jenis jarimah yang
lainnya.6
dan unsur khusus pada jarimah itu ada perbedaan. Unsur umum
bebas (muchtar).7
taklifi.
dijatuhi hukuman.
macam, yaitu:
6
Makhrus Munajat, op. cit., hlm. 11.
7
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Ajaran Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta: Bulan
Bintang, 1968, hlm. 67.
20
maupun meninggalkannya.
menjadi:
a) Jarimah hudud
(pemberontakan).
8
Syarat tersebut juga memiliki arti pelaku mengetahui hukum-hukum taklifi dan untuk itu
maka hukum tersebut sudah ditetapkan dan disiarkan kepada orang banyak. Dengan demikian
maka hal itu berarti tidak ada jarimah kecuali dengan adanya nash (ketentuan). Pada ketentuan
hukum itu sendiri ada faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat. Hal ini
berarti ia mengetahui bahwa ia akan dikenakan hukuman apabila ia tidak mentaati peraturan atau
ketentuan hukum tersebut. Dengan demikian maka pengertiannya adalah bahwa suatu ketentuan
tentang jarimah harus berisi ketentuan tentang hukumannya. Lihat dalam Ahmad Wardi Muslich,
op cit., hlm. 31
9
Makhrus Munajat, op. cit., hlm. 12
21
menonjol.10
menjadi hapus.
10
Ahmad Wardi Muslich, op.cit., hlm. 18
11
Qishas ialah hukuman yang berupa pembalasan setimpal, maksudnya hukum balas bunuh
atas orang yang membunuh, Al Jurjani, At- Ta'rifat Beirut: Dar Al- Fikr, tt, hlm. 173
12
Diyat ialah hukuman ganti rugi, yaitu pemberian sejumlah harta dari pelaku kepada si
korban atau walinya melalui keputusan hakim, As- Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, Beirut: Dar Al
Fikr, 1972, hlm. 107
22
c) Jarimah ta'zir
13
Abdul Qadir Audah, op. cit., Cet. 1, Beirut: Dar Al Kitab Al- Arabi, ttt, hlm. 79
14
Ahmad Wardi Muslich, op.cit., hlm. 20
23
dengan hukuman.
khata ).
kelalaiannya (kesalahannya).
tertangkap basah
tidak sedikit.15
yaitu:
.
Artinya: Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran
maka hendaklah ia mencegah dengan tangannya,
apabila ia tidak sanggup maka dengan hatinya,
apabila tidak sanggup juga maka dengan hatinya da
yang demikian itu merupakan iman yang lemah.16
15
Abdul Qadir Audah, op.cit., hlm. 85
16
Jalaluddin Ash Sayuthi, Al Jami' Ash Shaghir, Juz I, Beirut: Dar Al Kitab Al Alamiah, tt,
hlm. 526
25
masyarakat.
17
Topo Santoso, Menggagas Hukum pidana Islam Penerapan Dalam Syari'at Islam Dalam
Konteks Modernitas, Bandung: Asy Syamil & Grafika, 2001, hlm. 140
26
18
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, hlm. 17.
19
Moh Abu Zahrah, Al- Jarimah wa Al- 'uqubah Fi al Fiqh AI islami, Al maktabah al
Angelo al Mishriyah, Kairo, tt, hlm. 153
27
2. Pertanggungjawaban
a. Pengertian Pertanggungjawaban
yaitu:
b. Klasifikasi Pertanggungjawaban
20
Ahmad Hanafi, op. cit., hlm. 154.
28
pidana.
berikut:21
pada korban.
21
Penjelasan mengenai pertanggungjawaban perbuatan melawan hokum dapat dilihat lebih
jelas dalam Abdul Qadir Audah, op. cit., hlm. 405-430.
29
3) Perbuatan keliru
musuh.
parit yang baru dibuat seseorang dan orang tersebut lupa untuk
berikutnya.
orang.
22
Penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang mempengaruhi pertanggungjawaban dalam
hokum pidana Islam dapat dilihat dalam Ibid., hlm. 430-443.
32
wilayah muslim.
2) Aspek lupa
(perdata).
3) Aspek keliru
yang disengaja.
4) Aspek kerelaan
d. Hapusnya pertanggungjawaban
3) Pengobatan
23
Ibid., hlm. 472.
35
4) Permainan olahraga
dari bahasa Arab dari akar kata aqaba yang memiliki arti mengiringi
oleh hakim.25
24
Lihat dalam Ibrahim Anis et.al, al-Mujam al-Wasith, Saudi Arabia: Daar al-Ihya al-
Turats, t.th., hlm. 612.
25
WJS. Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989,
hlm. 315.
36
perbuatan.
hukuman tersebut.
b. Syarat-syarat hukuman
Islam, yakni:
pencurian.
dipotong dilehemya.26
26
Ahmad Hanafi, op. cit., hlm. 260-261
39
maupun teguran.
jarimah-jarimah hudud.
jarimah tazir.
1. Pencurian
27
Imam Ali bin Muhammad al-Jurjaniy, Kitab al-Tarifat, Surabaya: Haramain, 2001, hlm.
117.
41
sebagai berikut:28
Adalah memindahkan harta yang bukan miliknya dan
mengeluarkannya dari tempat penyimpanannya
sebagai berikut:
&' ) $% ! "#
3! , 2! ./ 01 *+ , -
;<> 6789,: 4" 5
Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
28
Imam Taqiyudin Abi Bakar Muhammad, Kifayat al-Akhyar Juz I, Surabaya: Haramain,
2005, 188.
42
Hal ini dapat terjadi karena dalam ketentuan hukum Islam, suatu tindak
Syarat agar barang yang diambil dapat disebut sebagai harta adalah
sebagai berikut:30
potong tangan.
29
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hlm. 83.
Selain unsure tersebut, terdapat juga syarat yang terkait dengan pelaku maupun nishab harta yang
dicuri yang terjadi khilafiyah di kalangan ulama. Bandingkan antara Imam Ali bin Muhammad al-
Jurjaniy, Surabaya: Haramain, 2001 dan Imam Taqiyudin, Kifayat al-Akhyar Juz I, Surabaya:
Haramain, 2005.
30
Ahmad Wardi Muslich, op. cit., hlm. 83-85.
43
jarimah tazir. Hukuman dalam jarimah ini ditentukan oleh hakim atau ulil
2. Ghashab
sebagai berikut: 31
Menguasai segala sesuatu secara terang-terangan
Secara istilah adalah menguasai harta orang lain dengan jalan
dzalim
pengembalian harta benda yang diambil. Selain itu, dalam ghasab harta
31
Imam Taqiyudin Abi Bakar Muhammad, op. cit., hlm. 295.
32
Ibid.
44
penyimpanannya.
tindak pencurian. Sanksi dari ghasab bukan sanksi hudud melainkan hanya
berupa sanksi tazir. Hal ini karena dalam tindakan ghasab tidak terpenuhi